kab/kota: Klaten

  • IMP 168 dan INTANI Kerja Sama Pengembangan Swasembada Pangan Berkelanjutan – Halaman all

    IMP 168 dan INTANI Kerja Sama Pengembangan Swasembada Pangan Berkelanjutan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA – PT Indoraya Mitra Persada (IMP 168) menjalin kerja sama (MoU) dengan Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan (INTANI) untuk mendukung program swasembada pangan melalui pengembangan pertanian berkelanjutan, organik dan ramah lingkungan. 

    Penandatangan Kerja sama dilakukan di Gedung IMP168, Sleman, Yogyakarta, Kamis (17/4/2025).

    Kesepakatan kerja sama kedua pihak mencakup edukasi dan pendampingan pertanian organik akan dilakukan di desa-desa berkolaborasi dengan Forum Bumdes Indonesia (FBI) untuk implementasi swasembada pangan di desa.

    “Kami berkolaborasi dengan Intani. Ini bentuk dukungan kami terhadap program swasembada pangan,” ujar Direktur Utama IMP 168 Atik Chandra.

    Atik Chandra mengungkapkan, termsuk dalam kerjasama ini Intani bertindak sebagai distributor produk pupuk hayati cair dan produk lainnya yang dihasilkan PT IMP 168 untuk didistribusikan ke petani di seluruh Indonesia.

    Atik mengungkapkan, salah satu cara menggenjot produksi padi adalah dengan memperbaiki kesehatan lahan pertanian.

    Akibat penggunaan pupuk anorganik bertahun-tahun sebagian besar lahan pertanian padi mengalami degradasi atau menjadi dalam kondisi kritis. 

    Unsur hara menjadi rendah dan tidak mampu menyerap air yang memadai bagi pertumbuhan tanaman. 

    “Pupuk hayati cair yang kami produksi mengandung mikrobia yang mampu memperbaiki kesuburan tanah lahan pertanian,” ujarnya.

    Dia mencontohkan ExtraGen yang bisa diaplikasikan pada beragam jenis tanah termasuk lahan gambut, lahan marjinal maupun lahan biasa.

    Ketua Umum Intani, Guntur Subagja Mahardika menyatakan kerja sama ini bertujuan mendukung program swasembada pangan melalui meningkatkan produktivitas tanaman padi melaui pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dan sehat dikonsumsi. 

    “Penggunaan pupuk organik kini telah menjadi konsen masyarakat dunia. Eropa, misalnya, menetapkan syarat untuk sangat ketat terhadap produk pertanian yang masuk wilayah tersebut yakni harus memiliki sertifikat budidaya organik,” kata dia.

    “Produk IMP 168 terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi sangat menguntungkan petani dan berpotensi memasuki pasar Eropa,” imbuhnya.

    Atik mengatakan, selama ini pihaknya sudah mengekspor pupuk cair ke pasar Timur Tengah, Malaysia dan Filipina. 

    Di dalam negeri, untuk mendistribusikannya, Intani menjalin 
    kerja sama dengan Forum Bumdes dan telah membahas kerja sama ini dengan Ketua Umum Forum Bumdes Yani Setiadiningrat yang juga Sekretaris Desa Pongok, Klaten, Jawa Tengah.

    “Kami memiliki perwakilan di 38 provinsi siap menyebarluaskan pengembangan pertanian organik di berbagai daerah dan desa-desa,” ungkap Yani. (tribunnews/fin)

  • 24.000 Penumpang Serbu Yogyakarta Jelang Libur Paskah

    24.000 Penumpang Serbu Yogyakarta Jelang Libur Paskah

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Menjelang libur panjang Paskah 2025, antusiasme masyarakat untuk bepergian menggunakan kereta api melonjak tajam. KAI Daop 6 Yogyakarta mencatat, sebanyak 24.117 penumpang kereta api jarak jauh (KAJJ) tiba di wilayahnya pada H-1 libur Paskah, Kamis (17/4/2025).

    Stasiun Yogyakarta menjadi pintu masuk utama dengan 11.909 penumpang, disusul Stasiun Lempuyangan (5.386), Solo Balapan (3.764), Klaten (1.063), dan Purwosari (755).

    “Kota Yogyakarta jadi destinasi favorit untuk wisata, silaturahmi, hingga kegiatan keagamaan. Kami berkomitmen menghadirkan layanan KA yang andal dan nyaman,” ujar Manajer Humas KAI Daop 6 Yogyakarta Feni Novida Saragih kepada Beritasatu.com.

    Sementara itu, jumlah penumpang yang berangkat dari Daop 6 tercatat 15.675 orang, dengan Stasiun Yogyakarta tetap menjadi yang tertinggi (7.010), disusul Lempuyangan (3.750), Solo Balapan (2.256), Klaten (917), dan Purwosari (828).

    Tambahan Kereta untuk Antisipasi Lonjakan Penumpang

    Untuk mengantisipasi lonjakan libur Paskah, 33 kereta jarak jauh beroperasi di wilayah ini, terdiri dari 25 KA reguler dan 8 KA tambahan selama periode 17-20 April 2025. Rute tambahan melayani relasi padat seperti Yogyakarta-Jakarta, Solo-Bandung, dan lainnya.

    Daftar KA Tambahan dari Yogyakarta:
    1. KA 10121: Yogyakarta-Wates-Gambir (00.25 WIB)
    2. KA 7007A: Yogyakarta-Gambir (06.20 WIB)
    3. KA 7009A: Yogyakarta-Gambir (15.40 WIB)
    4. KA 88F: Yogyakarta-Surabaya Gubeng (22.25 WIB)

    Dari Solo Balapan:
    1. KA 7011A & 7013A: Solo-Bandung
    2 KA 7025: Solo-Pasarsenen (04.00 WIB)
    3. KA 7005: Solo-Gambir (22.00 WIB)

    Tiket Masih Tersedia, Pesan Sekarang

    Tiket menuju destinasi populer seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang masih tersedia. Masyarakat diimbau segera memesan sebelum kehabisan. Jika rute utama habis, gunakan fitur Connecting Train di aplikasi Access by KAI untuk rute alternatif.

    “Pastikan jadwal keberangkatan dan datang lebih awal ke stasiun agar tidak tertinggal kereta,” imbau Feni terkait libur Paskah.

  • Reza Indragiri Tercengang Eks Pemain Sirkus OCI Tak Tahu Asal Usulnya: ‘Manusia Tanpa Silsilah’

    Reza Indragiri Tercengang Eks Pemain Sirkus OCI Tak Tahu Asal Usulnya: ‘Manusia Tanpa Silsilah’

    TRIBUNJAKARTA.COM – Banyak eks pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) yang kerap tampil di Taman Safari Indonesia, yang tidak mengetahui identitas asli dan asal usulnya. 

    Mereka dipaksa sejak kecil menjadi pemain sirkus dan dipisahkan dari orang tuanya. 

    Salah satu eks pemain, Butet, mengaku tidak pernah mengetahui identitas aslinya, seperti nama, usia dan keluarga. 

    Sejak kecil, ia hanya tahu dunia sirkus tanpa mengetahui secara luas kehidupan di luar sana. 

    Anak Butet, Fifi, juga mengatakan hal senada. 

    Ia tidak tahu siapa sosok orang tuanya karena dia sudah diambil sejak kecil untuk dijadikan pemain sirkus oleh salah satu bos OCI. 

    Ia baru mengetahui bahwa ibunya adalah Butet ketika beranjak dewasa.

    Menurut pengakuan Butet, ia menyerahkan anaknya untuk diasuh oleh orang lain karena kehidupannya belum layak. 

    Pengakuan Butet membuat pakar psikologi forensik, Reza Indragiri, mengerutkan dahi. 

    Ia baru mengetahui ada manusia yang tidak tahu latar belakangnya berasal dari mana. 

    Hal itu terungkap ketika Reza Indragiri selaku presenter mengundang wawancara Butet bersama korban lainnya, Vivi terkait penyiksaan yang mereka alami selama menjadi pemain sirkus di podcast Forum Keadilan TV. 

    “Seumur-umur baru kali ini saya bertemu dengan orang dan saya bertanya orang tuamu siapa, tinggal di mana, sukumu apa, semua tidak terjawab,” katanya pada Rabu (16/4/2025). 

    “Manusia tanpa silsilah, tanpa identitas,” tambah Reza Indragiri menggambarkan para mantan pemain sirkus tersebut. 

    Alami kekerasan fisik

    Butet, salah satu mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI), mengaku mendapatkan kekerasan fisik serta perlakuan tak manusiawi oleh pendiri Taman Safari Indonesia, Frans Manansang. 

    Butet menceritakan kakinya pernah dirantai oleh Frans selama dua bulan. 

    Frans murka gara-gara Butet sempat menjalin asmara dengan seorang karyawan Taman Safari Indonesia. 

    Bahkan, cinta terlarang di lingkungan kerja itu membuat dirinya sampai berbadan dua. 

    Mengetahui Butet hamil, Frans memukulinya dengan sebilah balok. 

    “Saya dipukulin pakai balok tangan saya, itu masih ada tandanya. Patah (tangan saya) dipukulin oleh Frans,” katanya seperti dikutip dari Forum Keadilan TV yang tayang di Youtube pada Rabu (16/4/2025). 

    Akibat hubungan terlarang itu, Butet sempat dirantai kapal hingga dua bulan lamanya. 

    Ia tidur dalam keadaan kakinya dirantai. 

    “Pada saat itu Frans yang melakukan ke saya, saya dipukulin dan itu semua dirantai,” katanya. 

    Setelah latihan dan show, ia harus kembali dirantai bak seorang tahanan. 

    “Kalau main saat show tidak bagus, saya dipukuli. Pernah dirantai pakai rantai gajah di kaki, bahkan untuk buang air saja saya kesulitan,” tuturnya dilansir dari Kompas.com, Selasa (15/4/2025).

    Frans tak peduli dengan kondisi Butet saat dirantai. 

    Butet bahkan sampai terpaksa harus buang air di sebuah ember dalam keadaan kaki dirantai.

    Lalu air tersebut dibuang menggunakan plastik kresek. 

    “Saya pada saat itu betul-betul tertekan banget. Saya pikir kenapa kok sampai seperti ini, pakai kresek, saya tidur kan di karavan yang tidak ada kamar mandinya,” jelasnya. 

    Butet juga mengaku dipaksa untuk tetap tampil meski tengah mengandung anaknya.

    “Saat hamil pun saya dipaksa tetap tampil. Setelah melahirkan, saya dipisahkan dari anak saya, saya tidak bisa menyusui,” ungkap dia.

     Tak sampai di situ, dia juga pernah dipaksa memakan kotoran gajah hanya karena ketahuan mengambil daging empal.

    Selama bekerja penuh penyiksaan di OCI, Butet mengaku hanya dibayar ala kadarnya. 

    Ia dibayar per bulan cuma Rp 5 ribu. 

    Para pemain sirkus kala itu menyebutnya dengan istilah uang sabun. 

    “Bukan gaji tapi uang sabun. Satu bulan Rp 5 ribu. Mungkin karena kebanyakan kita makan roti punya gajah dan buah-buahan punya simpanse (enggak boleh). Kalau ketahuan nanti dipukul lagi, dijejelin lagi. Akhirnya dikasih uang jajan Rp 5 ribu, bilangnya itu uang sabun,” jelasnya. 

    Bantahan Taman Safari Indonesia

    Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampouw membantah tuduhan eksploitasi terhadap mantan pemain OCI.

    Tony menunjukkan bukti video yang merekam kegiatan anak-anak di lingkungan sirkus OCI untuk memperkuat bantahan dari tuduhan tersebut.

    Pada rekaman dari tahun 1981 yang diambil saat perayaan Sekaten di Klaten dan Yogyakarta itu, pekerja anak-anak sirkus OCI tampak ceria.

    “Kalau ada bekas luka (penyiksaan dan lainnya) itu enggak mungkin anak-anak ceria seperti ini,” ungkap Tony dikutip dari Kompas.com, Kamis (17/4/2025).

    Dia menilai, tuduhan penyiksaan terhadap para pemain OCI tidak masuk akal. 

    Tony kemudian menantang pihak yang menuduh agar menunjukkan bukti konkret terkait dugaan kekerasan oleh Taman Safari Indonesia.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

  • 5 Fakta Tragedi Pilu Butet, Eks Pemain Sirkus OCI: Cuma Diberi ‘Uang Sabun’ Rp 5 Ribu Per Bulan

    5 Fakta Tragedi Pilu Butet, Eks Pemain Sirkus OCI: Cuma Diberi ‘Uang Sabun’ Rp 5 Ribu Per Bulan

    TRIBUNJAKARTA.COM – Tragedi penyiksaan terhadap sejumlah mantan pemain sirkus di Taman Safari Indonesia baru-baru ini terbongkar. 

    Kisah mereka viral setelah menceritakan kembali luka masa lalu itu kepada Wakil Menteri Hak Asasi Manusia (HAM), Mugiyanto pada Selasa (15/4/2025). 

    Butet, salah satu mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI), mengaku mendapatkan kekerasan fisik serta perlakuan tak manusiawi oleh pendiri Taman Safari Indonesia, Frans Manansang. 

    Ia lalu diundang oleh podcast Forum Keadilan TV untuk menceritakan kembali kekejaman yang dilakukan Frans Manansang.

    Berikut sederet penyiksaan yang dialami Butet ketika masih menjadi pemain sirkus OCI. 

    1. Dipukuli hingga tangan patah

    Butet menceritakan kakinya pernah dirantai oleh Frans selama dua bulan. 

    Frans murka gara-gara Butet sempat menjalin asmara dengan seorang karyawan Taman Safari Indonesia. 

    Bahkan, cinta terlarang di lingkungan kerja itu membuat dirinya sampai berbadan dua. 

    Mengetahui Butet hamil, Frans memukulinya dengan sebilah balok. 

    “Saya dipukulin pakai balok tangan saya, itu masih ada tandanya. Patah (tangan saya) dipukulin oleh Frans,” katanya seperti dikutip dari Forum Keadilan TV yang tayang di Youtube pada Rabu (16/4/2025). 

    2. 2 Bulan Dirantai pakai rantai kapal

    Akibat hubungan terlarang itu, Butet sempat dirantai kapal hingga dua bulan lamanya. 

    Ia tidur dalam keadaan kakinya dirantai. 

    “Pada saat itu Frans yang melakukan ke saya, saya dipukulin dan itu semua dirantai,” katanya. 

    Setelah latihan dan show, ia harus kembali dirantai bak seorang tahanan. 

    “Kalau main saat show tidak bagus, saya dipukuli. Pernah dirantai pakai rantai gajah di kaki, bahkan untuk buang air saja saya kesulitan,” tuturnya dilansir dari Kompas.com, Selasa (15/4/2025).

    3. Buang air pakai kresek

    Frans tak peduli dengan kondisi Butet saat dirantai. 

    Butet bahkan sampai terpaksa harus buang air di sebuah ember dalam keadaan kaki dirantai.

    Lalu air tersebut dibuang menggunakan plastik kresek. 

    “Saya pada saat itu betul-betul tertekan banget. Saya pikir kenapa kok sampai seperti ini, pakai kresek, saya tidur kan di karavan yang tidak ada kamar mandinya,” jelasnya. 

    4. tampil saat mengandung

    Butet juga mengaku dipaksa untuk tetap tampil meski tengah mengandung anaknya.

    “Saat hamil pun saya dipaksa tetap tampil. Setelah melahirkan, saya dipisahkan dari anak saya, saya tidak bisa menyusui,” ungkap dia.

     Tak sampai di situ, dia juga pernah dipaksa memakan kotoran gajah hanya karena ketahuan mengambil daging empal.

    5. Dibayar pakai ‘uang sabun’

    Selama bekerja penuh penyiksaan di OCI, Butet mengaku hanya dibayar ala kadarnya. 

    Ia dibayar per bulan cuma Rp 5 ribu. 

    Para pemain sirkus kala itu menyebutnya dengan istilah uang sabun. 

    “Bukan gaji tapi uang sabun. Satu bulan Rp 5 ribu. Mungkin karena kebanyakan kita makan roti punya gajah dan buah-buahan punya simpanse (enggak boleh). Kalau ketahuan nanti dipukul lagi, dijejelin lagi. Akhirnya dikasih uang jajan Rp 5 ribu, bilangnya itu uang sabun,” jelasnya. 

    Bantahan Taman Safari Indonesia

    Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampouw membantah tuduhan eksploitasi terhadap mantan pemain OCI.

    Tony menunjukkan bukti video yang merekam kegiatan anak-anak di lingkungan sirkus OCI untuk memperkuat bantahan dari tuduhan tersebut.

    Pada rekaman dari tahun 1981 yang diambil saat perayaan Sekaten di Klaten dan Yogyakarta itu, pekerja anak-anak sirkus OCI tampak ceria.

    “Kalau ada bekas luka (penyiksaan dan lainnya) itu enggak mungkin anak-anak ceria seperti ini,” ungkap Tony dikutip dari Kompas.com, Kamis (17/4/2025).

    Dia menilai, tuduhan penyiksaan terhadap para pemain OCI tidak masuk akal. 

    Tony kemudian menantang pihak yang menuduh agar menunjukkan bukti konkret terkait dugaan kekerasan oleh Taman Safari Indonesia.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Keracunan Massal Hidangan Halal Bihalal di Klaten, Ratusan Orang Alami Mual dan Pening, Ada yang Meninggal Dunia

    Keracunan Massal Hidangan Halal Bihalal di Klaten, Ratusan Orang Alami Mual dan Pening, Ada yang Meninggal Dunia

     

    Liputan6.com, Klaten – Keracunan massal saat acara pentas wayang dalam rangka halal bihalal terjadi di Klaten, Jateng, tepatnya di Desa Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno.

     

    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten Syahruna menjelaskan kronologi kejadian keracunan massal tersebut. Awalnya pada Sabtu (12/4/2025) diadakan pentas wayang kulit dalam rangka halal bihalal di desa setempat. Dalam acara tersebut terdapat hidangan yang disantap oleh seluruh warga yang datang.

    Selanjutnya, pada Minggu (13/4) beberapa warga yang menghadiri acara tersebut merasakan mual dan pening.

    “Namun belum secara bersama-sama merasakan hal tersebut,” katanya.

    Pada Senin (14/4/2025), makin banyak warga yang merasakan mual dan pening hingga akhirnya kejadian tersebut dilaporkan ke perangkat desa setempat.

    “Atas petunjuk Kapolres Klaten agar dilakukan pos pemantauan lebih lanjut atas kejadian ini di lokasi RT,” katanya.

    Sementara itu, Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) pada kasus keracunan massal yang terjadi di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno.

    “Ini kasus luar biasa, tapi ditangani jadi masih dalam kontrol,” katanya saat meninjau lokasi keracunan massal di Klaten, Jawa Tengah, Selasa.

    Pada kegiatan tersebut, ia bersama OPD terkait melakukan peninjauan langsung ke lokasi kejadian.

    “Alhamdulillah dua hari ini sudah buka posko di lokasi, banyak yang jadi korban, sampai sekarang 110 orang,” katanya.

    Ia mengatakan sebagian di antaranya dirujuk ke rumah sakit dan harus menjalani rawat inap, dan sebagian lagi diperbolehkan pulang karena mengalami gejala ringan.

    Meski demikian, ada juga yang meninggal dunia setelah sempat mengalami gejala sesak napas.

    “Kebetulan yang meninggal ini bukan terundang, beliau ODGJ yang ikut menikmati sajian yang ada,” katanya.

    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Hanung Sasmita mengatakan sudah dicantumkan KLB terkait peristiwa tersebut.

    “Dari BPBD sudah terjun semalam, karena melibatkan warga banyak jadi korban dan ada yang meninggal dunia,” katanya.

    Ia berharap status tersebut dapat segera berakhir seiring dengan penanganan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

     

  • Tragedi Keracunan Hajatan Klaten: Suparno Tewas Setelah Makan Krecek dan Rendang

    Tragedi Keracunan Hajatan Klaten: Suparno Tewas Setelah Makan Krecek dan Rendang

    TRIBUNJATENG.COM, KLATEN – Insiden keracunan massal yang menimpa warga Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, memakan korban jiwa.

    Suparno (72), salah satu warga yang ikut menyantap makanan dari hajatan wayang kulit, meninggal dunia usai menjalani perawatan di rumah sakit.

    Korban sempat dibawa ke RSUP dr. Soeradji Klaten pada Senin (14/4/2025), dalam kondisi lemas dan tak sadarkan diri.

    Sayangnya, nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal pada malam harinya.

    Peristiwa bermula saat Suparno hadir dalam pentas wayang kulit yang digelar tetangganya pada Sabtu (12/4/2025) malam.

    Dalam acara itu, panitia menyediakan makanan ringan serta nasi kotak berisi rendang, sambal goreng krecek, acar, dan kerupuk.

    Menurut Kepala Desa Karangturi, Sukarmin, Suparno tampak sehat saat acara dan bahkan sempat mengobrol dengannya.

    “Beliau sempat menyantap hidangan di tempat, lalu bawa pulang satu nasi kotak,” kata Sukarmin.

    Keponakan korban, Yulianti (35), menyebut nasi kotak itulah yang kemudian dikonsumsi kembali oleh Suparno pada Minggu (13/4/2025) dini hari.

    “Jam setengah tiga pagi dimakan lagi. Bahkan sempat membangunkan istrinya untuk makan bareng, tapi istrinya menolak,” cerita Yulianti.

    Tak lama setelah itu, Suparno mengeluh mual, muntah, dan tidak nafsu makan sepanjang hari.

    Kondisinya kian memburuk pada Senin pagi meskipun sempat mencoba makan bubur.

    “Sudah tidak kuat. Lemas sekali. Akhirnya dibawa ke rumah sakit,” tambahnya.

    Dokter menyebut Suparno memiliki riwayat penyakit jantung bawaan, yang diduga memperparah dampak dari keracunan yang dialaminya.

    Kematian Suparno menambah daftar korban dalam insiden keracunan massal yang diduga berasal dari makanan hajatan tersebut.

  • Kisah Sumardi Lolos dari Keracunan Massal di Klaten karena Kebiasaan Tidak Makan Setelah Pukul 22.00 – Halaman all

    Kisah Sumardi Lolos dari Keracunan Massal di Klaten karena Kebiasaan Tidak Makan Setelah Pukul 22.00 – Halaman all

    Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto

    TRIBUNNEWS.COM, KLATEN – Sumardi tidak menyangka, acara syukuran sekaligus halal bihalal keluarga besarnya yang mengundang pentas seni wayang kulit berujung insiden keracunan massal di Desa Karangturi Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

    Adik ipar dari pemilik hajat itu mengaku sangat terkejut lantaran hidangan makanan yang disajikan untuk warga dan tamu undangan saat menyaksikan pentas wayang kulit di depan rumahnya pada Sabtu (12/4/2025) malam lalu justru berujung petaka.

    Bagaimana tidak, ratusan warga sampai harus mendapatkan perawatan medis hingga membuat satu diantaranya meninggal dunia usai menyantap nasi kotak yang disediakan oleh keluarga Sumardi.

    Sumardi menceritakan, memang pada Sabtu siang kala itu keluarga besarnya mengadakan acara pertemuan dalam balutan halal bihalal.

    Setelah acara tersebut, keluarga besar juga mengadakan pentas wayang kulit untuk umum.

    “Siangnya keluarga yang malamnya wayangan. Siang acara Trah, terus malam dilanjut wayangan saja,” terang Sumardi saat ditemui awak media, Selasa (15/4/2025).

    Lebih lanjut Sumardi menerangkan bahwa pada saat pentas wayang kulit. Sekitar 200-an warga ikut menghadiri dan menyantap sajian yang disiapkan oleh keluarganya tersebut.

    “Undangannya banyak yang diundang, ada snack-nya 250 kata yang masak. Ada juga desa lain,” ungkapnya.

    Sementara itu, pihak keluarga disebut Sumardi setidaknya menyediakan 250 lebih makanan ringan dan berat termasuk nasi kotak yang kini diduga menjadi penyebab keracunan massal.

    Makanan-makanan tersebut merupakan hasil masakan yang disiapkan oleh warga sekitar kediaman sang kakak. “Rewang atau gotong royong warga. Ada Snacknya kacang brownis, makanannya ya nasi, rendang, sambal goreng krecek, acar sama krupuk,” kata dia.

    Pria berdomisili di Pekanbaru, Kepulauan Riau itu pun tidak menyangka ternyata usai acara pentas wayang kulit ratusan warga secara bersamaan mengeluh sakit dan ternyata mengalami keracunan.

    Bahkan sang kakak, Waluyo yang merupakan pemilik rumah juga mengalami hal serupa hingga harus dirawat di rumah sakit. “Ya kaget, saya terus terang kaget. Informasinya kok ada yang diare. Keluarga ada yang dirawat (di RS) satu. Kakak, soalnya ini rumah kakak, kami rantau,” lanjut dia.

    “Kondisinya awal pusing sama diare. Awalnya di rumah sekarang dibawa ke RS Bagas Waras,” imbuh Sumardi.

    Atas kejadian tersebut, Sumardi dan keluarga besarnya meminta maaf kepada seluruh warga yang menjadi korban keracunan massal. Bahkan Sumardi dan keluarga berinisiatif untuk mendatangi tiap korban termasuk keluarga Suparno yang meninggal dunia usai dirawat di rumah sakit.

    Meski demikian, Sumardi bersyukur ia tak menjadi korban lantaran kebiasaannya yang tak makan setelah pukul 22.00 WIB malam.

    “Saya kebetulan lewat jam 10 malam sedang tidak makan,” pungkasnya.

     

  • Kronologi Penangkapan 20 Pendaki Ilegal yang Nekat Naik Gunung Merapi

    Kronologi Penangkapan 20 Pendaki Ilegal yang Nekat Naik Gunung Merapi

    Sleman, Beritasatu.com – Sebanyak 20 pendaki ilegal diamankan oleh petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM). Mereka tertangkap setelah nekat melakukan pendakian di kawasan terlarang Gunung Merapi melalui jalur New Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

    Para pendaki yang diamankan terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan karyawan, berasal dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

    Penangkapan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari petugas BTNGM, Polsek Selo, Koramil Selo, dan Masyarakat Mitra Polhut pada Minggu (13/4/2025). Aksi ini merupakan respons atas unggahan viral di media sosial yang memperlihatkan aktivitas pendakian ilegal di kawasan Gunung Merapi yang berstatus Siaga (Level III).

    Kepala Balai TN Gunung Merapi Muhammad Wahyudi menjelaskan, pihaknya langsung bergerak cepat menindaklanjuti temuan tersebut.

    “Tim media sosial kami segera melakukan pelacakan terhadap akun-akun yang mengunggah konten pendakian. Sementara itu, petugas lapangan memantau jalur-jalur tidak resmi dan berkoordinasi dengan aparat terkait,” jelas Wahyudi di Sleman, pada Senin (15/4/2025).

    Sekitar pukul 05.00 WIB, petugas menemukan 12 sepeda motor terparkir di sekitar jalur New Selo yang diduga milik pendaki ilegal. Setelah pemantauan intensif, sekitar pukul 12.30 WIB para pendaki terlihat turun dan langsung diamankan oleh tim gabungan.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pendakian tersebut dikoordinasi oleh seorang pemuda berinisial AA (19), warga Sragen. Ia mengumpulkan 19 peserta lainnya melalui media sosial TikTok. Para peserta berasal dari berbagai daerah, seperti Sleman, Surakarta, Boyolali, Kulonprogo, Banyumas, Gunungkidul, Yogyakarta, Klaten, Pati, Blora, Sukoharjo, hingga Lamongan dan Magetan. Usia mereka berkisar antara 15 hingga 24 tahun.

    BTNGM kembali menegaskan, pendakian Gunung Merapi saat ini dilarang keras, terutama dalam radius 3 kilometer dari puncak, sesuai rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

    “Kami sudah memasang informasi larangan di berbagai titik masuk dan terus melakukan sosialisasi baik secara daring maupun langsung. Ini bukan sekadar larangan, tetapi bentuk mitigasi risiko demi keselamatan masyarakat,” tegas Wahyudi.

    BTNGM mengimbau masyarakat, termasuk para wisatawan dan pendaki, untuk tidak memaksakan diri naik ke Gunung Merapi selama status aktivitasnya masih tinggi. Keselamatan jiwa harus menjadi prioritas utama, hal tersebut juga jadi peringatan keras bagi 20 pendaki ilegal yang nekat naik ke Gunung Merapi.

  • Jumlah Warga Keracunan Makanan di Klaten Bertambah, 1 Orang Meninggal

    Jumlah Warga Keracunan Makanan di Klaten Bertambah, 1 Orang Meninggal

    Jakarta

    Jumlah warga korban keracunan makanan acara hajatan wayang di Desa Karangturi, Gantiwarno, Klaten bertambah. Kini jumlahnya mencapai 103 orang setelah sebelumnya terdata hanya puluhan orang.

    Kalak BPBD Kabupaten Klaten, Syahruna menyampaikan jumlah tersebut merupakan data per Senin (14/4/2025) pukul 23.40 WIB. Sementara, satu orang dilaporkan meninggal dunia.

    “Data terakhir pada pukul 23.40 WIB tadi malam ada 103 orang dan satu meninggal dunia. Yang meninggal bapak S ,” jelas Kalak dilansir detikJateng, Selasa (15/4/2025).

    Ratusan warga mengalami gejala diare, muntah, dan panas. Sebanyak 31 orang menjalani rawat inap.

    “103 orang tersebut mengalami gejala diare, muntah, dan panas. Dengan jumlah warga yang rawat inap dan dirujuk sebanyak 31 orang,” terang Syahruna.

    Pasien yang rawat dan dirujuk, sambung Syahruna, dirujuk ke beberapa RS di Klaten maupun Jogja. Di antaranya ke RS Bagas Waras dan juga RS Bhayangkara Jogja.

    Ratusan orang itu diduga keracunan saat acara wayangan di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Acara wayang sendiri berlangsung Minggu (13/4/2025).

    Baca selengkapnya di sini.

    (dek/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Komisi III DPR Desak Tindak Tegas SPBU Gunung Soputan Bali yang Diduga Oplos BBM Subsidi – Halaman all

    Komisi III DPR Desak Tindak Tegas SPBU Gunung Soputan Bali yang Diduga Oplos BBM Subsidi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni meminta kepolisian menindak tegas pihak yang terlibat dalam kasus dugaan pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis pertalite, di SPBU yang berlokasi di Jalan Gunung Soputan, Denpasar Barat, Bali. 

    “Tindakan seperti ini bukan hanya penipuan, tapi juga bisa menyebabkan kerusakan pada mesin kendaraan masyarakat. Saya minta pelakunya segera diproses hukum. Polisi jangan ragu-ragu. SPBU yang berani oplos BBM harus dijerat pidana agar memberikan efek jera,” kata Sahroni dalam keterangannya, Selasa (15/4/2025).

    Politikus Partai NasDem itu juga menyinggung perlunya evaluasi menyeluruh terhadap SPBU yang dimiliki pihak swasta. 

    Dia mendorong kerja sama antara Polri dan Pertamina untuk memperbaiki sistem pengawasan sekaligus membangun kembali kepercayaan publik terhadap BUMN energi tersebut.

    “Pertamina harus serius menjaga citranya, karena mereka adalah representasi negara. Maka dari itu, kerja sama dengan Polri untuk mengevaluasi SPBU swasta sangat penting. Ini langkah perlindungan terhadap konsumen juga,” pungkasnya.

    Dalam kasus tersebut, polisi memeriksa 4 orang yang berstatus sebagai saksi dalam kasus penyalahgunaan pengangkutan niaga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite di Denpasar, Bali.

    Dugaan penyalahgunaan BBM subsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Gunung Soputan, Denpasar Barat ini terendus Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polresta Denpasar awal bulan lalu yang hingga kini aktivitas operasionalnya ditutup sementara oleh Pertamina. 

    Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (3/4/2025) pagi, sekitar pukul 08.00 Wita, di SPBU Nomor 54.801.32 yang berlokasi di Jalan Gunung Soputan.

    Mulanya polisi mendapati laporan dari masyarakat mengenai sebuah truk tangki pengangkut BBM yang tampak mencurigakan saat melakukan pembongkaran muatan ke dalam tangki pendam di SPBU tersebut.

    Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi menjelaskan, dari keterangan yang diperoleh dari saksi warga, truk tersebut awalnya mengisi BBM ke tangki pendam bertutup biru, yang diketahui biasa digunakan untuk jenis Pertamax.

    Tak lama berselang, sopir dan kru truk melanjutkan pengisian ke tangki pendam bertutup putih, yang biasanya diperuntukkan bagi Pertalite jenis BBM bersubsidi.

    PERTALITE TERCAMPUR AIR – Kolase BBM jenis Pertalite tercampur air dalam botol yang diambil dari Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Trucuk, Kabupaten Klaten, Selasa (8/4/2025). Temuan ini membuat SPBU di Desa Wonosari, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten itu disegel oleh kepolisian. (TribunSolo.com/Istimewa)

    “Kami sudah memeriksa empat saksi, yakni karyawan SPBU berinisial IWK (41), sopir truk EAMK (37), kernet KAR (23), dan pengawas SPBU PGA (37),” ujarnya, Minggu (13/4/2025). 

    AKP Sukadi menjelaskan, saat ini penyidik dari Satreskrim Polresta Denpasar masih melakukan pendalaman termasuk melakukan pemeriksaan terhadap saksi ahli. 

    “Kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Kami akan tindak tegas jika terbukti ada pelanggaran terhadap distribusi BBM bersubsidi,” pungkas Kasi Humas.