kab/kota: Karet

  • Rumah Ibadah Dalam Jerat PBM 2006
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        31 Juli 2025

    Rumah Ibadah Dalam Jerat PBM 2006 Nasional 31 Juli 2025

    Rumah Ibadah Dalam Jerat PBM 2006
    Peneliti & Assessor pada IISA Assessment Consultancy & Research Centre
    KITA
    kembali menyaksikan drama usang yang dipentaskan di panggung kebangsaan. Pembubaran paksa aktivitas di rumah doa di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah Padang, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (27/7) petang lalu, adalah episode terbaru dari serial panjang yang menyakitkan.
    Peristiwa ini, yang memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, bukanlah anomali atau insiden tunggal.
    Ia adalah semacam “déjà vu”, pengulangan dari pola
    intoleransi
    yang selama bertahun-tahun telah menggerogoti fondasi kerukunan kita.
    Pola ini tercatat dalam sejarah kelam persekusi, mulai dari penyegelan GKI Yasmin di Bogor, penolakan Gereja Filadelfia di Bekasi, hingga pengusiran dan ancaman senjata tajam terhadap jemaat di Sampang, Madura, dan berbagai daerah lainnya (Akurat.co, 13/10/2023).
    Setiap kali insiden baru meletus, seperti yang juga terjadi di Sukabumi belum lama ini, kita seolah terjebak dalam siklus yang sama: kekerasan terjadi, negara mengeluarkan respons seremonial, lalu semua kembali senyap menunggu ledakan berikutnya.
    Siklus ini dimulai dengan respons negara yang dapat ditebak. Menanggapi insiden di Padang, Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama segera mengeluarkan pernyataan resmi.
    Isinya adalah ungkapan “keprihatinan mendalam”, disertai ajakan agar semua pihak mengedepankan dialog, menahan diri, dan menyelesaikan masalah melalui jalur hukum, bukan dengan main hakim sendiri (Kemenag.go.id, 24/7/2025).
    Tentu, imbauan ini bermaksud baik. Namun, dalam konteks kekerasan yang terus berulang, narasi ini terdengar lemah dan pasif.
    Ia menempatkan negara pada posisi sebagai mediator yang berjarak, bukan sebagai pemegang mandat Konstitusi yang wajib hadir secara tegas untuk melindungi setiap tetes darah dan rasa aman warga negaranya.
    Pendekatan ini lebih terasa sebagai prosedur standar pasca-kejadian ketimbang strategi pencegahan yang berwibawa.
    Sikap negara yang cenderung normatif ini kontras secara tajam dengan desakan dari kelompok masyarakat sipil.
    Amnesty International Indonesia, misalnya, tidak hanya mengecam keras perusakan di Padang, tetapi juga menunjuk langsung pada “kegagalan negara” dalam memberikan jaminan perlindungan.
    Mereka menuntut adanya “pengusutan tuntas” untuk memutus apa yang disebut sebagai “siklus impunitas”, di mana para pelaku persekusi kerap tidak tersentuh proses hukum yang adil, sehingga merasa leluasa untuk mengulangi perbuatannya (Amnesty.id, 25/7/2025).
    Kesenjangan cara pandang ini sangat fundamental. Di satu sisi, negara berbicara tentang “kerukunan”, sebuah konsep sosiologis.
    Di sisi lain, Amnesty berbicara tentang “hak asasi manusia”, sebuah kewajiban hukum yang mengikat.
     
    Selama negara belum bergeser dari sekadar mengimbau kerukunan menjadi penjamin aktif hak, maka rumah-rumah ibadah kelompok minoritas akan selalu berada dalam bayang-bayang ancaman.
    Di tengah pesimisme ini, secercah harapan sempat muncul. Merespons insiden serupa di Sukabumi, Kementerian Agama secara terbuka mengakui adanya kekosongan hukum dan mengumumkan rencana untuk menyiapkan “regulasi khusus rumah doa” (Kemenag.go.id, 1/8/2025).
    Pernyataan ini, pada tingkat permukaan, adalah kemajuan. Ia merupakan pengakuan implisit bahwa kerangka regulasi yang ada saat ini, yaitu Peraturan Bersama Menteri (PBM) Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, memang terbukti gagal.
    PBM 2006 telah menciptakan realitas pahit di mana banyak komunitas agama, terutama dari kelompok minoritas, tidak mampu memenuhi persyaratan administratifnya yang luar biasa berat.
    Akibatnya, mereka terpaksa menggunakan rumah tinggal sebagai “rumah doa”, sebuah status legal yang ambigu dan membuat mereka sangat rentan terhadap persekusi dengan dalih “tidak berizin”.
    Akan tetapi, janji hadirnya regulasi baru ini wajib kita kawal dengan skeptisisme yang sehat. Pertanyaan kritis harus diajukan: Apakah regulasi ini akan benar-benar menjadi jalan keluar, atau hanya akan menjadi labirin birokrasi baru?
    Apakah ia akan menghapus atau setidaknya mengurangi syarat persetujuan warga sekitar yang selama ini menjadi biang keladi utama konflik?
    Tanpa kejelasan substansi, janji ini bisa jadi hanyalah respons reaktif untuk meredam kemarahan publik sesaat.
     
    Sebab, akar masalah sesungguhnya bukanlah ketiadaan satu regulasi tambahan untuk “rumah doa”, melainkan keberadaan regulasi induk, PBM 2006, yang secara filosofis dan praktis justru menyuburkan diskriminasi.
    PBM 2006, dengan klausul yang mensyaratkan adanya dukungan dari 90 orang warga jemaat dan 60 orang warga sekitar yang disetujui oleh kepala desa, telah terbukti menjadi instrumen penolakan yang efektif bagi kelompok mayoritas.
    Syarat persetujuan warga inilah yang mengubah proses administratif menjadi kontestasi politik lokal yang rawan intimidasi.
    Berbagai penelitian, termasuk dari SETARA Institute, secara konsisten menunjukkan bahwa mayoritas sengketa pendirian rumah ibadah berakar dari pasal-pasal karet dalam PBM ini.
    Menciptakan “regulasi khusus” tanpa menyentuh jantung persoalan pada PBM 2006 ibarat membangun tanggul kecil di hilir sungai, sementara bendungan utama di hulu sudah retak dan siap jebol.
    Oleh karena itu, jika kita serius ingin memutus siklus intoleransi ini, arah tuntutan publik harus lebih tajam dan mendasar.
    Pertama, mendesak transparansi total dalam proses penyusunan “regulasi khusus rumah doa” dengan pelibatan aktif dari komunitas-komunitas korban dan organisasi masyarakat sipil.
    Kedua, tidak berhenti di situ, tetapi terus menyuarakan agenda utama: revisi menyeluruh atau pencabutan total PBM 2006.
    Hak untuk beribadah adalah hak konstitusional, bukan hadiah yang diberikan atas belas kasihan atau persetujuan tetangga. Mekanismenya harus diubah dari perizinan yang rumit menjadi pemberitahuan (notifikasi) yang sederhana.
    Pada akhirnya, kita harus menolak untuk terus menerus menjadi penonton drama usang ini. Cukup sudah ritual keprihatinan dan janji-janji manis pasca-insiden.
    Tolok ukur keberhasilan negara bukanlah pada seberapa cepat mereka mengeluarkan rilis pers yang menenangkan, melainkan pada nihilnya berita tentang rumah ibadah yang disegel, jemaat yang dibubarkan, dan rasa takut yang menghantui warganya saat hendak beribadah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • DPD Dorong Kopdes Merah Putih Selesaikan Masalah Kesenjangan Harga TBS Sawit

    DPD Dorong Kopdes Merah Putih Selesaikan Masalah Kesenjangan Harga TBS Sawit

    Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sultan B Najamudin menilai kehadiran Koperasi Desa Merah Putih dapat membuat harga tandan buah segar kelapa sawit lebih stabil.

    Dia menyoroti kesenjangan harga TBS kelapa sawit antar daerah yang salah satunya dikeluhkan oleh banyak masyarakat di provinsi Bengkulu.

    “Banyak laporan dan aspirasi yang masuk ke kami terkait perbedaan harga TBS kelapa sawit. Kami memaklumi fenomena ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor di masing-masing daerah,” ujar Sultan dikutip dari keterangan resminya, Rabu (30/7/2025).

    Menurutnya, perbedaan harga TBS yang signifikan antara Bengkulu dengan Jambi, Lampung dan Riau misalnya lebih banyak disebabkan mekanisme pasar yang membentuk persaingan harga antarpengumpul.

    Untuk itu, dia menuturkan semakin banyak pengumpul dan industri pengolahan sawit di suatu daerah, makin mahal harga TBS.

    “Sementara jumlah pabrik kelapa sawit di Bengkulu masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan PKS di provinsi lainnya. Oleh karena itu, kami meminta agar Koperasi Merah Putih (KMP) di setiap desa perlu mengambil bagian dalam industri sawit,” tegas Mantan aktivis KNPI itu.

    Kehadiran KMP, kata Sultan, bisa menjadi solusi ketidakpastian dan kesenjangan harga TBS di daerah. Demikian untuk urusan pupuk dan persoalan harga komoditas perkebunan lainnya seperti karet.

    “Karet menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia yang patut diberikan perhatian oleh pemerintah. Kami akan menyampaikan perihal kesenjangan harga TBS ini ke pihak pemerintahan untuk ditindaklanjuti,” tutupnya.

  • Melalui CJIBF 2025, Jateng janjikan kemudahan dan keamanan investasi

    Melalui CJIBF 2025, Jateng janjikan kemudahan dan keamanan investasi

    Sumber foto: Joko Hendrianto/elshinta.com.

    Melalui CJIBF 2025, Jateng janjikan kemudahan dan keamanan investasi
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 29 Juli 2025 – 15:22 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi menjanjikan kemudahan dan keamanan investasi di wilayahnya kepada para investor. 

    Hal itu disampaikan di hadapan perwakilan kedutaan dari 10 negara dan puluhan calon investor dalam acara Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2025 di Hotel Bidakara Jakarta pada Selasa, 29 Juli 2025.

    Luthfi memaparkan,  beragam keuntungan  menanamkan modal di Jawa Tengah. Tak hanya garansi kemudahan soal perizinan, tapi jaminan keamanan dan keuntungan finansial juga di depan mata. Alasanya, Jawa Tengah memiliki sumber daya manusia (SDM) yang melimpah serta kompetitif maupun sumber daya alam yang bisa digarap. 

    “Tenaga kerja yang sudah terampil dan sesuai dengan kebutuhan usaha. Mereka dilatih BLK (Balai Latihan Kerja). Sumber daya alam juga banyak dan bisa dikembangkan,” kata Luthfi seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Selasa (29/7). 

    Luthfi menerangkan, model perizinan usaha di Jateng adalah one gate system atau satu pintu. Sehingga tidak ribet dan efisien dari sisi waktu. 

    Adapun untuk jaminan keamanan, lanjut dia, tak ada premanisme yang mengganggu investasi. Nafas masyarakat Jawa Tengah adalah tepo seliro atau saling hormat-menghormati. Sehingga para pengusaha bisa fokus pada urusan produksi.

    Keuntungan selanjutnya adalah biaya investasi yang tidak mesti harus nominal besar.  Luthfi mengatakan bahwa investasi di Jateng menyasar padat karya, sehingga akan sama-sama menguntungkan. Bagi investor akan mendapatkan tenaga kerja terampil dan masyarakat bisa mendapatkan peluang kerja.

    Berbagai program keberpihakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga dorong untuk meningkatkan kesejahteraan buruh diantaranya: fasilitas daycare, koperasi buruh dan subsidi transportasi umum.

    Dalam kesempatan itu, Luthfi juga menawarkan 15 proyek  kepada calon investor, antara lain pembangunan PLTM Banjaran dan Logawa ( Banyumas), pengembangan PLTP Candi Umbul Telomoyo – Geo Dipa Energy, Proyek Geothermal dan Pengambilan Mineral – Geo Dipa Energy, Proyek Geothermal lainnya – Geo Dipa Energy, Pengolahan Sampah menjadi RDF (Kabupaten Grobogan), Kawasan Khusus Perikanan Terpadu (Kabupaten Cilacap – Blue Economy), Industri Udang Vaname Terpadu (Kabupaten Cilacap).

    Adapula Industri Perikanan Terpadu (Kabupaten Pati), Pengolahan Garam Industri (Kabupaten Jepara), Industri Mokaf (Kabupaten Banjarnegara), Industri Kelapa Terpadu (Kabupaten Cilacap), Pusat Regional Komoditas Pertanian (PRKP) dan Sub Terminal Agribisnis (Kabupaten Grobogan), Transformasi TKL Ecopark (Kota Magelang), Pengembangan Wisata Pulau Panjang (Kabupaten Jepara) dan Rumah Sakit Berbasis Green Hospital (Kabupaten Semarang).

    Kepala Administrator KEK Kendal dan KEK Industrilopolis Batang, Tjertja Karja Adil mengatakan hal senada. Rugi besar jika tak ikut berinvestasi di Jateng karena saat ini ada tren investasi masuk ke Jateng. Ada relokasi usaha dari China dan Korea masuk ke Batang dan Kendal.

    Saat ini jumlah pekaku usaha di KEK Kendal ada 128 pengusaha. Diantaranya dari China, Korea, Jepang, Singapura, Malaysia. Sementara di KEK Batang ada 48 pelaku usaha.

    Sementara itu, Deputi bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Riyatno mengatakan, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang dinilai maenarik oleh para investor. 

    Menurut dia, banyak potensi yang bisa dikembangkan di provinsi ini untuk meningkatkan investasinya.

    Sebagai informasi,  target Investasi Jawa Tengah tahun 2025 sebesar Rp78,33 triliun. Hingga triwulan I terealisasi Rp21,85 triliun (27,89%), terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp7,77 triliun (36%) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp14,08 triliun (64%). 

    Terdapat lima besar sektor realisasi investasi PMDN dan PMA yaitu industri tekstil, industri barang dan kulit alas kaki, industri karet dan plastik, industri makanan, industri perumahan, kawasan industri dan perkantoran. Terdapat lima besar negara realisasi Investasi PMA yaitu Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong (RRT),  Singaputra dan Belanda.

    Sementara investasi triwulan I tahun 2025 berhasil menyerap 97.550 tenaga kerja, dengan penambahan proyek sejumlah 20.431

    Sumber : Radio Elshinta

  • KPPU Kanwil I laporkan capaian penegakan hukum dan advokasi persaingan usaha Semester I Tahun 2025

    KPPU Kanwil I laporkan capaian penegakan hukum dan advokasi persaingan usaha Semester I Tahun 2025

    Sumber foto: Diurnawan/elshinta.com.

    KPPU Kanwil I laporkan capaian penegakan hukum dan advokasi persaingan usaha Semester I Tahun 2025
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 29 Juli 2025 – 16:07 WIB

    Elshinta.com – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I menyampaikan kinerja pengawasan persaingan usaha dan kemitraan sepanjang Semester I Tahun 2025. Kepala Kanwil I KPPU, Ridho Pamungkas, menegaskan bahwa lembaganya terus memperkuat peran dalam menciptakan iklim usaha yang sehat dan adil di wilayah Sumatera Utara, Aceh, Riau, dan Kepulauan Riau.

    Hingga pertengahan tahun 2025, KPPU Kanwil I telah menerima 15 laporan dugaan pelanggaran di berbagai sektor. Salah satu laporan yang menjadi perhatian publik adalah dugaan persekongkolan dalam tender pembangunan Gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu), yang saat ini tengah dalam proses penelaahan lebih lanjut.

    Dalam penegakan hukum, Kanwil I turut menangani perkara penting, seperti perkara No. 17/KPPU-L/2024 terkait dugaan persekongkolan tender pembangunan Jembatan Sintong di Kabupaten Rokan Hilir. Empat pelaku usaha terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan dijatuhi sanksi berupa denda serta larangan mengikuti tender proyek konstruksi yang dibiayai APBN dan APBD selama dua tahun di Provinsi Riau.

    Dalam sektor pangan, KPPU melakukan serangkaian sidak bersama Satgas Pangan dan instansi terkait di pasar dan kilang padi di Sumatera Utara, untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan harga menjelang hari besar keagamaan serta menindaklanjuti temuan praktik pengoplosan beras.

    Sementara itu, pengawasan sektor ekonomi digital dilakukan melalui survei terhadap 128 pengemudi ojek online di Kota Medan, serta dialog dengan Dinas Perhubungan dan perusahaan aplikator. Fokus pengawasan mencakup struktur tarif, program promosi, dan transparansi hubungan kemitraan digital antara aplikator dan mitra pengemudi.

    KPPU juga tengah melakukan kajian atas pengelolaan pipa transmisi minyak mentah Blok Rokan, serta mengawal implementasi program strategis nasional seperti makan bergizi gratis dan koperasi desa merah putih.

    Dalam upaya advokasi, KPPU Kanwil I berhasil memfasilitasi kesepakatan tarif jasa bongkar muat di Pelabuhan Belawan antara eksportir karet dan operator pelabuhan, yang menghasilkan penurunan tarif dan menyeimbangkan kepentingan pengguna dan penyedia jasa.

    “Seluruh langkah yang kami lakukan bertujuan untuk menjaga persaingan usaha yang sehat, memberdayakan pelaku usaha kecil, dan memastikan konsumen memperoleh manfaat dari pasar yang adil,” pungkas Ridho Pamungkas seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Diurnawan, Selasa (29/7). 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Chaos Demo Harga BBM, Penjarahan Massal Pecah-Korban Jiwa Berjatuhan

    Chaos Demo Harga BBM, Penjarahan Massal Pecah-Korban Jiwa Berjatuhan

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Angola kembali diguncang kerusuhan besar pada Selasa (29/7/2025), ketika demonstrasi nasional yang dipicu kenaikan harga bahan bakar berubah menjadi kekacauan. Ibu kota Luanda memasuki hari kedua penjarahan massal, setelah sedikitnya empat orang tewas dan ratusan lainnya ditangkap dalam bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan.

    Suasana di Luanda masih lumpuh total. Angkutan umum berhenti beroperasi dan sebagian besar toko tutup pascaaksi brutal pada Senin yang menandai dimulainya mogok nasional para sopir taksi.

    Pemogokan itu memprotes kenaikan harga bahan bakar bersubsidi dari 300 menjadi 400 kwanza per liter (sekitar Rp5.300 ke Rp7.100) per 1 Juli lalu, sebuah kebijakan yang memantik kemarahan publik di negara penghasil minyak terbesar kedua di Afrika tersebut.

    Di tengah tekanan ekonomi yang sudah menjerat rakyat Angola selama bertahun-tahun, ledakan sosial ini menandai akumulasi dari ketidakpuasan publik terhadap kebijakan pemerintah Presiden Joao Lourenco.

    “Kami lelah… mereka harus mengumumkan sesuatu agar keadaan berubah… agar kami bisa hidup dalam kondisi yang lebih baik,” kata seorang demonstran kepada saluran lokal TV Nzinga, sebagaimana dikutip AFP.

    Seorang perempuan lain, dalam siaran yang sama, melontarkan seruan emosional kepada Presiden Lourenco. “Mengapa Anda membuat kami menderita seperti ini? Bagaimana kami akan memberi makan anak-anak kami? Harga-harga harus turun!”

    Kerusuhan Menyebar, Suara Tembakan dan Penjarahan Massal

    AFP melaporkan suara tembakan terdengar di kawasan Cazenga, Luanda, di mana massa terlihat menjarah makanan dan barang kebutuhan lain dari toko-toko. Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan bentrokan keras di wilayah Rocha Pinto dekat bandara, dan jalanan di daerah Prenda yang diblokade dengan tong sampah yang dibakar.

    Kepolisian Angola mengakui adanya “beberapa insiden kekacauan yang terisolasi” pada Selasa pagi, namun menyatakan telah dan akan terus melakukan penindakan.

    “Saat ini kami melaporkan empat korban tewas,” kata Wakil Komisaris Polisi Mateus Rodrigues dalam konferensi pers, meski ia tidak menjelaskan secara rinci penyebab kematian tersebut.

    Rodrigues menyebut sebanyak 400 orang ditangkap semalam karena diduga terlibat dalam kerusuhan, menyusul penangkapan 100 orang lainnya pada Senin.

    “Sekitar 45 toko dirusak, 25 kendaraan pribadi dan 20 bus umum rusak parah. Sejumlah bank juga jadi sasaran,” tambahnya.

    “Kami terus menegaskan bahwa pasukan kami berada di jalanan, dilengkapi dengan sumber daya yang diperlukan sesuai tingkat ancaman, merespons di tempat yang telah pulih untuk menjaga ketertiban, dan melakukan intervensi di tempat yang masih bergejolak demi memulihkan ketertiban dan kedamaian publik,” tegas Rodrigues.

    Kekerasan Meluas ke Daerah

    Aksi protes yang dipicu oleh pemogokan sopir taksi itu berlangsung semakin liar dan menyebar ke luar Luanda. Seorang jurnalis di kota Huambo, sekitar 600 km dari ibu kota, melaporkan aksi penjarahan dan kerusuhan serupa juga terjadi di wilayah tersebut.

    Warga terlihat membawa kabur barang hasil jarahan dari toko-toko, sementara video di media sosial menampilkan kerumunan besar demonstran yang bentrok dengan polisi yang menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.

    Meskipun menjadi titik awal pemogokan, Asosiasi Sopir Taksi New Alliance (ANATA) menyangkal terlibat dalam kekerasan yang terjadi pada hari pertama. Namun, mereka tetap melanjutkan aksi mogok tiga hari sebagaimana direncanakan.

    “Sudah jelas bahwa suara para sopir taksi mencerminkan jeritan rakyat Angola,” demikian pernyataan resmi ANATA pada Selasa.

    Sebelum pecah kerusuhan pada Senin, sekitar 2.000 orang telah lebih dulu berdemonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar pada Sabtu lalu, dan aksi protes serupa juga telah digelar dua akhir pekan sebelumnya.

    Peringatan dari Aktivis HAM dan Masyarakat Sipil

    Kelompok-kelompok masyarakat sipil dan lembaga HAM turut angkat bicara mengenai situasi yang kian memburuk. Human Rights Watch (HRW) menyatakan polisi Angola menggunakan kekuatan berlebihan dalam membubarkan aksi damai 12 Juli lalu, termasuk menembakkan peluru karet dan gas air mata.

    Dalam pernyataan bersama yang dirilis Senin, sejumlah organisasi masyarakat sipil mengecam penangkapan Osvaldo Sergio Correia Caholo, salah satu tokoh penyelenggara unjuk rasa, pada 19 Juli.

    Mereka menyebut Caholo sebagai “korban dari penindasan di Angola, di mana kebebasan dan jaminan fundamental terus-menerus diinjak-injak.”

    Kelompok sipil Uyele menegaskan bahwa protes ini merupakan “konsekuensi langsung” dari kegagalan pemerintah mengatasi pengangguran, tingginya biaya hidup, dan kemerosotan layanan publik.

    “Situasi ini harus segera dipahami sebagai gejala serius: kelelahan sosial dari generasi muda yang tidak memiliki alternatif,” bunyi pernyataan Uyele.

    Pemerintah MPLA di Tengah Krisis Legitimasi

    Partai MPLA yang dipimpin Presiden Joao Lourenco telah berkuasa sejak Angola merdeka dari Portugal pada tahun 1975. Dengan populasi sekitar 33 juta jiwa, negara ini dikenal sebagai salah satu penghasil minyak utama Afrika, namun sebagian besar rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan.

    Kenaikan harga BBM, yang dilakukan dengan dalih mengurangi beban subsidi negara, justru menyulut api ketidakpuasan sosial yang selama ini terpendam.

    Situasi ini dinilai sejumlah pengamat sebagai ujian terbesar bagi legitimasi pemerintah Lourenco, yang selama ini dikritik karena gagal menyejahterakan rakyatnya meskipun kekayaan alam melimpah.

    Meski pemerintah sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mengubah kebijakan harga bahan bakar, tekanan dari lapangan kian membesar.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dandim Mimika apresiasi warga laporkan temuan 129 butir amunisi aktif

    Dandim Mimika apresiasi warga laporkan temuan 129 butir amunisi aktif

    Timika (ANTARA) – Komandan Kodim 1710/Mimika Letkol Inf Mochamad Slamet Wijaya mengapresiasi dukungan warga untuk melaporkan penemuan sebanyak 129 amunisi di lokasi tempat pembuangan sampah (TPS) Distrik Iwaka, Mimika, Papua Tengah.

    Letkol Slamet Wijaya di Timika, Selasa, mengatakan jajarannya telah menerima sebanyak 127 butir proyektil peluru aktif kaliber 7,62 mm dan dua butir peluru karet yang diserahkan warga melalui melalui Babinsa Koramil 1710-03/Kuala Kencana pada Senin (28/7).

    “Amunisinya masih aktif, kalibernya 7,62, itu biasanya dipakai untuk senjata AK 47,” kata Letkol Slamet Wijaya.

    Selanjutnya, kata dia, temuan amunisi aktif tersebut dilaporkan secara berjenjang kepada pimpinan TNI.

    “Sesuai dengan prosedur, kita laporkan secara berjenjang,” ujarnya.

    Dandim mengajak warga Mimika untuk berani melaporkan kepada pihak berwajib jika mengetahui ada kejadian menonjol di lingkungannya.

    “Bagi saya, ini adalah sebuah prestasi dan kemajuan tersendiri karena sudah timbul kesadaran dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam mewujudkan kamtibmas di wilayah Mimika,” kata Slamet.

    Menjelang perayaan HUT Ke-80 RI tahun ini, Dandim Mimika mengajak seluruh komponen warga setempat agar bersama TNI-Polri menjaga kondusivitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di daerah itu.

    Dia mengatakan jajaran TNI-Polri setempat akan melakukan berbagai upaya cipta kondisi, di antaranya melalui kegiatan patroli bersama untuk memberi rasa aman kepada warga masyarakat.

    Dandim menyebut sejauh ini situasi keamanan di seluruh wilayah Mimika cukup kondusif, termasuk di sejumlah distrik (kecamatan) di wilayah pegunungan seperti Distrik Tembagapura, Hoeya, Jila dan Alama.

    “Sampai dengan beberapa minggu ini saya pantau tidak ada hal yang menonjol, termasuk di wilayah pedalaman,” ujarnya.

    Pewarta: Evarianus Supar
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jawa Tengah Punya Modal Ini untuk Raup Investasi – Page 3

    Jawa Tengah Punya Modal Ini untuk Raup Investasi – Page 3

    Target investasi Jawa Tengah di 2025 sebesar Rp 78,33 triliun. Hingga triwulan I terealisasi Rp 21,85 triliun (27,89 persen), terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 7,77 triliun (36 persen) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 14,08 triliun (64 persen). 

    Terdapat lima besar sektor realisasi investasi PMDN dan PMA, yakni industri tekstil, industri barang dan kulit alas kaki, industri karet dan plastik, industri makanan, industri perumahan, kawasan industri dan perkantoran.

    Terdapat lima besar negara realisasi Investasi PMA yaitu Tiongkok, Korea Selatan, Hong Kong (RRT),  Singaputra dan Belanda. Sementara investasi kuartal I 2025 berhasil menyerap 97.550 tenaga kerja, dengan penambahan proyek sejumlah 20.431. 

     

  • Nasib Tragis Gadis Remaja Digilir 2 Pemuda di Kebun Karet, Adiknya Berusaha Menolong tapi Tak Berdaya

    Nasib Tragis Gadis Remaja Digilir 2 Pemuda di Kebun Karet, Adiknya Berusaha Menolong tapi Tak Berdaya

    Kasatreskrim bilang, setibanya korban di lapo tuak, para pelaku pun mencekoki gadis malang tersebut hingga akhirnya mabuk. 

    “Setelah mabuk, para pelaku kemudian mengajak korban untuk pulang. Namun, bukannya pulang ke rumah, korban malah dibawa ke areal perkebunan hingga akhirnya dirudapaksa oleh para pelaku. Peristiwa itu disaksikan oleh adik korban,” bebernya. 

    Saat kejadian, adik korban berupaya menolong sang kakak dengan cara memukuli para pelaku menggunakan sandal. 

    “Meski sang adik sudah berusaha menolong korban, para pelaku tidak memperdulikannya. Kemudian, korban dan adiknya pun diantar pulang oleh kedua pelaku. Setelah sampai di rumah, korban menceritakan perbuatan tersebut hingga akhirnya pihak keluarga membuat laporan,” jelas dia.

    Karena aksi bejatnya, para pelaku kini telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dijerat dengan pasal Undang-Undang Perlindungan Anak. Ancaman hukumannya paling lama 15 tahun pidana penjara dan denda paling banyak Rp5 miliar.

  • Diterjang Badai Tengah Malam, 2 Nelayan Mentawai Diselamatkan SAR

    Diterjang Badai Tengah Malam, 2 Nelayan Mentawai Diselamatkan SAR

    Padang, Beritasatu.com– Operasi penyelamatan dramatis dilakukan Tim SAR gabungan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terhadap dua nelayan yang kapalnya mati mesin dan terombang-ambing di tengah laut di perairan Gosong, Dusun Mappadegat, Kecamatan Sipora Utara. Evakuasi berlangsung ekstrem di tengah gelombang setinggi 2,5 meter dan badai angin kencang hingga 20 knot.

    Perahu jenis long boat yang digunakan kedua nelayan dilaporkan mengalami kerusakan mesin dan tak bisa kembali ke daratan. Mendapat laporan tersebut, Kantor SAR Mentawai langsung menerjunkan satu unit perahu karet bermesin Rigid Inflatable Boat (RIB) untuk menjangkau lokasi.

    Namun cuaca ekstrem menyulitkan akses penyelamatan. Gelombang tinggi dan badai membuat RIB tidak mampu menembus titik koordinat kapal nelayan. Operasi pun dialihkan menggunakan KN SAR Ramawijaya yang diberangkatkan dari Tuapeijat menuju lokasi sejauh 2,5 mil laut.

    “Kami tiba di lokasi sekitar pukul 00.30 WIB dini hari, Sabtu 26 Juli 2025, setelah menembus gelombang tinggi. Proses evakuasi cukup menantang karena cuaca kembali memburuk saat tim melakukan penyelamatan,” ujar Kepala Kantor SAR Mentawai, Rudi, Sabtu (26/7/2025).

    Kedua nelayan berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat meski mengalami kedinginan akibat terlalu lama terpapar angin dan ombak. Setelah berhasil diangkat ke kapal penyelamat, keduanya langsung dibawa ke Pelabuhan Tuapeijat untuk pemeriksaan kesehatan awal.

    “Syukurlah keduanya stabil. Namun ini jadi peringatan penting bagi seluruh nelayan dan pelaku pelayaran di Mentawai agar lebih waspada,” kata Rudi.

    Ia juga mengimbau masyarakat pesisir dan operator kapal untuk selalu memantau informasi cuaca sebelum melaut, mengingat dalam beberapa pekan terakhir cuaca ekstrem masih mengancam kawasan perairan Sumatera Barat, terutama Mentawai.

    Operasi ini menegaskan kembali pentingnya kesiapsiagaan dan profesionalitas tim SAR di tengah kondisi cuaca yang terus berubah akibat anomali iklim laut.

  • Periksha gambarkan adegan penembakan nyata dalam inovasi baru

    Periksha gambarkan adegan penembakan nyata dalam inovasi baru

    Ini bukan hanya tentang memiliki izin, tetapi juga bagaimana menggunakan senjata dengan bijak dan sesuai hukum

    Denpasar (ANTARA) – Perkumpulan Pemilik Izin Khusus Senjata Api Bela Diri Indonesia (Periksha) menggambarkan suasana-suasana penembakan nyata yang pernah terjadi di Indonesia dalam inovasi baru yang disampaikan saat asah keterampilan di Bali.

    Ketua Umum DPP Periksha Bambang Soesatyo atau Bamsoet di Denpasar, Sabtu, mengatakan pembuatan adegan tiga dimensi ini inovasi baru bagi pemilik izin senjata api di Indonesia itu untuk mengingatkan pemilik senjata api terkait langkah mengantisipasi dan merespons setiap ancaman.

    “Kalau yang pertama di Jakarta kita buat seadanya, sekarang luar biasa dengan tiga dimensi, ada mobil Mercy, ada mobil Jeep, ada Harley dan seterusnya, dibuat ini kejadian yang sebenarnya pernah terjadi di Indonesia,” kata Bamsoet.

    “Seperti misalnya perampokan dengan korban tujuh yang tewas, lalu kemudian perampokan di ATM dan banyak lainnya,” katanya.

    Wakil Ketua Asah Keterampilan Periksha 2025 Hadi Susilo menjelaskan skenario dalam setiap bilik merupakan kejadian kriminalitas yang direkomendasikan Polri untuk dijadikan bahan berlatih.

    Organisasi sengaja membuat latihan senyata mungkin tidak sekadar menggunakan papan, ini demi efektivitas membentuk kesigapan dan keterampilan para pemilik senjata api bela diri, tidak hanya sekadar memiliki senjata untuk arogansi.

    “Misalnya perampokan di dalam rumah sehingga terjadi penyekapan dan tujuh orang anggota keluarga dalam rumah itu meninggal, lalu perampokan selagi di dalam mobil, kita dikepung tiga orang begal, dan skenario saat kita ngambil uang di ATM ditodong pembegal,” ujar Hadi Susilo.

    Sebanyak seratus lebih pemilik senja api dari seluruh Indonesia datang langsung ke Lapangan Tembak Tohpati Denpasar untuk mengasah kemampuan.

    Hadi Susilo mengatakan para peserta datang membawa senjata apinya masing-masing dengan didominasi jenis pistol berpeluru tajam, karet, dan optik.

    Ketua DPD Periksha Bali Made Muliawan Arya menambahkan bahwa ajang yang digelar di Bali ini sekaligus menjadi tempat belajar dan mengumpulkan lagi pemilik-pemilik senjata api untuk diajak bergabung dalam organisasi.

    Dengan bergabung dalam organisasi pemilik izin khusus, maka mereka paham aturan dalam menggunakannya dan menjadi pemilik yang legal.

    “Latihan ini kami gelar untuk mengasah keterampilan, memperkuat rasa tanggung jawab, dan memastikan para pemilik senjata api bisa menggunakannya dengan aman dan sesuai aturan, bukan untuk bergaya koboi di jalanan,” kata Made Muliawan.

    “Ini bukan hanya tentang memiliki izin, tetapi juga bagaimana menggunakan senjata dengan bijak dan sesuai hukum,” lanjutnya.

    Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.