kab/kota: Kulon Progo

  • Kulon Progo Bakal Miliki JPO Pertama di Atas Rel KA, Nilainya Rp 5 Miliar
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        8 Agustus 2025

    Kulon Progo Bakal Miliki JPO Pertama di Atas Rel KA, Nilainya Rp 5 Miliar Yogyakarta 8 Agustus 2025

    Kulon Progo Bakal Miliki JPO Pertama di Atas Rel KA, Nilainya Rp 5 Miliar
    Tim Redaksi
    KULON PROGO, KOMPAS.com
    – Warga Kulon Progo akan segera memiliki fasilitas penyeberangan baru yang unik, yaitu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang dibangun melintasi jalur rel kereta api di depan Kantor Pemkab Kulon Progo.
    JPO ini diperkirakan akan rampung dan siap digunakan antara pertengahan hingga akhir Desember 2025.
    Pembangunan JPO ini ditargetkan selesai pada awal Desember, mengikuti kontrak kerja selama 115 hari kalender, dengan nilai proyek sebesar Rp 5 miliar.
    Namun, sebelum resmi dibuka untuk publik, pengujian keamanan dan kelayakan fungsi akan dilakukan terlebih dahulu.
    “Sesuai kontrak, penyelesaian fisik ditargetkan 5 Desember. Namun, kita tetap harus melakukan pengujian fasilitas dan keamanan terlebih dahulu. Jika lancar, akan diresmikan pertengahan atau akhir Desember,” ungkap Wuriandreza Gigih Muktitama, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Jembatan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, pada Jumat (8/8/2025).
    JPO ini akan menjadi salah satu yang pertama di wilayah DIY dengan desain yang melintasi rel aktif kereta api, termasuk jalur yang akan dilalui Kereta Rel Listrik (KRL).
    Untuk itu, tinggi bebas minimum jembatan harus mencapai 6,2 meter, ditambah margin keamanan, menjadi total 6,5 meter.
    Struktur utama jembatan menggunakan girder setinggi 2 meter, sehingga total tinggi dari tanah mencapai sekitar 8 meter.
    Tantangan muncul dalam menyediakan akses yang ramah bagi penyandang disabilitas.
    “Untuk memfasilitasi difabel, sepeda bisa masuk, tangganya harus sangat landai. Bisa sampai 200 meter. Anggarannya sangat mahal,” jelas sumber tersebut.
    Karena keterbatasan anggaran, JPO ini hanya menyediakan godres atau pijakan dengan tinggi antara 18-20 cm.

    Meskipun demikian, pihaknya membuka peluang untuk menambahkan fasilitas lift atau akses difabel di masa mendatang, dengan mempertimbangkan antusiasme dan kebutuhan masyarakat.
    Selain itu, JPO ini berpotensi menjadi percontohan bagi daerah lain, karena konstruksinya melintasi rel kereta api aktif—sesuatu yang jarang ditemui.
    Dengan keberadaan JPO ini, akses pejalan kaki akan lebih aman dan terpisah dari perlintasan langsung, seiring meningkatnya lalu lintas kereta api, terutama KRL di masa depan.
    JPO ini memiliki panjang bentang 45,8 meter dan lebar 2 meter, dengan material utama berupa struktur baja pra-rakit (Gibraltar).
    Posisi JPO melintasi rel dan menghindari ruas Jalan Diponegoro.
    Panjang jembatan ini terbilang luar biasa untuk JPO, karena tidak hanya melintasi rel, tetapi juga mempertimbangkan aspek keselamatan dan area bebas untuk listrik aliran atas KRL.
    Dalam proses konstruksinya, pemasangan struktur baja utama dilakukan secara bertahap dan hanya saat mendapatkan window time dari PT KAI, mengingat lokasi yang berada di atas rel aktif.
    “Ada beberapa tahapan pemasangan, termasuk kremona (rangka utama), yang hanya bisa dilakukan setelah ada izin resmi dari PT KAI,” ujar Gizi.
    Pihak pelaksana juga menekankan bahwa JPO nanti bukan tempat berhenti atau berkumpul, karena faktor beban dan keamanan.
    Rencana penambahan iklan pun belum masuk, karena melibatkan izin dari berbagai instansi serta pertimbangan estetika dan fungsi jembatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gempa Besar Tsunami di RI Hanya Tunggu Waktu, BRIN Tunjuk Wilayah Ini

    Gempa Besar Tsunami di RI Hanya Tunggu Waktu, BRIN Tunjuk Wilayah Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan tsunami raksasa pernah terjadi di Jawa bagian selatan. Kemungkinan kejadian tersebut bisa terulang lagi di masa depan.

    Informasi ini merupakan temuan dari riset paleotsunami dari tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG). Riset ini mendeteksi jejak tsunami purba dengan data geologi dari lapisan sedimen dalam tanah dan batuan.

    Salah satu temuannya adalah lapisan sedimen tsunami purba berusia 1.800 tahun di sepanjang selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, dan Kulon Progo. Ini mengindikasikan pernah terjadi gempa megathrust M9,0 atau lebih, mirip seperti yang terjadi saat bencana Aceh tahun 2004 lalu.

    “Dikarenakan penyebarannya yang meluas di banyak lokasi di selatan Jawa, jejak ini diperkirakan merupakan hasil dari tsunami raksasa yang disebabkan gempa megathrust berkekuatan magnitudo 9,0 atau lebih. Ini bukan satu-satunya. Jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu,” kata Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya, Kamis (7/8/2025).

    Dari temuan tersebut juga terungkap tsunami raksasa di wilayah tersebut memiliki sifat berulang. Siklusnya terjadi sekitar 600 hingga 800 tahun sekali.

    “Ini artinya bukan soal apakah tsunami besar akan terjadi, tapi kapan,” dia menjelaskan.

    Ancaman ini perlu jadi perhati serius. Mengingat akan ada lebih dari 30 juta orang terekspos di wilayah pesisir Jawa pada 2030 mendatang.

    BRIN juga menyoroti soal pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut. Mulai dari bandara, pelabuhan dan kawasan industri belum dirancang dengan risiko bencana tsunami.

    Banyaknya infrastruktur strategis di selatan Jawa, membuat perkembangan pada kawasan di sekitarnya. Mulai dari banyaknya hotel, restoran dan destinasi wisata baru.

    “Peningkatan aktivitas ini, meski memberikan dampak positif dari sisi ekonomi, juga secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana tsunami,” tambahnya.

    Data yang didapatkan BRIN bisa jadi fondasi untuk penetapan kebijakan tata ruang dan mitigasi bencana. Selain itu BRIN mendorong edukasi kebencanaan berbasis riset bisa ditingkatkan mulai dari sekolah, media massa hingga komunitas lokal.

    Khusus untuk masyarakat, Purna mengimbau untuk selalu waspada. Termasuk mengikuti arahan pemangku kepentingan dari masing-masing daerah.

    “Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirine atau pemberitahuan. Segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama, dan kesiapsiagaan adalah kunci keselamatan,” pesannya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tujuan Peneliti Beberkan Riset Tsunami Raksasa di RI: Agar Waspada

    Tujuan Peneliti Beberkan Riset Tsunami Raksasa di RI: Agar Waspada

    Jakarta

    Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan menarik terkait bukti ilmiah jejak tsunami raksasa yang pernah melanda wilayah selatan Jawa ribuan tahun lalu. Temuan ini dibeberkan untuk menumbuhkan kewaspadaan terhadap bencana.

    Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra menyebutkan, hasil riset paleotsunami ini membuka wawasan baru dan menjadi peringatan penting akan potensi ancaman megatsunami yang masih membayangi kawasan padat penduduk tersebut.

    Sejumlah kalangan mungkin menganggap laporan hasil riset semacam ini terkesan menakut-nakuti. Sedikit kilas balik, di ranah yang sama, di 2018, pernah terjadi seorang peneliti yang memaparkan riset tentang potensi tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang, Jawa Barat, dianggap meresahkan masyarakat dan malah menghadapi ancaman hukum.

    Akhirnya, tsunami sungguh terjadi di Pandeglang yang memakan korban salah satunya band Seventeen. Barulah publik menyadari perlunya menaruh kepercayaan pada ilmuwan dan sains. Ditanya pendapatnya mengenai hal ini, Purna menegaskan bahwa sebagai peneliti, pemaparan hasil riset soal tsunami dimaksudkan untuk kewaspadaan dan kesiapan mitigasi, tidak pernah ada maksud untuk membuat resah.

    “Soal itu (ancaman hukum) mungkin bisa dibahas oleh (pihak) yang lain. Kalau dari kami, sebagai peneliti, kami sampaikan bukti ilmiah yang ada. Kami menyampaikan hasil riset berdasarkan data lapangan, setelah dianalisis memang hasilnya, zaman dulu kita pernah mengalami kejadian tsunami berulang,” ujarnya dalam pemaparan ‘Menggali Jejak Tsunami Purba di Selatan Jawa’ di Gedung BJ Habibie, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2025).

    Purna berharap pemaparan hasil risetnya benar-benar dimanfaatkan berbagai pihak terkait untuk kesiapsiagaan bencana. Ia pun menegaskan bahwa apa yang dilakukannya dan para peneliti lain sama sekali bukan untuk menakut-nakuti apalagi membuat kehebohan.

    “Kalau kita langsung (edukasi) ke masyarakat sebenarnya nggak ribut seperti itu. Misalnya pas di lapangan kita sampaikan ada jejak lapisan tsunami, ini menjadi bukti bahwa tsunami itu besar dan berulang, nggak langsung heboh. Ketika kami sampaikan ke desa, kecamatan, bahkan ke BPBD misalnya. Bahkan kemarin yang Kulon Progo itu saya dihubungi untuk cross-check, mereka ingin tahu lebih detail,” tutur Purna menceritakan pengalaman di lapangan.

    “Sebagai peneliti adalah tanggung jawab kami menyampaikan itu (hasil riset) terkait nanti kebijakannya seperti apa, itu tidak langsung menjadi ranah kami. Mungkin ada tim lain lagi yang kemudian menyusun kebijakan berdasarkan hasil riset itu,” imbuhnya.

    Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra dan Pranata Humas Ahli Madya BRIN Sugiarti. Foto: BRIN

    Pranata Humas Ahli Madya BRIN Sugiarti yang menjadi moderator diskusi menambahkan, para peneliti di BRIN fokus pada hasil riset. Dalam kompetensi dan praktiknya bersama masyarakat, terutama dalam isu kebencanaan, BRIN selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

    “Kekhawatiran atau kepanikan itu sebenarnya bukti dari awareness masyarakat bahwa misalnya, oh ya seperti tadi disampaikan dalam kira-kira 200 tahun lagi gitu akan terjadi tsunami raksasa. Yang terpenting di sini adalah kepedulian dari pemerintah daerah untuk membangun infrastrukturnya disesuaikan dengan potensi bencana tadi,” kata Sugiarti.

    “Jadi ini tidak menunjukkan kapan itu terjadi bulan atau tanggal, tapi ini kurun waktu, untuk mewaspadai karena bencana alam tidak bisa kita hindari, tapi bagaimana kita sebagai manusia bisa beradaptasi, melakukan mitigasi, sehingga meminimalisir korban jiwa yang nanti diprediksi akan terjadi,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • BMKG Ingatkan Ancaman Banjir Rob, Ini Wilayah Terdampak-Tanggalnya

    BMKG Ingatkan Ancaman Banjir Rob, Ini Wilayah Terdampak-Tanggalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banjir rob berpotensi terjadi di sejumlah wilayah pesisir Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan fenomena akan terjadi pada bulan Agustus.

    “Adanya fenomena Fase Bulan Purnama pada tanggal 09 Agustus 2025 dan Perigee pada tanggal 14 Agustus 2025 berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum,” tulis BMKG dari akun Instagram @bmkgmaritim, dikutip Sabtu (2/8/2025).

    BMKG menjelaskan banjir pesisir ini akan berdampak pada masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan maupun pesisir. Mulai dari aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas pemukiman pesisir dan aktivitas tambak garam dan perikanan darat.

    Masyarakat diminta waspada dan siaga dalam mengantisipasi dampang pasang maksimum air laut. Selain itu juga selalu memperhatikan informasi cuaca maritim terbaru yang dikeluarkan BMKG.

    – Pesisir Sumatra Utara

    Pesisir Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan Marelan (9-15 Agustus 2025)

    – Pesisir Kepulauan Riau

    Pesisir Batam, Pesisir Bintan (9-14 Agustus)
    Pesisir Karimun (7-12 Agustus 2025)
    Pesisir Dabo Singkep (7-11 Agustus 2025)
    Pesisir Tanjung Pinang (9-12 Agustus 2025)

    – Pesisir Sumatra Barat

    Pesisir Kota Padang, Pesisir Kab. Padang Pariaman, Pesisir Kab. Pesisir Selatan, Pesisir Kep. Metawai (8-12 Agustus 2025)

    – Pesisir Jambi

    Pesisir Timur Jambi (5-10 Agustus 2025)

    – Pesisir Kep. Bangka Belitung

    Pesisir Kota Pangkalpinang, Pesisir Tanjungpandan (6-12 Agustus 2025)

    – Pesisir Banten

    Pesisir Utara Tangerang (5-13 Agustus 2025)
    Selat Sunda Barat Pandeglang (5-13 Agustus 2025)
    Pesisir Selatan Pandeglang (10-12 Agustus 2025)
    Perairan Selatan Lebak (9-17 Agustus 2025)

    – Pesisir Jakarta

    Pesisir Kamal Muara, Kapuk Muara, Pluit, Ancol, Kamal, Marunda, Cilincing, Tanjung Priok, Kalibaru, Muara Angke, Penjaringan (2-9 Agustus 2025)

    – Pesisir Jawa Barat

    Pesisir Subang, Indramayu, Cirebon (2-6 Agustus 2025)

    – Pesisir Jawa Tengah

    Pesisir Brebes (14-20 Agustus 2025)

    – Pesisir D.I. Yogyakarta

    Pesisir Kab.Kulon Progo, Kab. Bantul, dan Kab. Gunungkidul (10-17 Agustus 2025)

    – Pesisir Jawa Timur

    Surabaya Pelabuhan (8-11 Agustus 2025)

    – Pesisir Bali

    Pesisir Selatan Bali (9-16 Agustus 2025)

    – Pesisir Nusa Tenggara Barat

    Pesisir Lombok dan Bima (7-11 Agustus 2025)

    – Pesisir Nusa Tenggara Timur

    Pesisir Utara dan Selatan P.Flores. Pesisir P.Sumba, Pesisir P. Sabu-Raijua, Pesisir P.Timor-Rote (8-11 Agustus 2025)

    – Pesisir Kalimantan Utara

    Perairan Tarakan (10-13 Agustus 2025)

    – Pesisir Kalimantan Selatan

    Pesisir Kotabaru, Tanah Bumbu (8-14 Agustus 2025)

    – Pesisir Kalimantan Barat (6-10 Agustus 2025)

    – Pesisir Maluku

    Pesisir Kep. Kai, Pesisir Kep. Aru (11-18 Agustus 2025)
    Pesisir Kep.Tanimbar (11-17 Agustus 2025)

    – Pesisir Papua Selatan

    Pesisir Merauke (11-18 Agustus 2025)
    Pesisir Selat Muli (9-17 Agustus 2025).

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ingat, Citilink Pindahkan Sebagian Rute dari Bandara Halim ke Soetta Mulai 1 Agustus 2025 – Page 3

    Ingat, Citilink Pindahkan Sebagian Rute dari Bandara Halim ke Soetta Mulai 1 Agustus 2025 – Page 3

    Head of Corporate Secretary & CSR Division PT Citilink Indonesia Tashia Scholz mengatakan, rute penerbangan akan dilakukan pemindahan dari Bandara Halim ke Bandara Soekarno-Hatta antara lain rute dari dan menuju Palembang, Medan dan Kulon Progo.

    Sedangkan rute penerbangan Citilink yang beroperasi saat ini  di Bandara Halim antara lain dari dan menuju Silangit, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Way Kanan dan Denpasar.

    “Citilink akan menyampaikan informasi terkait pemindahan penerbangan ini kepada calon penumpang baik melalui pesan instan, email, website dan media sosial Citilink sehingga calon penumpang terinformasikan dengan baik,” kata Tasha.

    Ia mengatakan, Citilink mendukung rencana pemindahan sebagian layanan penerbangan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Bandara Soetta).

    Langkah itu sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan publik di Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

    Citilink juga senantiasa mengimbau calon penumpang untuk mengecek kembali jadwal penerbangannya dengan menghubungi contact center Citilink di 0804 1 080808, Linka virtual assistant di ‪+62 811-1011-0808, live chat di website www.citilink.co.id atau melakukan pengecekan informasi secara berkala di media sosial Citilink.

    Bagi penumpang yang penerbangannya terdampak atas pemindahan ini, Citilink menyediakan fasilitas bus untuk mobilisasi penumpang dari Bandara Halim menuju Bandara Soekarno-Hatta, serta menyediakan opsi refund atau re-route sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku.

    “Citilink senantiasa berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan terbaik, dengan tetap mengedepankan aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi seluruh penumpang,” tutur dia.

  • Waspada Hujan Lebat Guyur Jabodetabek, Ini Peringatan BMKG

    Waspada Hujan Lebat Guyur Jabodetabek, Ini Peringatan BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wilayah Jabodetabek diprediksi masih akan mengalami fenomena hujan sedang-lebat dalam periode 3 hari ke depan, yakni 28-30 Juli 2025.

    Hal ini diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman Instagram resminya.

    Lebih spesifik, hujan lebat-sedang yang mengguyur pada 28 Juli 2025 diprediksi terjadi di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, dan Kab. Bogor.

    Sementara pada 29 Juli 2025, peringatan hujan sedang-lebat ‘hanya’ di wilayah Kab. Bogor dan Kota Bogor. Untuk 30 Juli 2025, diprediksi belum ada wilayah Jabodetabek yang diprediksi akan mengalami hujan sedang-lebat.

    Sementara itu, fenomena berbeda terjadi di wilayah D.I Yogyakarta. Diprediksi pada 29-30 Juli 2025 , beberapa wilayah mengalami hujan ringan. Masing-masing di Sleman bagian utara, Kulon Progo, Bantul bagian selatan, dan Gunungkidul bagian selatan.

    Sementara pada 31 Juli 2025, hujan ringan diprediksi masih akan terjadi di Sleman bagian utara dan Kulon Progo bagian utara.

    Sebelumnya, pada laporan prospek cuaca mingguan di laman resmi BMKG (periode 25-31 Juli 2025), disebutkan bahwa potensi pertumbuhan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan meningkat.

    Kondisi ini didukung oleh berbagai faktor, mulai dari skala global, regional, hingga lokal, yang secara kolektif menciptakan kondisi atmosfer yang labil dan kondusif untuk pembentukan hujan dengan intensitas bervariasi.

    Adapun wilayah-wilayah RI yang diprediksi mengalami siaga hujan lebat pada 28-31 Juli 2025 adalah Jawa Barat dan Jawa Timur.

    Sementara itu, angin kencang pada periode yang sama diperkirakan akan menghantam Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Megathrust ‘Meledak’, Selatan Jawa Pernah Digulung Tsunami Raksasa

    Megathrust ‘Meledak’, Selatan Jawa Pernah Digulung Tsunami Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebagai negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa. Namun, catatan sejarah mengenai peristiwa tsunami di wilayah ini masih sangat terbatas.

    “Artinya, kita bisa saja melewatkan ancaman besar yang pernah terjadi di masa lalu, sebagaimana kita lihat pada kasus tsunami raksasa Aceh 2004,” ungkap Periset Bidang Sedimentologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Purna Sulastya Putra, dalam keterangan tertulis, Minggu (27/7/2025).

    Untuk mengisi kekosongan pengetahuan tersebut, tim BRIN melakukan riset paleotsunami, yaitu studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Riset ini memungkinkan tim bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi bahkan ribuan tahun lalu.

    Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan sejak 2006 hingga 2024, tim mencatat adanya lapisan endapan tsunami purba, salah satunya diperkirakan berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun yang lalu. Endapan tersebut tersebar di wilayah selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, Kulon Progo, hingga Pacitan.

    Temuan endapan tsunami dengan umur yang sama di berbagai lokasi sepanjang selatan Jawa mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut sangat besar (tsunami raksasa), kemungkinan merupakan akibat dari gempa megathrust bermagnitudo 9 atau lebih, seperti yang terjadi pada tsunami Aceh 2004.

    Untuk melengkapi temuan tersebut, pada Mei 2025, BRIN melanjutkan kegiatan survei di wilayah selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, dengan fokus pencarian jejak tsunami yang lebih muda usianya, karena secara hipotesis perulangan gempa besar dengan magnitudo >9.0 di selatan Jawa adalah sekitar 675 tahun sekali.

    Foto: Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)
    Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)

    “Metode yang digunakan adalah pemboran tangan, trenching atau pembuatan kolam paritan, dan pemetaan LiDAR,” jelas Purna.

    “Ekspedisi kami kali ini difokuskan untuk mencari jejak paleotsunami yang usianya lebih muda dari sekitar 1.800 tahun yang lalu, agar kami bisa merekonstruksi berapa kali tsunami raksasa akibat gempa megathrust bermagnitudo lebih dari 9 pernah terjadi di selatan Jawa,” ujar Purna.

    Hasil trenching di kawasan Kulon Progo membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga lapisan pasir yang diduga kuat sebagai endapan tsunami purba. Lapisan tersebut mengandung foraminifera laut dan memiliki struktur khas akibat hempasan gelombang besar.

    Purna menerangkan bahwa salah satu lapisan yang ditemukan diduga berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun lalu. Ia juga menambahkan bahwa terdapat lapisan-lapisan lain yang usianya lebih muda, yang mengindikasikan bahwa tsunami besar kemungkinan telah terjadi berulang kali di wilayah tersebut.

    Saat ini, proses analisis terhadap sampel-sampel sedimen tersebut masih berlangsung. Sampel dengan analisis radiocarbon dating sedang dikirim ke laboratorium luar negeri untuk mengetahui waktu kejadian tsunami purba.

    “Temuan paleotsunami ini bukan sekadar catatan akademik. Data tersebut sangat penting untuk menyusun zonasi wilayah rawan bencana, menjadi pertimbangan tata ruang dan pembangunan wilayah pesisir, serta meningkatkan kesadaran publik termasuk simulasi evakuasi tsunami (tsunami drill), khususnya di kawasan wisata Pantai,” tegas Purna.

    Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kado Raja Jogja buat Proyek Tol

    Kado Raja Jogja buat Proyek Tol

    Jakarta

    Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan Serat Kekancingan kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Dokumen tersebut tanda kerja sama untuk pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen dan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo.

    Pemberian Serat Kekancingan menjadi bentuk kerja sama antara Ditjen Bina Marga Kementerian PU, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

    Dokumen tersebut berisi izin penggunaan objek tanah Kasultanan Ngayogyakarta seluas 320.000 meter persegi untuk pembangunan kedua ruas jalan tol tersebut.

    Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Roy Rizali Anwar menyampaikan, penyerahan Serat Kekancingan ini merupakan simbol kehormatan, amanah budaya, dan bentuk kolaborasi luhur antara negara dan Kasultanan sebagai institusi adat.

    “Jalan tol Yogyakarta-Bawen dan Solo-Yogyakarta-Kulon Progo adalah bagian penting dari Proyek Strategis Nasional (PSN), untuk mempercepat konektivitas antardaerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta memperkuat integrasi wilayah Yogyakarta dengan Jawa Tengah dan sekitarnya,” Ujar Roy, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).

    Sebagaimana tertuang dalam perjanjian kerja sama tersebut, Roy menjabarkan, pembangunan kedua jalan tol ini memanfaatkan lebih dari 320.000 meter persegi lahan Sultan Ground. Saat ini, pekerjaan konstruksi jalan tol tersebut juga telah dilaksanakan.

    Secara rinci, objek tanah Kasultanan Ngayogyakarta seluas 320.000 meter persegi akan digunakan untuk pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen seluas 75.440,75 meter persegi. Tanah tersebut terdiri dari 90 bidang tanah desa dan 8 bidang tanah Sultan Ground.

    Sedangkan untuk pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo, objek tanah yang digunakan seluas 245. 302 meter persegi. Tanah tersebut terdiri dari 177 bidang tanah desa dan 17 bidang tanah Sultan Ground.

    “Atas nama Kementerian PU dan secara khusus Ditjen Bina Marga, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X beserta seluruh Penghageng Karaton atas restu, dukungan, dan kelapangan hati dalam menyediakan tanah Kasultanan demi kemaslahatan rakyat,” tutur Roy.

    Progres Pembangunan Tol

    Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Wilan Oktavian menjelaskan, Jalan Tol Yogyakarta-Bawen memiliki panjang 75,12 kilometer (km). Pembangunan jalan tol ini terbagi menjadi 6 seksi.

    Pembagian tersebut antara lain, Seksi 1 Yogyakarta-SS Banyurejo dengan panjang 8,8 km, Seksi 2 SS Banyurejo-Borobudur dengan panjang 15,2 km, dan Seksi 3 Borobudur-SS Magelang dengan panjang 8,1 km.

    Selanjutnya, ada Seksi 4 SS Magelang-SS Temanggung dengan panjang 16,65 km, untuk Seksi 5 SS Temanggung-SS Ambarawa 21,39 km dan terakhir seksi 6 SS Ambarawa-JC Bawen total panjang 4,98 km.

    Sedangkan terkait Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo, pembangunannya terbagi menjadi 3 tahap. Adapun Tahap 1 yang telah beroperasi berada diruas tol Kartasura-Klaten, sementara ruas Klaten-Prambanan saat ini sudah beroperasi namun belum bertarif.

    Wilan menambahkan, untuk ruas Prambanan-Purwomartani sudah mencapai progres fisik konstruksi 78,93%. Lalu ruas Purwomartani-Maguwo dan JC. Sleman-Trihanggo masih dalam proses pembangunan.

    “Untuk tahap 2 dan 3, masih dalam proses pembebasan lahan, ruas tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo direncanakan operasi pada tahun 2028,” kata Wilan.

    (shc/rrd)

  • Kisah Ikhsan, Siswa Sekolah Rakyat yang Ingin Jadi Bupati untuk Bangun Rumah Sakit

    Kisah Ikhsan, Siswa Sekolah Rakyat yang Ingin Jadi Bupati untuk Bangun Rumah Sakit

    Kisah Ikhsan, Siswa Sekolah Rakyat yang Ingin Jadi Bupati untuk Bangun Rumah Sakit
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Setiap anak berhak memiliki cita-cita meski terlahir dari keluarga sederhana. Bagi Ikhsan Fajar Susandi (16), siswa
    Sekolah Rakyat
    Menengah Atas (SRMA) 20 Sleman, Yogyakarta, mimpi itu bukan sekadar angan.
    Di hadapan Menteri Sosial (
    Mensos
    ) Saifullah Yusuf, ia berani menyampaikan keinginannya menjadi bupati. 
    Bukan untuk kebanggaan pribadi, melainkan demi satu tujuan, yaitu membangun fasilitas kesehatan di daerahnya.
    Kesempatan Ikhsan untuk menyampaikan cita-citanya itu terjadi saat kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SRMA 20 Sleman, Yogyakarta, Rabu (16/7/2025).
    “Cita-citamu ingin jadi apa?” tanya
    Gus Ipul
    , sapaan akrab Mensos, dalam siaran persnya, Kamis (17/7/2025).
    “Ingin jadi bupati,” jawab Ikhsan yang disambut tepuk tangan meriah dari teman-teman sekelasnya.
    Menjabat sebagai ketua kelas, jiwa kepemimpinan Ikhsan sudah terlihat sejak dini. Ia bercita-cita menjadi
    bupati
    agar dapat membangun rumah sakit di kampung halamannya.
    “Dua tahun lalu, menjelang Lebaran, tetangga saya yang menderita kanker di lutut meninggal dunia karena sulit mendapat perawatan. Sejak itu saya ingin bangun rumah sakit agar warga tidak lagi kesulitan,” katanya.
    Ikhsan tinggal di Clapar III, Kelurahan Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kulon Progo. Di daerah itu, banyak lansia kesulitan mengakses layanan kesehatan karena jarak yang jauh.
    “Jadi saya harap kalau berkesempatan jadi bupati, bisa bangun fasilitas kesehatan yang memadai,” katanya.
    Ikhsan berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya membuat dan menjual tempe benguk, makanan khas Kulon Progo berbahan dasar koro benguk yang difermentasi.
    “Kalau penghasilan ibu dari berjualan, biasanya bersih per dua hari Rp 50.000 kalau ramai,” ujar Ikhsan.
    Ikhsan berharap pendidikan di Sekolah Rakyat dapat membuka jalan untuk mengubah nasib keluarganya.
    Sejak mengikuti MPLS pada Senin (14/7/2025), ia semakin percaya diri karena merasa didukung oleh lingkungan sekolah yang ramah dan penuh semangat.
    “Yang saya rasakan, pertama itu saya deg-degan karena belum tahu tempatnya seperti apa. Seiring berjalannya waktu, jadi tahu orang-orangnya ramah, guru-gurunya juga ramah,” ujar Ikhsan.
    Cita-cita untuk membantu sesama juga datang dari Mutiara Hanifah (16), siswi lainnya yang ingin menjadi dokter demi membantu orang-orang di sekitarnya.
    “Karena di sekitar itu banyak yang sakit, kebetulan ibu saya juga lagi sakit,” tuturnya. 
    Perempuan yang akrab disapa Muti itu berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai buruh harian lepas dengan penghasilan tidak menentu. 
    Muti tinggal bersama kedua orangtua dan dua saudaranya di rumah kontrakan di daerah Sleman, Yogyakarta.
    Dengan adanya Sekolah Rakyat, ia berharap dapat membantu meringankan beban kedua orangtuanya.
    “Mereka (orangtua) masih ada tanggungan adik saya yang masih kecil. Saya ingin membanggakan orangtua, ingin membuat mereka tersenyum kembali,” ucap Muti sembari meneteskan air mata. 
    Selain ingin membantu orangtua, Muti merasa lingkungan Sekolah Rakyat sangat mendukung.
    Ia mengaku nyaman karena mendapatkan teman-teman yang baik dan guru-guru yang perhatian.
    “Teman-temannya baik, bisa diajak solid. Kami sudah menganggap jadi satu saudara. Untuk gurunya juga baik dan perhatian, terus fasilitasnya sudah cukup baik juga,” tuturnya. 
    Sebagai informasi, SRMA 20 Sleman memiliki 75 siswa dengan jenjang pendidikan SMA.
    Untuk mendukung pendampingan siswa, terdapat 14 wali asuh yang bertugas selama 24 jam, dibantu oleh dua wali asrama.
    Sementara itu, proses pembelajaran dijalankan oleh 17 guru dengan berbagai mata pelajaran untuk memberikan pendidikan yang layak kepada para siswa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Bisnis.com, JAKARTA – BRIN melakukan riset paleotsunami, yaitu studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Riset ini memungkinkan tim bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi bahkan ribuan tahun lalu.

    Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan sejak 2006 hingga 2024, tim mencatat adanya lapisan endapan tsunami purba, salah satunya diperkirakan berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun yang lalu. Endapan tersebut tersebar di wilayah selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, Kulon Progo, hingga Pacitan.

    Berikut fakta-fakta temuan bekas tsunami di Indonesia

    Periset Bidang Sedimentologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Purna Sulastya Putra mengatakan.

    Temuan endapan tsunami dengan umur yang sama di berbagai lokasi sepanjang selatan Jawa mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut sangat besar (tsunami raksasa), kemungkinan merupakan akibat dari gempa megathrust bermagnitudo 9 atau lebih, seperti yang terjadi pada tsunami Aceh 2004.

    Untuk melengkapi temuan tersebut, pada Mei 2025, BRIN melanjutkan kegiatan survei di wilayah selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, dengan fokus pencarian jejak tsunami yang lebih muda usianya, karena secara hipotesis perulangan gempa besar dengan magnitudo >9.0 di selatan Jawa adalah sekitar 675 tahun sekali.

    “Metode yang digunakan adalah pemboran tangan, trenching atau pembuatan kolam paritan, dan pemetaan LiDAR,” jelas Purna.

    “Ekspedisi kami kali ini difokuskan untuk mencari jejak paleotsunami yang usianya lebih muda dari sekitar 1.800 tahun yang lalu, agar kami bisa merekonstruksi berapa kali tsunami raksasa akibat gempa megathrust bermagnitudo lebih dari 9 pernah terjadi di selatan Jawa,” ujar Purna.

    Hasil trenching di kawasan Kulon Progo membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga lapisan pasir yang diduga kuat sebagai endapan tsunami purba. Lapisan tersebut mengandung foraminifera laut dan memiliki struktur khas akibat hempasan gelombang besar.

    Purna menerangkan bahwa salah satu lapisan yang ditemukan diduga berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun lalu. Ia juga menambahkan bahwa terdapat lapisan-lapisan lain yang usianya lebih muda, yang mengindikasikan bahwa tsunami besar kemungkinan telah terjadi berulang kali di wilayah tersebut.

    Saat ini, proses analisis terhadap sampel-sampel sedimen tersebut masih berlangsung.  Sampel dengan analisis radiocarbon dating sedang dikirim ke laboratorium luar negeri untuk mengetahui waktu kejadian tsunami purba.

    “Temuan paleotsunami ini bukan sekadar catatan akademik. Data tersebut sangat penting untuk menyusun zonasi wilayah rawan bencana, menjadi pertimbangan tata ruang dan pembangunan wilayah pesisir, serta meningkatkan kesadaran publik termasuk simulasi evakuasi tsunami (tsunami drill), khususnya di kawasan wisata Pantai,” tegas Purna. 

    Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

    Sebagai negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa.

    Namun, catatan sejarah mengenai peristiwa tsunami di wilayah ini masih sangat terbatas.