kab/kota: Karet

  • Rumah di Karet Kuningan Jaksel Kebakaran
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 September 2025

    Rumah di Karet Kuningan Jaksel Kebakaran Megapolitan 26 September 2025

    Rumah di Karet Kuningan Jaksel Kebakaran
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Rumah di Jalan Pendurenan Masjid Raya, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan terbakar pada Jumat (26/9/2025).
    Kasudin Gulkarmat Jakarta Selatan, Syamsul Huda mengatakan petugas menerima laporan dari warga sekitar pukul 18.04 WIB.
    “Kebakaran obyek rumah tinggal di Jalan Pendurenan Masjid Raya, Karet Kuningan,” kata Syamsul Huda, dalam keterangannya, Jumat.
    Huda mengatakan pihaknya mengerahkan 12 unit pemadam kebakaran ke lokasi pukul 18.13 WIB. 
    Total personel yang dikerahkan sebanyak 60 orang. 
    “Pengerahan akhir 12 unit dengan 60 personel,” kata Syamsul.
    Belum diketahui penyebab terjadinya kebakaran. Saat ini, personel damkar masih berusaha memadamkan api.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perbaikan Gerbang Tol Semanggi Dikebut, Target Rampung 2 Hari Lagi 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 September 2025

    Perbaikan Gerbang Tol Semanggi Dikebut, Target Rampung 2 Hari Lagi Megapolitan 25 September 2025

    Perbaikan Gerbang Tol Semanggi Dikebut, Target Rampung 2 Hari Lagi
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Perbaikan Gerbang Tol (GT) Semanggi 1 dan Semanggi 2 di ruas Tol Dalam Kota ditargetkan rampung pada Sabtu (27/9/2025) mendatang.
    Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin, mengungkap bahwa perbaikan dua GT tersebut tengah dikebut untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan Slipi-Semanggi.
    “Barusan saya koordinasi dengan Jasa Marga, untuk GT Semanggi 1 dan Semanggi 2 mudah-mudahan dua hari ke depan itu sudah beroperasi semua,” jelas Komarudin kepada
    Kompas.com
    , Kamis, (25/9/2025).
    Menurut Komarudin, penyelesaian perbaikan menjadi sangat krusial karena berperan penting memecah kemacetan di Jalan Gatot Subroto dan Jalan Letjen S. Parman.
    Sementara itu, Gerbang Tol Pejompongan yang masih ditutup hingga saat ini disebut akan memakan waktu perbaikan lebih lama.
    “Kalau untuk GT Pejompongan sendiri, direncanakan selesai sekitar tanggal 4 Oktober,” kata Komarudin.
    Saat ini, sejumlah gerbang tol masih dalam proses perbaikan oleh Jasa Marga usai menjadi sasaran pembakaran oleh orang tidak dikenal (OTK) pada kerusuhan unjuk rasa Agustus 2025 lalu.
    Adapun, pada Kamis malam, GT Slipi 2 dan GT Semanggi 1 sudah kembali beroperasi untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan Slipi-Semanggi.
    Meskipun, GT Semanggi 1 saat ini hanya mengoperasikan satu gardu untuk akses masuk tol bagi pengendara mobil.
    Sementara itu, GT Semanggi 2 saat ini sudah beroperasi dengan satu gardu reguler ditambah satu lajur sodetan dengan transaksi manual menggunakan
    card reader.
    Sebelumnya, kemacetan parah melanda ruas Jalan Gatot Subroto hingga kawasan Semanggi pada Rabu (24/9/2025) malam, membuat perjalanan warga tersendat berjam-jam.
    Bagi pengendara, dampak penutupan ini terasa langsung. Rizky (28), seorang pengendara motor, mengaku butuh hampir satu jam hanya untuk menempuh jarak dari DPR/MPR RI Senayan menuju SCBD.
    Cerita serupa dialami Salma (25), penumpang Transjakarta T31 rute PIK 2–Blok M. Ia terjebak macet sejak Slipi hingga Semanggi selama lebih dari dua jam.
    Tidak kuat menunggu, ia bersama puluhan penumpang lain akhirnya turun di Slipi Kemanggisan meski tanpa halte resmi, lalu berjalan kaki hampir satu kilometer menuju Petamburan.
    “Hampir semua penumpang yang berdiri itu turun. Bahkan ada penumpang mobil bawa koper yang juga jalan kaki di pinggir tol,” ucapnya.
    Lebih sulit lagi, usaha Salma memesan ojek
    online
    (ojol) menuju Stasiun Karet sempat ditolak pengemudi karena kondisi macet. Ia baru mendapat tumpangan sekitar pukul 21.00 WIB.
    Kemacetan ini tak lepas dari kerusakan fasilitas jalan tol oleh orang tak dikenal saat kerusuhan di Jakarta akhir Agustus 2025.
    Senior General Manager Jasamarga Metropolitan Tollroad, Widiyatmiko Nursejati, menyebut ada tujuh gerbang Tol Dalam Kota Jakarta yang dibakar massa, yakni Slipi 1, Slipi 2, Pejompongan, Senayan, Semanggi 1, Semanggi 2, dan Kuningan 1.
    “Imbasnya banyak fasilitas pelayanan jalan tol yang mengalami kerusakan. Total sebanyak tujuh gerbang tol dibakar massa,” ujarnya, Sabtu (30/8/2025).
    Selain itu, 20 unit
    water barrier
    ,
    rubber cone
    ,
    median concrete barrier
    (MCB), kamera CCTV, hingga sarana pendukung lain turut dirusak.
    Akibatnya, operasional ruas tol Cawang–Tomang–Pluit sempat lumpuh saat itu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • "Harga Mahal" Pembakaran Gerbang Tol Dalam Kota Dibayar Kemacetan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 September 2025

    "Harga Mahal" Pembakaran Gerbang Tol Dalam Kota Dibayar Kemacetan Megapolitan 25 September 2025

    “Harga Mahal” Pembakaran Gerbang Tol Dalam Kota Dibayar Kemacetan
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Pembakaran sejumlah gerbang Tol Dalam Kota pada 29 Agustus 2025 berbuntut panjang.
    Kemacetan parah melanda ruas Jalan Gatot Subroto hingga kawasan Semanggi pada Rabu (24/9/2025) malam imbas adanya penutupan gerbang Tol Dalam Kota akibat perbaikan.
    Kemacetan ini lantas membuat perjalanan warga tersendat berjam-jam.
    Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya melaporkan kepadatan lalu lintas imbas penutupan gerbang tol Slipi 2, Pejompongan, Semanggi 1, Kuningan 1, serta Slipi arah Tomang.
    “Imbas penutupan gerbang tol mengakibatkan kepadatan arus lalu lintas yang tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu dimohon kepada para pengguna jalan untuk bersabar dan tetap berhati-hati,” tulis Polda Metro lewat akun resmi X @
    TMCPoldaMetro
    .
    Bagi pengendara, dampak penutupan ini terasa langsung. Rizky (28), seorang pengendara motor, mengaku butuh hampir satu jam hanya untuk menempuh jarak dari DPR/MPR RI Senayan menuju SCBD.
    Ia menjelaskan, kemacetan sudah terlihat sejak depan kompleks DPR RI yang dipadati massa aksi Hari Tani Nasional (HTN) ke-65 yang sedang bubar. Arus kendaraan kian padat karena berbarengan dengan jam pulang kerja.
    Cerita serupa dialami Salma (25), penumpang Transjakarta T31 rute PIK 2–Blok M. Ia terjebak macet sejak Slipi hingga Semanggi selama lebih dari dua jam.
    “Tau-taunya itu macet dari Grogol sampai ke Semanggi full merah (di Google Maps),” kata Salma.
    Tidak kuat menunggu, ia bersama puluhan penumpang lain akhirnya turun di Slipi Kemanggisan meski tanpa halte resmi, lalu berjalan kaki hampir satu kilometer menuju Petamburan.
    “Hampir semua penumpang yang berdiri itu turun. Bahkan ada penumpang mobil bawa koper yang juga jalan kaki di pinggir tol,” ucapnya.
    Lebih sulit lagi, usaha Salma memesan ojek
    online
    (ojol) menuju Stasiun Karet sempat ditolak pengemudi karena kondisi macet. Ia baru mendapat tumpangan sekitar pukul 21.00 WIB.
    Kemacetan ini tak lepas dari kerusakan fasilitas jalan tol oleh orang tak dikenal saat ekskalasi unjuk rasa di Jakarta akhir Agustus 2025.
    Senior General Manager Jasamarga Metropolitan Tollroad, Widiyatmiko Nursejati, menyebut ada tujuh gerbang Tol Dalam Kota Jakarta yang dibakar massa, yakni Slipi 1, Slipi 2, Pejompongan, Senayan, Semanggi 1, Semanggi 2, dan Kuningan 1.
    “Imbasnya banyak fasilitas pelayanan jalan tol yang mengalami kerusakan. Total sebanyak tujuh gerbang tol dibakar massa,” ujarnya, Sabtu (30/8/2025).
    Selain itu, 20 unit
    water barrier
    ,
    rubber cone
    ,
    median concrete barrier
    (MCB), kamera CCTV, hingga sarana pendukung lain turut dirusak.
    Akibatnya, operasional ruas tol Cawang–Tomang–Pluit sempat lumpuh.
    Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyesalkan dampak kemacetan yang terjadi akibat perbaikan GT Semanggi 1 dan Semanggi 2.
    Ia menegaskan Pemprov Jakarta akan meminta Jasa Marga bertanggung jawab.
    “Untuk ini secara khusus kami akan meminta kepada Jasa Marga yang memang bertanggung jawab untuk itu. Jangan sampai kemudian ini terjadi kembali,” ujarnya.
    Pramono juga menekankan Pemprov DKI akan memantau langsung titik-titik rawan macet akibat penutupan gerbang tol.
    “Bagi Jakarta sekarang ini, kemacetan itu betul-betul saya akan pantau secara langsung,” tambahnya.
    Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW), Deddy Herlambang, menilai perbaikan gerbang tol seharusnya didahului dengan Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) yang matang.
    “Seharusnya ada kajian Andalalin yang benar-benar matang sebelum proyek dilakukan. Nanti, dalam Andalalin itu ada skenario A, B, C, dan seterusnya,” ujarnya.
    Jika Andalalin sudah ada tapi kemacetan tetap parah, kata Deddy, berarti kajian tersebut bermasalah.
    Ia juga menyarankan waktu perbaikan dilakukan saat volume kendaraan rendah, seperti akhir pekan atau malam hari.
    “Kalau
    weekend
    tidak bisa, ya malam hari di atas jam 9 atau 10 sampai jam 3 pagi,” jelasnya.
    Penutupan gerbang tol akibat perbaikan pasca pembakaran gerbang Tol Dalam Kota nyatanya membawa dampak luas bagi mobilitas warga.
    Ribuan pengguna jalan terjebak berjam-jam, bahkan sebagian terpaksa berjalan kaki di jalur tol.
    Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kerusakan infrastruktur publik tidak hanya soal fasilitas yang hancur, tetapi juga “harga mahal” berupa kerugian waktu, tenaga, hingga biaya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bos Pengusaha Beberkan Dampak ICA-CEPA ke Ekspor & Investasi RI

    Bos Pengusaha Beberkan Dampak ICA-CEPA ke Ekspor & Investasi RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pengusaha menilai penandatanganan Indonesia—Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) menjadi langkah strategis dan membuka babak baru bagi ekspor serta investasi Indonesia.

    Pengusaha memandang, perjanjian ICA—CEPA dapat membuka akses ke pasar Kanada yang selama ini kurang tergarap dan memiliki daya beli tinggi serta potensi besar bagi produk-produk unggulan nasional.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menilai, perjanjian ICA-CEPA sebagai momentum strategis untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi kedua negara.

    “Kami melihat dengan ICA—CEPA ini, Kanada dapat menjadi mitra dagang dan investasi strategis Indonesia untuk membantu percepatan diversifikasi ekspor dan perluasan sumber investasi asing di Indonesia,” kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Shinta, perjanjian ICA—CEPA hadir pada saat yang tepat mengingat tekanan signifikan pada kinerja ekspor dan investasi Indonesia akibat dampak dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS). 

    “Ini [ICA—CEPA] khususnya penting ketika kinerja ekspor dan investasi Indonesia mengalami tekanan yang tinggi karena efek langsung atau tidak langsung dari kebijakan perdagangan AS,” ujarnya.

    Dari sisi potensi pasar, ujar Shinta, Kanada memiliki peluang ekonomi besar dengan populasi lebih dari 40 juta konsumen dengan daya beli rata-rata lebih dari US$53.000 per tahun. Populasi dan daya beli Kanada lebih tinggi dibandingkan negara-negara rekan dagang utama Indonesia, seperti Belanda dan Australia.

    “Bahkan sebetulnya potensi pasar Kanada tersebut lebih comparable dengan beberapa pasar-pasar ekspor yang lebih tradisional atau lebih dikenal bagi Indonesia seperti UK, Jerman, hingga Korea,” terangnya.

    Menurutnya, sejumlah produk Indonesia yang berpotensi diekspor ke Kanada terdiri dari tekstil, sepatu, ban kendaraan, furniture, produk perikanan, komponen kendaraan dan elektronik, hingga produk pangan dan perkebunan tropis seperti CPO, teh, kopi, dan buah-buahan tropis.

    Bahkan, Shinta menilai standar produk Kanada juga relatif sejalan dengan pasar AS dan Uni Eropa, sehingga pelaku usaha yang sudah mengekspor ke pasar tradisional tersebut dapat dengan relatif mudah memasuki pasar Kanada.

    “ICA—CEPA sangat strategis untuk menangkap potensi pasar Kanada,” imbuhnya.

    Berdasarkan laporan Economic Impact Assessment 2021, Indonesia berpotensi memperoleh peningkatan penerimaan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$1,4 miliar dan peningkatan ekspor ke Kanada sebesar US$1,1 miliar atau naik 47% dari baseline.

    Meski begitu, Shinta mengingatkan bahwa pasar Kanada masih relatif kurang dikenal oleh pelaku usaha nasional sehingga perlu adanya sosialisasi, fasilitasi, edukasi, dan dukungan pemerintah agar ekspor Indonesia ke Kanada dapat tumbuh signifikan dan menyeimbangkan defisit perdagangan bilateral yang ada.

    “Jadi kunci keberhasilan kita terletak pada seberapa gencar dan efektif pemerintah Indonesia dapat memperkenalkan dan memfasilitasi pelaku usaha atau eksportir nasional untuk penetrasi pasar Kanada melalui penggunaan ICA—CEPA,” ujarnya.

    Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang melihat, perjanjian ICA—CEPA dapat membuka peluang besar bagi ekspor produk unggulan Indonesia seperti agrikultur, yakni kopi, teh, dan rempah-rempah.

    Selain itu, juga membuka peluang pada produk makanan dan minuman olahan, karet, tekstil dan garmen, produk kayu dan furnitur, serta produk organik dan aneka produk unggulan/khas berbagai daerah di Indonesia.

    “Harapan kami dengan adanya kesepakatan ICA—CEPA target ekspor produk Indonesia ke Kanada bisa meningkat hingga US$11,8 miliar atau sekitar Rp196,94 triliun pada 2030,” ujar Sarman kepada Bisnis.

    Untuk itu, lanjut dia, kementerian terkait bersama Kadin perlu melakukan penjajakan bisnis (business matching) dengan pengusaha Kanada agar terjalin komunikasi yang efektif dan saling mengenal kebutuhan pasar.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso sebelumnya mengatakan ICA—CEPA menandai babak baru hubungan ekonomi antara Indonesia dan Kanada. Menurut Budi, ICA—CEPA menandai kerja sama dagang komprehensif pertama Indonesia dengan negara di kawasan Amerika Utara, dan yang pertama bagi Kanada dengan negara di Asia Tenggara.

    “Perjanjian ini [ICA—CEPA] membuka akses pasar yang lebih luas, serta memperkuat daya saing produk dan jasa Indonesia di Kanada,” kata Budi dalam keterangan tertulis, Kamis (25/9/2025).

    Melalui ICA—CEPA, kata Budi, lebih dari 90% atau sekitar 6.573 pos tarif Indonesia mendapat preferensi di pasar Kanada. Dalam hal ini, sejumlah produk yang potensial dari Indonesia, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, makanan olahan, elektronik ringan dan elektronik otomotif, hingga sarang burung walet diprediksikan akan semakin kompetitif.

    Bukan hanya itu, sejumlah produk akan langsung menikmati tarif 0% saat perjanjian sudah berlaku (entry into force), seperti makanan olahan, hasil laut, produk kerajinan berbahan serat alam, peralatan rumah tangga, hingga granit dan marmer.

    Sementara itu, Indonesia membuka pasar sebesar 85,54% atau sekitar 9.764 pos tarif untuk produk prioritas Kanada, antara lain daging sapi beku, gandum, kentang, makanan hasil laut, dan makanan olahan.

    Budi menuturkan bahwa perjanjian ICA—CEPA harus dilihat lebih luas dari sekadar angka dan tarif. Perjanjian ini justru membuka peluang bagi pelaku usaha dan generasi muda Indonesia untuk menembus pasar Kanada.

    Di samping itu, investor dan perusahaan Kanada akan memiliki peluang untuk menemukan mitra strategis di Indonesia.

    “Tugas kita selanjutnya adalah memastikan perjanjian ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat, pelaku usaha, dan investor di kedua negara. Indonesia terbuka untuk kemitraan,” tandasnya.

  • Ekonom Beberkan Keuntungan RI Usai ICA-CEPA Resmi Diteken

    Ekonom Beberkan Keuntungan RI Usai ICA-CEPA Resmi Diteken

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia dengan Kanada atau Indonesia—Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) dapat membuka peluang perdagangan dan investasi lebih luas bagi kedua negara. Perjanjian ICA—CEPA resmi diteken pada Rabu (24/9/2025) di Ottawa, Kanada.

    Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai perjanjian ICA—CEPA sebagai kelanjutan positif dari strategi pemerintah dalam memperluas jaringan perdagangan dengan negara mitra.

    Adapun sehari sebelum ICA—CEPA diteken, pemerintah telah merampungkan perjanjian Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU—CEPA) pada Selasa (23/9/2025). Diketahui, negosiasi antara Indonesia dengan Uni Eropa memakan waktu selama 10 tahun.

    “Kita perlu mengapresiasi prestasi ini, setelah FTA [Free Trade Agreement] dengan Peru, sekarang dengan Kanada, dan dalam waktu dekat dengan Uni Eropa. Dua jempol untuk Pak Prabowo Subianto yang telah memberi energi tambahan bagi diplomasi politik dan perdagangan kita,” kata Wijayanto kepada Bisnis, Kamis (25/9/2025).

    Menurutnya, perjanjian ICA—CEPA membawa potensi besar karena struktur produk ekspor antara Indonesia dan Kanada bersifat saling melengkapi dan tak bersaing secara langsung.

    Kendati demikian, Wijayanto mengingatkan bahwa potensi tersebut hanya bisa dioptimalkan jika Indonesia mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

    “Tentunya ini merupakan peluang bagus. Produk kita dan Kanada tidak bersaing, justru komplementari sifatnya. Tetapi, apapun itu kendati pintu sudah terbuka, apakah kita akan mampu memanfaatkan kesempatan ini sangat tergantung dari daya saing produk kita,” terangnya.

    Terlebih, dia menyebut, perbaikan iklim investasi dan penguatan industri manufaktur nasional juga menjadi pekerjaan rumah mendesak bagi pemerintah agar Indonesia tak hanya menjadi pasar, melainkan pemain utama dalam rantai nilai global.

    “Perbaikan iklim investasi dan daya saing industri merupakan PR mendesak kita,” ujarnya.

    Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan ICA—CEPA menandai babak baru hubungan ekonomi antara Indonesia dan Kanada. Menurutnya, ICA—CEPA menandai kerja sama dagang komprehensif pertama Indonesia dengan negara di kawasan Amerika Utara, dan yang pertama bagi Kanada dengan negara di Asia Tenggara.

    “Perjanjian ini [ICA—CEPA] membuka akses pasar yang lebih luas, serta memperkuat daya saing produk dan jasa Indonesia di Kanada,” kata Budi dalam keterangan tertulis, Kamis (25/9/2025).

    Melalui ICA—CEPA, ujar Budi, lebih dari 90% atau sekitar 6.573 pos tarif Indonesia mendapat preferensi di pasar Kanada. Dalam hal ini, sejumlah produk yang potensial dari Indonesia, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, makanan olahan, elektronik ringan dan elektronik otomotif, hingga sarang burung walet diprediksikan akan semakin kompetitif.

    Tak hanya itu, sejumlah produk akan langsung menikmati tarif 0% saat perjanjian sudah berlaku (entry into force), seperti makanan olahan, hasil laut, produk kerajinan berbahan serat alam, peralatan rumah tangga, hingga granit dan marmer.

    Sementara itu, Indonesia membuka pasar sebesar 85,54% atau sekitar 9.764 pos tarif untuk produk prioritas Kanada, antara lain daging sapi beku, gandum, kentang, makanan hasil laut, dan makanan olahan.

    Budi menuturkan bahwa perjanjian ICA—CEPA harus dilihat lebih luas dari sekadar angka dan tarif. Perjanjian ini justru membuka peluang bagi pelaku usaha dan generasi muda Indonesia untuk menembus pasar Kanada.

    Di samping itu, investor dan perusahaan Kanada akan memiliki peluang untuk menemukan mitra strategis di Indonesia.

    “Tugas kita selanjutnya adalah memastikan perjanjian ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat, pelaku usaha, dan investor di kedua negara. Indonesia terbuka untuk kemitraan,” ucapnya.

    Sepanjang Januari—Juli 2025, total perdagangan Indonesia dan Kanada mencapai US$2,72 miliar, naik sekitar 30% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,09 miliar.

    Data tersebut menunjukkan, nilai ekspor Indonesia mencapai US$1,01 miliar, sementara impor dari Kanada mencapai US$1,71 miliar.

    Kemendag mencatat, produk ekspor utama Indonesia terdiri dari karet alam, alas kaki, kakao, mentega dan minyak nabati, serta tekstil. Sedangkan impor utama dari Kanada, yaitu gandum, pupuk, kedelai, bubur kayu kimia, dan emas.

  • Pemkot Surabaya Normalisasi Sungai Perbatasan dengan Sidoarjo untuk Antisipasi Banjir

    Pemkot Surabaya Normalisasi Sungai Perbatasan dengan Sidoarjo untuk Antisipasi Banjir

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memulai pengerukan dan normalisasi sungai di perbatasan Surabaya-Sidoarjo, tepatnya di sekitar Kampus 2 UINSA di kawasan Gunung Anyar. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi genangan dan banjir yang kerap terjadi di wilayah tersebut saat musim hujan.

    Koordinator Lapangan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, Sandy, menyatakan pengerukan bertujuan untuk melancarkan aliran air yang selama ini terhambat oleh eceng gondok. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi potensi terjadinya banjir.

    “Normalisasi ini untuk melancarkan aliran dan mengurangi genangan banjir yang ada di Gunung Anyar Kidul. Tahun kemarin di sini banjir parah karena air tidak mengalir,” ujar Sandy di lokasi, Kamis (25/9/2025).

    Proses pengerukan dimulai dari Jembatan UINSA dan ditargetkan hingga area perumahan di sepanjang sungai. Namun, pengerjaan juga menghadapi tantangan di beberapa titik, terutama di area yang terhalang warung-warung warga.

    Untuk itu, DSDABM bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya.

    “Alat berat kita tidak bisa menjangkau semua area. Jadi, teman-teman dari DLH membantu menggunakan perahu karet untuk mendorong tumpukan eceng gondok agar bisa dijangkau alat berat,” jelas Sandy.

    Normalisasi sungai ini merupakan agenda rutin tahunan Pemkot Surabaya yang biasanya dilakukan dua kali dalam setahun. Sandy menambahkan, pembersihan ini dilakukan sebagai antisipasi sebelum musim hujan yang diprediksi akan tiba pada November-Desember mendatang.

    “Kami tahu sungai ini sudah penuh, makanya kami normalisasi agar tidak ada genangan saat musim hujan. Jadi, ini kami lakukan sebagai langkah antisipasi,” katanya.

    Terkait pengerukan di perbatasan ini, Pemkot Surabaya juga telah berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pengelola jalan tol, karena pengerahan alat berat memerlukan izin khusus.

    “Kami sudah telepon pihak tol untuk izin memasukkan alat, dan dikawal saat masuk,” kata Sandy.

    Normalisasi sungai ini diperkirakan akan memakan waktu hingga satu bulan, atau bahkan lebih, tergantung ketersediaan armada truk pengangkut.

    Sandy menyebutkan ada empat hingga enam armada yang dikerahkan, namun jumlahnya tidak pasti karena menyesuaikan dengan kegiatan di lokasi lain.

    “Kami tidak bisa menarget satu atau dua minggu. Kami terkendala armada. Kalau tidak ada armadanya, kami tidak bisa angkut semua. Nanti menumpuk dan bau,” terangnya.

    Sebelumnya, warga Pondok Candra, Sidoarjo, mendesak pemerintah untuk segera membersihkan sedimentasi dan eceng gondok di sungai perbatasan Surabaya-Sidoarjo. Desakan ini muncul setelah pengalaman banjir setinggi lebih dari 50 cm pada Desember 2024.

    Kepada beritajatim.com, salah satu warga, Anton Eko Yulianto mengungkapkan bahwa banjir disebabkan oleh curah hujan tinggi yang bertepatan dengan air pasang, sementara sungai tidak mampu menampung debit air akibat tumpukan eceng gondok.

    Warga berharap pemerintah bisa melakukan penanganan yang berkelanjutan dan tidak menunggu sampai bencana kembali terjadi. [ipl/beq]

  • Banjir Truk Impor China di RI, Kok Bisa?

    Banjir Truk Impor China di RI, Kok Bisa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kalangan industri karoseri angkat suara soal maraknya impor truk utuh (CBU) asal China ke Indonesia. Menurutnya, langkah ini kontraproduktif terhadap perkembangan industri komponen dalam negeri yang sudah mampu mendukung produksi kendaraan truk di dalam negeri.

    “Dia memang tidak melanggar aturan. Tapi mungkin aturan itu sudah tidak cocok buat kehidupan kami saat ini, yang mungkin Indonesia belum bisa pada saat itu buat seperti ini. Sekarang kan Indonesia barangnya sudah ada semua, yang pemerintah butuhkan kita sudah punya,” ungkap Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Sommy Lumajeng kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/9/2025).

    Aturan investasi yang masih membolehkan investor membawa seluruh perangkat kendaraan dari luar negeri, termasuk truk, tanpa bea masuk bisa jadi tidak mengherankan industri dalam negeri. Ia menegaskan, jika komponen-komponen tersebut sudah tersedia di pasar domestik, maka seharusnya regulasi membatasi impor agar industri lokal bisa tumbuh.

    “Kenapa nggak aturannya dirubah? Kamu boleh investasi di Indonesia. Kamu boleh bawa semua barang-barang yang di Indonesia belum ada, kan fair enough dong. Kalau sudah ada kenapa kamu mesti bawa?” sebutnya.

    Ia menjelaskan bagaimana praktik saat ini memungkinkan investor mengimpor seluruh truk secara utuh dengan alasan investasi, meski banyak bagian dari kendaraan tersebut sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri.

    “Regulasi yang ada di ini contohnya ya apabila ada investor mau investasi di Indonesia contoh pertambangan, dia datang ke Indonesia saya mau investasi, alat-alat untuk produksi dia boleh bawa semua, dimasukkan, jadi nol biaya semua karena itu adalah barang investasi. Dia boleh bawa semua tinggal dimasukin daftar, dimasukin daftar. Ini barang-barang yang mau kita bawa,” tuturnya.

    Namun, ia menekankan pentingnya ada batasan tegas soal komponen yang sebenarnya sudah bisa dipasok oleh vendor lokal, apalagi menyangkut truk yang rantai pasok komponennya sangat luas.

    “Kalau ada peraturan bahwa barang-barang yang sudah ada di Indonesia, ya nggak usah dibawa supaya menyerap dalam negeri. Sekarang kalau dia bawa sendiri nggak ada orang jual bus, Nggak ada orang jual baut, nggak ada orang jual ban. Tapi kalau dia beli di Indonesia kan ada orang jual baut. Ada orang jual ban,” sebutnya.

    Sommy mengungkapkan bahwa dalam satu unit truk terdapat ribuan komponen yang sejatinya bisa disediakan oleh ratusan vendor dalam negeri. Dengan mengimpor secara utuh, kesempatan itu pun tertutup.

    “Puluhan perusahaan, bahkan ratusan perusahaan. Buat satu mobil itu, yang terlibat supply chainnya itu bisa ratusan vendor, vendor karet, vendor kaca, vendor ban, vendor selang, vendor plastik, bahkan ribuan. Satu supply chain cuma buat satu mobil itu rata-rata sekitar 3.000 – 4.000 komponen yang dipasang. Nah, itu bisa dibuat oleh kira-kira lebih dari 100 vendor,” ujar Sommy.

    “Banyak banget. Supply chainnya snowball effect ini gede banget. Efek domino besar sekali. Semuanya kena juga jadinya,” lanjutnya.

    Sommy pun berharap pemerintah meninjau ulang aturan impor kendaraan listrik, khususnya truk, agar industri komponen dan manufaktur lokal bisa ikut tumbuh dan mengambil peran dalam transisi energi Indonesia.

    (fys/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 3 Jam di Slipi, Terpaksa Turun dan Jalan Kaki
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        24 September 2025

    Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 3 Jam di Slipi, Terpaksa Turun dan Jalan Kaki Megapolitan 24 September 2025

    Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 3 Jam di Slipi, Terpaksa Turun dan Jalan Kaki
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Pengalaman pahit dialami Salma (25), penumpang Transjakarta T31 rute PIK 2–Blok M, yang terjebak macet di kawasan Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025) malam.
    Salma naik Transjakarta sekitar pukul 17.30 WIB dari PIK untuk menuju Blok M. Awalnya, arus lalu lintas masih lancar.
    “Tau-taunya itu macet dari Grogol sampai ke Semanggi
    full
    merah (tanda macet di Google Maps),” kata Salma kepada
    Kompas.com
    , Rabu.
    Salma yang tidak mendapat tempat duduk terpaksa berdiri di dalam bus sambil menahan pegal di tengah kemacetan. Kondisi ini juga dialami belasan penumpang lain.
    Saat jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, ia bersama penumpang lain memutuskan turun dari Transjakarta meski tanpa halte resmi di daerah Slipi Kemanggisan.
    “Saya sama orang-orang pada turun di Slipi Kemanggisan terus jalan kali sampai Petamburan,” ungkapnya.
    Perjalanan kaki sepanjang kurang lebih satu kilometer harus ditempuh Salma melewati jalur tol, keluar ke jalan arteri, hingga bergerak ke arah Petamburan.
    Menurut Salma, bukan hanya dirinya yang memilih berjalan kaki.
    “Hampir semua (penumpang) yang berdiri itu turun, dari TJ lain juga sama,” ujar Salma.
    Di sepanjang jalan, ia bahkan melihat penumpang dengan koper keluar dari mobil dan berjalan kaki di pinggir tol.
    “Bahkan kayaknya ada Grab/Go-Car yang penumpangnya juga ikut turun karena tadi lihat ada yang bawa-bawa koper juga di pinggir tol,” jelasnya.
    Kesulitan Salma belum berakhir ketika tiba di Petamburan. Upayanya memesan ojek
    online
    (ojol) menuju Stasiun Karet justru ditolak oleh sejumlah pengemudi.
    “Pesan ojol juga pada dibatalkan, pada enggak mau antar karena kondisinya macet. Jadi tadi yang jalan kaki banyak banget,” tuturnya.
    Salma akhirnya baru berhasil mendapat ojol sekitar pukul 21.00 WIB setelah hampir tiga jam terjebak dalam perjalanan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 3 Jam di Slipi, Terpaksa Turun dan Jalan Kaki
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        24 September 2025

    Cerita Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 4 Jam dari Grogol ke Slipi Megapolitan 24 September 2025

    Cerita Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 4 Jam dari Grogol ke Slipi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    — Kemacetan parah di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025) malam, menyebabkan sejumlah bus Transjakarta mengular tak bergerak. 
    Penumpang bus Transjakarta, Rudi (28), terjebak macet selama empat jam.
    Rudi menyebut dirinya tengah dalam perjalanan pulang kerja dari kawasan Grogol, Jakarta Barat menuju rumahnya di Bogor, Jawa Barat.
    Dia pulang dari kantornya sekitar pukul 17.00 WIB dan masih terjebak di Slipi, Jakarta Barat, hingga pukul 21.15 WIB.
    “Saya naik dari Halte Grogol Reformasi. Empat jam perjalanan, gila banget dah. Dari jam 17.00 WIB saya naik bus, baru turun ini,” ucap Rudi kepada
    Kompas.com,
    Rabu.
    Dia menyebut kendaraan tak bisa bergerak sama sekali di tengah kemacetan parah di Jalan Letjen S Parman hingga Jalan Gatot Subroto.
    “Apalagi kan banyak motor mobil juga yang masuk jalur
    busway,
    jadinya makin nge-
    stuck
    . Enggak tahu dah, HP saya sampai
    lowbatt
    ini,” keluhnya.
    Dia berencana beristirahat terlebih dahulu karena tak sanggup melanjutkan perjalanan.
    “Wah saya mending nanti lagi deh, mau makan minum dulu. Apalagi harus nyambung naik kereta ke Bogor. Besok berangkat lagi kan pagi buat kerja, balik lagi,” kata dia.
    Senada, Irwan (37) mengaku menempuh perjalanan selama tiga jam menggunakan Transjakarta dari Halte Widya Chandra Telkomsel di kawasan Karet Semanggi, Jakarta Selatan menuju Halte Grogol Petamburan, Slipi, Jakarta Barat.
    “Saya naik dari jam 18.00 WIB. Capek banget karena saya enggak dapet tempat duduk. Banyak yang ngemper juga akhirnya,” kata Irwan kepada
    Kompas.com.
    Beruntung, ada beberapa penumpang yang rela bergantian memberikan tempat duduknya kepada penumpang lain yang berdiri di koridor bus.
    “Yang lucu tuh, di dalem ada beberapa orang yang solid lah. Gantian ngasih tempat duduk buat yang berdiri, padahal sesama cowok,” kata Irwan.
    Selain itu, Irwan mengaku terdapat seorang ibu yang membawa anaknya berusia sekitar tujuh tahun di dalam bus tersebut.
    Anak itu merengek karena berada di dalam bus selama berjam-jam.
    “Untungnya enggak ada yang sampai protes gimana-gimana, walau pasti sama-sama capek juga ya,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Ngeluh Kena Macet di Jakarta Malam Ini: Karet-Stasiun Palmerah 2 Jam

    Warga Ngeluh Kena Macet di Jakarta Malam Ini: Karet-Stasiun Palmerah 2 Jam

    Jakarta

    Lalu lintas di sejumlah ruas jalan di Jakarta mengalami macet parah malam ini, salah satunya di kawasan Karet, Jakarta Pusat. Warga menceritakan ada seorang pengendara pingsan di jalan saat bermacet-macetan.

    Warga Jakarta, Jihan (23), mengeluhkan kemacetan dialaminya di sekitar Stasiun Palmerah arah Stasiun Karet. Dia mengaku harus menempuh waktu sekitar satu jam dari sekitaran Stasiun Palmerah ke Stasiun Karet yang hanya berjarak sekitar 2,3 kilometer.

    “Jadi macet ini tuh udah menjalar dari Stasiun Palmerah tapi masih bisa jalan. Mulai stuck itu dari pom bensin Penjernihan. Itu aku dari jam 17.30-an di situ jalan pun cuma dikit-dikit sampe di perempatan (Stasiun) Karet jam 18.30-an dan itu udah stuck parah,” kata Jihan saat diwawancara, Rabu (24/9/2025) malam.

    Jihan mengatakan di tengah situasi lalin macet, ada seorang pengendara yang pingsan terjatuh dari motornya. Pengendara tersebut kemudian dibantu para pengendara lain untuk diberikan pertolongan di trotoar sekitar.

    “Nah di saat stuck itu ada satu pengendara motor teriak minta tolong karena pengendara motor di sebelahnya pingsan. Di situ langsung banyak yang nolongin buat kasih ruang terus rebahin dan kasih minyak angin ke kakak yang pingsan itu,” ujar dia.

    Pengendara lain, Nicholas Ryan (29), juga mengalami hal serupa. Ia mengaku menghabiskan watu 2 jam lebih berkendara sepeda motor dari sekitaran Menteng, Jakpus, menuju kediamannya di sekitar Kebayoran, Jaksel.

    “Tadi dari Menteng jalan jam 18.00. Sampe rumah di Kebayoran jam 20.40,” ujar Ryan.

    Ryan mengatakan titik kemacetan parah terjadi di sekitaran Stasiun Karet hingga Stasiun Palmerah.

    “Tambah parah di Karet sampai di Stasiun Palmerah itu 2 jam lebih. Macet parah banget di Karet, nggak kayak biasanya,” katanya.

    Di tengah situasi lalin macet di kawasan Karet, kata Ryan, beberapa pengendara pun memilih menepi di trotoar untuk merokok hingga membeli kopi.

    “Sampe ada yang markirin motornya di trotoar. Pada ngerokok sama beli kopi. Sama ada kopi keliling gitu, pada ngaso,” kata dia.

    Macet di Jakarta malam ini disebabkan oleh penutupan sejumlah gerbang tol di Tol Dalam Kota mulai hari ini. Penutupan sementara ini akan berlangsung hingga pertengahan Oktober mendatang.

    Salah satu gerbang tol yang ditutup ialah Gerbang Tol Semanggi I dan Kuningan I. Penutupan total di dua gerbang tol itu akan dilakukan mulai 24-25 September 2025.

    Selain itu, dua gerbang tol tersebut juga akan ditutup secara parsial atau satu lajur. Kebijakan itu akan berlangsung mulai 26 September-6 Oktober 2025.

    Titik gerbang tol yang akan ditutup sementara juga berlaku di Gerbang Tol Pejompongan. Penutupan akan diterapkan pada 24 September-4 Oktober 2025.

    Gerbang Tol Semanggi 2, Slipi 1 dan Slipi 2 juga akan mengalami kebijakan penutupan sementara secara parsial. Kebijakan itu berlaku mulai 24 September-10 Oktober 2025.

    Halaman 2 dari 2

    (fca/ygs)