Pengemudi Ojol Tewas Tertabrak KRL di Pesing Koneng, Diduga Terobos Palang Pintu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Seorang pengemudi ojek
online
(ojol) berinisial S (56) tewas tertabrak kereta rel listrik (KRL) Commuter Line di perlintasan sebidang Jalan Pesing Koneng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (17/10/2025) sore.
Kanit Gakkum Satlantas Polres Metro Jakarta Barat AKP Joko Susilo membenarkan insiden kecelakaan maut tersebut.
“Betul, terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia di lokasi kejadian, sekitar pukul 15.38 WIB,” kata Joko saat dikonfirmasi
Kompas.com
, Jumat.
Menurut Joko, korban diketahui merupakan pengemudi ojol asal Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Saat kejadian, korban mengendarai motor listrik bernomor polisi B-4533-SVF.
“Korban melaju di Jalan Pesing Koneng dari arah selatan menuju ke arah utara. Sesampainya di dekat pelintasan kereta api, korban tertabrak oleh kereta arah Tangerang menuju Duri,” jelas Joko.
Akibat tabrakan tersebut, korban mengalami luka berat di bagian kepala dan meninggal di tempat kejadian perkara (TKP).
Dani (44), salah satu saksi mata di lokasi, mengatakan kecelakaan bermula saat korban nekat menerobos palang pintu yang sudah tertutup.
“Jadi emang tadi tuh sebenernya ada dua kereta yang lewat. Abis kereta yang satu lewat, korban ini nerobos. Padahal yang jaga udah teriak ‘dua pak, dua (kereta),’” kata Dani kepada wartawan.
Menurut Dani, korban saat itu tidak membawa penumpang dan sempat mengantre bersebelahan dengan pengemudi ojol lain yang memilih menunggu palang pintu dibuka.
“Nah, dari situ lah langsung kena kereta yang kedua itu. Mental langsung, dia sama motornya itu, ada kali 300 meter mah,” ujarnya.
Usai kejadian, petugas kepolisian segera mengevakuasi jasad korban ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk pemeriksaan dan autopsi lebih lanjut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Kebon Jeruk
-
/data/photo/2025/10/15/68ef69e75e18d.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jurus Pramono Ubah Pola "Kejar Setoran" Proyek di Jakarta Jelang Akhir Tahun Megapolitan 17 Oktober 2025
Jurus Pramono Ubah Pola “Kejar Setoran” Proyek di Jakarta Jelang Akhir Tahun
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengakui pelaksanaan berbagai proyek pembangunan di Ibu Kota masih sering menumpuk di penghujung tahun.
Pola itu, menurut dia, seperti sistem “kejar setoran” yang harus segera diubah agar pengerjaan proyek lebih efisien dan terencana.
“Saya juga harus mengatakan apa adanya, memang pola pemanfaatan keuangan kita, APBD kita, itu masih sering kali di ujung itu kayak ngejar setoran,” ujar Pramono saat ditemui di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (16/10/2025).
Pramono mengatakan, realisasi anggaran di Pemprov DKI masih kerap dilakukan secara terburu-buru menjelang penutupan tahun anggaran.
Ia mencontohkan, sejumlah proyek galian yang dilakukan secara bersamaan di berbagai titik Jakarta, seperti di kawasan Fatmawati yang tengah menjadi sorotan publik.
“Yang pertama, memang perencanaannya sudah cukup lama, termasuk yang disebut dengan
table trap
yang di Fatmawati yang sekarang lagi mendapatkan sorotan publik. Itu bukan sesuatu yang baru,” kata Pramono.
Mantan Sekretaris Kabinet itu berencana memperbaiki sistem perencanaan dan pelaksanaan anggaran agar proyek-proyek di Jakarta tak lagi menumpuk di akhir tahun.
Ia ingin meniru pola yang diterapkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di bawah pimpinan Basuki Hadimuljono.
Di kementerian tersebut, proses pelelangan proyek dilakukan sejak awal tahun, sehingga waktu pengerjaan lebih panjang dan penyerapan anggaran lebih merata.
“Tetapi di balai kota sendiri saya sudah menyampaikan dari awal bahwa nanti untuk APBD di tahun 2026, dari awal kalau perlu bahkan sebelumnya, sudah dilakukan lelang, seperti yang dulu pernah kami lakukan ketika pemerintah pusat, menterinya pada waktu itu Pak Basuki (Menteri PUPR),” ungkap Pramono.
Dengan sistem baru itu, Pramono berharap pelaksanaan proyek di Jakarta bisa lebih terjadwal dan tidak berbarengan pada waktu yang sama.
“Maka dengan pola yang sama, saya akan dorong supaya enggak semuanya kejar-kejaran di akhir tahun,” ungkap Pramono.
Saat ini sejumlah proyek galian sedang dikerjakan bersamaan di beberapa titik Jakarta.
Di Jalan Pesanggrahan, Kembangan, Jakarta Barat, misalnya, terdapat proyek relokasi kabel udara ke bawah tanah.
“Betul, sedang relokasi, penataan untuk kabel bawah tanah,” kata Kepala Sudin Bina Marga Jakarta Barat, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (14/10/2025).
Proyek ini ditargetkan rampung dalam empat bulan dan kini menyebabkan kepadatan lalu lintas dari arah Puri Kembangan menuju Jalan Meruya Ilir Raya.
Selain itu, Jalan Arjuna Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, ditutup total mulai pukul 09.00 WIB karena ada proyek galian pada Selasa (14/10/2024).
Di Simpang Fatmawati–TB Simatupang, Jakarta Selatan, kemacetan yang terjadi bukan karena galian, melainkan pembangunan
speed table
atau pembatas kecepatan.
Di Jalan TB Simatupang juga jadi lokasi langganan kemacetan karena beberapa galian seperti proyek Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T).
Dari simpang Pasar Minggu hingga Ampera, sedang ada pembangunan pipanisasi PAM Jaya. Lalu, dari Ampera hingga mendekati SPBU Fatmawati, ada proyek milik PAL Jaya.
“Di Simpang Fatmawati ini kami sedang melakukan pembuatan speed bump. Speed bump ini mendirikan trotoar di posisi di simpang supaya itu buat fasilitas pejalan kaki,” ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Heru Suwondo, saat ditemui di wilayah Kebayoran, Jakarta Selatan, Senin (13/10/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Sudin SDA Jakbar percepat pembuatan drainase Jalan Arjuna Selatan
Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas (Sudin) Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Barat (Jakbar) mempercepat pembuatan drainase di Jalan Arjuna Selatan, Kebon Jeruk.
“Itu kan dimulai awal Oktober 2025, sebenarnya pembangunan selesai 15 Desember 2025, tapi kita percepat. Dalam satu bulan ke depan, ditargetkan selesai. Jadi, bisa beres pertengahan November 2025,” kata Kepala Sudin SDA Jakbar Purwanti Suryandari melalui pesan singkat di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan percepatan pembangunan itu dilakukan lantaran banyaknya masyarakat yang mengeluhkan genangan di kawasan tersebut, terutama warga kompleks perumahan.
“Kita sudah dengar keluhan itu, makanya pembangunan (drainase) dipercepat. Tapi memang drainase harus dibuat, soalnya area itu rawan genangan,” ujar Purwanti.
Seperti diketahui, penutupan Jalan Arjuna Selatan imbas pembuatan drainase tersebut membuat lalu lintas dialihkan ke Jalan Asem dan Jalan Kemiri. Mobilitas warga perumahan pun terganggu karena terdapat kendaraan roda empat yang memaksa masuk kendati telah dialihkan menuju Jalan Panjang.
“Soal itu, kami sudah koordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Direktorat Lalu Lintas. Nanti akan dikomunikasikan lagi,” tutur Purwanti.
Sebelumnya, warga di Jalan Kemiri, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, mengeluhkan adanya mobil yang memaksa masuk di jalanan perumahan meskipun sudah diarahkan untuk memutar ke Jalan Panjang.
Seorang warga bernama Ansor (36) mengatakan terkait pengalihan yang dilakukan oleh petugas, hanya kendaraan roda dua yang diperbolehkan masuk ke Jalan Kemiri untuk menghindari penutupan.
Namun, masih banyak mobil dari arah Grogol menuju Kebon Jeruk yang memaksa melintasi perumahan karena enggan memutar ke Jalan Panjang.
“Harusnya kan mobil muter ke Jalan Panjang, tapi macet, jadi kadang ada yang bandel masuk sini (Jalan Kemiri). Bikin macet kan jadinya,” ucap Ansor pada Jumat (10/10).
Menurut dia, kehadiran mobil dapat menimbulkan kemacetan karena ruas Jalan Kemiri dan Jalan Asem merupakan jalan perkampungan yang sempit.
“Kalau sepeda motor sih lewat aja. Cuma kan kalau mobil, dalam pengalihan itu kan enggak boleh sebenarnya lewat sini. Jadinya bikin macet,” ungkap Ansor.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Ada pekerjaan saluran, polisi alihkan arus lalu lintas di Jakbar
Jakarta (ANTARA) – Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengalihkan arus lalu lintas di Jalan Arjuna Selatan menuju arah Kemanggisan, Jakarta Barat, karena adanya pekerjaan saluran air untuk mengantisipasi genangan di lokasi tersebut.
“Melakukan rekayasa arus lalu lintas di Jalan Arjuna Selatan hanya sepeda motor yang bisa melintas arah Kemanggisan dan untuk mobil dialihkan ke Jalan Panjang maupun Arjuna Utara,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Polisi Komarudin dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA melalui tautan media sosial Instagram lewat akun @sudinsdabarat, pembangunan berlangsung 1 Oktober-5 Desember 2025 di Jalan Arjuna Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
“Lokasi pekerjaan dari persimpangan Jalan Kebon Jeruk Baru sampai persimpangan Jalan Budi I kemudian dari arah Jalan Panjang Kebon Jeruk menuju Tanah Abang,” tulis akun tersebut.
Berikut rekayasa lalu lintas di lokasi tersebut:
Zona 1:
– Sepeda motor dari arah Jalan Panjang dialihkan ke Jalan Asem dan Jalan Kemiri
– Sepeda motor dari arah Grogol masuk lewat Jalan Kemiri
Zona 2:
– Sepeda motor dari kedua arah dialihkan ke Gang Langgar lalu ke Jalan Tosiga menuju Jalan Asem lalu ke Jalan Kemiri
– Mobil menuju Tanah Abang dialihkan ke Jalan Kebon Jeruk
– Kendaraan menuju Grogol dialihkan ke Arjuna Utara
– Kendaraan dari Grogol ke arah Jalan Panjang dialihkan ke Jalan Batu sari ke Jalan Kebon Jeruk Raya
– Kendaraan dari Kemanggisan ke arah Jalan Panjang via Arjuna Selatan dialihkan ke Jalan Arjuna Utara.
Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Barat telah melakukan sosialisasi pembangunan saluran air Jalan Arjuna Selatan yang berlangsung di RPTRA Jeruk Manis, Kebon Jeruk, Rabu (24/9).
Wakil Camat Kebon Jeruk, Agus Mulyadi mengatakan, pembangunan saluran air Jalan Arjuna Selatan Kebon Jeruk merupakan program prioritas Pemprov DKI Jakarta untuk mengantisipasi genangan pada saat musim hujan air dapat mengalir lancar.
Karena itu pembangunnya membutuhkan dukungan dari masyarakat sekitar.
Peran kecamatan dan kelurahan sangat besar karena langsung terkait dengan wilayah. “Kami juga melakukan pemetaan untuk rekayasa lalu lintas agar tidak mengganggu aktivitas warga,” katanya
Dukungan masyarakat, kata dia, sangat dibutuhkan agar pembangunan berjalan lancar sesuai waktu yang ditentukan.
Pewarta: Ilham Kausar
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/10/12/68ebb29d0ec60.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kapolsek Setiabudi Bantah Tolak Laporan Warga yang Kehilangan Motor Megapolitan 12 Oktober 2025
Kapolsek Setiabudi Bantah Tolak Laporan Warga yang Kehilangan Motor
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kapolsek Setiabudi, AKBP Ardiansyah membantah anak buahnya tak menerima laporan warga yanh kehilangan sepeda motor.
Ardiansyah mengatakan, saat korban datang ke Mapolsek Setiabudi, petugas sedang menerima laporan lain dari warga.
Kemudian, korban memilih pergi tanpa memberi tahu penyidik karena baterai pendeteksi lokasi di sepeda motornya yang sudah hampir habis.
“Melihat anggota Polsek Metro Setiabudi sedang menerima laporan dari pelapor yang lain, karena korban melihat GPS-nya baterainya habis, korban berinisiatif sendiri mencari sepeda motornya,” ujar Ardiansyah kepada wartawan, Minggu (12/10/2025).
Selanjutnya, pencuri motor korban ditangkap di Tol Kebon Jeruk dan kemudian diserahkan ke Polsek Kembangan.
“Selanjutnya, satu unit mobil yang membawa tiga unit sepeda motor berikut dengan dua orang pengemudinya serta korban dibawa ke Polsek Metro Setiabudi,” kata dia.
Kedua pelaku berinisial SP (31) dan BI (29) langsung ditetapkan sebagai tersangka. Sementara pelaku lainnya berinisial R masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO).
“Setelah melakukan serangkaian penyelidikan dan penyidikan atas laporan korban, selanjutnya kedua pengemudi tersebut ditetapkan menjadi tersangka,” kata Ardiansyah.
Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 363 dan 380 juncto Pasal 55 juncto Pasal 56 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan. Pelaku terancam hukuman pidana penjara maksimal tujuh tahun.
Sementara tiga sepeda motor yang disita dari tangan para pelaki dikembalikan kepada pemilik masing-masing.
Pernyataan ini diungkapkan setelah viralnya video pria yang mengaku kehilangan sepeda motor di Setiabudi di media sosial.
Dalam video yang beredar, korban mengaku motornya dicuri di rumah indekosnya di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Jumat (10/10/2025).
Saat menyadari sepeda motornya raib, korban berencana melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Setiabudi.
Namun, menurut dia saat itu polisi di Mapolsek Setiabudi disebut sedang melayani tamu. IP yang dikejar waktu pun memilih bertolak langsung ke titik lokasi sepeda motornya yang masih terdeteksi.
“Saya coba lapor ke Polsek, tapi karena lama, Polseknya lagi ngantre, ada tamu. Jadi saya langsung naik ojol ke arah Tomang,” kata IP dalam video yang beredar di media sosial instagram, @kasihkabar, dikutip Minggu (12/10/2025).
Setibanya di lokasi, IP justru menemukan mobil travel yang terlihat mencurigakan. Ia pun menghubungi kakaknya untuk menemaninya mendatangi mobil itu.
“Setelah itu, pas abang saya dari kantor datang, dia minta buka. Dia langsung bilang, ‘Lihat ke depan sebentar,’ tapi langsung lari habis itu,” jelas IP.
Saat melihat sekilas, IP langsung mengetahui bahwa sepeda motor di dalam mobil itu adalah miliknya.
Sebab stang di sepeda motornya sudah dimodifikasi, sehingga terlihat berbeda dengan sepeda motor pada umumnya.
“Pas dia turunin kaca depan penumpang kiri, saya lihat itu stang motor saya, persis itu dimodif,” kata dia.
Kemudian, video menunjukkan dua orang pria yang sudah babak belur sedang diamankan oleh sejumlah personil berseragam loreng dari Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/04/21/680659a3a832a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Benarkah Tilang ETLE Bisa Salah Sasaran? Ini Kata Polisi Megapolitan 11 Oktober 2025
Benarkah Tilang ETLE Bisa Salah Sasaran? Ini Kata Polisi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Polisi buka suara terkait keluhan warga yang terkena tilang
electronic traffic law enforcement
(ETLE) salah sasaran.
Kasubdit Gakkum Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya AKBP Ojo Ruslani menjelaskan, tilang ETLE salah sasaran mungkin terjadi karena pelat nomor kendaraan warga digandakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
“Kalau ada pemilik kendaraan yang tidak merasa melanggar, bisa jadi nomor polisinya digandakan dan digunakan orang lain untuk melakukan pelanggaran,” ujar Ojo saat dihubungi
Kompas.com
, Jumat (10/10/2025).
Namun, Ojo memastikan pihaknya telah meningkatkan sistem ETLE. Dia mengeklaim sistem tilang elektronik itu kini lebih akurat.
“Diberlakukan validasi oleh tim validasi terhadap setiap pelanggaran yang berhasil ditangkap oleh kamera ETLE,” ucap dia.
Ojo menambahkan, warga bisa mengajukan bantahan apabila terkena tilang ETLE salah sasaran.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah pengendara motor di Jakarta Barat menutup pelat motor mereka karena merasa dipersulit akibat sering kali kena tilang ETLE salah sasaran.
“Udah susah sih, nyari uang susah tapi masih dicari kesalahannya terus,” ucap Andri saat ditemui di sekitar Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta barat.
Senada, Rohman (bukan nama sebenarnya), seorang pengendara ojek
online
di sekitar Puri, Jakarta Barat, mengaku menutup pelat nomor belakangnya dengan stiker karena pernah kena tilang elektronik meski tidak melanggar aturan lalu lintas.
“Enggak melanggar peraturan tapi kena (tilang elektronik). Kenapa kita jadi kena, tau-tau disuruh bayar,” ujar Rohman.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2021/03/07/6043bce996783.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pengendara Tak Melanggar tapi Kena ETLE, Ini Kata Polisi Megapolitan 10 Oktober 2025
Pengendara Tak Melanggar tapi Kena ETLE, Ini Kata Polisi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Polisi buka suara terkait munculnya keluhan warga yang merasa tidak melanggar, tetapi tetap terkena tilang elektronik atau electronic traffic law enforcement (ETLE).
Kasubdit Gakkum Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya, AKBP Ojo Ruslani menjelaskan, bagi warga yang terkena tilang elektronik, tetapi merasa tidak melanggar bisa mengajukan bantahan.
Sebab, bisa saja nomor polisi kendaraan warga digandakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
“Kalau ada pemilik kendaraan yang tidak merasa melanggar, bisa jadi nomor polisinya digandakan dan digunakan orang lain untuk melakukan pelanggaran,” ujar Ojo saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/10/2025).
Kendati begitu, Ojo memastikan pihaknya telah meningkatkan sistem ETLE. Dia mengeklaim sistem tilang elektronik itu kini lebih akurat.
“Fiberlakukan validasi oleh tim validasi terhadap stiap pelanggaran yg berhasil ditangkap oleh kamera ETLE,” ucap dia.
Sementara itu, untuk menindak pengendara yang menggunakan nopol palsu, polisi bakal melakukan tilang secara manual.
“Bila mendapati nopol palsu, ganda atau tidak sesuai peruntukannya maka bisa dilakukan penindakan berupa tilang,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah pengendara motor di Jakarta Barat menutup pelat motor mereka karena merasa dipersulit akibat sering kali kena tilang elektronik (ETLA) padahal tidak melanggar lalu lintas.
Andri (bukan nama sebenarnya) pengendara yang menutup pelat nomornya mengatakan dirinya merasa dipersulit oleh tilang elektronik (ETLA) padahal sudah menggunakan atribut sesuai peraturan.
“Udah susah sih, nyari uang susah tapi masih dicari kesalahannya terus,” ucap Andri saat ditemui di sekitar Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta barat.
Senada, Rohman (bukan nama sebenarnya) seorang pengendara ojek online di sekitar Puri, Jakarta Barat mengaku menutup pelat nomor belakangnya dengan stiker karena pernah kena tilang elektronik padahal tidak melanggar aturan lalu lintas.
“Enggak melanggar peraturan tapi kena (tilang elektronik). Kenapa kita jadi kena, tau-tau disuruh bayar,” ujar Rohman.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Kuatnya Cinta Sagita, Bertarung Lawan Kista Demi Senyum Buah Hati
Jakarta –
Tidak ada yang lebih besar dari cinta seorang ibu kepada anak. Sagita (38) menceritakan pengalamannya berjuang melawan penyakit kista dan mioma, serta harus melalui pergulatan batin takut tidak bisa memenuhi perannya sebagai ibu, di saat anak-anaknya masih sangat membutuhkan.
Sagita menceritakan dirinya adalah seorang dokter umum. Namun, kini ia memilih lebih fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus keluarga, sembari menjalankan pekerjaan di bidang asuransi.
Keseharian Sagita cukup padat mulai dari menyiapkan kebutuhan anak sekolah, mengantar anak sekolah, beraktivitas dengan ibu-ibu lain, hingga bertemu dengan klien di pekerjaan. Jika sudah sore, ia kembali ke peran utamanya sebagai ibu di keluarga.
Ketika didiagnosis kista dan mioma, Sagita mengaku sangat terkejut. Terlebih, ukuran kista yang ditemukan oleh dokter termasuk besar hingga 13,5 cm. Kondisi itu membuatnya takut bila harus meninggalkan anak-anaknya terlebih dahulu.
“Anak bungsu saya bilang, ‘mama gendong’. Tapi saat itu saya cuma bisa bilang, ‘nanti ya dek, mama lagi sakit’. Rasanya momen itu tuh bikin sedih banget. Dan momen itu yang bikin saya takut kehilangan peran saya sebagai seorang ibu,” ucap Sagita ketika ditemui detikcom, dalam sebuah kesempatan.
Awalnya Muncul Nyeri Tak Biasa di Perut
Sagita menceritakan awal mula ia didiagnosis kista dan mioma untuk pertama kali. Ia mengatakan awalnya ia merasakan gejala tidak nyaman di area perut bagian kanan bawah.
Tak sampai situ saja, kondisi ini juga disertai dengan adanya perubahan pola menstruasi. Sagita mengatakan pola menstruasinya yang sebelumnya lancar, tiba-tiba menjadi lebih pendek dan lebih banyak.
Kondisi itu menimbulkan rasa yang begitu tidak nyaman di tubuhnya. Sagita akhirnya memutuskan untuk pergi ke Siloam Hospitals Kebon Jeruk untuk melakukan pemeriksaan.
“Terus mulai sangat nggak enak banget itu 3 hari terakhir sebelum saya memutuskan untuk konsultasi ke dokter Siloam Kebon Jeruk. Pada saat itu langsung di USG dan langsung terlihat kista gede banget sebesar 13,5 cm dan juga ada miom-miomnya,” ujar Sagita.
“Saat ketahuan berasa syok sih. Ketakutan saya adalah saat itu, gimana kalau saya, harus kehilangan anak-anak saya, di mana saya harus pergi duluan,” sambungnya.
Suami Sagita, Martin Hendrata menyebut semua orang termasuk dirinya sangat terkejut. Ia bingung bagaimana bisa istrinya yang selama ini tidak pernah sakit memiliki kista dengan ukuran yang terbilang sangat besar.
Martin mengaku tidak pernah melihat tanda-tanda aneh pada Sagita sebelum akhirnya sang istri mengalami gejala nyeri di perut dan perubahan pola menstruasi. Meski begitu, Martin saat itu berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik.
“Selama ini tuh (Sagita) nggak pernah sakit. Selalu sehat, ke rumah sakit cuma waktu lahiran aja, itu pun lahiran normal. Saya tahu saya nggak boleh panik. Akhirnya, waktu itu saya bilang sudah, tidak apa-apa, kita jalanin bareng-bareng,” cerita Martin.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Ferdhy Suryadi Suwandinata, SpOG-KFER mengenang bagaimana Sagita pertama kali datang ke rumah sakit. Pada saat itu Sagita mengeluhkan nyeri perut bawah dan nyeri haid.
Ketika diperiksa oleh dokter, rasa nyeri yang dirasakan Sagita dalam Visual Analog Scale (VAS) score sudah mencapai 9 dari 10. Artinya, nyeri yang dirasakan oleh Sagita terbilang sangat kuat.
Setelah itu, dr. Ferdhy akhirnya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan USG di tubuh Sagita dan menemukan kista tersebut.
“Jadi setelah Ibu Sagita dilakukan pemeriksaan di USG, maka ditemukan adanya kista di sebelah kiri ukurannya 13,5 cm, dan itu adalah kista endometriosis serta mioma di bagian posterior sekitar 5 cm,” kata dr. Ferdhy.
Sagita Harus ke Meja Operasi
Menurut dr. Ferdhy, kista endometriosis yang besar umumnya dapat memicu pelekatan pada organ sekitarnya. Beberapa organ yang dimaksud seperti usus, ureter-saluran kencing, hingga kandung kencing.
Berkaitan dengan kondisi yang dialami oleh Sagita, dr. Ferdhy menyebut laparoskopi adalah prosedur bedah yang paling cocok untuk dilakukan. Terlebih, Siloam Hospitals Kebon Jeruk juga memiliki teknologi robotik Da Vinci Xi.
Prosedur laparoskopi dengan teknologi robotik Da Vinci Xi memiliki banyak keunggulan. Da Vinci Xi merupakan teknologi bedah pendekatan robotik modern yang memungkinkan operasi lebih presisi dengan sayatan minimal, risiko lebih rendah, dan pemulihan lebih cepat.
“Pada pengobatan Ibu Sagita dengan menggunakan robotik Da Vinci XI memiliki keuntungan, satu tentu, karena ini sifatnya laparoskopi dan robotik adalah sama, maka kita bisa mencapai target organ dengan secara spesifik ya. Artinya, kalau di operasi konvensional itu misalnya ada perlengketan di daerah belakang, itu akan sulit dicapai, tapi dengan robotik ini sangat mudah,” jelas dr Ferdhy.
“Jadi bener-bener bisa step by step-nya layer per layer, itu kita bisa lakukan pemotongan dengan akurat dan presisi,” sambungnya.
Pentingnya Arti Kesembuhan Bagi Sagita
Proses operasi yang dijalani oleh Sagita berjalan dengan lancar. Meski prosedur yang dijalaninya sudah usai, saat itu Sagita mengaku masih sedikit cemas. Ini berkaitan dengan pemeriksaan lab pada kista yang ada di dalam tubuh Sagita.
Pemeriksaan tersebut akan menentukan apakah kista yang muncul di tubuh Sagita bersifat ganas atau jinak.
“Dan sebenarnya waktu selesai operasi pun saya masih merasa takut karena belum ada hasil keluar lab yang menentukan apakah itu jinak atau ganas. Tapi syukurnya, setelah beberapa hari kemudian keluar hasil lab, dan jinak sih. Dan itu yang membuat saya sangat bersyukur dan happy,” kata Sagita.
Bagi Sagita, kesembuhan bukan hanya soal sembuh dari penyakit yang dialami, tapi bagaimana bisa tetap ‘hidup’ setelahnya. Ini menjadi sebuah momen yang besar baginya untuk bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk keluarga, khususnya anak-anak.
“Kesembuhan buat saya bukan cuma sembuh dari penyakit, tapi soal bisa hidup penuh lagi untuk orang-orang yang saya sayangi. Saya kembali, saya utuh, dan untuk diri saya sendiri dan untuk mereka yang saya sayangi,” tutur Sagita.
Dalam pencegahan berbagai penyakit, termasuk kista endometriosis, dr. Ferdhy mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan dini. Ada banyak kondisi kesehatan yang tidak menunjukkan gejala awal atau tanda ringan.
Gejala seringkali justru baru muncul ketika penyakit yang ada di tubuh sudah masuk tahap lanjutan. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada salahnya untuk rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, meski dalam kondisi tubuh yang sehat.
“Jadi dengan melakukan deteksi dini, maka penyakit-penyakit seperti endometriosis, kanker, itu akan bisa ditemukan dalam stage atau stadium yang lebih awal, maka bisa penanganan yang lebih tepat dan mencapai kualitas hidup yang jauh lebih baik,” kata dr. Ferdhy.
Martin mengaku bahagia dengan perkembangan istrinya. Pasca operasi, kondisi kesehatan Sagita terus membaik sehingga bisa beraktivitas sediakala lagi.
Ia hanya berharap istrinya bisa terus sehat sampai tua nanti. Dengan begitu, ia juga bisa melihat perkembangan anak-anak hingga dewasa bersama-sama sang istri.
“Pesan saya ya mudah-mudahan sehat-sehat terus. Nggak usah pakai sakit-sakit lagi, bisa bareng-bareng sama saya, sampai tua nanti, melihat anak-anak lulus sekolah, bisa menimang cucu, mudah-mudahan sampai cicit,” tandas Martin seraya berharap.
Halaman 2 dari 4
(avk/up)
/data/photo/2014/04/12/1136536kereta1780x390.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

