Kakek Asal Bantul Tewas Tertimpa Pohon Jati Saat Melintas di Jalan Samigaluh Kulon Progo, Istri Selamat
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com –
Sebuah insiden maut terjadi di jalan raya wilayah perbukitan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Sabtu (18/10/2025) pagi.
Seorang pria lanjut usia berinisial JS (65), warga Sedayu, Bantul, tewas mengenaskan setelah tertimpa pohon jati yang sudah mengering saat ia sedang membonceng istrinya melintasi Jalan Dekso–Samigaluh, tepatnya di Padukuhan Dukuh, Samigaluh.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 09.15 WIB, tepatnya di Padukuhan (dusun) Dukuh, Kalurahan Purwoharjo, Kapanewon Samigaluh.
“Benar, korban tertimpa pohon tumbang saat sedang berkendara. Kejadian berlangsung tiba-tiba dan menimpa langsung ke arah pengendara,” kata Iptu Sarjoko, Kasi Humas Polres Kulon Progo, melalui pesan singkat.
JS sedang mengendara motor Honda Vario AB 2011 SG saat peristiwa terjadi. Ia membonceng istrinya, SS yang berusia 58 tahun.
Motor melaju dari arah bukit menuju ke jalan lintas provinsi sebelum petaka datang tanpa peringatan.
Jalan yang dilewati banyak kebun pohon jati di sisi kanan dan kiri. Saat melintas di wilayah Dukuh, pohon mendadak tumbang dan menimpa JS dan SS.
Pohon tumbang membuat macet akses jalan di pegunungan. JS sempat dievakuasi ke RSUD Nyi Ageng Serang (NAS), namun nyawanya tak tertolong. Dokter menyatakan korban mengalami cedera berat di kepala dan meninggal dunia di rumah sakit. Sementara SS selamat.
Menurut keterangan Supriyanto, Dukuh Dusun Dukuh, pohon yang tumbang merupakan pohon jati yang sudah lama mengering. Lokasinya berada di pinggir tebing Kilometer 5 jalur Dekso–Samigaluh, dikelilingi oleh kebun dan bukit di kanan kirinya.
“Itu memang pohon sudah kering, tanahnya juga tipis. Kemungkinan roboh karena angin,” kata Supriyanto di ujung telepon.
Batang pohon diperkirakan sekitar 50 cm, dan keberadaannya memang sudah lama berpotensi membahayakan pengguna jalan. Pohon itu berada di tanah milik warga, namun sudah berpindah tangan beberapa kali.
“Tanah itu sudah dijual beberapa kali. Sekarang yang punya sudah beda orang, katanya warga Bantul juga. Tapi saya nggak tahu pasti namanya,” kata Supriyanto.
Supriyanto juga mengungkapkan bahwa kejadian pohon tumbang bukan yang pertama kali di wilayah tersebut.
Dulu, pernah juga terdapat peristiwa pohon tumbang di sekitar sini. Pohon albasia yang besar tumbang ke jalan, beruntung pengendara selamat meski luka-luka. Kali ini, pohon tumbang memakan korban jiwa.
Peristiwa ini membuka kembali peringatan lama pada potensi serupa di Kulon Progo.
Pemerintah, pemilik lahan, maupun warga sekitar agar lebih sigap mengantisipasi pohon-pohon tua yang berdiri di lahan miring dan tepi jalan. Perlu ada antisipasi terhadap pohon-pohon besar di jalur rawan bencana, seperti Samigaluh, yang setiap tahun menyimpan potensi maut saat musim angin dan hujan datang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Kulon Progo
-
/data/photo/2025/10/18/68f3544bd95ca.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kakek Asal Bantul Tewas Tertimpa Pohon Jati Saat Melintas di Jalan Samigaluh Kulon Progo, Istri Selamat Yogyakarta 19 Oktober 2025
-
/data/photo/2025/10/15/68ef91cb1c0e6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal Yogyakarta 15 Oktober 2025
Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com
– Ribuan tubuh bergerak serempak di lapangan Alun-Alun Wates di Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka melompat-lompat, berputar-putar, menghentak tanah, selaras dengan hentakan gamelan.
Ketika itu, awan sedang menutup langit pada hari siang yang mengarah ke sore.
Mereka sebanyak 7.400 orang menari dengan gerakan-gerakan wanara atau orang berekor monyet seperti dalam sendratari Sugriwa Subali.
Tarian itu menciptakan momen sejarah yang tak hanya menarik secara visual, tapi juga emosional.
Tak sekadar sebuah pertunjukan, tarian kolosal ini resmi tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Tari Sugriwa Subali dengan Peserta Terbanyak”, yang diperagakan pada Rabu (15/10/2025), pada puncak Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulon Progo.
“Kami mengumumkan dan mengesahkan penari terbanyak Wanara Sugriwa Subali Subari, 7.400 peserta resmi tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia,” kata Sri Widayati, perwakilan MURI.
Sri Widayati juga berharap bahwa tari ini tak hanya berhenti di catatan rekor. Karya dan budaya seperti ini merupakan warisan yang terus hidup dan mesti lestari lewat diturunkan ke generasi berikutnya.
Ia sekaligus menegaskan bahwa rekor ini menjadi catatan penting dalam pelestarian seni budaya di Nusantara.
Sendratari ini identik dengan pertunjukkan di obyek wisata Kulon Progo, seperti di Goa Kiskenda dan obyek wisata Laguna Pantai Glagah.
Kali ini penggalan aksi menari para wanara diperagakan dalam bentuk flash mob, bukan pentas sendratari utuh.
Menurut Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, ini bagian dari upaya pemerintah untuk terus menghidupkan budaya kebanggaan Kulon Progo.
“(Tarian Sugriwa Subali dipilih) karena yang asli Kulon Progo dan tidak usah diperdebatkan,” kata Agung usai mengikuti upacara HUT Ke-74 Kabupaten Kulon Progo. Tari kolosal menjadi penutup upacara HUT tersebut.
Tari massal ini bukan hanya menjadi ajang pertunjukan, tapi juga sarana pelestarian seni tradisi yang mulai jarang ditampilkan.
Harapannya, menurut Agung, sendratari ini bisa terus dikembangkan dan diperkenalkan secara nasional, bahkan global.
“Kita akan gali dengan tidak meninggalkan yang sudah ada, kita akan gali potensi yang lain untuk kita bisa up lift-kan. Jadi kita tidak akan tabu, seandainya kita menemukan satu seni budaya yang memang harus kita angkat,” kata Agung.
Semua penari merupakan pelajar dari 10 sekolah tingkat menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan di Kulon Progo.
Masing-masing sekolah mengirimkan 100-300 siswa untuk terjun ke ajang ini. Mereka berpakaian hitam dan celana panjang hitam.
Sebagian lagi, pelajar yang mengenakan kostum tari wanara.
Di antara ribuan penari, Nur Aini dan Putri Nermada, dua siswi SMA di Kulon Progo, tampak masih bersemangat meski peluh belum kering.
Bagi mereka, ikut serta dalam tari massal ini bukan hanya soal tampil, tetapi juga kesempatan langka.
“Antusias banget! Soalnya ini pertama kalinya saya ikut acara sebesar ini,” ujar Putri sambil tersenyum.
Namun, proses menuju panggung tak selalu mulus. Keterbatasan waktu latihan di sekolah membuat mereka harus belajar mandiri.
Waktu yang tidak banyak, di tengah kesibukan belajar. Karenanya, ada saat mereka latihan sendiri di rumah lewat tutorial yang ada di YouTube.
Selain gerakan, mereka juga harus menyiapkan kostum sendiri.
“Kostumnya punya sendiri, sebagian besar bawa sendiri. Tidak ada keluar uang juga,” ujar Putri.
Meski begitu, keduanya sepakat: semua lelah, waktu, dan biaya terbayar lunas saat bisa menari bersama ribuan teman sebaya dan mencetak sejarah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/01/07/677cd050d91fd.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
46.000 Penerima MBG di Kulon Progo Sudah Terlayani, Sekda: Tapi Distribusi Belum Merata Regional 14 Oktober 2025
46.000 Penerima MBG di Kulon Progo Sudah Terlayani, Sekda: Tapi Distribusi Belum Merata
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com
– Sebanyak 46.000 pelajar di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah menerima manfaat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program ini dilayani oleh 21 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di berbagai titik di wilayah tersebut.
Sekretaris Daerah Kulon Progo, Triyono, mengungkapkan bahwa jumlah penerima manfaat tersebut masih jauh dari total pelajar di daerahnya.
Saat ini, terdapat sekitar 63.000 siswa dari jenjang TK hingga SMP, dan jika ditambahkan pelajar tingkat SMA, totalnya bisa mencapai lebih dari 80.000 anak.
“Awalnya kami mengacu pada data Dinas Pendidikan yang mencakup siswa TK, SD, dan SMP, sekitar 63.000. Namun dalam pelaksanaannya, program MBG juga menyasar siswa SLTA, sehingga jumlah total bisa lebih dari 80.000,” ujar Triyono, yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Percepatan MBG Kulon Progo, pada Selasa (14/10/2025).
Triyono menjelaskan bahwa pemerintah daerah menargetkan kehadiran 26 SPPG untuk melayani pelajar hingga tingkat SMP.
Namun, dengan cakupan program yang diperluas hingga tingkat SMA, ia memperkirakan jumlah SPPG di Kulon Progo bisa mencapai 30 titik.
Salah satu persoalan yang muncul saat ini adalah ketidakmerataan distribusi penerima manfaat antar-SPPG.
Beberapa SPPG menangani jumlah pelajar yang terlalu banyak, sementara yang lainnya justru kekurangan.
Untuk mengatasi ketimpangan ini, Satuan Tugas Percepatan MBG mengambil langkah strategis, termasuk melakukan redistribusi.
Misalnya, jika ada SPPG yang semula menangani 3.000 pelajar, sebagian dari jumlah tersebut akan dialihkan ke SPPG lain yang hanya melayani 1.000 siswa.
“Redistribusi ini mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dari produksi, pengantaran, hingga konsumsi,” tambah Triyono.
Dalam upaya penataan sasaran, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melibatkan TNI.
Triyono menegaskan bahwa TNI tidak hanya bertugas mendampingi distribusi, tetapi juga membantu memastikan penerima manfaat ditata dengan adil dan merata.
“Kami minta TNI di garda depan untuk mengelola dan mengatur penerima manfaat agar lebih merata. Jangan sampai ada satu SPPG yang kelebihan, sementara yang lain minim,” tegasnya.
Program MBG di Kulon Progo merupakan bagian dari kebijakan nasional dalam percepatan penanganan gizi di daerah.
Program ini didanai melalui APBN dan akan terus berjalan dengan evaluasi dan penyesuaian seiring pelaksanaannya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/02/24/67bc533849c91.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Musim Hujan Mundur, Warga Perbukitan Kulon Progo Sulit Air Bersih Regional 9 Oktober 2025
Musim Hujan Mundur, Warga Perbukitan Kulon Progo Sulit Air Bersih
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com –
Sejumlah warga di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai mengalami krisis air bersih akibat belum turunnya hujan seperti yang diperkirakan pada awal musim hujan.
Kondisi ini mulai dirasakan sejak beberapa pekan terakhir, terutama di wilayah perbukitan.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulon Progo, Budi Prastawa, menyampaikan bahwa warga terdampak tersebar di beberapa dusun pada Kapanewon Girimulyo, Kalibawang, dan Samigaluh.
“Saat ini ada warga yang mengalami keterbatasan akses air bersih. Kondisi ini merupakan dampak dari kemarau panjang serta mundurnya awal musim hujan,” ujar Budi saat ditemui di kantornya, Rabu (9/10/2025).
Sejumlah fasilitas umum juga turut terdampak, seperti SD Negeri di Girimulyo, gereja, masjid, musala, serta pemukiman warga di Pedukuhan Sumber Sari dan Banjarasri, Kalibawang.
Warga kini mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah daerah maupun inisiatif masyarakat.
BPBD Kulon Progo bersama sejumlah instansi terus melakukan pemantauan dan pendistribusian air bersih ke wilayah-wilayah terdampak.
Dari total 24 tangki air bersih yang disiapkan, sekitar 10 tangki telah didistribusikan.
Selain itu, Dinas Sosial menyiapkan 30 tangki tambahan, dan ada pihak ketiga yang siap menyumbangkan puluhan tangki air bersih lainnya.
Sebelumnya, BPBD memperkirakan tidak akan ada permintaan air bersih tahun ini, karena hujan diprediksi mulai turun sejak akhir Agustus.
Namun kenyataannya, sejak awal September hingga Oktober, hujan justru semakin jarang turun.
Di samping faktor cuaca, beberapa wilayah juga mengalami kesulitan air karena faktor lain.
Misalnya, wilayah Nanggulan terdampak pemeliharaan saluran irigasi, sementara rusaknya ground shield Jembatan Serandakan turut menurunkan debit Sungai Progo.
Hal ini berdampak langsung pada kedalaman sumur warga di sekitarnya.
“Muka air sumur itu mengikuti muka air Sungai Progo. Jadi ketika debit sungai turun, sumur warga juga ikut surut. Masyarakat masih bisa mencukupi kebutuhan air, meski volumenya tidak sebanyak biasanya,” jelas Budi.
BPBD saat ini tengah menyusun rencana distribusi tambahan untuk daerah-daerah yang mulai mengajukan permintaan bantuan air.
Pihaknya memperkirakan curah hujan akan mulai meningkat pada pertengahan hingga akhir Oktober.
Jika hujan turun secara konsisten mulai November, diharapkan permintaan bantuan air bersih dapat segera berakhir.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/08/68e68199efa39.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Abrasi Ancam Pantai Glagah-Congot, Groin Dibangun Lindungi Bandara YIA Regional 8 Oktober 2025
Abrasi Ancam Pantai Glagah-Congot, Groin Dibangun Lindungi Bandara YIA
Tim Redaksi
KOMPAS.com –
Abrasi terus menggerus garis pantai Glagah–Congot yang terletak di selatan Bandar Udara Yogyakarta Internasional Airport (YIA), tepatnya di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gelombang laut yang terus menerjang menyebabkan bibir pantai terkikis dan beberapa kali mengancam jalan aspal penghubung Glagah–Congot.
Sebagai langkah mitigasi, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) membangun groin, yaitu struktur pengaman pantai yang menjorok ke laut, untuk menahan abrasi.
“Groin merupakan bangunan pengaman pantai untuk menahan abrasi. Tahun ini kami membangun dua unit dari rencana lima unit, karena terkendala pendanaan,” kata Kepala BBWSSO DIY, Maryadi Utama, Rabu (8/10/2025).
Pembangunan lima unit groin ini direncanakan sepanjang pantai antara.
Dua unit telah dibangun pada 2025 dengan anggaran Rp 90 miliar.
Sisanya akan diselesaikan pada tahun berikutnya dengan membutuhkan anggaran Rp 120 miliar.
Maryadi menjelaskan, upaya pengamanan pantai selatan DIY sejatinya sudah dimulai sejak 2004, diawali dari kawasan Pantai Glagah.
Namun, intensitas pembangunan meningkat sejak berdirinya Bandara YIA yang lokasinya cukup dekat dari garis pantai.
Setelah kawasan ini menjadi bandara, fokus pengamanan kini berada di sepanjang garis pantai antara Sungai Serang hingga Sungai Bogowonto.
Sebelumnya telah berlangsung penataan dan perbaikan pada muara kedua sungai dan aliran sekitarnya hingga selesai pada 2024.
BBWSSO telah menyelesaikan pembangunan jeti Sungai Bogowonto pada 2024.
Jeti ini berfungsi mengarahkan aliran sungai langsung ke laut untuk mengurangi risiko banjir di sekitar bandara.
Selanjutnya, konsentrasi dilakukan pada sisi pantai.
Dalam pembangunan, groin dibangun dengan fondasi batuan kecil yang diperkuat oleh tetrapod, yakni struktur beton berbentuk khusus untuk meredam energi gelombang laut.
“Tetrapod-nya mulai dari ukuran 2 ton, 3 ton, hingga yang terbesar 7 ton di bagian paling depan,” jelas Maryadi.
Setiap unit groin memiliki panjang sekitar 75 meter, dan BBWSSO juga akan membangun revetment atau pelindung tebing di beberapa titik.
Pada 2026, tiga unit tambahan akan dibangun—dua di sisi timur dan satu di sisi barat dari lokasi saat ini.
“Dulu jalan di belakang lintasan bandara sempat tergerus ombak. Tapi sekarang perlahan pasir mulai terbentuk kembali di beberapa titik,” ungkap Maryadi.
Melalui pembangunan ini, BBWSSO berharap garis pantai di Kulon Progo tetap stabil dan mampu melindungi infrastruktur vital seperti Bandara YIA dan pemukiman warga dari dampak abrasi serta perubahan iklim.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/17/6878d8a36ade8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Adu Banteng Jazz vs Motor di Kulon Progo, Warga Bantul Tewas di Tempat Yogyakarta 8 Oktober 2025
Adu Banteng Jazz vs Motor di Kulon Progo, Warga Bantul Tewas di Tempat
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com
– Seorang pemotor berusia 23 tahun, NP, warga Kretek, Kabupaten Bantul, tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Jalan Brosot-Nagung, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, pada Rabu (8/10/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.
Korban mengalami luka berat pada kepala dan dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.
“Korban mengalami cedera kepala berat dan meninggal dunia di lokasi,” ungkap Iptu Sarjoko, Kasi Humas Polres Kulon Progo, melalui pesan singkat.
Menurut informasi yang diperoleh, NP melaju menggunakan sepeda motor Honda Vario dengan nomor polisi AB 5718 ZB dari arah Bantul menuju Purworejo.
Jalan yang dilaluinya merupakan jalan lebar dan mulus.
Pada saat yang bersamaan, mobil Honda Jazz AB 1619 CR yang dikemudikan oleh IS (42), warga Galur, melaju dari arah berlawanan.
Sesampainya di kawasan yang dikenal warga sebagai Ngrowo, mobil tersebut berbelok ke kanan.
NP yang melaju kencang tidak dapat menghindari mobil tersebut, dan tabrakan pun tak terhindarkan.
Akibatnya, pengendara sepeda motor terlempar ke aspal dan mengalami luka parah.
Ia dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP).
Sementara itu, pengemudi mobil tidak mengalami luka dalam insiden tersebut.
Pihak kepolisian telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengamankan kedua kendaraan untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.
“Kami masih mendalami penyebab pasti kecelakaan dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi di sekitar lokasi,” kata Sarjoko.
Warga setempat terlihat membersihkan bekas dan bercak darah korban di lokasi kejadian sebagai bentuk kepedulian terhadap insiden tragis ini.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.



