Bupati Samani: Bahasa Jawa dengan Dialek Muria Unik dan “Ngangeni”
Editor
KUDUS, KOMPAS.com
– Lomba Dialog Bahasa Jawa Dialek Muria yang digelar Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X Jawa Tengah dan DIY rampung pada Rabu (3/9/2025).
Dibuka pada Juli lalu dengan seleksi online dalam bentuk kiriman video, puncak kompetisi berlangsung melalui ajang Grand Final 10 peserta digelar di Ballroom Hotel Griptha.
Perwakilan dari Kudus pelajar SMPN 1 Dawe merebut peringkat kedua.
Sementara SMPN 1 Jati dan SMPN 5 Kudus harus puas di peringkat 4 dan 6.
Bupati Kudus, Samani Intakoris mengatakan, lomba ini menjadi sarana penting untuk menumbuhkan semangat generasi muda dalam menjaga bahasa daerah.
Termasuk menjadi sarana inspirasi bagi masyarakat Kudus terkait kemajuan budaya dan bahasa.
Bupati juga menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengasah talenta berbahasa Jawa.
“Dialek Muria antara Pati, Jepara, Blora, dan Kudus punya keunikan yang ngangeni,” kata dia.
Dengan lomba ini, Pemkab memberikan ruang kepada generasi muda untuk berekspresi, sekaligus menumbuhkan bibit unggul yang bisa mewakili di tingkat nasional.
“Bahasa Jawa adalah warisan penuh tata krama dan etika yang patut kita uri-uri,” terangnya.
Kepala BPK Wilayah X Jawa Tengah dan DIY yang diwakili oleh Pamong Budaya Ahli Madya BPK Wilayah X Jawa Tengah dan DIY, Wikanto Harimurti menuturkan, lomba ini merupakan upaya nyata dalam melestarikan bahasa daerah sebagai warisan budaya takbenda yang harus terus dijaga.
Lomba dialog Bahasa Jawa dengan dialek Muria ini adalah satu dari sekian banyak upaya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.
Bertujuan agar pelajar SMP semakin bangga dan bersemangat melestarikan kebudayaan Jawa.
Lomba tersebut diikuti oleh 34 tim dari empat kabupaten. Meliputi, Kabupaten Blora 8 tim, Jepara 9 tim, Kudus 8 tim, dan Pati 9 tim. Masing-masing tim terdiri dari dua siswa.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul
Bupati Samani: Dialek Bahasa Jawa Muria Unik dan Ngangeni
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Kudus
-
/data/photo/2025/09/06/68bb865046e49.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Bupati Samani: Bahasa Jawa dengan Dialek Muria Unik dan "Ngangeni" Regional 6 September 2025
-

Honorer Tak Perlu Khawatir, Pemerintah Jamin Pengisian DRH PPPK Paruh Waktu Lebih Sederhana
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Proses pengisian Daftar Riwayat Hidup (DRH) untuk honorer yang akan diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Paruh Waktu, hingga 5 September belum dilakukan.
Itu artinya, jika mengacu jadwal yang telah ditetapkan pemerintah, maka pengisian DRH tinggal menyisahan 10 hari tersisa, atau hingga 15 September mendatang.
Meski belum ada proses pengisian DRH, namun honorer tidak perlu khawatir. Pasalnya, pemerintah memastikan proses pengisian DRH PPPK Paruh Waktu akan lebih sederhana.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Kudus, Putut Winarno. Dia menyebut saat ini, jadwalnya baru selesai pengajuan usulan kebutuhan untuk PPPK paruh waktu.
“Pengisian DRH PPPK paruh waktu setelah penetapan usulan paruh waktu,” kata Putut Winarno dilansir JPNN, Jumat (5/9).
Walaupun petunjuk pengisian DRH PPPK paruh waktu belum keluar, tetapi bila dilihat bahwa paruh waktu ini dari tenaga non-ASN, Winarno yakin persyaratan dan mekanismenya pasti lebih sederhana.
Berbeda dengan pengisian DRH CPNS yang nota benenya adalah fresh graduate, sehingga lebih banyak persyaratan dan mekanismenya.
“Kalau PPPK paruh waktu kebanyakan honorer yang sudah berumur, makanya dibuat sederajat. Jika terlalu kompleks pasti akan membingungkan teman-teman honorer senior,” terangnya.
Sementara itu, Destri Irianto, pengurus Forum Honorer Jawa Timur mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
BKD masih menunggu penetapan kebutuhan formasi PPPK paruh waktu dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Rini Widyantini, yang kalau dijadwal maksimal 4 September.
-

Pemkab Kudus terima dukungan puluhan karangan bunga “Kudus Damai”
Siapapun kami layani, sehingga elemen masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi lewat audiensi juga kami terima. Silakan menyampaikan agar nantinya diatur jadwalnya
Kudus (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menerima dukungan puluhan karangan bunga dari berbagai elemen masyarakat yang mengapresiasi “Kudus Damai” tanpa terjadi aksi demo yang anarki, menyusul aksi unjuk rasa yang banyak terjadi di berbagai daerah.
Puluhan karangan bunga tersebut, dipasang di sepanjang pagar depan kompleks Pendopo Kabupaten Kudus, sehingga terlihat ramai dan penuh dengan aneka warna dan pesan yang berbeda-beda dari setiap karangan bunga.
“Karangan bunga yang terus berdatangan ini menjadi bukti bahwa warga Kabupaten Kudus itu lebih cinta damai,” kata Bupati Kudus Sam’ani Intakoris didampingi Wakilnya Bellinda Putri di Kudus, Kamis.
Menurut dia, warga Kudus tidak ingin situasi wilayah yang aman dan kondusif ini dinodai oleh aksi-aksi yang bisa menimbulkan keresahan banyak pihak. “Jika ingin menyampaikan aspirasi, kami persilakan disampaikan dengan santun dan tidak merusak fasilitas umum,” ujarnya.
Ia juga mempersilakan semua pihak yang ingin menyampaikan aspirasinya dengan jalan dialog dengan dirinya, agar nantinya dijadwalkan agenda pertemuannya. “Siapapun kami layani, sehingga elemen masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi lewat audiensi juga kami terima. Silakan menyampaikan agar nantinya diatur jadwalnya,” ujarnya.
Ia terbuka dengan kritik dan masukan, sehingga akan diterima dengan lapang dada, bahkan pendopo juga dipersilakan dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat karena milik rakyat. Sedangkan pemanfaatannya tentu harus dijadwalkan agar tidak berbarengan dengan agenda lainnya.
Karangan bunga yang berdatangan dari berbagai elemen masyarakat, baik pengusaha maupun tokoh masyarakat hingga organisasi kemasyarakatan juga memberikan ajakan agar masyarakat ikut menjaga Kota Kudus tetap aman dan damai serta jangan mau diprovokasi maupun diadu domba.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5337602/original/069161600_1756920080-IMG-20250903-WA0285.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Bupati Kudus Diterpa Isu Unjuk Rasa Besar-besaran
Merespons kepanikan masyarakat terkait rencana aksi demo, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris bergerak cepat meredam kondisi itu. Bersama jajaran Forum Komunikasi Daerah (Forkompinda) Kudus, Bupati Sam’ani mengimbau seluruh warga untuk tetap menjaga ketenangan dan menjalani aktivitas seperti biasa pada Kamis (4/9/2025).
Imbauan ini diungkapkan Sam’ani dalam keterangan resmi di Pendopo Kudus pada Rabu malam (3/9/2025).
”Pemerintah daerah bersama jajaran Forkopimda telah menyiapkan langkah antisipasi agar situasi di Kabupaten Kudus tetap aman dan kondusif,” tegas Sam’ani.
Karena itu, Sam’ani meminta semua sekolah, perkantoran maupun kegiatan perekonomian masyarakat di Kota Kretek tetap berjalan normal seperti biasanya.
”Besok (Kamis 4 September) sekolah tetap berjalan, pekerjaan tetap berjalan, pasar tetap buka, tidak ada yang berubah. Semua aktivitas masyarakat tetap seperti biasa,” tukas Sam’ani didampingi Dandim, Kapolres dan sejumlah pejabat Pemkab Kudus.
Orang nomor satu di Kabupaten Kudus ini juga meminta masyarakat tidak gampang terpengaruh dan terhasut oleh informasi yang belum jelas kebenarannya yang beredar di media sosial.
Apabila menemukan kabar yang belum jelas kebenarannya, kata Sam’ani, warga diimbau untuk tidak langsung menyebarkannya.
”Mari kita semua bijak bermedia sosial. Jangan sampai informasi yang belum pasti menyebar dan menimbulkan keresahan,” jelasnya.
Sam’ani menambahkan, setiap aspirasi yang ingin disampaikan masyarakat sebaiknya dilakukan melalui mekanisme audiensi resmi, sehingga pesan dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan salah paham.
”Menyampaikan aspirasi dengan cara yang santun akan lebih bermanfaat bagi semua pihak, ” tukas Bupati yang baru menjabat beberapa bulan ini.
-

Ragam Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, dari Gunungan hingga Endog-Endogan
Jakarta: Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat Muslim memperingati hari lahir Nabi dengan berbagai cara yang sarat makna.
Jika di beberapa negara perayaan ini dilakukan sederhana, maka di Indonesia justru penuh warna dengan beragam tradisi budaya yang unik di tiap daerah.
Merangkum laman CIMB Niaga ragam tradisi budaya itu mulai dari kirab gunungan hingga saling berbagi makanan, semuanya menggambarkan rasa syukur sekaligus kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Berikut beberapa ragam tradisi Maulid Nabi di Indonesia1. Grebeg Maulud, Solo
Di Solo, peringatan Maulid Nabi dikenal dengan tradisi Grebeg Maulud. Acara ini dimulai dengan Sekaten, upacara keagamaan yang berlangsung hingga 15 hari di Keraton Kasunanan Surakarta.Selama sekaten, masyarakat bisa menikmati pagelaran wayang kulit, musik gamelan, hingga pasar malam. Puncaknya adalah kirab gunungan, hasil bumi berupa sayur, buah, hingga makanan yang diarak dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta.
Gunungan ini kemudian diperebutkan warga, karena diyakini membawa berkah.
2. Endog-endogan, Banyuwangi
Di Banyuwangi, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Endog-endogan. Kata endog berarti telur, yang menjadi simbol utama dalam acara ini.Telur rebus dihias dengan kertas warna-warni lalu ditancapkan pada batang pisang. Setelah didoakan, telur-telur itu dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi ini punya makna mendalam: telur melambangkan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sementara hiasan kertas mencerminkan kesucian dan kemuliaan beliau.
3. Weh-wehan, Kendal
Masyarakat Kaliwungu, Kendal, merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Weh-wehan, yaitu saling berbagi makanan khas daerah.Makanan yang biasa dibagikan antara lain sumpil, jenang sarang, dan dawet. Tradisi ini bukan hanya ungkapan syukur, tapi juga menjadi sarana mempererat silaturahmi antarwarga.
4. Ampyang Maulid, Kudus
Di Kudus, masyarakat Desa Loram Kulon dan Loram Wetan memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Ampyang Maulid.Warga mengarak tandu berisi nasi kepel, buah, dan sayuran, lalu didoakan bersama. Setelah itu, seluruh isi tandu dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi ini sarat makna kebersamaan sekaligus menjadi pengingat untuk saling berbagi rezeki.
5. Walima, Gorontalo
Di Gorontalo, tradisi Maulid Nabi dikenal dengan nama Walima yang sudah berlangsung sejak abad ke-17.Rangkaian acara dimulai dengan Dikili, yaitu dzikir dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang dilantunkan di masjid.
Setelah itu, masyarakat membuat tolangga, wadah besar berisi aneka kue dan makanan yang kemudian diarak ke masjid dan dibagikan ke warga sekitar.
Jakarta: Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat Muslim memperingati hari lahir Nabi dengan berbagai cara yang sarat makna.
Jika di beberapa negara perayaan ini dilakukan sederhana, maka di Indonesia justru penuh warna dengan beragam tradisi budaya yang unik di tiap daerah.Merangkum laman CIMB Niaga ragam tradisi budaya itu mulai dari kirab gunungan hingga saling berbagi makanan, semuanya menggambarkan rasa syukur sekaligus kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Berikut beberapa ragam tradisi Maulid Nabi di Indonesia
1. Grebeg Maulud, Solo
Di Solo, peringatan Maulid Nabi dikenal dengan tradisi Grebeg Maulud. Acara ini dimulai dengan Sekaten, upacara keagamaan yang berlangsung hingga 15 hari di Keraton Kasunanan Surakarta.
Selama sekaten, masyarakat bisa menikmati pagelaran wayang kulit, musik gamelan, hingga pasar malam. Puncaknya adalah kirab gunungan, hasil bumi berupa sayur, buah, hingga makanan yang diarak dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta.
Gunungan ini kemudian diperebutkan warga, karena diyakini membawa berkah.
2. Endog-endogan, Banyuwangi
Di Banyuwangi, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Endog-endogan. Kata endog berarti telur, yang menjadi simbol utama dalam acara ini.
Telur rebus dihias dengan kertas warna-warni lalu ditancapkan pada batang pisang. Setelah didoakan, telur-telur itu dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi ini punya makna mendalam: telur melambangkan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sementara hiasan kertas mencerminkan kesucian dan kemuliaan beliau.3. Weh-wehan, Kendal
Masyarakat Kaliwungu, Kendal, merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Weh-wehan, yaitu saling berbagi makanan khas daerah.
Makanan yang biasa dibagikan antara lain sumpil, jenang sarang, dan dawet. Tradisi ini bukan hanya ungkapan syukur, tapi juga menjadi sarana mempererat silaturahmi antarwarga.4. Ampyang Maulid, Kudus
Di Kudus, masyarakat Desa Loram Kulon dan Loram Wetan memperingati Maulid Nabi dengan tradisi Ampyang Maulid.
Warga mengarak tandu berisi nasi kepel, buah, dan sayuran, lalu didoakan bersama. Setelah itu, seluruh isi tandu dibagikan kepada masyarakat.
Tradisi ini sarat makna kebersamaan sekaligus menjadi pengingat untuk saling berbagi rezeki.5. Walima, Gorontalo
Di Gorontalo, tradisi Maulid Nabi dikenal dengan nama Walima yang sudah berlangsung sejak abad ke-17.
Rangkaian acara dimulai dengan Dikili, yaitu dzikir dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang dilantunkan di masjid.
Setelah itu, masyarakat membuat tolangga, wadah besar berisi aneka kue dan makanan yang kemudian diarak ke masjid dan dibagikan ke warga sekitar.
Cek Berita dan Artikel yang lain diGoogle News
(ANN)
-

Petani Kudus diimbau tanam padi lebih awal hindari banjir saat panen
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Petani Kudus diimbau tanam padi lebih awal hindari banjir saat panen
Dalam Negeri
Editor: Sigit Kurniawan
Selasa, 26 Agustus 2025 – 19:21 WIBElshinta.com – Petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diimbau untuk memulai tanam padi pada musim tanam (MT) pertama lebih awal, agar saat musim panen tidak bertepatan dengan curah hujan tinggi yang biasanya mengakibatkan banjir.
“Pengalaman sebelumnya, beberapa petani yang mengikuti imbauan untuk tanam lebih awal bisa selamat dari genangan banjir. Untuk itu, tahun ini juga sama diimbau untuk wilayah yang masih ada sisa air dimanfaatkan untuk memulai pengolahan lahan,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Agus Setiawan, di Kudus, Selasa.
Menurut dia daerah yang memungkinkan tanam lebih awal pada bulan September 2025, yakni wilayah Kudus Utara, seperti Desa Kutuk, Lambangan, Kalirejo, dan Wonosoco, Kecamatan Undaan.
“Para petani bisa memanfaatkan cadangan air yang masih tersisa, seperti di sepanjang aliran Sungai Juwana maupun stok-stok air irigasi yang masih ada untuk pengolahan lahan hingga persemaian,” ujarnya.
Ia memperkirakan awal September 2025 air dari Waduk Kedungombo juga mulai dialirkan, sehingga lahan sawah yang sudah disiapkan lebih awal, pekan pertama bulan Oktober 2025 bisa tanam.
Sementara selama bulan September 2025, kata dia, petani bisa memulai mengolah lahan sawah yang biasanya membutuhkan waktu dua pekan, kemudian dilanjutkan persemaian tanaman padi pada pekan keempat bulan September 2025.
“Awal Oktober 2025, setidaknya sudah bisa tanam, sehingga panen bisa dilakukan bulan Desember 2025. Jika menunggu penggelontoran air dari Waduk Kedungombo sampai di lahan sawah petani, tentu tanamnya tidak bisa awal Oktober 2025, sehingga musim panennya berpeluang bersamaan dengan curah hujan tinggi yang biasanya diikuti bencana banjir,” ujarnya.
Luas areal tanam di Kecamatan Undaan, kata dia, mencapai 5.800 hektare, sedangkan target bisa tanam lebih awal berkisar 1.500-2.000 hektare.
Sumber : Antara
-
/data/photo/2025/08/26/68adb26565f3a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik Megapolitan 26 Agustus 2025
Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di bawah riuh kendaraan yang melintas di jalan layang dan tol Grogol, Jakarta Barat, sejumlah warga hidup tanpa tempat tinggal layak.
Mereka memilih menetap di kolong
flyover
, menjadikannya “rumah” sekaligus pangkalan kerja.
Rukiman (48), perantau asal Jepara, Jawa Tengah, sudah sekitar delapan bulan terakhir menetap di kolong
flyover
Grogol.
Pria yang sehari-hari mencari nafkah sebagai tukang gali itu menuturkan, lokasi tersebut sudah lama dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pekerja serabutan.
“Kalau dari dulu, dari jaman dulu kan orang di Jakarta sudah tau, kalau cari tukang gali, ya tukang gali Grogol. Ya kita-kita ini, yang di kolong sini,” ujar Rukiman kepada
Kompas.com
, Selasa (26/8/2025).
Namun, kondisi ekonomi yang kian sulit membuatnya tak lagi bergantung pada satu jenis pekerjaan.
“Sekarang ya kan cari duit susah
to
, kerja ya apa saja, serabutan saja. Enggak mesti galian atau proyek. Yang penting bisa dapat (uang),” katanya.
Rukiman mengaku sudah hampir satu bulan tak mendapat pesanan proyek.
“Sudah lama banget nggak ada orderan, sudah jarang yang dateng ke sini. Hampir satu bulan kayaknya,” sambungnya.
Di perantauan, Rukiman tinggal bersama beberapa rekannya yang ia sebut sebagai dulur.
Mereka juga sama-sama datang dari Jepara dan tak punya tempat tinggal tetap.
“Ada dulur. Dulu kan ya ngikut dulur-dulur dari Jepara pada merantau ke sini (Jakarta). Sekarang di sini ya ada dulur juga,” tuturnya.
Rukiman tidur beralaskan kardus dan karung yang digelar di atas
paving block
.
Di samping tempat tidurnya, tampak ketel listrik, galon, tumpukan kardus berisi barang, hingga jam dinding sederhana.
Pemandangan serupa juga terlihat dari rekan-rekannya, ada yang beristirahat di atas tikar dan kardus, dengan tas ransel dijadikan bantal.
Pantauan
Kompas
.com menunjukkan, ada beberapa orang lain yang tinggal di sepanjang kolong
flyover
, dari lampu merah Grogol hingga Stasiun Grogol.
Lokasi ini juga dikenal sebagai titik macet dengan riuh klakson kendaraan pada jam sibuk.
Suwandi (46), tukang gali asal Kudus, menegaskan bahwa keberadaan mereka di kolong
flyover
bukan sekadar mencari tempat tinggal, melainkan pangkalan kerja.
“Pangkalan (bukan tempat tinggal). Ya tidur di sini tiap hari, buat nunggu orderan,” ucapnya sambil bersandar di tiang penyangga tol.
Ia mengakui, keberadaan mereka kerap dipersoalkan petugas Satpol PP.
“Dari jaman dulu juga kan orang udah pada tau kita (tinggal di kolong
flyover
). Cuma cari tempat buat tidur aja,” lanjutnya.
Saat ditanya soal rencana pemerintah menata ulang kolong
flyover
menjadi ruang publik, Rukiman hanya bisa pasrah.
“Ya, gimana, enggak mungkin melawan juga. Kan ini tanah negara, saya terserah gubernurnya saja. Saya cuma mau cari uang,” katanya.
Ia menegaskan tak pernah melawan ketika diminta pindah.
“Selama ini juga tertib, saya enggak pernah berani melawan. Karena semenang-menangnya kalau melawan negara, tetap pasti akan kalah,” ujarnya.
Suwandi pun mengaku hanya bisa mengikuti arahan pemerintah.
“Enggak tau. Harus ngapain juga saya enggak tau, Mas. Saya cuma bisa ngikut aja,” ucapnya.
Meski begitu, ia masih menyimpan harapan agar pemerintah suatu saat memperhatikan nasib mereka.
“Ya, mau aja sih. Tapi, saya enggak tau. Enggak mau apa-apa lagi, cuma mau cari kerjaan saja,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat menyampaikan rencana menata dua kolong flyover di Grogol dan Rawa Buaya menjadi ruang publik.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Jakarta Barat, Imron Sjahrin, menjelaskan rencana tersebut menindaklanjuti instruksi Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo usai meninjau
Skatepark
di kolong
flyover
Slipi pada 14 Agustus 2025.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong
flyover
Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron, Jumat (22/8/2025).
Pramono disebut menginginkan ruang di bawah flyover Jakarta Barat ditata serupa, baik menggunakan anggaran APBD maupun dana
Corporate Social Responsibility
(CSR).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Kolaborasi Nojorono X KYB Hadirkan Solusi Kreatif Atasi Limbah Puntung Rokok Lewat #PuntungBeruntung
Jakarta: Limbah puntung rokok kerap luput dari perhatian, padahal ini masalah serius bagi lingkungan. Si kecil yang berbahaya ini, faktanya mengandung mikroplastik yang membutuhkan setidaknya 10 tahun untuk terurai dan ribuan zat kimia beracun, terlebih jumlahnya yang kini terus meningkat dan belum ada penanganan serius.
Isu ini seringnya terabaikan karena minimnya literasi dan belum adanya klasifikasi yang jelas, sehingga dapat ditentukan tata kelola yang efektif dalam mengatasinya.
Menyadari perannya sebagai salah satu produsen sigaret tanah air, Nojorono Kudus menginisiasi gerakan #PuntungBeruntung yang dijalankan sejak tahun 2023 lalu. Masuk di tahun ketiganya, Nojorono Kudus menggandeng KICKYOURBUTT Project (KYB) yang memiliki visi yang sama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berperan aktif dan memberikan ‘kesempatan kedua’ bagi puntung rokok untuk dikelola secara lebih bertanggung jawab.
Bertajuk “Dari Sisa Jadi Bisa”, yang digelar di Kopi Nako Daur Baur, Kemang, Jakarta Selatan pada Minggu, 24 Agustus 2025, menjadi simbolis kegiatan yang menandai keseriusan Nojorono Kudus dan KYB, untuk menciptakan solusi nyata limbah puntung melalui #PuntungBeruntung.
“Dari Sisa Jadi Bisa” turut menghadirkan ragam aktivitas interaktif yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran baru, bahwa kreativitas bisa lahir dari limbah, sekaligus menjadi cara menyenangkan untuk terlibat dalam gerakan peduli lingkungan. Dengan sentuhan kreatifitas dan Inovasi, #PuntungBeruntung mengajak publik untuk lebih sadar terhadap produk pasca konsumsi, serta menularkan kebiasaan baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kolaborasi Nojorono dan KYB #PuntungBeruntung. Foto: Dok. Nojorono Kudus)#PuntungBeruntung tak hanya berfokus pada pengelolaan pasca konsumsi, tetapi juga sebagai inspirasi gaya hidup yang lebih bertanggung jawab, “Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Melalui #PuntungBeruntung, kami ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama lebih bertanggung jawab dari hasil pasca konsumsi,” ungkap Abbyazar, Founder KICKYOURBUTT Project.
#PuntungBeruntung menekankan pentingnya komitmen kolaborasi lintas sektor—dari konsumen, komunitas, produsen, hingga industri kreatif,
“Keberhasilan kolaborasi #PuntungBeruntung tak terlepas dari sinergi lintas sektor. Mulai dari keterlibatan komunitas, peran korporasi dan kemitraan bisnis strategis, hingga dukungan industri kreatif. KICKYOURBUTT Project, selaku mitra kolaborator, berperan penting dalam perjalanan #PuntungBeruntung di tahun 2025, mulai dari pengumpulan, penguraian limbah puntung, hingga menjadikannya material inovatif yang siap dipakai untuk berbagai produk kreatif multiguna,” tutup Eliza Susanto, Head of Corporate Communication Department, PT Nojorono Tobacco International.
Kedepannya, Nojorono melalui #PuntungBeruntung berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan area pengumpulan pasca konsumsi di berbagai kota di tanah air. Harapannya, semakin banyak pihak yang terlibat dalam ekosistem ini, kontribusi kecil yang dilakukan bersama dapat melahirkan dampak besar bagi keberlanjutan lingkungan. Dengan semangat Dari Sisa Jadi Bisa, inisiatif #PuntungBeruntung dapat menjadi inspirasi untuk langkah-langkah kreatif lain dalam mengelola limbah, khususnya di industri hasil tembakau.
Jakarta: Limbah puntung rokok kerap luput dari perhatian, padahal ini masalah serius bagi lingkungan. Si kecil yang berbahaya ini, faktanya mengandung mikroplastik yang membutuhkan setidaknya 10 tahun untuk terurai dan ribuan zat kimia beracun, terlebih jumlahnya yang kini terus meningkat dan belum ada penanganan serius.
Isu ini seringnya terabaikan karena minimnya literasi dan belum adanya klasifikasi yang jelas, sehingga dapat ditentukan tata kelola yang efektif dalam mengatasinya.
Menyadari perannya sebagai salah satu produsen sigaret tanah air, Nojorono Kudus menginisiasi gerakan #PuntungBeruntung yang dijalankan sejak tahun 2023 lalu. Masuk di tahun ketiganya, Nojorono Kudus menggandeng KICKYOURBUTT Project (KYB) yang memiliki visi yang sama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berperan aktif dan memberikan ‘kesempatan kedua’ bagi puntung rokok untuk dikelola secara lebih bertanggung jawab.Bertajuk “Dari Sisa Jadi Bisa”, yang digelar di Kopi Nako Daur Baur, Kemang, Jakarta Selatan pada Minggu, 24 Agustus 2025, menjadi simbolis kegiatan yang menandai keseriusan Nojorono Kudus dan KYB, untuk menciptakan solusi nyata limbah puntung melalui #PuntungBeruntung.
“Dari Sisa Jadi Bisa” turut menghadirkan ragam aktivitas interaktif yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran baru, bahwa kreativitas bisa lahir dari limbah, sekaligus menjadi cara menyenangkan untuk terlibat dalam gerakan peduli lingkungan. Dengan sentuhan kreatifitas dan Inovasi, #PuntungBeruntung mengajak publik untuk lebih sadar terhadap produk pasca konsumsi, serta menularkan kebiasaan baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kolaborasi Nojorono dan KYB #PuntungBeruntung. Foto: Dok. Nojorono Kudus)
#PuntungBeruntung tak hanya berfokus pada pengelolaan pasca konsumsi, tetapi juga sebagai inspirasi gaya hidup yang lebih bertanggung jawab, “Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Melalui #PuntungBeruntung, kami ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama lebih bertanggung jawab dari hasil pasca konsumsi,” ungkap Abbyazar, Founder KICKYOURBUTT Project.
#PuntungBeruntung menekankan pentingnya komitmen kolaborasi lintas sektor—dari konsumen, komunitas, produsen, hingga industri kreatif,
“Keberhasilan kolaborasi #PuntungBeruntung tak terlepas dari sinergi lintas sektor. Mulai dari keterlibatan komunitas, peran korporasi dan kemitraan bisnis strategis, hingga dukungan industri kreatif. KICKYOURBUTT Project, selaku mitra kolaborator, berperan penting dalam perjalanan #PuntungBeruntung di tahun 2025, mulai dari pengumpulan, penguraian limbah puntung, hingga menjadikannya material inovatif yang siap dipakai untuk berbagai produk kreatif multiguna,” tutup Eliza Susanto, Head of Corporate Communication Department, PT Nojorono Tobacco International.
Kedepannya, Nojorono melalui #PuntungBeruntung berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan area pengumpulan pasca konsumsi di berbagai kota di tanah air. Harapannya, semakin banyak pihak yang terlibat dalam ekosistem ini, kontribusi kecil yang dilakukan bersama dapat melahirkan dampak besar bagi keberlanjutan lingkungan. Dengan semangat Dari Sisa Jadi Bisa, inisiatif #PuntungBeruntung dapat menjadi inspirasi untuk langkah-langkah kreatif lain dalam mengelola limbah, khususnya di industri hasil tembakau.
Cek Berita dan Artikel yang lain diGoogle News
(RUL)
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5326141/original/074378100_1756089957-IMG-20250822-WA0200.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Berkah Petani Kopi Muria, Kemarau Basah Bikin Panen Melimpah
Liputan6.com, Jakarta Dinginnya cuaca pagi yang menusuk tulang di Pegunungan Muria Kudus tak menyurutkan semangat kalangan petani kopi untuk memetik hasil jerih payah mereka selama ini.
Mereka bersemangat melakukan panen di tengah harga komoditi kopi varian Robusta yang tidak pahit seperti bubuk kopi. Sebab dalam musim panen yang dimulai sejak Juli lalu, senyum para petani Kopi di Desa Japan Kecamatan Dawe semakin manis seperti harga kopi saat ini.
Tak hanya itu, mereka juga mengalami lonjakan panen yang melimpah jika dibandingkan dengan musim panen tahun-tahun sebelumnya.
Perkebunan Kopi Muria yang tersebar di tiga kabupaten yang berada di kaki Gunung Muria yakni Jepara, Kudus, dan Pati tengah memasuki musim panen hingga dua bulan ke depan.
Perkebunan kopi di Kudus menjadi salah satu pemasok Kopi Robusta Muria paling banyak dibandingkan dua kabupaten lainnya. Keberadaan Kopi Muria di Desa Japan sudah ada sejak zaman penjajahan kolonial Belanda sejak ratusan tahun silam.
Selama ini meskipun musim panen dengan produksi kopi melimpah, namun belum tentu nasib mujur menghampiri petani kopi seiring dengan kenaikan harga dan produksi olahan kopi.
Seperti yang dialami salah satu petani kopi di Desa Colo, M Abdul Hamid Ridlo misalnya. Ia mengaku saat ini harga komoditas kopi Muria masih fluktuatif di tingkat dunia.
“Harga kopi masih naik turun, karena masih di tengah-tengah musim panen raya,” ujar Ridlo ditemui di rumah produksinya Senin (25/8/2025).
Dia mengatakan, harga kopi Muria petik merah saat ini berada di kisaran harga Rp85-90 ribu per kilogram. Sedangkan harga petik hijau atau campuran berada di angka Rp67-70 ribu.
Dalam rentang harga tersebut, menurut Ridlo nilai pasar kopi Muria masih belum terbilang tinggi.
“Masih standar, karena panen melimpah jadi harga tidak terlampau tinggi,” ungkapnya.
Dia menceritakan, dua tahun sebelumnya harga kopi Muria sempat tinggi-tingginya. Saat itu, satu kilogram kopi Muria petik merah dipatok harga di atas Rp100 ribu.
“Faktornya, panen kopi tahun lalu tidak banyak, jadi permintaan yang lebih tinggi membuat harga kopi melonjak,” terangnya.
Untuk mengimbangi harga pasaran, dirinya selalu mengutamakan kualitas pada olahan kopinya hingga berbentuk roasted bean.
“Kopi yang sudah olahan harus petik merah semua, sehingga soal rasa tidak kalah dengan kopi lainnya,” jelasnya.
Perbesar
Petani kopi di Kudus menyangrai biji kopi yang dipetik dari Pegunungan Muria… Selengkapnya
Ridlo menjelaskan, melimpahnya panen kopi di tahun ini tidak lepas dari faktor cuaca. Menurutnya, musim kemarau basah yang terjadi membuat tanaman kopi tumbuh subur dan menghasilkan panen lebih bagus.
“Sekarang kan lagi kemarau basah, buat tanaman di lereng gunung seperti kopi, parijotho itu bagus,” terangnya.
Dalam sehari, dia mampu memanen kopi sekitar 30 sampai 50 kilogram per hari. Untuk kebutuhan produksi kopi miliknya, Ridlo juga memasok hasil panen dari petani lain di desanya.
Tahun lalu, pihaknya bisa mengolah hingga 5-7 ton kopi di rumah produksinya.
Dia berharap, panen kopi yang melimpah ini bisa diiringi dengan harga jual yang lebih mahal. Sehingga para pelaku UMKM kopi di Desa Colo dan sekitarnya semakin semangat dan menjaga kualitas kopinya.
“Untuk menjaga kebutuhan kopi pasca panen, jadi diproduksi dalam bentuk kemasan,” pungkasnya.
Tradisi Wiwit Kopi Rasa Syukur
Perbesar
Petani kopi melakukan panen perdana di Pegunungan Muria Kudus… Selengkapnya
Pada tahun ini bersamaan bulan Agustus, tradisi wiwit kopi kembali dilakukan para petani kopi dan warga. Pesta rakyat ini dilakukan di Bukit Guyangan, Desa Japan, setelah vakum selama 15 tahun.
Rangkaian tradisi diiringi kirab gunungan hasil bumi di Pegunungan Muria. Gunungan berisi buah buahan seperti alpukat, mangga, jeruk pamelo, sayuran dan umbi umbian.
Yang menarik, juga disertakan buah parijoto yang hanya bisa tumbuh di Pegunungan Muria. Selain sesaji gunungan, juga ditampilkan tarian wiwit kopi, hingga prosesi ngruwok atau memetik kopi langsung dari pohonnya.
Penyelenggaran tradisi Wiwit kopi ini, menandai dimulainya musim panen raya petani kopi di Pegunungan Muria. Mereka memetik kopi yang biasanya dilakukan pada Juli hingga September 2025.
Ketua Desa Wisata Japan, Mutohar mengatakan, tradisi wiwit kopi merupakan bentuk syukur atas hasil panen dan mengguyubkan kebersamaan warga di Pegunungan Muria.
“Ini bukan sekadar ritual panen, tetapi simbol budaya yang kami lestarikan agar nilai-nilai lokal tetap hidup,” ujar Mutohar awal Agustus lalu kepada Liputan6.com.
-
/data/photo/2025/08/24/68aac6cce0529.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
2 Muncul Massa Demo Tolak Sudewo Lengser, Sebut Sudewo Bapak Pembangunan Kabupaten Pati Regional
Muncul Massa Demo Tolak Sudewo Lengser, Sebut Sudewo Bapak Pembangunan Kabupaten Pati
Tim Redaksi
PATI, KOMPAS.com
– Di tengah gelombang protes massa yang menuntut Bupati Pati Sudewo lengser dari jabatannya, kini mulai muncul massa lain yang justru mendukung Sudewo.
Seperti halnya yang berlangsung di lapangan Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo, Pati, Minggu (24/8/2025).
Ratusan warga yang tergabung dalam “Masyarakat Sukolilo Cinta Damai” menggelar aksi unjuk rasa untuk mendukung Sudewo melanjutkan masa kepemimpinannya sebagai Bupati Pati sampai rampung periodenya.
Aksi ini bukan untuk menuntut Sudewo lengser, melainkan sebaliknya.
Bahkan, mereka juga memasang tenda tratak di lapangan Desa Gadudero yang mereka namai “Posko Cinta Damai Pati Kidul”.
Ratusan warga yang mengaku berasal dari berbagai desa di Kecamatan Sukolilo itu berorasi sambil membawa sejumlah spanduk dan poster yang berisi deklarasi dukungan mereka terhadap Sudewo.
Dalam spanduk besar berwarna kuning yang mereka bentangkan tertulis, “Manusia Tidak Ada yang Sempurna. Kesalahan Ucap Maafkanlah”.
Kalimat itu dimaksudkan untuk memaafkan pernyataan Sudewo yang sempat menantang warga yang akan berdemonstrasi jika tak setuju dengan kebijakan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 250 persen.
Sudewo pun telah meminta maaf kepada publik atas ucapannya itu.
Dia juga telah mencabut kebijakannya terkait penyesuaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas tanah yang mengakibatkan kenaikan tarif PBB-P2 hingga 250 persen.
Massa yang berunjuk rasa ini juga membentangkan kain putih panjang bertuliskan, “Warga Sukolilo Mendukung Bupati Pati Bpk. H. Sudewo, ST., MT”.
Pada kain putih itu, mereka juga membubuhkan tanda tangan sebagai komitmen dukungan terhadap Sudewo agar melanjutkan kepemimpinannya di Pati.
Koordinator Aksi, Suprihono, mengeklaim mayoritas masyarakat se-Kecamatan Sukolilo solid mendukung Sudewo tetap menjadi Bupati Pati periode 2025-2030.
Mereka menyebut, selama ini Sudewo telah menata pembangunan infrastruktur, terutama di Kecamatan Sukolilo.
Masyarakat Sukolilo, menurut Suprihono, sudah merasakan manfaatnya.
“Di Sukolilo sudah nyata pembangunan. Bahkan, sebelum Pak Sudewo menjabat bupati, saat masih anggota DPR RI, setiap desa di Kecamatan Sukolilo sudah merasakan manfaat program bedah rumah yang difasilitasi beliau. Setiap tahun setidaknya ada 20 rumah,” ujar Suprihono.
Sudewo yang baru enam bulan menjabat Bupati Pati, kata Suprihono, terus berbenah membangun wilayahnya mulai dari perbaikan jalan dan normalisasi sungai.
“Perbaikan jalan dari Sumbersoko sampai Tompegunung, dari Sukolilo sampai Prawoto, yang dulunya belum pernah tersentuh, sejak Pak Sudewo menjabat, sudah nyata ada perbaikan. Lalu pengecoran jalan dari Wotan sampai arah Kudus, itu kami semua sudah merasakan manfaatnya. Belum lagi pengerukan sungai jilid dua, nantinya akan sangat bermanfaat untuk warga desa wilayah Gadudero, Wotan, Baturejo, Baleadi, sampai Wegil dan Prawoto. Mengurangi banjir,” jelas Suprihono.
Sementara itu, Suprihono berujar tidak tahu pasti berapa jumlah warga yang mengikuti aksi di lapangan Desa Gadudero, Sukolilo ini.
Namun, Suprihono memastikan massa perwakilan ini datang dari seluruh desa di Kecamatan Sukolilo yang berjumlah 16.
Mereka semua, menurutnya, sukarela hadir untuk meluangkan waktu dan menyatakan isi hati.
Pihaknya bahkan menyediakan posko khusus untuk warga yang hendak menyampaikan aspirasi dan dukungan terhadap Sudewo.
“Kami buktikan warga Sukolilo tidak ada kisruh, cinta damai, dan solid mendukung Pak Sudewo. Bagi kami, Pak Sudewo adalah bapak pembangunan di Kabupaten Pati,” kata Suprihono.
Warga Desa Tompegunung, Sukolilo, Listianawati, mengaku sengaja hadir mendukung Sudewo dengan harapan tidak sampai lengser dari jabatan Bupati Pati.
Menurutnya, Sudewo telah membuktikan komitmen untuk membangun infrastruktur daerah yang vital bagi masyarakat.
“Pokoknya Pak Bupati Sudewo orangnya jos. Saya mendukungnya. Infrastruktur membaik di terpencil seperti Sukolilo,” ujar Listianawati.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.