kab/kota: Kudus

  • Harga Resmi dari Pertamina, HET Elpiji 3 Kg dan Bright Gas, Sabtu 1 Februari 2025

    Harga Resmi dari Pertamina, HET Elpiji 3 Kg dan Bright Gas, Sabtu 1 Februari 2025

    Harga Resmi dari Pertamina, HET Elpiji 3 Kg dan Bright Gas, Sabtu 1 Februari 2025

    TRIBUNJATENG.COM- Berikut adalah pembaruan terbaru mengenai harga elpiji tabung 5,5 kg dan 12 kg di seluruh wilayah Indonesia untuk bulan Februari 2025.

    Mengutip Kompas.com, Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan, harga elpiji mulai bulan depan masih sama dengan Januari 2025. “Masih tetap,” ujar Heppy kepada Kompas.com, Jumat (17/1/2025).

    Sementara itu tabung gas melon 3 kg tetap di harga Rp18.000 per tabung.

    Sebelumnya di bulan September 2024 sempat naik, namun bulan Oktober hingga tahun 2025 kini masih sama.  

    Sumarno menyebutkan, perubahan HET itu bukanlah kenaikan, tetapi hanya menyesuaikan saja.  

    “Sebetulnya bukan naik, tapi menyesuaikan saja,” ungkap Sumarno mengutip Kompas.com, Senin (9/9/2024). 

    Menurutnya, penyesuaian HET LPG 3 kg itu telah melalui pertimbangan yang matang dari berbagai pihak.  

    Dia menambahkan, HET LPG 3 kg tidak pernah mengalami kenaikan sejak 2015 silam. 

    Namun terjadinya inflasi turut menjadi faktor kenaikan HET LPG 3 kg.  

    Sementara untuk harga gas non subsidi Bright Gas hari ini Sabtu 1 Februari 2025 sebagai berikut:

    1. Aceh (Aceh Besar, Langsa, dan Lhokseumawe)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    2. Sumatera Utara (Binjai, Deli Serdang, Labuhanbatu Selatan, Medan, dan Simalungun)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    3. Sumatera Barat (Padang dan Payakumbuh)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    4. Riau (Dumai dan Pekanbaru)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    5. Kepulauan Riau (Batam dan Bintan)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    6. Jambi (Jambi)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    7. Sumatera Selatan (Lubuk Linggau, Ogan Ilir, dan Palembang)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    8. Bengkulu (Bengkulu)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    9. Lampung (Bandar Lampung dan Metro)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    10. Bangka Belitung (Bangka, Bangka Barat, dan Belitung)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    11. Banten (Serang dan Tangerang)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    12. DKI Jakarta (Jakarta Barat dan Jakarta Utara)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    13. Jawa Barat (Bandung, Bekasi, Bogor, Cianjur, Garut, Indramayu, Karawang, Sukabumi, dan Tasikmalaya)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    14. Jawa Tengah (Boyolali, Cilacap, Demak, Kudus, Pemalang, Semarang, Solo, dan Tegal)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    15. Daerah Istimewa Yogyakarta (Bantul dan Sleman)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    16. Jawa Timur (Banyuwangi, Gresik, Kediri, Malang, Ngawi, Pamekasan, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, dan Tulungagung)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    17. Bali (Badung, Denpasar, dan Tabanan)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    18. Nusa Tenggara Barat (Lombok)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 90.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 192.000.

    19. Kalimantan Barat (Pontianak)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    20. Kalimantan Tengah (Palangkaraya dan Kotawaringin Timur)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    21. Kalimantan Selatan (Banjar, Banjarbaru, Tabalong, dan Tanah Bumbu)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    22. Kalimantan Timur (Balikpapan, Kutai Kartanegara, dan Samarinda)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    23. Kalimantan Utara (Tarakan)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 107.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 229.000.

    24. Sulawesi Selatan (Makassar dan Pare-Pare)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    25. Sulawesi Selatan (Palu)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 94.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 194.000.

    26. Gorontalo (Gorontalo)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    27. Sulawesi Utara (Bitung)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    28. Sulawesi Tenggara (Kendari)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 97.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 202.000.

    29. Maluku (Ambon)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 117.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 249.000.

    30. Papua (Jayapura)

    Harga elpiji 5,5 kg: Rp 117.000
    Harga elpiji 12 kg: Rp 249.000.

     

  • Dampak Cuaca Ekstrem, Angin Kencang, Longsor, Sampai Banjir Terjadi di Kudus

    Dampak Cuaca Ekstrem, Angin Kencang, Longsor, Sampai Banjir Terjadi di Kudus

    TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus mencatat ada sejumlah bencana mulai dari longsor, angin kencang, sampai banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus.

    Bencana yang terjadi sejak Rabu 29 Januari 2025 karena sebelumnya hujan disertai angin terjadi hampir di seluruh wilayah Kabupaten Kudus .

    Kasi Kedaruratan BPBD Kudus Munaji mengatakan, untuk tanah longsor terjadi lebih dari 10 titik di Kecamatan Gebog dan Dawe.

    Dari data yang pihaknya himpun misalnya longsor terjadi tiga titik di jalan antara desa Rahtawu-Semliro. Kemudian di Dukuh Kambangan, Desa Menawan, Kecamatan Gebog longsor terjadi di dua titik.

    Kemudian di Kecamatan Dawe terdapat beberapa titik longsor misalnya di di Desa Soco terdapat dua titik lokasi yang longsor dan di Desa Colo terdapat tiga titik longsor.

    Kemudian di Desa Cranggang dan Ternadi masing-masing ada satu titik longsor.

    “Ini merupakan dampak bencana hidrometeorologi basah yang terjadi di wilayah Kudus,” kata Munaji, Kamis (30/1/2025).

    Sementara itu di bencana angin kencang yang menerjang setidaknya merusak dua rumah.

    Satu rumah rusak ringan terjadi di Dukuh Pulutan, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo.

    Sedangkan satu rumah rusak berat yang diterjang angin kencang milik Nikmah warga Karangampel, Kecamatan Kaliwungu.

    Angin kencang ini juga menumbangkan sejumlah pohon di Kabupaten Kudus.

    Tercatat ada sebanyak tujuh titik lokasi pohon tumbang yang terjadi karena angin kencang.

    Selanjutnya tingginya intensitas hujan yang terjadi di Kudus juga mengakibatkan banjir.

    Tercatat ada tiga desa yang terjadi banjir akibat limpasan sungai. Yakni di Desa Singocandi, Kecamatan Kota Kudus yang terjadi banjir akibat limpasan Sungai Gelis.

    Untuk banjir yang terjadi di Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo terjadi karena limpasan air dari Sungai Piji. Dan banjir juga terjadi di Temulus, Kecamatan Mejobo akibat limpasan dari Sungai Dawe.

    “Dari semua bencana yang terjadi tidak ada korban jiwa,” kata Munaji.

    Sebelumnya Kepala BPBD Kudus Mundir mengatakan, kalau pihaknya telah menyiagakan petugas selama 24 jam yang siap diterjunkan saat terjadi bencana.

    Untuk dukungan penanganan bencana, pihaknya telah menyiapkan alokasi sebesar Rp 4,75 miliar. Alokasi anggaran ini sekaligus untuk melengkapi kesiapan personel dan peralatan yang akan diterjunkan saat bencana. (*)

     

  • Banjir Rendam Ratusan Rumah di Kecamatan Mejobo  Kudus, 1.100 Jiwa Terdampak

    Banjir Rendam Ratusan Rumah di Kecamatan Mejobo Kudus, 1.100 Jiwa Terdampak

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Bencana banjir dampak limpasan Sungai Dawe dan Sungai Piji melanda empat desa di wilayah Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Kamis (30/1/2025).

    Meliputi Desa Golantepus, Tenggeles, Kesambi dan Desa Mejobo merendam 350 rumah dengan perkiraan 1.100 jiwa terdampak.

    Camat Mejobo, Moch Zaenuri mengatakan, banjir di wilayah Mejobo disebabkan meluapnya Sungai Dawe, Sungai Piji, dan sungai di sisi timur kecamatan pada Rabu malam (29/1/2025) pukul 18.30 WIB.

    Pada awalnya, banjir hanya menggenangi permukiman warga di tiga desa, Golantepus, Kesambi, dan Tenggeles.

    Namun, genangan banjir di Golantepus meluas hingga ke Desa Mejobo pada Kamis (30/1/2025) dini hari di beberapa RT.

    Menurut dia, banjir yang sudah menjadi langganan di wilayah Mejobo pada kali ini merendam kurang lebih 350 rumah di empat desa, dengan ketinggian air mencapai 20-40 sentimeter.

    Permukiman di Desa Kesambi yang terendam banjir ada di tiga RW, meliputi RW 6, 9 dan 10. Di Desa Mejobo RW 2, 3 dan 4, sedangkan di Golantepus ada di RW 2.

    “Banjir tertinggi di Kesambi. Untuk di Tenggeles hanya sebagian kecil rumah yang terendam, saat ini sudah mulai surut,” terangnya.

    Menurut Zaenuri, pemerintah kecamatan, pemerintah desa yang ada di Mejobo, juga masyarakat sudah rutin melakukan kerjabakti pembersihan sungai, utamanya menjelang musim penghujan tiba.

    Namun, kondisi sungai di sekitar Mejobo sudah mengalami pendangkalan, sehingga membutuhkan peran serta dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk melakukan normalisasi sungai dengan mengeruk sedimentasi.

    Supaya badan sungai mampu menampung debit air ketika hujan mengguyur Kabupaten Kudus dalam beberapa hari. Minimal dengan normalisasi sungai bisa mengurangi resiko terjadinya banjir dari limpasan sungai.

    “Kewenangan lebih lanjut ada di BBWS, mudah-mudahan ada pengerukan sungai di sepanjang Sungai Piji, Dawe, dan Jeratun, sehinga air bisa langsung ke Sungai Juwana. Kondisi sungai sudah lebih dari lima tahun mengalami pendangkalan, harus segera diantisipasi,” ujarnya.

    Sejauh ini belum ada warga di Kecamatan Mejobo yang mengungsi. Namun, tempat pengungsian dan dapur umum sudah disiagakan di Desa Golantepus.

    Dalam rangka berjaga-jaga bilamana diperlukan sewaktu-waktu, mengingat intensitas hujan di Kota Kretek masih cukup tinggi.

    Seorang warga, Muhammad Nur Salis menyampaikan, rumahnya mulai terendam banjir sejak Kamis dini hari.

    Ketinggian air terus mengalami peningkatan hingga sepaha orang dewasa pada Kamis pagi pukul 07.00 WIB.

    “Kalau hujannya deras seperti ini terus, banjir susah surut, apalagi di sisi selatan desa, pasti akan naik. Kalau hujan reda, banjir berangsur surut, tergantung cuaca juga,” ucapnya.

    Nur Salis khawatir jika debit air Sungai Dawe dan Sungai Piji terus meningkat, nantinya bisa mengancam keselamatan ribuan jiwa di wilayah Kecamatan Mejobo.

    “Di sini sering terjadi banjir meskipun akses jalan raya sudah ditinggikan, tetap terdampak banjir. Jadi warga sudah biasa, enggak kaget lagi melihat debit air sungai tinggi menyebabkan banjir. Barang-barang berharga dan perabot rumah sudah dinaikkan ke tempat aman banjir,” tambahnya.

    Warga lain, Muhammad Yusuf berharap pemerintah daerah juga pihak terkait melakukan upaya agar banjir yang menjadi langganan di Mejobo diatasi ke depannya. Supaya tidak menjadi bencana langganan setiap tahun. (Sam)

  • Perusahaan milik Keuskupan Maumere gusur ratusan rumah warga adat – ‘Kami tidak menyangka gereja bisa melakukan ini’ – Halaman all

    Perusahaan milik Keuskupan Maumere gusur ratusan rumah warga adat – ‘Kami tidak menyangka gereja bisa melakukan ini’ – Halaman all

    Ratusan keluarga dari Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai di Desa Nangahale, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, memilih tetap tinggal di antara puing-puing reruntuhan bangunan yang hancur digusur PT Kristus Raja Maumere pada pekan lalu.

    Mereka mendirikan ‘rumah darurat’ yang terbuat dari seng dan beratap terpal demi mempertahankan tanah ulayat mereka.

    “Kami tetap bertahan di rumah yang sudah digusur ini, kami bertahan, karena kami punya tanah hak ulayat, kami tidak takut apabila ada preman yang kembali datang,” ujar Kepala Suku Soge, Ignasius Nasi.

    Penggusuran ini merupakan buntut dari konflik lahan yang berlangsung bertahun-tahun antara masyarakat adat dengan perusahaan milik Keuskupan Maumere.

    Direktur Utama PT Kristus Raja Maumere, Romo Epy Rimo, menyebut penggusuran itu sebagai ‘pembersihan’ sebab pihaknya sudah mengantongi hak mengelola tanah tersebut untuk pengembangan bisnis perkebunan kelapa.

    Upaya ‘pembersihan’ itu, klaimnya, akan terus dilakukan dalam waktu dekat.

    Menanggapi persoalan ini Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran-Perantau, Konferensi Waligereja Indonesia, Romo Marten Jenarut, mengatakan prinsip bisnis dalam gereja harus tetap dalam kerangka mendukung marwah gereja sebagai lembaga keagamaan.

    “Pada prinsipnya ajaran sosial gereja menjunjung tinggi keadilan, kesejahteraan sosial, solidaritas, martabat manusia, dan keutuhan ciptaan,” papar Romo Marten.

    ‘Kami kaget gereja bisa melakukan ini’

    Jejak penggusuran yang terjadi di Desa Nangahale pada Selasa (22/01) lalu masih terasa menyakitkan bagi ratusan keluarga dari Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai.

    Rumah yang mereka bangun dengan hasil jerih payah selama bertahun-tahun porak-poranda digilas ekskavator tanpa ampun.

    Begitu pula kebun yang menjadi sumber hidup mereka.

    Kepala Suku Soge Natarmage, Ignasius Nasi, menceritakan ratusan warga—yang kebanyakan para ibu—sempat mengadang alat berat yang hendak merobohkan rumah-rumah mereka.

    Mereka mencegat ekskavator sambil berteriak: “Inikah perbuatan orang kudus?”

    Ketika Negara dan Tokoh Agama sudah melukai hati rakyat, Pada siapa lagi rakyat mengadu?

    Umat nasrani dan kristen di NTT sedang bersedih.

    Tapi apa daya, jumlah dan kekuatan mereka kalah jauh.

    Sebab tak hanya alat berat yang didatangkan, ada pula ratusan orang yang diduga dari PT Kristus Raja Maumere memakai ikat kepala sambil membawa parang, palu, dan linggis.

    Segerombolan orang itu memaksa warga keluar dari rumah dan mengambil paksa hasil kebun.

    Menurut Ignasius, aparat dari TNI-Polri serta Satpol PP juga berada di lokasi untuk mengawal proses penggusuran.

    Sepekan setelah kejadian itu, ratusan keluarga masih bertahan di lokasi yang sama, tapi kali ini di antara puing-puing rumah yang luluh lantak.

    Mereka mendirikan ‘rumah darurat’ yang terbuat dari seng dan beratap terpal demi mempertahankan tanah ulayat mereka.

    “Kami tetap berada di rumah yang sudah digusur ini, kami tetap bertahan karena kami punya tanah hak ulayat, kami tidak pernah takut apabila ada preman yang kembali datang,” ucap Ignasius.

    Ketika BBC News Indonesia ke sana, sejumlah warga dengan muka hampa sedang mengais barang-barang yang masih bisa dipakai, sebagian lagi sedang memasak, dan yang lain duduk dengan kepala menunduk di dekat rumah yang telah runtuh.

    Ignasius berkata ratusan keluarga ini sudah tinggal di lokasi eks HGU tersebut sejak 2014. Persisnya ketika kontrak HGU yang dimiliki Keuskupan Agung Ende berakhir.

    Sebab mereka meyakini tanah ini adalah warisan leluhur mereka.

    “Tanah ini… tanah warisan leluhur dari turun-temurun, sehingga kami kembali tinggal di sini,” jelas Ignasius.

    Di lahan yang terletak di Desa Nangahale ini lah mereka lantas mendirikan rumah-rumah dan berkebun.

    Total ada 150 kepala keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani.

    Konflik muncul kala PT Kristus Raja Maumere—perusahaan milik Keuskupan Maumere—hendak melanjutkan kontrak HGU di tanah tersebut.

    Sependek ingatan Ignasius, sejak Desember tahun 2023 setidaknya sudah ada tiga kali upaya penggusuran dan semuanya terjadi perlawanan.

    Penggusuran yang terakhir pada pekan lalu adalah puncak kekecewaan mereka.

    Imbasnya hubungan warga dengan gereja, jadi renggang. Bahkan masyarakat setempat tidak nyaman untuk beribadah di gereja.

    Ada perasaan sesal dan sakit hati karena “Yesus Kristus tidak pernah mengajarkan perbuatan seperti ini,” tutur Ignasius.

    “Kami tidak menyangka, kami kaget pihak gereja bisa melakukan ini. Bangunan rumah kami rusak, tanaman rusak, dan sumur air ditutup semua.”

    “Saat ini kami pun belum bisa ke gereja, tapi kami tidak bisa lepas dengan agama.”

    Anggota Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Sikka, John Bala, mengatakan penggusuran pekan lalu itu sebetulnya terjadi di beberapa lokasi: dua rumah di Utan Wair, seratus lebih unit di Pedan, Desa Nangahale dan lima lainnya di Wair Hek, Desa Likong Gete.

    Jika dijumlahkan maka ada 450 jiwa yang terdampak.

    Bagaimana silsilah tanah ini?

    John Bala, Anggota Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Sikka, menuturkan masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai sudah mendiami wilayah di Desa Nangahale dan sekitarnya jauh sebelum kolonial Belanda menguasai tanah tersebut pada 1912.

    Itu dibuktikan dari beberapa dokumen sejarah gereja Katolik di NTT dan Maumere.

    Dokumen itu menyebutkan ada tiga stasi utama dalam Misi Dominikan di wilayah Maumere yakni Sikka, Paga, dan Krowe.

    Dalam peta Stasi Misi dari zaman Dominikan yang dibuat oleh B.J.J. Visser, stasi Krowe ditempatkan di sekitar Nangahale –yang sekarang adalah lokasi konflik HGU dengan PT Kristus Raja Maumere.

    “Jadi ada keyakinan bahwa itu tanah leluhur suku Soge dan Goban Runut,” ujar John Bala kepada BBC News Indonesia, Senin (27/01).

    “Dan semestinya mereka mendapatkan tanah itu sebagai kewajiban negara untuk melayani kepentingan masyarakat adat dan petani yang tidak bertanah,” sambungnya.

    John kemudian merujuk pada dokumen permohonan pembaruan HGU yang diajukan oleh PT Kristus Raja Maumere tertanggal 3 November 2013.

    Katanya tertulis di situ, pada 1912 keluar surat keputusan dari pemerintah kolonial Belanda yang memberikan izin kepada perusahaan Amsterdam Soenda Compagny—yang berada di Amsterdam—untuk usaha penanaman kapas dan kelapa seluas 1.438 hektare.

    Tetapi perusahaan ini dilaporkan terus merugi gara-gara perkebunan kapasnya sering dibakar oleh rakyat.

    Karena kondisi demikian, pada 1926 perkebunan tersebut dijual oleh perusahaan Belanda kepada Apostolishe Vicariaat Van de Kleine Soenda Hilanden atau Keuskupan Agung Ende senilai 22.500 gulden.

    Perjanjian jual beli dibuat dengan akte penyerahan tanggal 10 Mei 1926 di hadapan Assisten Residen van Flores, Karel Christian van Haaster.

    Selanjutnya pada 1956, Keuskupan Agung Ende mengajukan permohonan kepada pemerintah swapraja Sikka untuk mengembalikan sebagian tanah konsesi seluas 783 hektare di Nangahale dengan alasan: telah diduduki dan diusahakan oleh rakyat.

    Tapi sisanya, tetap dikelola oleh Keuskupan Agung Ende.

    Pascakemerdekaan, sesuai aturan UU Pokok Agraria, pemerintah menetapkan perkebunan itu sebagai Hak Guna Usaha (HGU) melalui Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan nomor 4/HGU/89 tertanggal 5 Januari 1989.

    Keuskupan Agung Ende lantas mengajukan permohonan HGU atas tanah perkebunan Nangahale seluas 879 hektare, dan dikabulkan.

    Penerima HGU ini adalah perusahaan bentukan Keuskupan Agung Ende, yakni PT Perkebunan Kelapa Diag (Dioses Agung Ende) dengan jangka waktu selama 25 tahun dan berakhir pada 31 Desember 2013.

    Ketika Keuskupan Maumere berpisah dari Keuskupan Agung Ende, konsesi HGU PT Perkebunan Kelapa Diag diserahkan kepada PT Kristus Raja Maumere (Krisrama) yang dinaungi oleh Keuskupan Maumere.

    Pada 2013—sebelum berakhirnya masa HGU PT Diag—PT Kristus Raja Maumere mengajukan permohonan pembaharuan HGU ke Kementerian ATR/BPN.

    Tapi, usulan itu ditunda karena ada keberatan dari masyarakat adat Soge Natarmage dan Goban Runut yang mengeklaim telah menduduki tanah tersebut.

    “Dari silsilah itu jelas tanah HGU PT Kristus Raja Maumere berasal dari tanah milik masyarakat adat Soge Natarmage dan Goban Runut. Tanah ini diambil oleh kolonial Belanda kemudian disewakan kepada perusahaan kolonial Belanda,” kata John.

    “Hingga seterusnya dijual kepada misi gereja Katolik ketika itu.”

    “Waktu itu yang berlaku hukum kolonial Belanda yang sama sekali tidak mengakui hak-hak masyarakat adat.”

    Perjuangan merebut tanah adat

    Perjalanan masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai merebut kembali tanah mereka tidak muncul tiba-tiba.

    Sejak 1912 tercatat sudah ada perlawanan.

    Lalu pada Agustus 2000, masyarakat adat Soge Natarmage yang berada di Utan Wair melakukan reclaiming tanah HGU di Nangahale.

    Dan sebulan setelahnya, terjadi penangkapan terhadap tujuh orang warga karena dituduh mencuri asam di lokasi HGU. Namun beberapa hari kemudian dibebaskan atas desakan masyarakat dan LSM.

    Tahun-tahun setelahnya, masyarakat adat Soge Natarmage bergabung dengan Suku Tana Ai dan komunitas lainnya untuk melakukan aksi demonstrasi ke DPRD Kabupaten Sikka.

    Mereka juga tak gentar atas larangan pemda maupun keuskupan yang melarang pembukaan ladang di dalam kawasan HGU.

    Pada November 2015, perwakilan masyarakat adat Soge Natarmage dan Goban Runut berangkat ke Jakarta untuk menemui pejabat Kementerian ATR/BPN. Niat mereka hendak mengadukan nasib serta menuntut hak-hak sebagai penduduk asli.

    Perjalanan lima hari itu dengan biaya sendiri, kata John Bala.

    Sesampainya di Jakarta, mereka ditemani sejumlah LSM bertemu pihak kementerian. Pejabat kementerian menyampaikan permohonan pembaharuan HGU PT Kristus Raja Maumere akan ditinjau ulang.

    Kementerian, klaim John, juga memerintahkan Kepala Kantor BPN Provinsi NTT untuk melakukan penelitian ulang tanah bekas HGU yang dimohonkan PT Kristus Raja Maumere.

    Serta, meminta perwakilan masyarakat adat kembali berdialog dengan perusahaan.

    “Tapi dialog itu tidak pernah dilakukan sampai ada penerbitan konsesi HGU,” ujar John.

    Namun perlawanan masyarakat adat tak berhenti.

    Berkali-kali mereka mencegat aparat dan Satpol PP untuk melakukan pengukuran dan penanaman pilar tanda batas oleh PT Kristus Raja Maumere bersama pegawai kementerian ATR/BPN di lokasi.

    Mereka juga menghalangi pegawai BPN NTT yang hendak melakukan pemeriksaan tanah sebagai syarat keluarnya HGU.

    Meskipun penerbitan HGU baru untuk PT Kristus Raja Maumere akhirnya tetap keluar pada 20 Juli 2023 seluas 325,682 hektare.

    Dan pada 29 Juli 2024, masyarakat melakukan perlawanan atas pembersihan lahan dengan cara merusak plang yang bertuliskan ‘Tanah ini Milik PT Krisrama, Keuskupan Maumere’.

    Atas aksi itu, delapan orang dilaporkan ke polisi dan ditetapkan sebagai tersangka.

    Proses persidangan masih berlangsung hingga saat ini di Pengadilan Negeri Maumere.

    Sialnya, ungkap John, di persidangan yang berlangsung pada Selasa (22/01) dengan agenda pembacaan eksepsi delapan terdakwa, perusahaan menggusur rumah-rumah warga.

    “Perlawanan [mencegah penggusuran] itu agak terlambat karena sebagian besar warga datang ke pengadilan untuk memberikan dukungan,” ujar John.

    “Jadi perlawanan mencegah itu baru bisa dilakukan sore hari, ketika mereka pulang ke kampung yang jaraknya 30 kilometer.”

    Sementara yang tersisa di kampung, sambungnya, hanya orang tua, para istri, dan anak-anak.

    Apa langkah yang akan ditempuh warga?

    Masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai, klaim John Bala, menilai penerbitan SK HGU Nomor 01/BPN.53/7/2023 tentang Pembaharuan HGU PT Krisrama di Nangahale “cacat secara administrasi” karena tidak memenuhi syarat.

    “Syarat terbit HGU baru itu kan tanah harus berstatus clean and clear, artinya tanah itu tidak boleh ada konflik atau keberatan dari pihak lain. Ini keberatan masyarakat dianggap bukan konflik?” ujarnya.

    Atas dasar itulah, lanjut John, warga akan tetap bertahan di lokasi sembari menempuh langkah-langkah berikutnya.

    Salah satunya, mengajukan keberatan kepada Kementerian ATR/BPN atas penerbitan SK HGU kepada PT Krisrama.

    Pijakan keberatan tersebut merujuk pada diktum keenam dalam SK itu yang menyatakan “apabila di atas tanah yang diberikan HGU terdapat permasalahan, penguasaan, dan atau kepemilikan pihak lain di kemudian hari maka PT Krisrama wajib menyelesaikan masalah tersebut sesuai ketentuan yang berlaku”.

    Lalu, diktum sepuluh menyebutkan “pejabat yang berwenang bisa mencabut izin HGU apabila pemegang hak tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam diktum keenam”.

    Untuk membuktikan adanya persoalan dalam HGU, kata John, mereka akan membeberkan segala peristiwa yang terjadi. Termasuk upaya penggusuran yang belakangan terjadi.

    “Gusur atau pembersihan itu tidak ada dalam mekanisme peraturan yang berlaku. Penggusuran bisa dilakukan setelah ada perintah eksplisit dari pengadilan setelah proses perdata.”

    “Jadi enggak bisa gusur hanya karena sudah diberikan pengumuman di gereja, pengumuman oleh pemda, dan somasi.”

    Ia berharap dengan bukti-bukti tersebut, pemerintah mencabut SK HGU.

    Adapun upaya itu akan dilakukan dalam waktu dekat sembari mengumpulkan data-data di lapangan.

    Apa kata perusahaan dan KWI?

    Direktur Utama PT Kristus Raja Maumere, Romo Epy Rimo, menyebut penggusuran itu sebagai ‘pembersihan’ sebab pihaknya sudah mengantongi hak untuk mengelola tanah tersebut untuk pengembangan bisnis perkebunan kelapa seluas 325 hektare yang ditandai dengan penerbitan sepuluh sertifikat tanah eks HGU.

    Karenanya, kata dia, upaya ‘pembersihan’ itu akan terus dilakukan dalam waktu dekat.

    “Kemudian ada satu poin yang perlu kami lakukan adalah pembersihan lokasi untuk kami buat peremajaan kembali, karena kelapa-kelapa yang ada pada kami sekarang itu, usianya sudah usut…”

    “Karena itu perlu ada peremajaan sesuai dengan bagian dari rencana strategi pendapatan hak untuk kami melakukan mengembangkan kembali bisnis perkebunan kelapa,” papar Romo Epy.

    Direktur PT Pelaksana PT Kristus Raja Maumere, Romo Robertus Yan Faroka, juga membuat klaim bahwa ‘pembersihan’ ini telah melalui prosedur yang berlaku.

    Proses tersebut dimulai dari pengumuman di gereja, pengumuman oleh pemda, pendekatan perorangan, dan somasi hukum.

    Tapi sejumlah warga yang disebutnya ‘okupan’ mengabaikan imbauan-imbauan tersebut. Beberapa warga, katanya, secara sukarela mengosongkan pondok-pondok mereka.

    “Yang diviralkan kemarin hanya segelintir orang yang diminta bertahan oleh beberapa LSM dan aktor intelektual untuk kepentingan diri mereka sendiri,” ucapnya seperti dilansir Tempo.co.

    Merespons persoalan konflik lahan ini, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyarankan masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai mengajukan gugatan hukum ke pengadilan jika merasa lahan HGU yang diberikan kepada PT Kristus Raja Maumere atau Krisrama cacat administrasi.

    Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran-Perantau KWI, Romo Marten Jenarut, mengatakan opsi lain yang bisa dilakukan warga adalah mengajukan permohonan kepada Badan Pertanahan Nasional untuk membatalkan HGU tersebut.

    Namun dalam perkara ini, ia seakan menyiratkan bahwa KWI tidak memiliki kewenangan apa pun.

    “KWI bukan atasannya Keuskupan Maumere atau Keuskupan Maumere bukan subordinasi dari KWI. KWI hanya menjadi koordinator program-program tingkat keuskupan di seluruh Indonesia…”

    “Pihak-pihak yang terkait masalah ini adalah PT Krisrama dengan beberapa masyarakat adat. Bentuk-bentuk pilihan penyelesaian masalah selalu diawali dengan dialog dan musyawarah,” ucap Romo Marten Jenarut kepada BBC News Indonesia (27/01).

    Kendati demikian dia mengatakan prinsip bisnis dalam gereja harus tetap dalam kerangka mendukung marwah gereja sebagai lembaga keagamaan.

    “Pada prinsipnya ajaran sosial gereja menjunjung tinggi keadilan, kesejahteraan sosial, solidaritas, martabat manusia, dan keutuhan ciptaan,” papar Romo Marten.

    Sementara itu, Kepala Suku Soge, Ignasius Nasi, berharap pemerintah berpihak pada masyarakat adat, bukan gereja atau perusahaan. Sebab tugas negara, katanya, sebagai pengayom yang memberikan perlindungan kepada warganya.

  • Perayaan Imlek di Klenteng Hok Hien Bio Kudus, 8 Agenda Mulai Kirab Bwee Gee hingga Cap Go Meh

    Perayaan Imlek di Klenteng Hok Hien Bio Kudus, 8 Agenda Mulai Kirab Bwee Gee hingga Cap Go Meh

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Perayaan tahun baru Imlek di Klenteng Hok Hien Bio Kudus tahun ini dimeriahkan dengan delapan agenda utama yang berlangsung sejak 16 Januari hingga 12 Februari. Mulai dari kirab Bwee Gee hingga perayaan Cap Go Meh.

    Penjaga Klenteng Hok Hien Bio Kudus, Kundori mengatakan, ada beberapa rangkaian kegiatan yang disajikan dalam menyambut tahun baru Imlek pada tahun ini.

    Dimulai dengan kirab bwee gee 2025 pada 15 Januari sebagai ungkapan terimakasih kepada YM. Kongco Hok Tek Tjeng Sin T.I.T.D Hok Hien Bio Kudus.

    Pada 22 Januari diisi dengan kegiatan kongco naik. Setidaknya ada 18 kongco atau patung yang diberi nama di Klenteng Hok Hien Bio.

    Sementara kegiatan bersih-bersih bio dilaksanakan pada 26 Januari, dilakukan sejak pukul 06.00 hingga selesai.

    “Puncaknya hari ini 28 Januari dengan perayaan malam sincia, yaitu malam tahun barunya umat Tionghoa atau Imlek 2575. Ada tradisi sembahyang dimulai pukul 23.00 – selesai,” terangnya, Selasa (28/1/2025).

    Rencananya ada puluhan umat Tridharma yang bakal menggelar sembahyang bersama pada malam Imlek di Klenteng Hok Hien Bio Kudus.

    Disediakan pula sesembahan dari buah-buahan, seperti buah pear, jeruk pamelo, pisang emas, pisang raja, dan aneka jenis buah lainnya sebagai sesaji.

    Setelah itu, lanjut Kundori, penurunan kongco dilakukan pada 31 Januari.

    Sementara perayaan King Thi Thong atau prosesi sembahyang langsung kepada Tuhan yang dikenal sebagai 7 harinya Imlek diagendakan pada 5 Februari mulai pukul 20.00 – selesai.

    Tiga hari setelahnya, yakni 8 Februari digelar kegiatan Ci Swak atau prosesi ruwatan mulai pukul 15.00 WIB sampai selesai. Biasanya juga diisi dengan prosesi sembahyang yang dilakukan bersama-sama.

    Puncak dari rangkaian perayaan Imlek ditutup dengan kegiatan Cap Go Meh pada 12 Februari.

    Rencananya bakal dimeriahkan dengan penampilan barongsai dan juga makan gratis lontong cap gomeh di lokasi Klenteng Hok Hien Bio Kudus.

    “Kalau di klenteng ini, kebanyakan umat yang datang untuk sembahyang kategori dewasa dan lansia. Umat dari gereja Katholik juga ada yang sembahyang di klenteng. Untuk malam Imleknya hanya kegiatan seperti biasa, yang ramai di perayaan cap go meh nanti,” tuturnya. (Sam)

  • Raih Gelar Juara MilkLife Soccer Challenge All-Stars, Tim All-Stars Kudus Sukses Cetak Sejarah

    Raih Gelar Juara MilkLife Soccer Challenge All-Stars, Tim All-Stars Kudus Sukses Cetak Sejarah

    JABAR EKSPRES – Tim All-Stars Kudus sukses mencatatkan sejarah sebagai kampiun pada gelaran perdana MilkLife Soccer Challenge All-Stars yang digagas oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife.

    Dalam laga final yang digelar di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah, pada Minggu (26/1), anak-anak asuhan Coach Yayat Hidayat membekap perlawanan Tim All-Stars Solo dengan skor 1-0.

    Mencuplik jalannya pertandingan, kedua tim memulai laga dengan agresivitas yang cukup tinggi dengan menciptakan beberapa peluang berbahaya.

    Serangan demi serangan dibangun kedua tim demi merobek jantung pertahanan. Sayang, upaya itu belum membuahkan hasil di papan skor hingga turun minum.

    Gol tunggal di laga final itu tercipta di babak kedua melalui skema sepak pojok. Tendangan striker Tim All-Stars Kudus, Giada Soebianto yang melabung ke arah gawang, lolos dari hadangan kiper Tim All-Stars Solo, Queenza Auradista.

    Kemelut di depan pun terjadi hingga striker Tim All Stars Kudus, Asyifa Sholawa Farizqi, melakukan sontekan sehingga bola meluncur ke gawang. Kedudukan bertahan 1-0 hingga wasit meniup peluit panjang.

    Pelatih Tim All-Star Kudus, Yayat Hidayat mengapresiasi kerja sama tim yang baik diantara penggawa Kota Santri di sepanjang gelaran MilkLife Soccer Challenge All-Stars berlangsung dari 23 hingga 26 Januari.

    Menjalani lima pertandingan selama turnamen, Tim All-Stars Kudus belum pernah mencatatkan kekalahan.

    ”Progress permainan Tim All-Stars Kudus sangat bagus dari awal sampai final. Pada pertandingan tadi di babak pertama sedikit kesulitan karena Tim Solo juga bertahan sangat kokoh,” terangnya.

    ”Tapi, alhamdulillah babak kedua permainan mulai berkembang, tim bermain lepas sehingga bisa mengubah peluang menjadi gol,” lanjut Yayat.

    Pelatih berlisensi A AFC itu menambahkan catatan prestasi di ajang ini diharapkan dapat menjadi langkah awal agar seluruh pemain dapat menggapai asa sebagai pesepakbola putri handal masa depan.

    ”Harapan saya ke depan para pemain dapat terus berproses, lebih giat latihan, sehingga apa yang dicita-citakan bisa tercapai,” tandasnya.

    Senada, Kapten Tim All-Stars Kudus, Asyifa Sholawa Farizqi bersyukur atas capaian di ajang level nasional itu. Terlebih para pemain terbaik dari delapan kota bertemu untuk adu kemampuan mengolah ‘si kulit bundar’ di lapangan.

  • Prediksi Cuaca Ekstrem di Jateng 26-28 Januari, Ini Daftar Wilayah Terdampak
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        26 Januari 2025

    Prediksi Cuaca Ekstrem di Jateng 26-28 Januari, Ini Daftar Wilayah Terdampak Yogyakarta 26 Januari 2025

    Prediksi Cuaca Ekstrem di Jateng 26-28 Januari, Ini Daftar Wilayah Terdampak
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
    BMKG
    ) Stasiun Ahmad Yani memprediksi potensi terjadinya
    cuaca ekstrem
    di wilayah Jateng pada 26-28 Januari 2025.
    Kepala BMKG Stasiun Ahmad Yani Yoga Sambodo mengatakan, gangguan atmosfer menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jateng.
    “Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan awan konvektif (awan Cumulonimbus) yang berpotensi menyebabkan curah
    hujan lebat
    disertai kilat atau petir dan angin kencang di wilayah
    Jawa Tengah
    ,” ujar Yoga dalam keterangan tertulis, Minggu (26/1/2025).
    Potensi tersebut tersebar di wilayah berikut:
    26 Januari 2025
    :
    Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Demak, Grobogan, Jepara, Karanganyar, Kendal, Kebumen, Kudus, Kab./Kota Magelang, Pati, Kab. Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Salatiga, Kab. Semarang, Sragen, Kab. Tegal, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, dan sekitarnya.
    27 Januari 2025
    :
    Banjarnegara, Batang, Banyumas, Brebes, Blora, Boyolali, Cilacap, Demak, Grobogan, Jepara, Karanganyar, Kebumen, Kendal, Kudus, Kab./Kota Magelang, Pati, Kab./Kota Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Salatiga, Kab. Semarang, Sragen, Kab. Tegal, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, dan sekitarnya.
    28 Januari 2025
    :
    Banjarnegara, Batang, Banyumas, Brebes, Boyolali, Cilacap, Demak, Jepara, Karanganyar, Kendal, Kudus, Klaten, Pati, Kab./Kota Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Salatiga, Kab./Kota Semarang, Sragen, Sukoharjo, Surakarta, Kab. Tegal, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, dan sekitarnya.
    “Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di wilayah rawan bencana dihimbau untuk terus waspada dan siaga, terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak yang dapat terjadi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, sambaran petir, dan pohon tumbang,” imbau dia.
    Dia juga meminta masyarakat untuk selalu memperhatikan update informasi cuaca ekstrem dari Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang melalui website https://www.cuaca.
    bmkg
    .go.id, dan Instagram @cuaca_jateng, Twitter @cuacajateng, dan Facebook @Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
    Dia memaparkan adanya sirkulasi siklonik yang terpantau di wilayah barat Sumatera menyebabkan pola belokan dan pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah.
    “Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) saat ini terpantau aktif pada fase 3 yang berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Jawa Tengah. Hingga akhir Januari 2025, diprediksi berada pada fase 4 dan 5, masih berpengaruh untuk wilayah Jawa Tengah,” lanjut dia.
    Lalu, kelembapan udara di berbagai ketinggian cenderung basah sehingga berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan yang menjulang hingga ke lapisan atas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Seleksi Beasiswa Sepakbola ASTI di Kendal Diminati Anak Muda Nusantara

    Seleksi Beasiswa Sepakbola ASTI di Kendal Diminati Anak Muda Nusantara

    TRIBUNJATENG.COM, KENDAL – Akademi Sarana Talenta Indonesia (ASTI) yang berfokus di bidang sepak bola melanjutkan kiprahnya dalam pencarian bibit pesepakbola unggul.

    Setelah sebelumnya melakukan seleksi di Semarang pada 29 Desember 2024, ASTI menjajaki wilayah Kendal untuk mencari bibit atlet.

    Terdapat sekira 190 peserta yang ikut menghadiri seleksi meraih beasiswa ASTI 2025.

    Uniknya, mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia.

    “Dari Sorong, Timika, Ternate, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tenggara, Sumatera, Medan, Palembang, Lampung, Jambi, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, hingga Yogyakarta ada,” kata CEO ASTI, Arief Budiyanto saat menggelar seleksi di Stadion Utama Kebondalem Kendal, Minggu (26/1/2025).

    Dalam seleksi tahap II ini, ASTI menggandeng pelatih dari negara Pantai Gading, Sidibe Musa untuk menentukan pesepakbola muda yang layak mendapatkan beasiswa.

    Peserta pun harus menguasai kemampuan speed agility, juggling, dan long pass untuk menarik perhatian pelatih.

    Selain itu, peserta juga dituntut mengeluarkan kemampuan individu maupun kolektif terbaik dalam permainan sepak bola lapangan kecil (small game) dan permainan sepakbola 11 vs 11. 

    “Tim pelatih akan menentukan mana yang layak dapat beasiswa. Ini seleksinya ketat,” terangnya. 

    Arief Budiyanto menambahkan, beasiswa kali ini dikhususkan untuk usia kelahiran 2008 hingga 2013.

    Ia juga belum bisa memastikan jumlah kuota yang bisa mendapatkan beasiswa tersebut.

    Peserta yang dinyatakan lolos, akan ditempatkan diberbagai cabang, seperti ASTI Kudus, ASTI Kendal, ASTI Tegal, dan ASTI Yogyakarta. 

    “Tergantung pelatih.”

    “Yang jelas peserta setelah dinyatakan lolos akan diajarkan sistem pendidikan berasrama dengan tingkat disiplin yang ketat.”

    “Tidak hanya dalam hal sepak bola, juga disiplin ibadah, mengaji dan sekolah formal,” bebernya.

    Arief Budiyanto menjelaskan, mekanisme pemberian beasiswa berlangsung selama setahun berdasarkan klasifikasi penilaian.

    “Misalnya, peserta berhasil masuk kategori 100 persen, nantinya berhak mendapatkan beasiswa full 100 persen selama satu tahun ke depan di ASTI,”

    “Berlaku juga bagi peserta yang lolos dengan penilaian 50 persen juga mendapatkan beasiswa sebesar 50 persen.” paparnya.

    Pelatih seleksi, Sidibe Musa mengatakan, dirinya melihat pemain potensial mendominasi seleksi tahap II kali ini.

    Ia pun harus berpikir keras untuk menentukan mana peserta yang layak mendapat beasiswa.

    “Jujur mereka memiliki skil bagus.”

    “Kami sudah coba untuk long pass dan speed mereka bagus.”

    “Kiper juga bagus,” tandasnya. (*)

  • Mimpi Besar Victor Hartono Bicara Pengembangan Sepak Bola Putri di Indonesia

    Mimpi Besar Victor Hartono Bicara Pengembangan Sepak Bola Putri di Indonesia

    TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – President Director Djarum Foundation Victor Rachmat Hartono komitmen untuk membangun ekosistem pembibitan sepak bola putri Tanah Air.

    Bahkan upaya ini juga selaras dengan apa yang diinginkan oleh PSSI.

    Upaya pengembangan sepak bola putri dengan cara membangun ekosistem dari akar rumput telah dilakukan oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife melalui MilkLife Soccer Challenge yang sudah berlangsung di delapan kota di Indonesia.

    Delapan kota tersebut yaitu Kudus, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Tangerang.

    “Tahun 2025 ini kami akan tambah Malang dan Bekasi. Jadi total ada 10 kota,” kata Victor.

    Upaya ini pun sudah diselaraskan dengan apa yang menjadi visi PSSI dalam mengembangkan sepak bola putri di Indonesia.

    Sebelumnya, Erick Thohir dan Victor Rachmat Hartono telah bertemu.

    Dalam unggahan di akun Instagram milik Erick Thohir keduanya sepakat untuk sama-sama membangun sepak bola wanita.

    “Pembangunan sepak bola putri dari grassroots hingga level nasional menjadi bagian penting dalam pembinaan yang dilakukan PSSI. Semoga sukses untuk MilkLife yang terus mendorong perkembangan sepak bola putri di Indonesia,” tulis akun Erick Thohir.

    Victor menambahkan, dia dan Erick Thohir juga sudah menyatukan pemikiran untuk bersama-sama membangun sepak bola putri.

    Pengembangan yang telah dilakukan dari akar rumput melalui program MilkLife Soccer Challenge untuk U-10 dan U-12 mendapat respons positif.

    “Nanti kami juga ada Piala Pertiwi untuk U-14 dan U-16 sebagai kelanjutan dari MilkLife Soccer Challenge untuk U-10 dan U-12,” kata Victor.

    Untuk menuju jenjang yang lebih tinggi, rencananya tahun depan PSSI akan menggelar Liga sepak bola khusus untuk putri.

    Dengan begitu nanti otomatis akan ada akademi sepak bola putri untuk U-18. 

    Artinya, kata Victor, jenjang pembibitan sejak usia dini sampai dewasa nantinya bakal terhubung.

    Apalagi dari hasil pembibitan yang pihaknya lakukan ada yang berhasil memperkuat timnas sepak bola putri Indonesia. Tentu merupakan hal yang membanggakan. (*)

  • Jurus Rahasia Legislator Lunakkan Hati Warga, TPA Tanjungrejo Kembali Dibuka

    Jurus Rahasia Legislator Lunakkan Hati Warga, TPA Tanjungrejo Kembali Dibuka

    Liputan6.com, Jakarta – Darurat penanganan dan pembuangan sampah yang kini terjadi di Kabupaten Kudus Jawa Tengah, tentu saja membuat resah dan prihatin banyak pihak. Kondisi ini terjadi usai penyegelan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh warga Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo Kudus pada Kamis (16/1/2025) lalu.

    TPA satu-satunya yang ada di Kota Kretek ini disegel paksa ratusan warga yang berunjuk rasa, karena memicu pencemaran lingkungan dan mengganggu kesehatan warga Desa Tanjungrejo.

    Tentu penutupan TPA Tanjungrejo ini menghambat kelancaran armada pengangkut sampah ke TPA selama hampir dua pekan hingga kini. Bahkan masyarakat di kecamatan lainnya di wilayah Kudus, juga dibuat kebingungan untuk membuang sampah.

    Parahnya lagi, mengakibatkan tumpukan sampah ditemukan di berbagai sudut kota hingga membuat kumuh perwajahan Kota Kudus. Bahkan untuk merayu warga Tanjungrejo membuka segel TPA, pihak DPRD dan Pemkab Kudus pun sempat turun tangan.

    Namun negosiasi yang dilakukan kemarin lusa berlangsung alot. Warga tetap ngotot tidak memberikan izin pembukaan TPA untuk beroperasi. Alasannya, solusi yang ditawarkan DPRD dan Pemkab Kudus belum memenuhi tuntutan warga Tanjungrejo.

    Geger penutupan TPA Tanjungrejo ini pun mengundang keprihatinan dari Anggota DPR RI Musthofa. Mantan Bupati Kudus dua periode tersebut harus turun tangan bernegosiasi dengan warga untuk membuka kembali akses kelancaran di TPA setempat.

    Musthofa langsung menemui kepala desa dan perwakilan warga Desa Tanjungrejo untuk berembug terkait pembukaan TPA, Sabtu (25/1/2025).

    Warga Luluh

    Dalam pertemuan di balai desa itu, Musthofa didampingi Pj Bupati Kudus Herda Helmijaya, Kapolres Kudus AKBP Roni Bonic dan sejumlah pimpinan dinas terkait.

    Melalui perdebatan yang berjalan alot, Musthofa akhirnya bisa meluluhkan hati warga Desa Tanjungrejo. Warga pun berkenan membuka kembali TPA dengan berbagai syarat yang ditentukan.

    “Alhamdulillah, sudah ada titik temu. Insyaallah TPA Tanjungrejo bisa dibuka lagi,” ujar Musthofa yang juga Legislator PDI Perjuangan Dapil II Jawa Tengah.

    Berdasarkan kesepakatan dengan warga desa setempat yang, Kepala Desa Tanjungrejo Christian Rahadiyanto dan Fahmi Arsyad mewakili warga setempat, mengizinkan TPA dibuka kembali pada Minggu (26/1/2025).

    Musthofa mengakui, persoalan sampah di Kudus menjadi viral dan menjadi perhatian nasional. Sebagai anggota DPR RI dari Kudus, pihaknya ingin membantu menyelesaikan persoalan tersebut.

    Di samping solusi darurat yang dipersyaratkan, Musthofa juga mengajak seluruh masyarakat Kudus meningkatkan kesadarannya membantu pengelolaan sampah dengan pemilahan dari lingkungan rumah tinggalnya masing-masing.

    “Saya di DPR RI juga siap membantu (penanganan sampah), terutama dalam suporting alokasi anggaran pusat, tentunya atas permintaan dari Pemerintah Kabupaten Kudus,” terang Musthofa.

    Ungkapan serupa juga dikatakan Pj Bupati Kudus Herda Helmijaya. Pihaknya menyatakan bahwa Pemkab Kudus berkomitmen menyelesaikan persoalan sampah. Bahkan dalam waktu, penataan TPA terus dilakukan untuk meminimalisir dampak pencemaran yang merugikan warga.

    Selain itu, Sekda Kudus Revlisianto Subekti menjanjikan segera fokus mengurangi rembesnya lindi (air limbah sampah) ke sungai dalam waktu 2 hari.

    Upaya yang dilakukan dengan menyedot air lindi untuk ditampung di kolam. Selanjutnya diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang selama ini sudah dimiliki TPA.

    “Kami sudah berkoordinasi dengan perusahaan swasta untuk membantu penanganan air lindi ini,” terangnya.

     

    RDF Cilacap, Teknologi Pengolahan Sampah Ramah Lingkungan