kab/kota: Kediri

  • Lampaui Target, Mas Dhito Dorong Baznas Kabupaten Kediri Sinkronkan Program dengan Pemerintah Daerah

    Lampaui Target, Mas Dhito Dorong Baznas Kabupaten Kediri Sinkronkan Program dengan Pemerintah Daerah

    Kediri (beritajatim.com) – Baznas Kabupaten Kediri berhasil melampaui target pengumpulan Zakat, Infaq, dan Sodaqoh (ZIS) pada tahun 2024 dengan mencapai 65 persen lebih dari target yang ditentukan. Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, yang akrab disapa Mas Dhito, mendorong Baznas untuk menyusun program prioritas di tahun 2025 agar lebih efektif dalam membantu masyarakat.

    Dari target pengumpulan ZIS yang ditetapkan oleh Baznas Provinsi sebesar Rp4,5 miliar, Baznas Kabupaten Kediri berhasil mengumpulkan Rp7,4 miliar. Capaian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pengumpulan ZIS, yang selanjutnya disalurkan melalui berbagai program sosial.

    Program Prioritas Baznas untuk Tahun 2025: Fokus pada Kemiskinan, Kesehatan, dan Pendidikan

    Mas Dhito mengungkapkan bahwa dengan pencapaian luar biasa tersebut, Baznas harus lebih fokus pada program prioritas untuk mengatasi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Ia berharap program-program Baznas dapat disinergikan dengan program Pemerintah Kabupaten Kediri yang sudah ada, untuk menghindari tumpang tindih dan memaksimalkan dampak positif bagi masyarakat.

    “Jika program-program Baznas bisa dirembug bersama OPD (Organisasi Perangkat Daerah), tujuannya adalah agar masyarakat tidak hanya merasa nyaman menyalurkan ZIS, tapi juga merasa manfaatnya langsung,” jelas Mas Dhito setelah bertemu dengan komisioner Baznas Kabupaten Kediri pada Senin (20/1/2025).

    Baznas Kediri: Kinerja Meningkat dan Sinergi dengan Pemerintah Daerah

    Bupati Hanindhito memberikan apresiasi terhadap kinerja Baznas Kabupaten Kediri yang semakin baik setiap tahunnya. Peningkatan pengumpulan ZIS menjadi indikator utama keberhasilan ini. Ia berharap ke depan, capaian tersebut dapat terus dipertahankan.

    “Baznas sudah menunjukkan lompatan luar biasa. Pelaporannya sudah lebih akuntabel, dan kami berharap program-programnya terus berkembang,” tambah Mas Dhito.

    Bupati juga menekankan pentingnya sinkronisasi antara program Baznas dan Pemerintah Daerah untuk mempercepat proses pembangunan di Kabupaten Kediri. Misalnya, jika Pemerintah Kabupaten Kediri sudah memberikan BPJS kepada tenaga pendidik seperti guru madin, Baznas bisa meluncurkan program untuk memberikan bantuan BPJS kepada marbot atau takmir masjid yang belum tercover oleh pemerintah daerah.

    Target ZIS 2025 dan Fokus pada Pemberdayaan Masyarakat

    Ketua Baznas Kabupaten Kediri, Iffatul Lathoif, menyampaikan bahwa untuk tahun 2025, Baznas menargetkan pengumpulan ZIS sebesar Rp4,6 miliar, dengan komposisi penyaluran 60% untuk pemberdayaan masyarakat dan 40% untuk kebutuhan konsumtif.

    “Instruksi dari Baznas pusat, untuk tahun 2025, komposisi penyaluran ZIS akan difokuskan pada pemberdayaan 60% dan sisanya untuk konsumtif. Ini untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat Kabupaten Kediri,” terangnya.

    Program Baznas yang Telah Dilakukan pada 2024

    Sepanjang 2024, Baznas Kabupaten Kediri telah melaksanakan berbagai program sosial yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain pemberian sembako, bantuan untuk pedagang, beasiswa, penanganan stunting, serta program Jumat Berkah dan bantuan untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

    Dengan rencana program prioritas di tahun 2025, Mas Dhito berharap kerjasama antara Baznas dan Pemerintah Daerah semakin solid, sehingga dapat terus memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Kabupaten Kediri. [ADV PKP/nm]

  • Silaturahmi ke Bunda Fey, Mbak Vinanda Ajak Bangun Kota Kediri

    Silaturahmi ke Bunda Fey, Mbak Vinanda Ajak Bangun Kota Kediri

    Kediri (beritajatim.com) – Wali Kota Kediri terpilih Vinanda Prameswati dan wakilnya KH Qowimuddin Thoha mengunjungi Ferry Silviana Feronica (Bunda Fey), pada Senin (20/1/2025). Dalam silaturahmi ini, Mbak Vinanda mengajak rivalnya dalam Pilkada 2024 lalu itu untuk bersama-sama membangun Kota Kediri.

    “Tujuan kami memang ingin bersilaturahmi dengan beliaunya Bunda Fey, intinya kami harus tetap menjalin komunikasi dengan siapapun, demi mewujudkan Kota Kediri lebih baik lagi,” kata Mbak Vinanda bersama Gus Qowim.

    Bunda Fey adalah istri Wali Kota Kediri dua periode sebelumnya Abdullah Abu Bakar. Dia berpasangan dengan Regina Nadya Suwono dalam kontestasi Pilihan Wali Kota Kediri 27 November lalu.

    Pertemuan antara Mbak Vinanda dan Gus Qowim di kediaman Bunda Fey di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri berlangsung hangat. Mereka berbincang tentang banyak hal, salah satunya kemajuan Kota Kediri ke depannya.

    Sebelumnya, Mbak Vinanda dan Gus Qowim juga bertemu dengan sejumlah tokoh. Salah satunya Pj Wali Kota Kediri Zanariah di rumah dinasnya di Jl. Basuki Rahmat Kota Kediri. Tujuannya tak lain untuk mengajak bersama-sama mewujudkan Kota Kediri yang lebih baik dan MAPAN.

    Ini menjadi pertemuan pertama mereka secara khusus pasca kontestasi 2024 lalu. Mbak Vinanda, usai pertemuan itu mengatakan, kedatangannya memang untuk bersilaturahmi sekaligus meminta doa restu untuk bisa melanjutkan tongkat estafet dari Mas Abu.

    Lulusan S2 Kenotariatan Universitas Airlangga Surabaya itu juga ingin mengajak mantan Ketua PKK Kota Kediri itu untuk turut berkontribusi membangun Kota Tahu. “Ya, Bunda Fey juga menyampaikan harapannya kepada saya dan Gus Qowim, agar Kota Kediri lebih baik lagi,” tandasnya. [nm/kun]

  • Mudahkan Pemantauan, DKPP Kabupaten Kediri Pasang Eartag pada Sapi yang Sudah Divaksin PMK

    Mudahkan Pemantauan, DKPP Kabupaten Kediri Pasang Eartag pada Sapi yang Sudah Divaksin PMK

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri kembali melakukan pemasangan eartag pada ternak sapi yang telah menerima vaksin PMK.

    Eartag merupakan tanda identifikasi berbentuk label yang dipasang di telinga sapi yang bertujuan untuk mempermudah pendataan serta memastikan hewan ternak telah divaksinasi. 

    Plt Kepala DKPP Kabupaten Kediri, drh. Tutik Purwaningsih, menjelaskan bahwa pemasangan eartag kali ini memanfaatkan sisa stok yang masih tersedia dari program tahun 2022-2023 saat wabah PMK melanda Kediri. Dengan adanya tanda ini, pihaknya dapat lebih mudah memantau perkembangan kesehatan sapi pasca vaksinasi.  

    “Kami manfaatkan eartag yang masih tersisa agar dapat digunakan kembali. Ini sangat membantu dalam pendataan dan pemantauan ternak yang sudah divaksin atau belum,” kata Tutik saat dikonfirmasi, Senin (20/1/2025). 

    Namun, Tutik mengakui masih ada beberapa peternak yang enggan menggunakan eartag, dengan alasan bahwa sapi mereka sudah pernah dipasangi tanda tersebut sebelumnya.

    Meski begitu, pihaknya terus memberikan edukasi kepada peternak mengenai pentingnya pemasangan eartag sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran PMK.  

    “Kami tetap memasang eartag meskipun sapi dalam kondisi sehat dan sudah sembuh. Langkah ini menjadi bagian dari upaya maksimal kami untuk menekan penyebaran PMK, termasuk dengan adanya penutupan sementara pasar hewan,” imbuhnya.  

    Selain pemasangan eartag, DKPP Kabupaten Kediri juga terus menggencarkan vaksinasi PMK ke 26 kecamatan. Saat ini, pihaknya mendistribusikan sekitar 200-250 dosis vaksin per wilayah untuk mempercepat cakupan vaksinasi.  

    “Kami menyadari jumlah vaksin yang tersedia masih belum mencukupi seluruh kebutuhan. Namun, vaksinasi terus kami optimalkan agar semua sapi bisa mendapatkan perlindungan. Targetnya, akhir Januari 2025 seluruh vaksin harus sudah tersalurkan, bahkan kalau bisa lebih cepat,” jelas Tutik.

    Dalam pelaksanaan vaksinasi, sapi yang masih sehat menjadi prioritas utama, terutama yang belum pernah menerima vaksin sebelumnya. Berdasarkan evaluasi dari akhir 2024 hingga awal 2025, banyak kasus PMK ditemukan pada sapi potong yang belum mendapatkan vaksinasi. Oleh karena itu, DKPP memfokuskan program ini untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.  

    “Kami memprioritaskan vaksinasi untuk sapi yang masih sehat dan belum pernah divaksin. Sementara untuk sapi yang sudah terinfeksi PMK, kami melakukan pengobatan secara terpisah guna mencegah risiko penularan silang,” pungkasnya.  

  • Hasil Liga 4 Jatim: Persedikab Kediri Bungkam Malang United 4-0, Fikri Afrian Cetak Hattrick 

    Hasil Liga 4 Jatim: Persedikab Kediri Bungkam Malang United 4-0, Fikri Afrian Cetak Hattrick 

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori 

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Persedikab Kediri mengawali langkah di Babak 32 Besar Liga 4 Jatim 2025 dengan kemenangan telak.

    Bermain di Stadion Canda Bhirawa, Pare, Senin (20/1/2025) sore, skuad Bledug Kelud tampil dominan dan mengalahkan Malang United dengan skor 4-0.

    Fikri Afrian Mahardika menjadi bintang kemenangan dengan hattrick, sementara satu gol lainnya dicetak oleh Yohanis Don Bosco.  

    Sejak awal laga, Persedikab Kediri langsung tampil menyerang. Anak asuh Ambitie Dolus Cahyana tak ingin membuang kesempatan untuk meraih tiga poin di laga perdana. Namun, meski menguasai permainan, mereka baru bisa mencetak gol di menit ke-38.  

    Gol pembuka datang dari kaki Yohanis Don Bosco yang melepaskan tembakan keras dari sisi kanan kotak penalti. Bola meluncur deras dan tak mampu dihalau kiper Malang United, Gahad Ahmad. Hingga turun minum, Persedikab unggul 1-0.  

    Memasuki babak kedua, Persedikab semakin menggempur pertahanan Malang United. Hasilnya, mereka menambah keunggulan di menit ke-52. Fikri Afrian Mahardika mencetak gol pertamanya lewat tendangan keras setelah menerima umpan matang dari Galih Akbar di sisi kiri.  

    Keunggulan semakin melebar saat Persedikab mendapat hadiah penalti di menit ke-68. Fikri yang dijatuhkan di kotak terlarang sukses mengeksekusi penalti dengan tenang, membawa timnya unggul 3-0.  

    Malang United sempat memberikan perlawanan. Ilham Wobisono nyaris memperkecil ketertinggalan lewat tendangan keras dari luar kotak penalti, namun kiper Persedikab, Fariz Frizky, berhasil menepisnya.  

    Di menit-menit akhir pertandingan, Fikri Afrian kembali mencatatkan namanya di papan skor. Kali ini, ia mencetak gol ketiganya lewat sontekan pendek di depan gawang, sekaligus memastikan kemenangan telak 4-0 untuk Persedikab Kediri.  

    Meski menang telak, pelatih Persedikab, Ambitie Dolus Cahyana, mengaku masih belum sepenuhnya puas dengan performa anak asuhnya. Ia menyoroti beberapa kesalahan yang harus diperbaiki sebelum menghadapi laga berikutnya.  

    “Kami bersyukur menang dan tidak ada pemain yang cedera, tapi ada kartu-kartu yang seharusnya bisa dihindari. Ini jadi bahan evaluasi karena pertandingan ke depan akan semakin berat. Saya juga merasa tim ini sebenarnya bisa tampil lebih maksimal,” kata Ambitie.  

    Di sisi lain, pelatih Malang United, Bambang Pujo, mengaku kecewa dengan performa timnya yang jauh dari ekspektasi. Ia tak menyangka anak asuhnya bisa tertinggal dan belum bisa main secara maksimal. 

    “Saya tidak menyangka para pemain tampil kurang maksimal. Saat latihan dan babak penyisihan, mereka tidak mengalami kendala seperti keram atau kelelahan. Ini akan jadi bahan evaluasi bagi kami agar tampil lebih baik di laga berikutnya,” kata Bambang.  

    Berkat kemenangan ini, Persedikab Kediri langsung memuncaki klasemen Grup EE di Babak 32 Besar Liga 4 Jatim 2025. Selanjutnya, mereka akan menghadapi PS Mojokerto Putra pada Rabu (22/1/2025).  

  • Cegah Banjir, Dinas PUPR Kediri Lakukan Normalisasi di 20 Titik Sungai di Sejumlah Kecamatan

    Cegah Banjir, Dinas PUPR Kediri Lakukan Normalisasi di 20 Titik Sungai di Sejumlah Kecamatan

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Sepanjang tahun 2024, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kediri telah melakukan normalisasi di 20 titik sungai yang tersebar di beberapa kecamatan.

    Normalisasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah sedimentasi dan sumbatan yang sering mengganggu kelancaran aliran air, terutama di wilayah yang memiliki potensi rawan banjir dan kerusakan infrastruktur.

    Petugas Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas PUPR Kabupaten Kediri, Hendra Purnama menjelaskan, beberapa titik yang memerlukan perhatian khusus adalah sungai-sungai dengan volume besar dan sedimentasi yang cukup tinggi.

    Salah satu lokasi prioritas dalam normalisasi sungai adalah kawasan sekitar Monumen Simpang Lima Kediri, tepatnya di Sungai Paron. 

    “Sungai ini memiliki volume besar dan sedimentasi yang cukup tinggi. Selain itu, lokasinya yang berada di area publik menjadikannya sangat vital untuk segera ditangani,” kata Hendra saat dikonfirmasi, Senin (20/1/2025).

    Menurutnya, normalisasi di Sungai Paron memerlukan waktu yang lebih lama karena proses pengangkatan sedimen yang cukup memakan waktu.

    Upaya normalisasi ini juga untuk menjaga kelancaran aliran sungai dan mencegah potensi banjir di sekitar sungai tersebut.

    Adapun 20 titik normalisasi yang telah dilakukan tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Kediri, di antaranya adalah Kecamatan Kras 1 titik, Wates 2 titik, Ngasem 3 titik, Plosoklaten 2 titik, Mojo 1 titik, Banyakan 3 titik, Tarokan 1 titik, Kunjang 3 titik, Kepung 2 titik, Badas 1 titik, dan Plemahan 1 titik.

    “Lokasi-lokasi ini dipilih berdasarkan tingkat urgensi, dengan fokus pada sungai-sungai yang mengalami penyumbatan atau sedimentasi yang tinggi,” bebernya.

    Selain itu, kegiatan normalisasi juga dilakukan di area barat Sungai Brantas.

    Di wilayah ini, sering terjadi penyumbatan besar yang mempengaruhi aliran air.

    Untuk mengatasi masalah ini, pihak Dinas PUPR menggunakan alat berat untuk mengangkat material yang menyumbat, terutama di sekitar jembatan yang menjadi titik kritis.

    “Penggunaan alat berat di beberapa titik ini diperlukan untuk memastikan jembatan dan infrastruktur lainnya tetap berfungsi dengan baik,” tambahnya.

    Proses pengerukan sedimentasi memiliki variasi kedalaman, mulai dari dua hingga tiga meter, tergantung pada kondisi masing-masing sungai.

    Salah satu penyebab utama sedimentasi ini adalah aliran sungai yang membawa material alami, seperti pasir dan lumpur, yang kemudian mengendap di dasar sungai. 

    “Sedimentasi ini bisa memperburuk kondisi aliran sungai, terutama saat musim hujan, yang meningkatkan risiko banjir jika tidak segera ditangani,” ucapnya.

    Untuk tahun 2025, Dinas PUPR Kabupaten Kediri sudah merencanakan lanjutan program normalisasi.

    Dengan anggaran yang terbatas, prioritas akan diberikan pada kegiatan normalisasi yang bersifat darurat, terutama di titik-titik yang berisiko mengalami bencana atau kerusakan infrastruktur.

    Salah satu lokasi yang akan menjadi prioritas adalah bagian barat Sungai Brantas, mengingat sering terjadi kejadian tanggul jebol dan kerusakan jembatan pada musim penghujan sebelumnya.

    “Normalisasi sungai ini tidak hanya untuk mencegah banjir, tetapi juga untuk menjaga keberlanjutan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, upaya ini akan terus berlanjut, dengan fokus pada pemeliharaan dan pengelolaan sungai yang lebih baik di masa depan,” ungkapnya.

  • Sepanjang 2024, Dinas PUPR Kediri Tangani Sedimentasi dan Sumbatan di 20 Titik Sungai, ini Hasilnya

    Sepanjang 2024, Dinas PUPR Kediri Tangani Sedimentasi dan Sumbatan di 20 Titik Sungai, ini Hasilnya

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Sepanjang tahun 2024, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kediri telah melakukan normalisasi di 20 titik sungai yang tersebar di berbagai kecamatan.

    Normalisasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah sedimentasi dan sumbatan yang sering mengganggu kelancaran aliran air, terutama di wilayah yang memiliki potensi rawan banjir dan kerusakan infrastruktur.

    Petugas Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas PUPR Kabupaten Kediri, Hendra Purnama menjelaskan beberapa titik yang memerlukan perhatian khusus adalah sungai-sungai dengan volume besar dan sedimentasi yang cukup tinggi.

    Salah satu lokasi prioritas dalam normalisasi sungai adalah kawasan sekitar Monumen Simpang Lima, tepatnya di Sungai Paron. 

    “Sungai ini memiliki volume besar dan sedimentasi yang cukup tinggi. Selain itu, lokasinya yang berada di area publik menjadikannya sangat vital untuk segera ditangani,” kata Hendra saat dikonfirmasi, Senin (20/1/2025).

    Menurutnya, normalisasi di sungai Paron memerlukan waktu yang lebih lama karena proses pengangkatan sedimen yang cukup memakan waktu. Upaya normalisasi ini juga untuk menjaga kelancaran aliran sungai dan mencegah potensi banjir di sekitaran sungai tersebut. 

    Adapun 20 titik normalisasi yang telah dilakukan tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Kediri, di antaranya adalah Kecamatan Kras 1 titik, Wates 2 titik, Ngasem 3 titik, Plosoklaten 2 titik, Mojo 1 titik, Banyakan 3 titik, Tarokan 1 titik, Kunjang 3 titik, Kepung 2 titik, Badas 1 titik, dan Plemahan 1 titik. 

    “Lokasi-lokasi ini dipilih berdasarkan tingkat urgensi, dengan fokus pada sungai-sungai yang mengalami penyumbatan atau sedimentasi yang tinggi,” bebernya. 

    Selain itu, kegiatan normalisasi juga dilakukan di area barat Sungai Brantas. Di wilayah ini, sering terjadi penyumbatan besar yang mempengaruhi aliran air. Untuk mengatasi masalah ini, pihak Dinas PUPR menggunakan alat berat untuk mengangkat material yang menyumbat, terutama di sekitar jembatan yang menjadi titik kritis. 

    “Penggunaan alat berat di beberapa titik ini diperlukan untuk memastikan jembatan dan infrastruktur lainnya tetap berfungsi dengan baik,” tambahnya.

    Proses pengerukan sedimentasi sendiri memiliki variasi kedalaman, mulai dari dua hingga tiga meter, tergantung pada kondisi masing-masing sungai. Salah satu penyebab utama sedimentasi ini adalah aliran sungai yang membawa material alami, seperti pasir dan lumpur, yang kemudian mengendap di dasar sungai. 

    “Sedimentasi ini bisa memperburuk kondisi aliran sungai, terutama saat musim hujan, yang meningkatkan risiko banjir jika tidak segera ditangani,” ucapnya. 

    Untuk tahun 2025, Dinas PUPR Kabupaten Kediri sudah merencanakan lanjutan program normalisasi. Dengan anggaran yang terbatas, prioritas akan diberikan pada kegiatan normalisasi yang bersifat darurat, terutama di titik-titik yang berisiko mengalami bencana atau kerusakan infrastruktur. 

    Salah satu lokasi yang akan menjadi prioritas adalah bagian barat Sungai Brantas, mengingat sering terjadinya kejadian tanggul jebol dan kerusakan jembatan pada musim penghujan sebelumnya.

    “Normalisasi sungai ini tidak hanya untuk mencegah banjir, tetapi juga untuk menjaga keberlanjutan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, upaya ini akan terus berlanjut, dengan fokus pada pemeliharaan dan pengelolaan sungai yang lebih baik di masa depan,” ungkapnya.

  • DKPP Kota Kediri Alokasikan Pupuk Subsidi Urea dan NPK untuk Petani

    DKPP Kota Kediri Alokasikan Pupuk Subsidi Urea dan NPK untuk Petani

    Kediri (beritajatim.com) – Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri, M Ridwan, mengungkapkan bahwa Kota Kediri akan mengalokasikan pupuk subsidi jenis urea dan NPK untuk memenuhi kebutuhan petani selama musim tanam awal tahun ini. Total alokasi pupuk subsidi ini mencakup 656 ton pupuk urea dan 1.253 ton pupuk NPK, yang jumlahnya sama dengan tahun sebelumnya.

    “Pendistribusian pupuk subsidi dilakukan melalui kios-kios resmi yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Mojoroto, Kota, dan Pesantren. Kecamatan Mojoroto memiliki jumlah kios terbanyak, yaitu tiga kios, sementara Kecamatan Kota dan Pesantren masing-masing memiliki dua kios,” katanya.

    Ridwan berharap jumlah pupuk subsidi yang dialokasikan ini mampu mencukupi kebutuhan petani selama satu musim tanam. Selain pupuk subsidi, petani juga dianjurkan menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanah.

    “Cukup atau tidaknya pupuk subsidi untuk satu musim bersifat relatif. Namun, harapannya bisa mencukupi. Penggunaan pupuk organik juga dianjurkan agar tanah dapat menyerapnya dengan baik,” jelas Ridwan, yang berdomisili di Pare.

    Proses penyaluran pupuk subsidi kini lebih mudah, dengan persyaratan yang sudah disederhanakan. Petani dapat mengakses pupuk subsidi secara pribadi, melalui kelompok tani, atau dengan perwakilan. Semua data dan kebutuhan pupuk sudah terintegrasi melalui aplikasi Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (E-RDKK).

    Memasuki musim tanam, kebutuhan utama petani adalah ketersediaan pupuk. Oleh karena itu, pendistribusian pupuk subsidi menjadi prioritas untuk memastikan produktivitas lahan tetap optimal. Setiap petani akan mendapatkan dua jenis pupuk subsidi, yakni urea dan phonska.

    Untuk lahan seluas 0,25 hektare, petani dapat memperoleh 96 kilogram pupuk urea dan 88 kilogram pupuk phonska. Harga pupuk subsidi juga ditetapkan sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Pupuk urea dengan berat 50 kilogram dibanderol Rp112.500, sementara pupuk phonska dengan berat yang sama dihargai Rp115 ribu.

    “Harga pupuk subsidi saat ini masih terjangkau dan mencukupi kebutuhan petani,” ujar Jarno, salah satu petani di Kecamatan Pesantren.

    Petani berharap distribusi pupuk subsidi bisa dilakukan lebih awal, mengingat musim penghujan yang tidak menentu serta jadwal penanaman yang maju. Ketersediaan pupuk yang tepat waktu akan membantu petani mengoptimalkan hasil panen mereka.

    Dengan alokasi pupuk subsidi yang memadai dan sistem distribusi yang sudah terintegrasi, Pemkot Kediri optimistis kebutuhan petani di wilayahnya dapat terpenuhi dengan baik selama musim tanam tahun ini. [nm/beq]

  • Pemkot Kediri Siapkan TPA Pengganti di Klotok, Target Beroperasi November

    Pemkot Kediri Siapkan TPA Pengganti di Klotok, Target Beroperasi November

    Kediri (beritajatimcom) – Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri terus mematangkan persiapan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pengganti di kawasan Klotok. Pada Januari 2025, Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri fokus menyelesaikan studi kelayakan (feasibility study/FS) untuk proyek ini.

    FS tersebut menjadi dasar bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk melanjutkan proses desain teknis hingga pembangunan fisik.

    Kepala DLHKP Kota Kediri, Imam Muttaqin, menyatakan bahwa pihaknya menargetkan studi kelayakan rampung pada Februari 2025. Setelah itu, dokumen FS akan diserahkan kepada Dinas PUPR untuk pembuatan detail engineering design (DED).

    “Kami menargetkan Februari selesai kajian FS, lalu dilanjutkan ke tahap DED oleh Dinas PUPR,” ujar Imam.

    Menurut Imam, kajian FS meliputi beberapa aspek, seperti penentuan lokasi dan konektivitas infrastruktur lama dengan yang baru. Lokasi baru TPA sudah disiapkan di atas lahan seluas enam hektare yang merupakan hasil penggantian lahan dari proyek Tol Kediri-Tulungagung. Lahan tersebut menggantikan TPA 1 dan TPA 3 di lereng Klotok, Kelurahan Pojok, yang terdampak proyek tol.

    TPA baru yang dinamakan TPA 4 akan mengadopsi konsep sanitary landfill, serupa dengan TPA sebelumnya. Namun, Pemkot Kediri juga mempertimbangkan pengembangan konsep zero waste di masa depan, yang akan dikaji lebih lanjut dalam skala kota.

    “Konsep zero waste masih akan kami kaji secara terpisah. Untuk saat ini, TPA 4 tetap menggunakan sistem sanitary landfill,” jelas Imam.

    DLHKP mengusulkan anggaran sekitar Rp 11 miliar untuk pembangunan TPA baru, termasuk pembangunan akses jalan. Imam memastikan bahwa akses jalan menuju lokasi TPA sudah menjadi bagian dari lahan milik Pemkot Kediri.

    Penyusunan DED diperkirakan memakan waktu 3-4 bulan, dengan lelang untuk pihak ketiga pelaksana DED dimulai pada minggu ketiga Januari 2025. Selanjutnya, lelang proyek fisik direncanakan berlangsung pada Juni 2025, sehingga pekerjaan konstruksi dapat dimulai pada bulan yang sama.

    “Kami targetkan konstruksi selesai pada akhir November 2025 sehingga TPA 4 bisa mulai beroperasi,” imbuh Imam.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas PUPR Kota Kediri, Yono Heryadi, mengonfirmasi bahwa pihaknya akan mendukung penyediaan infrastruktur untuk pembangunan TPA. Proses seleksi perencanaan dilakukan dalam dua bulan, diikuti oleh penyusunan DED selama tiga bulan.

    “Seleksi pihak ketiga dimulai minggu ketiga Januari dan selesai Maret. Proses DED selesai Juni, lalu tender proyek fisik dilakukan Juli,” papar Yono.

    Yono optimistis TPA 4 dapat mulai beroperasi tahun ini, meskipun jadwal pastinya masih akan disesuaikan dengan perkembangan proyek.

    Dengan target operasional pada November 2025, pembangunan TPA 4 diharapkan mampu meningkatkan pengelolaan sampah di Kota Kediri dan menjadi solusi atas dampak pembangunan tol di kawasan Klotok. Proyek ini juga menjadi langkah penting dalam mendukung pengelolaan lingkungan yang lebih baik di masa mendatang. [nm/beq]

  • Kehilangan Satu Pemain, Persik Kediri Ditahan Imbang PSS Sleman 0-0

    Kehilangan Satu Pemain, Persik Kediri Ditahan Imbang PSS Sleman 0-0

    JAKARTA – Persik Kediri harus puas berbagi poin saat menjamu PSS Sleman di pekan ke-19 Liga 1 2024/2025. Tampil di Stadion Brawijaya pada Minggu, 19 Januari laga berakhir dengan skor 0-0.

    Bukan cuma harus berbagi poin di kandang, Persik Kediri juga harus kehilangan salah satu pemainnya, Yusuf Meiliana karena mendapat kartu merah langsung pada menit 87’.

    Yusuf Meilana diusir keluar lapangan karena dianggap melakukan pelanggaran keras terhadap Hokky Caraka. Wasit mengecek VAR sebelum mengeluarkan kartu merah.

    Bermain di depan pendukungnya, Persik sejatinya unggul dalam penguasaan bola. Tim Macan Putih mencatatkan ball possession hingga 58 persen.

    Sayangnya, keunggulan dalam permainan tidak dimanfaatkan dengan baik untuk menebar ancaman. Buktinya, Persik tercatat hanya melepaskan 2 tembakan tepat sasaran.

    Sebaliknya, PSS Sleman yang bermain dengan penguasaan bola 42 persen justru mampu melepaskan 4 tembakan mengarah ke gawang.

    Akan tetapi, kedua kesebelasan sama-tidak mampu memanfaatkan peluang yang didapatkan untuk dikonversi menjadi gol.

    Hasil ini membuat Persik gagal naik ke empat besar klasemen sementara Liga 1. Tim asuhan Marcelo Rospide ini masih menempati peringkat keenam dengan 30 poin.

  • Kisah Anak Broken Home yang Kini Wujudkan Dream Home dengan KPR Bersubsidi BTN

    Kisah Anak Broken Home yang Kini Wujudkan Dream Home dengan KPR Bersubsidi BTN

    TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR – Bagi seorang pria dengan latar belakang keluarga broken home, memiliki “rumah” yang penuh kehangatan kasih sayang, dengan komposisi keluarga yang utuh, selalu menjadi impian Lorien Nurajay Oxa Gernada (27).

    Sebelas tahun lampau, saat Oxa masih duduk di bangku sekolah menengah atas di Grobogan, Jawa Tengah, kedua orang tuanya berpisah.

    Meski tak terbebas dari sedih dan gundah, saat itu Oxa sudah cukup dewasa untuk memaklumi pilihan hidup kedua orang tuanya.

    Setelah bercerai, ibu dan bapak kandung Oxa menempuh jalan masing-masing.

    Bapaknya pergi merantau ke Kalimantan.

    Sedangkan Oxa, yang selepas SMA mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan swasta di Pati, Jawa Tengah, mengajak serta ibunya untuk tinggal di daerah berjuluk Bumi Mina Tani tersebut.

    Oxa baru bisa berkumpul kembali bersama ibu dan bapaknya di satu tempat yang sama ketika dia menikahi gadis pujaannya, Elinda Febriana (24), di Kediri, Jawa Timur, pada Minggu (30/6/2024) lampau.

    Selepas menikah, pasangan muda ini mendamba untuk memiliki rumah, hunian impian tempat mereka akan membangun keluarga sakinah.

    Di sisi lain, sempat terlintas di benak Oxa dan Elinda, bahwa memiliki rumah sendiri adalah mimpi terlalu dini.

    Bagaimana tidak? Lonjakan harga properti terus melesat, tak sepadan dengan kenaikan pendapatan masyarakat yang bergerak lambat. Harga rumah tak terkejar.

    Pada 14 Januari 2025, situs web Bestbrokers.com menayangkan laporan Paul Hoffman yang menyusun peringkat negara-negara dengan harga rumah yang paling tidak terjangkau oleh masyarakat.

    Laporan tersebut membandingkan harga properti di 62 negara dengan pendapatan rata-rata penduduk mereka pada tahun 2024.

    Hasilnya, Indonesia menempati peringkat keempat tingkat ketidakterjangkauan harga rumah.

    Artinya, Indonesia adalah negara keempat di dunia yang warganya paling sulit membeli rumah setelah Turki, Nepal, dan India.

    Dengan kondisi semacam ini, membeli rumah sendiri pernah menjadi mimpian (mimpian, bukan impian, menurut KBBI: cita-cita [keinginan] yang mustahil atau susah dicapai) bagi Oxa dan Elinda yang sama-sama merupakan karyawan swasta entry-level.

    Oxa bekerja di sebuah televisi lokal di Pati. Sedangkan Elinda bekerja secara alih daya (outsourcing) di perusahaan telekomunikasi di Surakarta.

    Namun, harapan memiliki hunian impian milik sendiri kembali merekah ketika pasangan muda ini mulai mengenal program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bersubsidi.

    Program pemerintah ini memang dimaksudkan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah membeli rumah.

    Dalam program ini, pemerintah bekerja sama dengan bank-bank yang mereka tunjuk, termasuk Bank Tabungan Negara (BTN) yang sudah lama dikenal masyarakat sebagai lembaga keuangan spesialis KPR.

    Oxa dan Elinda gembira mengetahui ada skema KPR dengan uang muka ringan, cicilan dan suku bunga flat atau tetap, dan bahkan juga menawarkan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) dari pemerintah.

    “Tapi kebimbangan kami belum selesai. Selanjutnya kami harus memutuskan hendak mengambil KPR di mana. Sebab kami setelah menikah pun masih LDR (Long Distance Relationship-red.).”

    “Saya kerja di Pati, istri kerja di Solo. Sempat galau mau beli rumah subsidi di mana,” kata Oxa pada Tribunjateng.com, Sabtu (18/1/2025).

    Setelah menyurvei beberapa perumahan bersubsidi, baik di Pati maupun Solo Raya, Oxa dan Elinda akhirnya memutuskan untuk meminang unit di Perumahan Taman Harmoni Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

    “Pertimbangannya banyak. Di antaranya soal lokasi. Kasihan kalau istri saya yang seminggu sekali harus pulang-pergi ke Pati.”

    “Kalau saya, seminggu dua-tiga kali pulang ke Karanganyar masih kuat. Apalagi pekerjaan saya juga tidak menuntut untuk selalu di kantor, berbeda dari pekerjaan istri saya yang memang mengharuskan selalu duduk di balik meja kerja kantor,” jelas Oxa.

    Oxa dan Elinda juga sudah sreg dengan desain dan fitur bangunan rumah bersubsidi yang hendak mereka beli.

    Rumah berukuran 34 meter persegi dan luas tanah 60 meter persegi itu dilengkapi dua kamar tidur, ruang tengah sekaligus ruang tamu berkonsep open space yang cukup luas, kamar mandi dengan kloset jongkok, carport, area jemuran pakaian, dan yang terpenting: sudah dilengkapi dapur.

    Daya listrik sebesar 1.300 watt serta instalasi air PDAM juga sudah sangat memadai.

    Fasilitas umumnya pun tergolong lengkap, mulai dari masjid, jalan perumahan yang lebar, bahkan hingga kolam renang.

    “Jarak rumah dengan kantor istri saya di Solo juga dekat. Naik motor cuma sekitar 15 menit. Jadi sudah tidak ada yang perlu dipertimbangkan lagi. Kami sudah mantap,” ujar pria yang saat ini masih menempuh pendidikan S1 Ilmu Komunikasi di Universitas Terbuka Semarang ini.

    Langkah selanjutnya adalah memilih bank penyedia layanan KPR Bersubsidi. Setelah mempelajari dan mengumpulkan informasi serta saran dari teman-teman dan kenalan, Oxa mantap untuk memilih BTN.

    “Kata teman-teman yang ambil KPR BTN, proses dan syaratnya mudah. Selain itu, semua orang juga sudah tahu BTN memang spesialis KPR yang selama puluhan tahun sudah membantu masyarakat membeli rumah,” kata dia.

    Singkat cerita, pada September 2024, Oxa mendapat dua kabar gembira sekaligus. Pertama, pengajuan KPR subsidi atas nama istrinya telah disetujui dan setelahnya dilakukan akad KPR serta serah-terima kunci.

    Rumah impiannya berhasil dia dapatkan dengan cicilan Rp 1 jutaan per bulan dan tenor 20 tahun. Kabar gembira kedua sangat istimewa: istrinya positif hamil.

    Oxa bersyukur atas dua kabar gembira itu. Dia berkomitmen, di rumah impiannya yang terwujud ini, dia akan membangun keluarga yang harmonis, utuh, dan penuh kebahagiaan.

    Usia kandungan Elinda kini telah lima bulan. Berdasarkan hasil tes ultrasonografi (USG), jenis kelamin anaknya laki-laki. Di rumah ini, Oxa akan berupaya menghadirkan kehidupan yang bahagia untuk sang putra.

    Bagi Oxa, rumah ini bukan sekadar dream house. Lebih jauh dari itu, dia menganggap hunian barunya ini sebagai dream home.

    Menurut The Britannica Dictionary, makna house terbatas pada bangunan fisik tempat orang atau keluarga tinggal.

    Sementara, home tak hanya meliputi aspek fisik bangunan, melainkan juga aspek personal dan emosional yang melingkupi orang-orang yang tinggal di dalamnya.

    Oxa ingin, nantinya di rumah ini keluarganya bisa membangun ikatan emosional yang positif lewat kenangan-kenangan manis. Sesuatu yang sudah cukup lama dia dambakan sebagai seorang pria berlatar belakang keluarga broken home.

    Transformasi Layanan BTN menjadi “Beyond Mortgage”

    Setelah mengikuti program KPR Subsidi dari BTN, Oxa tidak hanya mendapatkan rumah baru. Lebih jauh dari itu, dia juga mendapat peluang ekonomi baru dari lingkungan tempat tinggalnya.

    Di rumah barunya, Oxa kini merintis usaha jual-beli sepeda motor bekas. Menurutnya, di Solo Raya prospek bisnis ini cukup bagus untuk pemula sepertinya.

    “Selain itu ada peluang bisnis lain. Warga perumahan ini punya grup jual-beli di WhatsApp. Di situ warga bisa menawarkan berbagai macam barang.”

    “Banyak yang menawarkan aneka makanan secara prapesan. Saya juga berencana mau jualan makanan di grup itu. Saya lihat laris-laris dagangannya,” terang dia.

    Manfaat lain yang didapat Oxa dan sang istri, Elinda, adalah kemudahan transaksi keuangan sehari-hari dengan aplikasi balé by BTN.

    Keikutsertaan dengan program KPR BTN membuat mereka diperkenalkan dengan super-app hasil transformasi aplikasi BTN Mobile tersebut.

    Selain memantau progres KPR yang pembayaran cicilannya dilakukan secara autodebet, lewat aplikasi tersebut Oxa dan Elinda juga bisa melakukan berbagai transaksi keuangan secara mudah dan cepat. Mulai dari pembayaran tagihan PDAM, pembelian token listrik, hingga berinvestasi melalui fitur reksa dana.

    Berbagai manfaat yang dirasakan Oxa dan Elinda tersebut sejalan dengan visi baru BTN untuk periode 2025-2029, yakni menjadi “Mitra Utama dalam Pemberdayaan Finansial Keluarga Indonesia”.

    Melalui visi ini, BTN bertransformasi menjadi bank dengan layanan “beyond mortgage”, artinya tidak hanya sebatas KPR.

    “Jadi ada rumah, ada keluarga, tapi bukan cuma soal KPR. Melainkan juga bagaimana mereka bayar listrik, bayar air, bayar sekolah, juga di BTN. Setelah rumah terbentuk, kami melayani semua yang dibutuhkan keluarga,” jelas Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, dalam Rapat Kerja BTN 2025 di Jakarta, awal Januari 2025, sebagaimana dipublikasikan di situs web resmi BTN.

    Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu (istimewa)

    Tiga Juta Rumah untuk Wujudkan Impian Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    Di negeri ini, selain Oxa dan Elinda, tentu masih banyak warga terkategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang juga punya impian memiliki rumah.

    Boleh jadi mereka adalah pasangan muda berupah minimum, pelaku usaha mikro, atau pekerja sektor informal yang tak kesampaian membalap laju harga properti.

    Atas dasar itulah, Pemerintahan Prabowo-Gibran mencanangkan program prioritas “3 juta rumah per tahun” yang difokuskan bagi MBR.

    Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, menjelaskan bahwa program 3 juta rumah memang dilandasi keprihatinan Presiden Prabowo Subianto terhadap masyarakat yang tidak memiliki rumah karena kondisi ekonominya lemah.

    “Misinya bukan hanya membangun rumah, melainkan memberantas kemiskinan,” kata dia dalam Dialog Interaktif Sesi Kedua Program 3 Juta Rumah bertajuk ‘Gotong Royong Membangun Rumah untuk Rakyat’ yang diadakan oleh BTN bersama Kementerian PKP di Jakarta, Jumat (20/11/2024), sebagaimana dikutip btn.co.id.

    Dalam forum yang sama, Menteri PKP Maruarar Sirait mengatakan, salah satu upaya mewujudkan program 3 juta rumah per tahun adalah menambah kuota KPR bersubsidi melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun 2025, dari 220 ribu unit menjadi 800 ribu unit. Tenor maksimalnya pun diwacanakan untuk ditingkatkan dari 20 tahun menjadi 30 tahun agar besaran angsuran lebih terjangkau bagi MBR.

    “FLPP adalah program yang selama ini disukai semua stakeholder perumahan. Tapi masalahnya kuota terbatas. Padahal, kredit macetnya kecil sekali,” ujar dia.

    Komitmen BTN Dukung Program 3 Juta Rumah

    Sebagai bank yang berpengalaman melakukan pembiayaan KPR selama 48 tahun lebih, BTN mendukung penuh program 3 juta rumah per tahun yang dicanangkan Pemerintah demi membantu MBR memiliki rumah.

    Dalam rilisnya, BTN menyebut selama ini telah membiayai lebih dari 5 juta unit rumah, yang lebih dari 4 juta di antaranya dinikmati oleh MBR melalui KPR Subsidi.

    Bahkan, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyebut, hanya dalam kurun dua bulan pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, perseroan telah menyalurkan KPR untuk hampir 30 ribu unit rumah.

    “Dukungan BTN terhadap Program 3 Juta Rumah terangkum dalam salah satu misi BTN pada 2025, yakni menjadi mitra utama Pemerintah dalam inklusi perumahan dan keuangan,” kata Nixon dalam Rapat Terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah menteri di Istana Merdeka, Selasa (7/1/2025), sebagaimana dikutip dalam siaran pers BTN.

    Nixon menambahkan, pihaknya bersepakat dengan Pemerintah bahwa program perumahan rakyat mesti berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Dia pun menyampaikan beberapa usulan sebagai terobosan untuk mewujudkan target tiga juta rumah. Usulan-usulan tersebut meliputi perubahan skema subsidi, perpanjangan jangka waktu pembiayaan agar nominal angsuran lebih murah, serta permintaan dukungan alternatif sumber pendanaan selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

    Program Perumahan Rakyat Wujudkan Masyarakat Adil Makmur

    Berkaca dari tujuan program tiga juta rumah, pemenuhan kebutuhan papan sebagai hajat dasar manusia memang sangat urgen demi mendorong pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Program perumahan rakyat dapat menimbulkan efek berantai yang pada gilirannya bisa merealisasikan masyarakat adil makmur, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

    Menurut pasangan Oxa dan Elinda, memiliki atap untuk bernaung dan lingkungan yang nyaman untuk ditinggali menjadi sebab ketenangan batin yang dengan sendirinya bisa memicu produktivitas.

    “Setelah punya rumah sendiri, rasanya lebih ayem, lebih tenteram. Walaupun belum lunas, ya. Tapi justru karena belum lunas itu, kerja juga jadi lebih semangat. Ha-ha-ha,” ucap Oxa diiringi tawa. (mzk)