kab/kota: Kediri

  • Kasus Mayat Dalam Koper Merah di Ngawi, Modus Kejahatan yang Berulang

    Kasus Mayat Dalam Koper Merah di Ngawi, Modus Kejahatan yang Berulang

    GELORA.CO – Kasus penemuan mayat wanita dalam koper di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur mengejutkan publik. Identitas korban diketahui bernama Uswatun Khasanah berusia 29 tahun, seorang sales kosmetik asal Kabupaten Blitar.

    Kasus pembunuhan disertai mutilasi ini terungkap setelah warga menemukan koper berisi potongan tubuh yang tidak lengkap di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi pada Kamis 23 Januari 2025. Koper ditemukan terbungkus plastik rapi tergeletak di area pembuangan sampah.

    Penyelidikan polisi mengungkap, pelaku bernama Rohmad Tri Hartanto, alias Antok berusia 33 tahun. Pembunuhan ini telah direncanakan jauh sebelumnya. Antok memutilasi tubuh korban menjadi beberapa bagian yang dikemas dalam koper dan dua kantong plastik.

    Potongan tubuh korban dibuang menyebar di tiga lokasi, yakni Ponorogo, Ngawi dan Trenggalek. Sementara proses pembunuhan hingga mutilasi dilakukan di hotel wilayah Kediri.

    Motif pembunuhan keji ini terungkap setelah polisi menangkap Antok di Madiun. Dalam pemeriksaan, Antok mengungkap aksi keji dilakukan karena cemburu dan sakit hati terhadap korban yang diakuinya sebagai istri siri.

    Modus kejahatan serupa sebelumnya juga terjadi di beberapa daerah. Beberapa yang menggemparkan, yaitu di Bekasi pada April 2024. Mayat wanita bernama Rini Mariany ditemukan dalam koper di Jalan Raya Inspeksi Kalimalang. 

    Kasus lainnya pernah terjadi di Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan pada Agustus 2024. Korban seorang wanita bernama Ramla, penjual gorengan keliling, ditemukan tewas dalam koper merah di gudang samping rumah kontrakannya. 

    Modus kejahatan dengan cara mutilasi dalam koper merupakan salah satu bentuk kekerasan sangat mengerikan. Kasus-kasus seperti ini sering kali melibatkan perencanaan yang matang dan pelaku memiliki niat jahat yang mendalam. 

    Berkaca dari kasus-kasus serupa sebelumnya, mutilasi dalam koper biasanya dilakukan untuk menyembunyikan identitas korban dan mempersulit proses penyelidikan. Pelaku berharap dengan memotong-motong tubuh korban dan menyimpannya dalam koper, dapat menghindari deteksi polisi. 

    Modus kejahatan seperti ini menunjukkan kekejaman yang luar biasa dan tidak manusiawi

  • Jasad Uswatun Khasanah Dimakamkan Utuh, sang Ayah Sampaikan Pesan Haru

    Jasad Uswatun Khasanah Dimakamkan Utuh, sang Ayah Sampaikan Pesan Haru

    Kediri (beritajatim.com) – Nur Khalim, ayah dari Uswatun Khasanah (29), korban pembunuhan mutilasi, ungkap pesan haru setelah jasad putrinya ditemukan dalam kondisi lengkap. Pria asal Garum, Blitar, ini menyampaikan rasa lega dan rasa terima kasih kepada pihak kepolisian atas kerja cepat dalam mengungkap kasus tersebut.

    “Alhamdulillah, saya sangat berterima kasih atas bantuan pihak kepolisian, termasuk dari Polda Jatim atas bantuannya, sudah mengungkap kasus anak saya yang bernama Uswatun Khasanah,” kata Nur Khalim saat berada di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.

    Meski masih dirundung duka, Nur Khalim mengaku merasa sedikit lega karena jenazah putrinya kini sudah lengkap dan bisa dimakamkan dengan layak. Sebelumnya, bagian kepala dan kaki korban sempat terpisah dan baru ditemukan setelah penyelidikan intensif oleh kepolisian.

    Jasad Lengkap Dimakamkan di TPU Desa Sidodadi

    Setelah dilakukan autopsi di RS Bhayangkara Kediri, bagian tubuh yang sebelumnya hilang akhirnya dinyatakan cocok dengan jasad Uswatun Khasanah. Potongan tubuh sales kosmetik asal Tulungagung ini kemudian dipulangkan dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Menurut Nur Khalim, bagian kepala dan kaki anaknya tiba di TPU Desa Sidodadi menggunakan ambulans dari RS Bhayangkara. Setibanya di lokasi, bagian tubuh tersebut langsung dimakamkan dalam satu liang lahat bersama anggota tubuh lainnya yang lebih dulu dimakamkan pada Jumat (24/1/2025) malam.

    “Begitu tiba, langsung dimakamkan satu lahat dengan tubuh lainnya,” ujarnya.

    Prosesi pemakaman dilakukan dengan pendampingan perangkat desa dan keluarga. Warga setempat turut membantu menyiapkan proses pemakaman.

    “Semua diberi kemudahan dan kelancaran, berkat kerjasama semua warga lingkungan di sini,” terang Narno, Kepala Desa Sidodadi.

    Setelah bagian tubuh korban lengkap, pemakaman dilakukan sesuai syariat.

    “Prosesi pemakaman sesuai syariat, anggota tubuh korban disatukan kembali,” ujar Narno.

    Kepolisian Fokus Menyelesaikan Kasus

    Kerja maraton pihak kepolisian, dalam hal ini Polda Jawa Timur dan Satreskrim jajaran, akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya seluruh bagian tubuh korban. Saat ini, penyidik tengah fokus menyelesaikan kasus pembunuhan yang menjerat Rohmad Tri Hartanto alias Anto (33), warga Pakel, Tulungagung.

    Uswatun Khasanah (29) sebelumnya ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Jasadnya ditemukan di dalam koper merah di Kabupaten Ngawi pada Kamis (23/1/2025). Saat ditemukan, bagian kepala dan kaki korban tidak ada. Setelah penyelidikan lebih lanjut, kepala korban ditemukan di Kabupaten Trenggalek, sementara bagian kaki ditemukan di Kabupaten Ponorogo.

    Kini, tersangka yang merupakan teman dekat korban telah diamankan oleh Polda Jawa Timur dan tengah menjalani proses hukum lebih lanjut. [nm/aje]

  • Hujan Deras di Plosoklaten Kediri Sebabkan Banjir dan Jembatan Jebol

    Hujan Deras di Plosoklaten Kediri Sebabkan Banjir dan Jembatan Jebol

    Kediri (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, pada Rabu (29/1/2025) sore, mengakibatkan banjir dan kerusakan infrastruktur. Air meluap hingga menutupi jalan di Dusun Sepawon dan Dusun Ngrangkah, Desa Sepawon. Akibatnya, akses kendaraan roda dua sempat terputus, dan sebuah jembatan mengalami kerusakan.

    Berdasarkan laporan yang diterima beritajatim.com dari BPBD Kabupaten Kediri menyebutkan, hujan mulai turun sekitar pukul 14.30 WIB dengan intensitas tinggi. Setengah jam kemudian, curah hujan semakin meningkat dan menyebabkan genangan air mulai meluap ke jalan.

    “Pukul 15.00 WIB intensitas hujan mulai meningkat dan air hujan mulai meluap di Jalan Dusun Sepawon dan Dusun Ngrangkah, Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri,” demikian laporan kejadian.

    Situasi semakin memburuk pada pukul 16.00 WIB, di mana luapan air semakin tinggi dan menggenangi jalan di dua dusun tersebut. Hingga pukul 17.10 WIB, derasnya air menyebabkan kerusakan infrastruktur.

    “Luapan air semakin deras akhirnya mengakibatkan jembatan jebol antara dari Dusun Sepawon ke arah Dusun Badek tidak bisa dilewati,” demikian keterangan dalam laporan resmi BPBD Kabupaten Kediri.

    Namun, kondisi mulai berangsur normal pada pukul 17.50 WIB, ketika debit air mulai surut dan jalan sudah kembali bisa dilewati.

    Meski tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, banjir menyebabkan beberapa dampak materiil. Antara lain :

    1. Jalan Dusun Sepawon dan Dusun Ngrangkah sempat tergenang air setinggi 30 cm, sehingga tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.
    2. Sebuah jembatan yang menghubungkan Dusun Sepawon dan Dusun Badek mengalami kerusakan akibat derasnya arus air.

    “Hingga saat ini, warga setempat masih berupaya membersihkan sisa lumpur yang terbawa banjir, sementara pihak terkait diharapkan segera melakukan perbaikan terhadap jembatan yang jebol agar akses masyarakat kembali normal,” ujar Muntaji, salah satu warga. [nm/kun]

  • Asal Muasal Koper Merah yang Dipakai Antok Simpan Jasad Uswatun Khasanah – Halaman all

    Asal Muasal Koper Merah yang Dipakai Antok Simpan Jasad Uswatun Khasanah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah koper ikut diperlihatkan saat Ditreskrimum Polda Jatim menggelar konferensi pers terkait kasus pembunuhan disertai mutilasi terhadap Uswatun Khasanah, Senin (27/1/2025).

    Koper tersebut berwarna merah dengan aksen garis di sekelilingnya. Koper merah itu berdiri di antara meja dan plastik kresek hitam berisi bubble wrap.

    Tampak ada goresan-goresan di badan koper tersebut. Pada handle koper, terdapat plastik wrap yang tampak mulai memudar.

    Koper merah itu rupanya dipakai tersangka Rohmad Tri Hartanto (RTH) alias Antok untuk menyimpan jasad Uswatun Khasanah yang telah dibunuhnya.

    Diketahui, Antok membunuh lalu melakukan mutilasi Uswatun Khasanah di sebuah hotel di Kediri, Minggu (19/1/2025).

    Potongan tubuh Uswatun Khasanah lantas disimpan Antok ke dalam koper merah.

    Lalu, darimana ia mendapatkan koper merah tersebut?

    KOPER MERAH: Koper yang digunakan Antok untuk membawa potongan tubuh Uswatun Khasanah saat diperlihatkan dalam konferensi pers di Polda Jatim, Senin (27/1/2025).

    Ternyata, koper merah yang dipakai untuk menyimpan potongan tubuh Uswatun Khasanah adalah koper milik Antok sendiri.

    Koper merah itu pernah dipakai Antok saat bekerja di Korea Selatan. Koper merah tersebut, dulunya dipakai untuk menyimpan pakaian selama di perantauan.

    PS Kanit III Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKP Fauzi menjelaskan, koper merah itu disimpan di dalam rumahnya di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Jatim). 

    “Itu koper pelaku pribadi. Diambil sendiri sama pelaku,” kata Fauzi, dikutip dari Surya.co.id.

    Rupanya, Antok tak sendirian mengambil koper merah tersebut. Ia ditemani seorang temannya.

    Selain koper merah, ia juga mengambil tali pramuka dan kantong kresek 10 buah pada Senin (20/1/2025) atau satu hari setelah membunuh Uswatun Khasanah.

    Dalam perjalanannya ke hotel usai mengambil koper merah, Antok sempat mampir ke minimarket untuk membeli sebuah pisau yang dipakai untuk memutilasi.

    Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Farman mengatakan, tersangka sempat mencoba untuk memasukkan tubuh korban ke dalam koper secara utuh, tapi tidak cukup. 

    Hingga akhirnya, ia melakukan mutilasi dengan memotong jasad korban menjadi beberapa bagian pada Selasa (21/1/2025) dini hari.

    Setelah memotong, bagian tubuh korban dimasukkan ke dalam koper, sedangkan bagian-bagian lainnya dimasukkan ke dalam kantong kresek yang berbeda-beda.

    “Setelah itu tersangka merencanakan untuk membuang beberapa potongan baik kepala maupun kaki,” kata Farman, dikutip Tribunnews.com dari Instagram @jatanraspoldajatim, Rabu (29/1/2025).

    Sekitar pukul 05.00 WIB, Antok bersama temannya menggunakan mobil korban membawa koper dan kantong plastik berisi potongan tubuh menuju rumah nenek tersangka di Tulungagung.

    Di rumah itulah, potongan tubuh korban sempat menginap. Sebab tersangka menuju Sidoarjo untuk menjual mobil korban.

    Sekira pukul 08.00 WIB, koper merah yang berisi tubuh korban diberi lakban dan plastik wrap. 

    Lalu, sekitar pukul 18.30 WIB, tersangka mengangkut koper dan plastik berisi potongan tubuh korban ke dalam mobil yang disewanya.

    Sekitar pukul 22.00 WIB, tersangka tiba pada lokasi pembuangan pertama di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Ngawi.

    Satu jam kemudian, ia menuju lokasi pembuangan kedua di daerah hutan Sampung Jalan Raya Parang, Ponorogo. Di tempat itulah kaki korban dibuang.

    Keesokan harinya, Rabu (22/1/2025) sekitar pukul 19.00 WIB, tersangka membuang kresek berisikan kepala korban di Jalan Raya Desa Gemahharjo, Kecamatan Watulimo, Trenggalek.

    “Mayat ini sempat nginap di beberapa tempat, di rumah kosong di Tulungagung. Tanggal 21 itu pembuangan tahap pertama, baru dilanjutkan tanggal 22,” ujar Farman.

    Sempat Bekerja di Bagian Packing Barang

    Selain itu, terungkap sisi lain dari Antok yang ternyata pernah bekerja di sebuah pabrik pengemasan barang di Korea Selatan selama 8 tahun.

    Tersangka bekerja di Korea Selatan sebanyak dua kali. Sekali berangkat, tersangka menjalani kontrak kerja selama 4 tahun. 

    “Delapan tahun di Korea, bungkus-bungkus packing. Makanya cara dia packing potong mayat korban sangat rajin dan rapi. Iya kemampuan itu didapatkan selama kerja di Korea,” ujar PS Kanit III Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKP Fauzi. 

    Menurut Fauzi, cara pengemasan potongan tubuh korban, terutama bagian kedua kaki dan kepala begitu canggih. Sebab teknik pelapisan plastik begitu rapat dan efisien. 

    Saat menganalisis temuan kantong plastik paket berisi kepala dan kedua kaki korban, Fauzi meyakini tersangka memiliki kemampuan lebih dalam teknik pengemasan (packing). 

    “Sangat rapi. Ketemu kakinya. Sama kayak packing pabrik. Kepalanya juga. Kayak packing paket barang. Bukan seperti orang panik, santai,” ungkapnya. 

    Kini, pelaku tidak hanya dijerat pasal pembunuhan, tetapi juga pencurian terkait mobil milik Uswatun yang dijualnya. 

    Pasal 340 KUHP Subsider 338 KUHP lebih subsider 351 ayat 3 KUHP dan Pasal 365 ayat 3 KUHP dengan kurungan penjara maksimal seumur hidup. 

    Dengan tindak pidana pembunuhan berencana subsider, pembunuhan lebih subsider penganiayaan berat yang mengakibatkan korban mati, serta pencurian dengan menggunakan kekerasan yang mengakibatkan korban mati.

    Kronologi Kasus Mayat dalam Koper di Ngawi

    Diketahui, peristiwa pembunuhan dan mutilasi terhadap Uswatun Khasanah diketahui usai penemuan mayat dalam koper merah di Ngawi.

    Jasad korban ditemukan warga di dalam koper yang dibuang di sebuah selokan di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Kamis (23/1/2025) sekitar pukul 09.00.

    Korban ternyata seorang warga Blitar yang berprofesi sebagai Sales Promotion Girl (SPG) kosmetik di Tulungagung.

    Ia adalah seorang janda dengan dua anak. Rupanya, korban dibunuh teman lelakinya yaitu Antok yang ditangkap polisi pada Minggu (26/1/2025) sekitar pukul 00.00 WIB.

    Adapun motif pembunuhan disertai mutilasi itu adalah Antok tak terima dengan ucapan yang dilontarkan korban.

    (Tribunnews.com/Sri Juliati) (Surya.co.id/Luhur Pambudi)

  • Karyawan Studio di Ngasem Kediri Diduga Gelapkan Motor Rekan Kerja

    Karyawan Studio di Ngasem Kediri Diduga Gelapkan Motor Rekan Kerja

    Kediri (beritajatim.com) – Seorang karyawan studio di Ngasem, Kediri, Rian Saputra (31), harus berurusan dengan pihak kepolisian setelah diduga melakukan penggelapan sepeda motor milik rekan kerjanya.

    Kapolsek Ngasem, Iptu Ardian Wahyudi, mengungkapkan bahwa kejadian tersebut terjadi di sebuah studio yang berlokasi di Desa Wonocatur, Kecamatan Ngasem, pada 25 Januari 2025 sekitar pukul 07.45 WIB.

    Rian meminjam sepeda motor Honda Vario dengan nomor polisi L-5216-RN milik Akbar Eka Saputra (20), seorang mahasiswa asal Surabaya. Pria asal Desa Sekarputih, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk itu beralasan ingin memeriksakan lehernya ke rumah sakit di Nganjuk.

    Sebelumnya, diketahui bahwa pelaku kerap meminjam sepeda motor tersebut, sehingga korban merasa percaya untuk kembali meminjamkannya. Tanpa disadari, STNK motor juga tersimpan di dalam jok kendaraan.

    “Setelah ditunggu-tunggu sampai dengan Senin (27/1/2025) sekira pukul 07.45 WIB ternyata sepeda motor tidak dikembalikan oleh pelaku,” ujar Iptu Ardian Wahyudi pada Rabu (29/1/2025).

    Akibat kejadian ini, korban mengalami kerugian materiil sebesar Rp8 juta dan segera melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Ngasem guna proses penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut. [nm/ian]

  • Revitalisasi Masjid An-Nuur Pare Kediri Rampung, Kini Tampak Makin Megah

    Revitalisasi Masjid An-Nuur Pare Kediri Rampung, Kini Tampak Makin Megah

    Kediri (beritajatim.com) – Proyek revitalisasi Masjid An-Nuur Pare Kediri telah selesai. Kini, baik interior maupun eksterior masjid yang telah berdiri hampir 50 tahun itu terlihat semakin cantik dan megah.

    Baru-baru ini, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, melalui akun Instagram pribadinya (@dhitopramono), membagikan foto terbaru dari salah satu ikon Kabupaten Kediri tersebut. Masjid ini memiliki gaya arsitektur khas Jawa dengan atap tajug berbentuk piramida yang kini tampil lebih segar.

    Mas Dhito menampilkan foto kondisi sebelum dan sesudah revitalisasi. Hasilnya, Masjid An-Nuur kini tampak layaknya bangunan baru, semakin indah, dan memberikan kenyamanan lebih bagi jamaah.

    “Alhamdulillah, revitalisasi pada beberapa bangunan Masjid An-Nuur Pare telah selesai dilakukan, utamanya membuat akses khusus bagi kalangan difabel dan perbaikan interior maupun eksterior,” tulis Mas Dhito.

    Ia pun berharap perbaikan ini dapat memberikan kenyamanan lebih bagi jamaah dalam beribadah.

    “Semoga dengan perbaikan ini, keindahan Masjid An-Nuur Pare bisa lebih fresh dan tentunya lebih memberi kenyamanan bagi para jamaah untuk beribadah,” lanjutnya.

    Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kabupaten Kediri sebelumnya menyampaikan bahwa revitalisasi tahap pertama mencakup pembangunan toilet dan tempat wudhu yang ramah bagi disabilitas dan lansia. Selain itu, pagar sisi timur masjid dibongkar, serta beberapa trab dihilangkan untuk menambah kapasitas kantong parkir kendaraan.

    Dengan anggaran sebesar Rp3,9 miliar, proyek ini juga mencakup perbaikan interior dan eksterior. Pada bagian interior, dinding kaca masjid diganti dengan terawangan untuk mengurangi efek mendengung pada audio. Sedangkan di bagian eksterior, dilakukan pengecatan ulang sejumlah atap guna mempercantik tampilan masjid.

    Meskipun telah mengalami berbagai perbaikan, karakteristik arsitektur Masjid An-Nuur tetap dipertahankan. Bangunan tetap mengusung gaya khas Jawa, dengan atap tajug berbentuk piramida serta struktur beratap joglo yang menjadi ciri khasnya.

    Sementara itu, revitalisasi tahap kedua direncanakan akan dimulai setelah Hari Raya Idulfitri 2025 atau sekitar bulan April, dengan anggaran sekitar Rp1,5 miliar. [ADV PKP/nm]

  • Oei Hok San, Tionghoa Veteran 45 yang Terlupakan…
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        29 Januari 2025

    Oei Hok San, Tionghoa Veteran 45 yang Terlupakan… Nasional 29 Januari 2025

    Oei Hok San, Tionghoa Veteran 45 yang Terlupakan…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Mungkin sekarang banyak yang tidak mengetahui siapa sosok
    Oei Hok San
    , Veteran
    Pejuang Kemerdekaan
    1945.
    Dia adalah mantan Tentara Pelajar (TP) di Kediri, Jawa Timur.
    Dilansir dari buku “Tionghoa Dalam
    Sejarah Kemiliteran
    : Sejak Nusantara Sampai Indonesia” (2015), Oei Hok San disebut merupakan sosok yang terlupakan.
    Dalam buku ini digambarkan bahwa
    Veteran Pejuang Kemerdekaan
    itu tengah dalam kondisi memprihatinkan di usia senjanya.
    Buku yang ditulis Iwan Santosa ini menyebutkan bahwa Oei Hok San yang saat itu berusia 86 tahun hanya mengenakan celana rombeng berlubang dengan kemeja lusuh saat ditemui.
    Kakek tua berdarah Tionghoa ini tinggal di gubuk berdinding gedek yang atapnya bocor di sana-sini.
    Gubuk yang disewa itu terletak di sudut Kota Tulung Agung, pelosok Jawa Timur.
    Gubuk yang disewa Oei Hok San itu berada di belakang garasi sebuah perusahaan bus di Kelurahan Kedung Waru, Kecamatan Kedung Waru, Jalan Pahlawan, Kota Tulung Agung.
    Dengan lirih, Oei Hok San menceritakan bahwa terdapat 350-an pejuang yang ditembak mati Belanda di dua buah toko dan sebuah gudang di Tulung Agung.
    Dia bilang, sebanyak 300 pejuang di kota ini yang ditembak mati saat itu merupakan suku Jawa, sementara 50 pejuang lainnya adalah suku Tionghoa.
    Oei Hok San menuturkan, semasa perang kemerdekaan pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949, banyak pejuang Indonesia yang berasal dari suku Tionghoa.
    Mereka terlibat dalam pertempuran melawan Belanda, baik di garis depan, garis belakang, maupun di daerah pendudukan Belanda.
    Para veteran tersebut dapat ditemui di berbagai daerah Indonesia.
    Dalam pertemuan ini, Oei Hok San pun menceritakan sosok ayahnya, Oei Djing Swan, yang pernah memerintahkan seorang pejuang bernama Tan Bun Yin untuk membalas dendam kematian Dokter Tan Ping Djiang.
    Berdasarkan cerita sang ayah, seorang Mayor KL (Koninklijk Leger) menembak mati Dokter Tan Ping Djiang, yang seorang republiken, lantaran menentang Belanda saat Perang Dunia II terjadi di tahun 1949.
    Sebab, Dokter Tan yang beristrikan seorang perempuan Belanda itu memerintahkan komandan Belanda untuk memberitahukan mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda HJ van Mook bahwa Indonesia dan Asia sudah merdeka.
    Pernyataan ini disampaikan Dokter Tan kepada Komandan Belanda setelah Jepang yang sempat menduduki Indonesia menyerah dari serangan sekutu di Perang Dunia II.
    “Kasih tahu van Mook, Indonesia sudah merdeka. Belanda silakan mundur dari Indonesia,” kata Hok San, menirukan ucapan Dokter Tan Ping Djiang.
    Akibat seruan itu, Dokter Tan pun ditembak mati serdadu Belanda dari Princess Irene Brigade.
    Setelah kematian ini, Mayor Belanda yang memerintahkan eksekusi Dokter Tan ditembak dari jarak dekat di Restoran Baru di dalam Kota Tulung Agung, sebelah barat alun-alun, oleh Tan Bun Yin atas suruhan ayah Hok San.
    Saat Belanda menduduki Tulung Agung, aksi pembersihan terhadap unsur republiken pun terjadi.
    Para pemuda Jawa dan Tionghoa yang berjuang, dikumpulkan di Gudang OTB, Toko Perca, dan Gudang Kobong.
    Mereka diberondong peluru tentara Belanda di sana.
    Meskipun telah berjuang untuk Indonesia, tidak ada sebuah monumen pun didirikan bagi mereka.
    Ardian Purwoseputro, seorang yang aktif membuat dokumenter sejarah di Jawa Timur, mengakui, di kalangan sesepuh TP dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jawa Timur, banyak komandan Tionghoa terlibat dalam perjuangan di garis depan di Front Jawa Timur.
    Perjuangan para veteran pejuang berdirinya Republik Indonesia itu salah satunya berada di Tulung Agung.
    Dalam perjalanan hidupnya, Oei Hok San sempat bergabung dengan Batalyon 507-Sikatan.
    Dia ikut operasi penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon.
    Turunan Tionghoa ini juga ikut dalam perang pemberantasan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Makassar dan Jawa Barat.
    Selain itu, Oei Hok San juga ikut di dalam Operasi Mandala-Trikora untuk merebut Irian Barat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perketat Pengamanan Imlek 2576 Kongzili, Polres Kediri Kota Fokus 3 Hal

    Perketat Pengamanan Imlek 2576 Kongzili, Polres Kediri Kota Fokus 3 Hal

    Kediri (beritajatim.com) – Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili menjadi perhatian khusus bagi Polres Kediri Kota. Kepolisian meningkatkan pengamanan di lokasi-lokasi strategis yang ramai dikunjungi umat Tionghoa, terutama di klenteng yang diprediksi akan dipadati oleh jamaah yang menjalankan ibadah keagamaan.

    Kapolres Kediri Kota, AKBP Bramastyo Priaji, beserta Wakapolres, pejabat utama (PJU), dan Kapolsek Kota Kediri turun langsung ke lapangan untuk memastikan kesiapan pengamanan di lokasi-lokasi tersebut.

    “Kami meningkatkan patroli dan pengamanan di sekitar tempat ibadah untuk memastikan kenyamanan dan keamanan masyarakat yang sedang beribadah,” ujar AKBP Bramastyo dalam keterangannya.

    Polres Kediri Kota Polda Jatim mengerahkan 159 personel sebagai antisipasi libur panjang. Sementara itu, untuk pengamanan perayaan Imlek di Klenteng Tjoe Hwie Kiong yang berlokasi di Jl Yos Sudarso, Kota Kediri, sebanyak 62 personel diterjunkan guna memastikan situasi tetap kondusif.

    Selain fokus pada keamanan tempat ibadah, kepolisian juga mengambil langkah antisipasi guna mengatasi potensi kemacetan lalu lintas di sekitar pusat perayaan.

    “Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatur arus lalu lintas agar tidak mengganggu kenyamanan warga,” katanya.

    Sebagai bagian dari upaya pengamanan maksimal, tim Samapta Polres Kediri Kota Polda Jatim melakukan sterilisasi lokasi sebelum acara perayaan dimulai. Langkah ini diambil untuk menjamin keamanan bagi seluruh masyarakat yang hadir.

    “Kami ingin memastikan Imlek tahun ini menjadi momen yang tidak hanya meriah, tetapi juga nyaman dan aman bagi semua pihak,” ucapnya.

    Polres Kediri Kota Polda Jatim mengimbau masyarakat untuk tetap mematuhi aturan dan mendukung upaya pengamanan agar perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili dapat berjalan dengan aman dan lancar. [nm/beq]

  • Kota Kediri Berhasil Raih Peringkat Kedua dalam Tingkat Kegemaran Membaca di Jawa Timur

    Kota Kediri Berhasil Raih Peringkat Kedua dalam Tingkat Kegemaran Membaca di Jawa Timur

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Melia Luthfi

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Kota Kediri berhasil menduduki peringkat kedua dalam Tingkat Kegemaran Membaca di Jawa Timur, berdasarkan survei dari Perpustakaan Nasional.

    Dengan nilai 99,34, Kota Kediri menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan budaya literasi di kalangan masyarakat.  

    Pj Wali Kota Kediri, Zanariah, mengapresiasi pencapaian ini dan menyampaikan rasa bangganya saat meninjau Pojok Baca di Hutan Joyoboyo dan Taman Sekartaji beberapa waktu lalu.

    Ia menilai, keberhasilan ini tidak lepas dari upaya berbagai pihak dalam menyediakan sarana baca yang mudah diakses masyarakat.  

    “Alhamdulillah, sebuah prestasi kita raih, yakni Tingkat Gemar Membaca kita menduduki peringkat kedua di Jawa Timur. Ini berkat kerja sama dalam meningkatkan kegemaran membaca di Kota Kediri. Saya mengapresiasi kerja keras teman-teman dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, salah satunya melalui Pojok Baca ini,” kata Zanariah, Rabu (29/1/2025).

    Pojok Baca yang tersebar di beberapa titik strategis menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kebiasaan membaca.

    Dengan adanya fasilitas ini, masyarakat bisa lebih mudah mengakses buku di ruang terbuka yang nyaman dan asri.

    Zanariah juga mengajak warga untuk memanfaatkan fasilitas ini sebaik mungkin.  

    “Silakan masyarakat datang ke sini untuk membaca buku. Jadi semakin banyak aktivitas yang bisa dilakukan di taman. Tempatnya pun nyaman untuk membaca, sehingga diharapkan bisa meningkatkan minat baca masyarakat,” tambahnya.  

    Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Kediri, Eko Lukmono, menjelaskan, konsep Pojok Baca di ruang terbuka dibuat agar masyarakat lebih mudah mengakses bahan bacaan.

    Sebelumnya, Pojok Baca lebih banyak ditempatkan di lingkungan sekolah.

    Dengan adanya fasilitas ini di taman kota, masyarakat umum juga bisa menikmatinya.  

    Selain itu, Kota Kediri juga mendapatkan bantuan dari Perpustakaan Nasional berupa Pojok Baca Digital yang saat ini ditempatkan di Rusunawa.

    Pojok Baca Digital ini memungkinkan warga mengakses berbagai koleksi buku secara elektronik.

    “Harapan kami, Pojok Baca ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, sehingga budaya membaca semakin meningkat,” jelas Eko Lukmono.  

    Dengan prestasi ini, diharapkan Kota Kediri terus mengembangkan program literasi yang lebih luas dan inovatif.

    Dukungan dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang gemar membaca.

  • Dipinjami Motor untuk Berobat, Pria di Kediri Malah Gadai Vario Teman untuk Foya-foya

    Dipinjami Motor untuk Berobat, Pria di Kediri Malah Gadai Vario Teman untuk Foya-foya

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Seorang pria di Kabupaten Kediri berhasil ditangkap polisi setelah diduga menipu temannya dengan modus meminjam sepeda motor untuk berobat lantaran sakit leher.

    Pelaku yang diketahui bernama Rian Saputra alias Saprol (32) warga Desa Sekarputih, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, diamankan kurang dari 24 jam setelah aksinya dilaporkan ke pihak kepolisian.  

    Menurut Kapolsek Ngasem Iptu Ardian Wahyudi, penangkapan pelaku berawal dari laporan korban, Akbar Eka Saputra (20), warga Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, pada Senin (27/1/2025).

    Korban melaporkan bahwa sepeda motornya tidak dikembalikan setelah dipinjam oleh Rian dengan alasan berobat. 

    “Setelah korban melapor, kami langsung melakukan penyelidikan dan berhasil mengamankan pelaku kurang dari 24 jam. Pelaku diamankan di wilayah Nganjuk,” jelas Iptu Yudi, Rabu (29/1/2025). 

    Awal mula kasus ini terjadi pada Sabtu (25/1/2025), saat korban dan pelaku berboncengan menggunakan sepeda motor Honda Vario plat nomor L 5216 RN menuju Altra Studio di Dusun Kale, Desa Wonocatur, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Korban sendiri diketahui bekerja di tempat tersebut.  

    Saat itu, Rian meminjam sepeda motor milik korban dengan alasan berobat atau memeriksa lehernya ke rumah sakit yang berada di Kabupaten Nganjuk.

    Tanpa curiga, korban pun meminjamkan sepeda motornya. Namun, setelah ditunggu, sepeda motor tersebut tidak kunjung dikembalikan. 

    “Korban mencoba menghubungi pelaku, tetapi selalu mendapat alasan yang tidak jelas. Setelah dua hari menunggu, korban merasa ditipu dan akhirnya melapor ke Polsek Ngasem,” jelas Iptu Yudi.  

    Mendapat laporan tersebut, petugas unit Reskrim Polsek Ngasem berhasil meringkus pelaku dan diamankan di wilayah Ngasem.

    Usai dilakukan interogasi lebih lanjut, sepeda motor milik korban ternyata telah digadaikan oleh pelaku seharga Rp8 juta. Menurut pelaku, uang tersebut digunakan untuk foya-foya.  

    “Modus pelaku adalah berpura-pura berobat sakit leher untuk menguasai sepeda motor milik korban,” beber Iptu Yudi.  

    Saat diamankan, pelaku tidak melakukan perlawanan. Sementara barang bukti berupa satu unit sepeda motor Honda Vario juga berhasil diamankan. Pelaku kini menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk dimintai keterangan.

    “Jangan mudah percaya dan pastikan untuk memverifikasi alasan peminjaman agar tidak menjadi korban penipuan,” pesan Iptu Yudi