kab/kota: Kediri

  • Pejalan Kaki di Mojokerto Tewas Tertabrak Motor

    Pejalan Kaki di Mojokerto Tewas Tertabrak Motor

    Mojokerto (beritajatim.com) – Seorang pejalan kaki tewas di Jalan Raya Desa Brangkal, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Minggu (26/5/2024). Korban yang diketahui atas nama, Djuwari (78) ini tewas di lokasi karena tertabrak sepeda motor saat hendak menyebrang jalan.

    Kecelakaan lalu-lintas tersebut terjadi sekira pukul 06.15 WIB. Saat itu, warga Dusun Kedung Maling II RT 15 RW 06, Desa Kedungmaling, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto berjalan kaki di bahu jalan sisi kiri di sebelah utara. Sampai di lokasi kejadian, korban hendak menyebrang ke selatan.

    Dari arah barat atau dari arah Jombang melintas sepeda motor Yamaha Vixion nopol AG 6272 EBI yang dikendarai Agung Candra Setyawan warga Dusun Sambirejo, Desa Besowo, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Diduga karena jarak sudah dekat sehingga kecelakaan tak bisa dihindari.

    Korban tertabrak sepeda motor Yamaha Vixion nopol AG 6272 EBI dan tewas di lokasi kejadian dengan luka serius pada bagian kepala. Petugas Unit Laka Satlantas Polres Mojokerto yang datang ke lokasi langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

    Usai dilakukan identifikasi jenazah, sejumlah relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Mojokerto mengevakuasi korban. Jenazah korban dievakuasi ke ruang jenazah RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto guna dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

    Kasat Lantas Polres Mojokerto, Iptu Muhammad Hariyazie Syakhranie mengatakan, kecelakaan lalu-lintas tersebut terjadi diduga karena kurang hati-hatinya atau lalainya pengendara sepeda motor Yamaha Vixion nopol 7272 EBI pada saat berkendara dengan kecepatan tinggi.

    “Pengendara sepeda motor Honda Vixion tidak bisa menguasai laju kendaraannya sehingga tidak bisa mengantisipasi arus lalu-lintas yang ada didepannya sehingga menyebabkan terjadinya laka lantas. Korban meninggal di lokasi kejadian,” ungkapnya. [tin/suf]

  • 350 Peternak Ikuti Kontes Domba dan Kambing di Kediri, Hadiahnya Fantastis

    350 Peternak Ikuti Kontes Domba dan Kambing di Kediri, Hadiahnya Fantastis

    Kediri (beritajatim.com) – Sebanyak 350 peternak mengikuti kontes domba dan kambing digelar di Pasar Hewan Rojokoyo, Desa Purwokerto Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, pada Sabtu dan Minggu (25-26/5/2024). Ratusan peserta kontes itu merupakan peternak di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

    Ketua Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia Cabang Kediri Taufan Hidayat mengatakan, kontes ini diadakan karena trend kepemilikan domba dan kambing semakin bagus. Adapun kategori jenis domba yang dinilai ialah berdasarkan bobot badan. Sedangkan kambing jenis boer dan etawa dinilai untuk kelas keindahan.

    “Untuk hadiah yang diperebutkan berupa uang tunai Rp50 juta dan ratusan doorprize menarik,” ungkap Taufan Hidayat, pada Minggu (26/5/2024).

    Peternak Kediri yang hadir pada kontes ini diharapkan bisa menjadikannya tolak ukur mereka untuk mengikuti kontes dengan level lebih tinggi ke depannya. Sementara itu, untui peserta terjauh kontes berasal dari ujung barat Pulau Jawa yakni dari Bogor. Sedangkan peserta ujung timur berasal dari Banyuwangi.

    Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan, kontes domba dan kambing ini merupakan bentuk dukungan dan apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Kediri bagi komunitas peternak yang ada di Kabupaten Kediri.

    “Insyaallah sesuai harapan Mas Bupati, kami akan terus support kegiatan kegiatan yang melibatkan peternak khususnya yang ada di Kabupaten Kediri, khususnya pelaku pelaku usaha yang mempunyai peran kepada masyarakat,” ucapnya.

    Masih katanya, kontes ini juga bertujuan untuk mencukupi protein hewani di Kabupaten Kediri maupun secara nasional. Mengingat potensi pakan dan potensi peternak di Kabupaten Kediri sangat besar.

    “Melalui kegiatan ini, diharapkan agar 4.000-an peternak domba dan kambing di Kabupaten Kediri bisa lebih meningkatkan kualitasnya sekaligus memenuhi permintaan pasar,” tutupnya. [nm/suf]

  • 2 Siswi Tabrak Minibus di Magetan, Rombongan Wisata Batal ke Sarangan

    2 Siswi Tabrak Minibus di Magetan, Rombongan Wisata Batal ke Sarangan

    Magetan (beritajatim.com) – Dua orang siswi yang berboncengan menggunakan sepeda motor menabrak minibus wisata Azam Trans di Jalan Raya Maospati-Ngawi masuk Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan, Sabtu (25/5/2024). Akibatnya, keduanya pun mengalami luka.

    Kejadian berawal saat minibus yang dikendarai oleh Robi Anta Mawlaya (29) warga Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, Jawa Timur berjalan dari arah Ngawi ke arah Magetan. Robi hendak mengantar rombongan wisata ke Sarangan. Sampai di lokasi kejadian, dia berhenti karena jalan dibuka tutup untuk perbaikan jalan

    Tiba-tiba, Robi merasakan benturan keras dari belakang. Ternyata, ada dua orang gadis yang mengendarai motor sudah terjatuh. Salah satunya tergeletak tak sadarkan diri di pinggir jalan.

    Keduanya adalah NI (16) warga Bojonegoro dan satunya adalah NA (16) warga Ngawi. Kondisi NI cukup serius sehingga harus dirujuk ke RSUD dr Sayidiman Magetan.

    “Ini tadi saya sudah berhenti ada perbaikan jalan. Sudah ada antrean terus pengendara motor itu menghantam belakang saya. Korban dua satu kritis. Kami mau ke Sarangan tapi terus urusan gini,” kata Robi, si pengemudi minibus.

    Kejadian itu kini dalam proses penyelidikan Satlantas Polres Magetan. Pun, belasan penumpang asal Bojonegoro itu batal menuju Sarangan. [fiq/ian]

  • Ibu dan Anak di Kediri Tewas Kecelakaan, Begini Kronologinya

    Ibu dan Anak di Kediri Tewas Kecelakaan, Begini Kronologinya

    Kediri (beritajatim.com) – Nasib malang menimpa S (62) dan anaknya K (36) warga Tarokan, Kabupaten Kediri. Mereka tewas akibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya Dusun Selang, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri.

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Kediri Kota Ipda Andris Siswarno mengatakan, kecelakaan maut itu terjadi, pada Selasa petang (21/5/2024). Korban mengendarai motor matic dengan kecepatan tinggi hingga keluar jalur.

    “Kedua korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Muhamadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri untuk mendapatkan penanganan medis. Tetapi nyawanya tidak tertolong,” ungkap Ipda Andris, pada Rabu (22/5/2024).

    Awaknya, kedua korban mengendarai sepeda motor Vario dengan anaknya sebagai pengemudi. K membonceng ibunya dengan kecepatan tinggi dari arah selatan ke utara.

    Sesampainya di lokasi kejadian, jalanan dalam kondisi menurun tajam. Tetapi korban tetap melaju dengan kencang hingga berjalan lurus keluar jalur. Mereka menerobos semak-semak dan masuk ke parit hingga keduanya terpental dan membentur tanah.

    Akibat kejadian tersebut sang anak mengalami luka lecet pipi kiri dan kanan, memar dada dan bahu kiri, lecet dan memar pada hidung, keluar darah dari telinga, lecet pada bibir dan kedua tangan. Korban dinyatakan meninggal dunia saat perawatan di rumah sakit. Lalu sang ibu mengalami luka benjol pipi kanan dan kiri, keluar darah dari hidung, memar mata kiri dan dinyatakan meninggal saat dalam perjalanan ke rumah sakit. [nm/kun]

  • Kesaksian Mengejutkan Pengantar Korban Penganiayaan yang Dilaporkan Kecelakaan di Ponorogo

    Kesaksian Mengejutkan Pengantar Korban Penganiayaan yang Dilaporkan Kecelakaan di Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Yunus Indarwan, warga Desa Ngumpul Kecamatan Balong Ponorogo itu tak menyangka bahwa, Jiono yang diantarkan ke Puskesmas Balong merupakan korban pembunuhan. Pada tanggal 6 April 2024 dini hari itu, Ia ditelepon yang memberitahukan bahwa korban Jiono mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal. Yunus disuruh untuk mengantarkan korban ke layanan kesehatan terdekat.

    “Waktu itu saya ingat baru pulang mancing, sekitar pukul 01.00 dini hari sampai rumah. Nah, selang  sejam kemudian ditelepon. Ya saya sepontan datang, karena sudah menjadi pekerjaan saya mengantarkan orang sakit di lingkungan,” kata Yunus, ditulis Rabu (22/05/2024).

    Sampai di lokasi kejadian, dirinya bertanya kepada 5 orang teman korban terkait dengan kronologis kejadian. Mereka kompak bilang tidak tahu. Mereka mengeklaim ketika pulang dari warung kopi, kondisi korban sudah jatuh di jalan dengan sepeda motornya.

    “Ya langsung saya ajak untuk segera dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan medis,” katanya.

    Ketika Yunus mengangkat ke dalam mobil itu, keadaan korban denyut nadinya masih ada tetapi sedikit. Ia juga melihat ada luka di pelipis kanan dan kiri serta bagian belakang kepala mengeluarkan darahnya.

    “Waktu itu ya saya tidak curiga sama sekali. Saya berpikirnya bagaimana korban ini bisa selamat dengan segera dibawa ke puskesmas,” katanya.

    Sampai puskesmas  petugasnya pun juga bertanya, kenapa lukanya bisa separah ini. Yunus pun menjawab bahwa korban jatuh, sesuai dengan informasi yang diterimanya dari 5 orang teman korban tersebut. Petugas puskesmas itu kemudian langsung mengecek kondisi korban. Dari pengecekan itu, petugas menyatakan bahwa korban sudah dalam keadaan meninggal dunia.

    “Saat ditanya petugas puskesmas ya saya bilang korban jatuh. Ketika dicek oleh petugas, ternyata korban sudah meninggal dunia. Saya awalnya tidak percaya, dan meminta petugas untuk melakukan pengecekan ulang,” katanya.

    Selang beberapa hari dari kematian korban itu, pihak keluarga merasa ada kejanggalan-kejanggalan. Hal itu setelah pihak keluarga mendapatkan masukan dari masyarakat. Merasa ada yang kurang pas, jika jatuh dari motor, namun motornya tidak mengalami kerusakan atau lecet di bodi motor.

    “Ya keluarga minta diusut dan dilaporkan ke Polsek Balong. Akhirnya 5 orang teman korban itu dimintai keterangan oleh polisi. Ya ternyata ada penganiayaan, korban bukan terjatuh,” pungkas Yunus.

    Untuk diketahui sebelumnya, diberikan bahwa kasus Vina Cirebon yang akhir-akhir ini viral, nampaknya juga terjadi di Kabupaten Ponorogo. Kemiripan itu, terkait adanya korban meninggal dunia yang diduga dianiaya, namun dilaporkan kecelakaan lalu lintas tunggal. Peristiwa itu terjadi di Desa Ngumpul Kecamatan Balong Ponorogo. Kasus yang menimpa korban yang bernama Jiono itu, terkuak setelah 40 hari peringatan kematiannya.

    “Jadi kronologis singkat pada laporan masyarakat, yaitu adanya laporan kecelakaan tunggal. Namun, pihak keluarga korban merasa ada kejanggalan-kejanggalan akhirnya melaporkan ke polisi,” kata Kasat Reskrim Polres Ponorogo AKP Ryo Perdana.

    Petugas kepolisian pun langsung melakukan tindak lanjut, dengan mengumpulkan barang bukti, dan penggalian keterangan. Selain itu, polisi juga melakukan pembongkaran makam untuk dilakukan ekshumasi terhadap jasad korban. Dengan mendatangkan tim dokter forensik dari RS Bhayangkara Kediri.

    “Hari ini juga kita lakukan pembongkaran makam untuk dilakukan ekshumasi terhadap jasad korban. Dengan mendatangkan tim dokter forensik RS Bhayangkara Kediri,” katanya. [end/aje]

  • Ini Hasil Ekshumasi Korban Penganiayaan di Ponorogo

    Ini Hasil Ekshumasi Korban Penganiayaan di Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Meski sudah dikubur lebih dari 40 hari, Satreskrim Polres Ponorogo tetap melakukan ekshumasi terhadap jenazah Jiono, korban penganiayaan yang sebelumnya dilaporkan meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Pengeluaran jenazah dari kubur dan dilanjutkan dengan tindakan autopsi itu, dilakukan oleh tim forensik dari Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Kediri.

    Proses ekshumasi dilaksanakan pada hari Selasa  pagi di tempat pemakaman umum (TPU) di Desa Poko Kecamatan Jambon Ponorogo. Proses ekshumasi hingga tindakan autopsi selesai, memerlukan waktu selama kurang lebih 1,5 jam. Prosesnya dilakukan secara tertutup, sekitar makam dipasang terop dengan penutup tirai warna hijau.

    “Kondisinya sudah mengalami dekompos, beberapa organ juga sudah membusuk,” kata Dokter Forensik RS Bhayangkara Kediri, Titik Purwanti, saat ditemui awak media usai melakukan autopsi, Selasa (21/05/2024).

    Dalam proses autopsi yang dilakukan oleh timnya itu, Titik menyebutkan bahwa ada kesesuaian dengan laporan puskesmas setempat. Yakni ada kesesuaian luka memar di kepala, paha kiri dan dada. Sementara untuk bagian tubuh yang lain,  masih dilakukan pemeriksaan lanjutan.

    “Kalau resapan darah atau memar itu, ya karena kekerasan tumpul,” katanya.

    Namun, Titik menggarisbawahi bahwa dirinya tidak bisa memastikan kekerasan tumpul yang dialami korban itu, karena jatuh atau dipukul. Dari tim forensik hanya memastikan bahwa resapan darah atau memar itu karena kekerasan tumpul. Kekerasan itu utamanya dilakukan di beberapa bagian kepala.

    “Luka tumpul itu, yang parah di sekitaran kepala,” pungkasnya.

    Diberitakan sebelumnya, keluarga almarhum Jiono hanya bisa pasrah dan menerima saat dikasih kabar bahwa anaknya itu meninggal karena kecelakaan tunggal. Dalam berita yang disebarkan di masyarakat, korban mengalami kecelakaan tunggal di pertigaan Dusun Bandung Desa Ngumpul Kecamatan Balong Ponorogo pada hari Sabtu (06/04/2024) dini hari. Padahal, ada saksi dari masyarakat yang menyatakan bahwa korban mengalami penganiayaan.

    “Saat diberi kabar kalau korban meninggal karena kecelakaan, keluarga korban menerima. Namun, setelah beberapa hari berlalu ada desas-desus dari warga bahwa meninggalnya karena penganiayaan,” kata Kepala Desa (Kades) Ngumpul, Supriono. [end/beq]

  • Kesaksian Mengejutkan Pengantar Korban Penganiayaan yang Dilaporkan Kecelakaan di Ponorogo

    Mirip Kasus Vina Cirebon, Korban Penganiayaan Ponorogo Dilaporkan Kecelakaan

    Ponorogo (beritajatim.com) – Kasus Vina Cirebon yang akhir-akhir ini viral nampaknya juga terjadi di Kabupaten Ponorogo. Kemiripan itu terkait adanya korban meninggal dunia yang diduga dianiaya namun dilaporkan kecelakaan lalu lintas tunggal.

    Peristiwa itu terjadi di Desa Ngumpul Kecamatan Balong Ponorogo. Kasus yang menimpa korban yang bernama Pujiono itu, terkuak setelah 40 hari peringatan kematiannya.

    “Jadi kronologis singkat pada laporan masyarakat, yaitu adanya laporan kecelakaan tunggal. Namun, pihak keluarga korban merasa ada kejanggalan-kejanggalan akhirnya melaporkan ke polisi,” kata Kasat Reskrim Polres Ponorogo AKP Ryo Perdana, Selasa (21/05/2024).

    Petugas kepolisian pun langsung melakukan tindak lanjut, dengan mengumpulkan barang bukti, dan penggalian keterangan. Selain itu, polisi juga melakukan pembongkaran makam untuk dilakukan ekshumasi terhadap jasad korban. Termasuk mendatangkan tim dokter forensik dari RS Bhayangkara Kediri.

    “Hari ini juga kita lakukan pembongkaran makam untuk dilakukan ekshumasi terhadap jasad korban. Dengan mendatangkan tim dokter forensik RS Bhayangkara Kediri,” katanya.

    Dari kasus ini, petugas sudah menetapkan 1 tersangka dan 4 saksi yang salah satunya merupakan anak dibawah umur. Saat ini tersangka dan para saksi pun. Asih digali keterangannya.

    Tersangka mengaku bahwa awalnya keduanya cekcok dan terjadi penganiayaan hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Namun, tersangka dan para saksi itu menutupi peristiwa itu dengan menyebarkan berita korban meninggal mengalami kecelakaan tunggal.

    “Awalnya dari cekcok, kemudian berkelahi dan pelaku menutupinya dengan menyebar berita jika itu kecelakaan tunggal,” pungkasnya. [end/but]

  • Flushing Alias Pladu, Warga Blitar-Tulungagung hingga Kediri Panen Ikan Mabuk

    Flushing Alias Pladu, Warga Blitar-Tulungagung hingga Kediri Panen Ikan Mabuk

    Blitar (beritajatim.com) – Selama 4 hari kedepan warga Blitar, Tulungagung hingga Kediri bakal panen ikan mabuk. Warga berbondong-bondong untuk mencari ikan di Sungai Brantas yang kondisinya mabuk akibat digelontorkannya air bendungan Wlingi dan Serut, Blitar.

    Seperti yang nampak di aliran Sungai Brantas Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar pada Senin (20/05/24). Ratusan warga dari berbagai daerah tumpah ruah di Sungai Brantas.

    Dengan membawa jala, warga mulai menyusuri aliran sungai Brantas yang debitnya mulai mengering. Tak tanggung-tanggung dalam sekali terjun ke Sungai Brantas mereka bisa mendapatkan 2 karung ikan air tawar.

    “Ini tradisi setiap tahun, kalau flushing atau pladu pasti cari ini tadi dapat 2 karung ada ikan nila ada lele,” kata Hendrik, warga Sutojayan, Blitar.

    Flushing atau Pladu yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta 1, memang membawa berkah tersendiri bagi warga Blitar hingga Kediri. Penggelontoran air bendungan, membuat ikan-ikan yang selama ini tinggal di sana ikut terbawa arus sungai.

    Derasnya debit air saat dilakukan flushing, membuat ikan-ikan tersebut mabuk. Hal itulah yang dimanfaatkan warga untuk mencari ikan sebanyak-banyaknya dengan menggunakan jala.

    Meski membahayakan dan telah dilarang oleh Perum Jasa Tirta 1, namun warga tetap saja nekat. Bagi warga mencari ikan mabuk saat pladu ini sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.

    “Ya dibuat lauk makan dan juga dijual, lumayan mas buat tambah-tambah. Kalau dibuat lauk kan juga lumayan bisa menghemat biaya,” imbuhnya.

    Hal yang sama juga terlihat di Jembatan Glondong Jegu, Blitar. Meski debit air sungai Brantas sangat deras, warga tetap saja nekat mencari ikan di pinggir-pinggir sungai.

    Dengan menggunakan jala, warga terus menjaring satu persatu ikan mabuk yang terbawa oleh arus sungai. Tak tanggung-tanggung, perolehan ikan warga pun bisa mencapai puluhan kilogram.

    “Nanti dibagikan ke tetangga-tetangga sekitar, ada juga yang dijual tadi,” kata Nanang.

    Kegiatan Flushing ini memang rutin digelar satu tahun sekali oleh Perum Jasa Tirta 1. Pada tahun ini ada 2 bendungan yang dilakukan flushing atau pladu, yakni Bendungan Wlingi Raya (Jegu) dan Bendung Serut.

    “Ini memang bertujuan untuk mengembalikan fungsi dari kapasitas atau tampungan dari bendungan Wlingi dan Lodoyo, sehingga nanti jika ada banjir besar maka airnya bisa ditampung Kemudian airnya juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan air baku, baik untuk industri, rumah tangga, maupun irigasi,” kata Herman Cahyo Nugroho, Kepala Divisi Jasa Ada 1 PErum Jasa Tirta 1.

    Bendungan Wlingi memegang peranan penting karena menjadi tempat pengambilan dan penyediaan air untuk irigasi daerah Lodoyo-Tulungagung Timur seluas 13.000 Ha. Bagi Bendungan Wlingi kegiatan flushing juga penting karena fungsinya sebagai pengatur debit air (after bay) PLTA Sutami dan pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 2 X 27 MW.

    Lebih jauh lagi, Bendungan Wlingi memiliki peranan penting antara lain sebagai pengendali banjir dan pengendali pasir Gunung Kelud. Selain itu manfaat dan tujuan lainnya adalah untuk menjaga perikanan darat dan pariwisata di Bendungan Wlingi.

    Bagi Bendung Lodoyo, kegiatan flushing penting karena bendung ini berfungsi membangkitkan PLTA Lodoyo dengan daya terpasang 1 x 4,7 MW. Lodoyo juga memegang peranan penting sebagai pengatur debit (after bay) PLTA Wlingi. Lodoyo juga memegang fungsi pengendali banjir dan penggelontoran pasir ke hilir Waduk Lodoyo serta bagi perikanan darat dan pariwisata.

    “Hari ini kita mulai pembukaan tadi jam 12.00 lebih 15 di pintu air Lodoyo Kemudian selang satu jam nanti akan mulai dibuka di pintu bendungan wlingi raya jadi tujuan untuk salah satu pemeliharaan dari tampungan waduk Wlingi dan Lodoyo,” tutupnya. (owi/ian)

  • Wanita di Kediri Dua Pekan Tak Pulang, Suami: Tak Pamit Saya

    Wanita di Kediri Dua Pekan Tak Pulang, Suami: Tak Pamit Saya

    Kediri (beritajatim.com) – Wanita di Kediri, Dyah Windusari (39), dilaporkan dua pekan lamanya tidak pulang ke rumah di Dusun Joho, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngasem.

    Sang suami, Mashudi (54) mengatakan, Dyah keluar rumah pada Jumat (3/5/2024) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu, Mashudi sedang tidak berada di rumah.

    Mashudi mengaku tidak tahu mengapa sang istri sampai pergi cukup lama. Dia pun telah membuat laporan orang hilang ke Polsek Ngasem pada Senin (6/5/2024).

    “(Pergi) tidak pamit saya. Waktu itu anaknya juga sedang sekolah. Tidak ada tanda-tanda kalau dia akan pergi,” kata Mashudi kepada beritajatim.com, Senin (20/5/2024).

    Saat meninggalkan rumah, Dyah memakai kaos putih lengan panjang. Terdapat terdapat corak garis warna biru pada lengan kaos.

    Selain itu, wanita berkulit putih dengan rambut hitam lurus itu memakai hijab dan celana panjang warna coklat.

    Mashudi sudah berusaha mencari keberadaan sang istri. Tetapi, ibu dua anak itu hingga kini belum berhasil ditemukan.

    “Nomor HP-nya tidak aktif. Nomor HP diblokir. Saya bingung karena kedua anak saya kini terus mencari ibunya,” imbuh pria yang bekerja di sebuah proyek pembangunan ini sambil menangis.

    Dyah Windusari

    Mashudi mengaku, selama ini rumah tangga mereka berjalan harmonis. Dia tidak pernah berbuat kasar atau meyakiti perempuan dengan tinggi badan 155 cm dan berat badan 65 kg itu.

    “Saya berharap istri saya segera kembali. Kalau ada yang mengetahui, bisa menghubungi saya atau kantor polisi terdekat. Dimanapun berada, saya akan menjemputnya,” terang Mashudi.

    Berita suami kehilangan istri ini tengah viral di media sosial Kediri. Sebuah akun instagram @info_seputar_kediri_id mengunggahnya hari ini dan langsung diserbu oleh berbagai komentar warganet.

    Sementara itu, Kapolsek Ngasem AKP Ardian yang dikonfirmasi belum memberikan keterangan. [nm/beq]

  • Pintu Air Bendungan Wlingi dan Serut Blitar Akan Dibuka, Ini Jam-nya !

    Pintu Air Bendungan Wlingi dan Serut Blitar Akan Dibuka, Ini Jam-nya !

    Blitar (beritajatim.com) – Bandung Wlingi (Jegu) dan Serut yang ada di Kabupaten Blitar akan di flushing atau pladu pada Senin (20/05/24) ini. Pintu air kedua bendungan ini akan dibuka mulai pukul 13.00 WIB atau jam 1 siang.

    Pembukaan pintu air ini akan dilakukan secara bertahap. Proses flushing ini dilakukan secara berkala untuk menjaga kapasitas penyimpanan air di dalam bendungan.

    Seperti diketahui banyaknya endapan lumpur atau sendimen bisa mengurangi volume waduk bahkan mengganggu operasional bendungan. Saat dilakukan flushing, akan ada tanda sirene agar masyarakat yang ada di sekitaran sungai Brantas lebih berhati-hati karena volume air yang bertambah.

    Terkait kegiatan flushing itu, Direktur Operasional PJT I, Milfan Rantawi menyampaikan beberapa himbauan kepada masyarakat. Salah satunya yakni melarang warga Blitar, Kediri hingga Nganjuk mencari ikan mabuk di aliran Sungai Brantas.

    Hal ini dilakukan demi mencegah jatuhnya korban saat kegiatan flushing dilakukan di dua bendungan tersebut.

    “Sangat kami harapkan, pada saat kegiatan flushing dilaksanakan pada 20-24 Mei nanti, masyarakat dapat menjaga diri dengan tidak melakukan kegiatan baik menjala ikan ataupun memancing khususnya di area sepanjang aliran sungai Brantas, mulai dari daerah Blitar, Tulungagung, Kediri hingga Nganjuk,” kata Milfan, kamis (09/05/24) lalu.

    Sesuai dengan penugasan dari pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) 46 tahun 2010 pasal 4 ayat (2) huruf g bahwa kegiatan flushing merupakan upaya pemeliharaan sungai. Secara spesifik kegiatan ini menjadi penting karena terkait dengan menjaga kapasitas tampungan Bendungan Wlingi dan Bendung Lodoyo dari sedimentasi. Termasuk salah satu manfaat kegiatan ini juga untuk dapat memastikan PLTA berfungsi optimal dan berkelanjutan.

    Bendungan Wlingi memegang peranan penting karena menjadi tempat pengambilan dan penyediaan air untuk irigasi daerah Lodoyo- Tulungagung Timur seluas 13.000 Ha. Bagi Bendungan Wlingi kegiatan flushing juga penting karena fungsinya sebagai pengatur debit air (_after bay_) PLTA Sutami dan pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 2 X 27 MW.

    Lebih jauh lagi, Bendungan Wlingi memiliki peranan penting antara lain sebagai pengendali banjir dan pengendali pasir Gunung Kelud. Selain itu manfaat dan tujuan lainnya adalah untuk menjaga perikanan darat dan pariwisata di Bendungan Wlingi.

    Bagi Bendung Lodoyo, kegiatan _flushing_ penting karena bendung ini berfungsi membangkitkan PLTA Lodoyo dengan daya terpasang 1 x 4,7 MW. Lodoyo juga memegang peranan penting sebagai pengatur debit (after bay) PLTA Wlingi. Lodoyo juga memegang fungsi pengendali banjir dan penggelontoran pasir ke hilir Waduk Lodoyo serta bagi perikanan darat dan pariwisata.

    “Kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait, mari bersama-sama kita kawal pelaksanaan kegiatan penggelontoran Wlingi-Lodoyo agar dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa insiden,” ujar Milfan menutup percakapan. [owi/aje]