kab/kota: Kamal

  • PTBA dan IZI berdayakan masyarakat desa di Lahat lewat usaha tempe

    PTBA dan IZI berdayakan masyarakat desa di Lahat lewat usaha tempe

    Ini merupakan langkah nyata untuk membantu ibu-ibu di desa kami menjadi lebih mandiri dan berkontribusi pada ekonomi keluarga

    Jakarta (ANTARA) – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bekerja sama dengan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) menjalankan program Co-Elevation Sustainable Community Development untuk memberdayakan masyarakat di Desa Prabu Menang, Lahat, Sumatera Selatan.

    Peluncuran program yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa tersebut dilakukan pada Senin (30/12/2024).

    AVP Sustainable Economic, Social, & Environment PTBA Mustafa Kamal menjelaskan bahwa program Co-Elevation Sustainable Community Development diharapkan dapat menciptakan peluang usaha baru dan memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat Desa Prabu Menang.

    “Kami menyebutnya ‘co-elevation’. Harapannya, melalui kolaborasi, masyarakat dan perusahaan dapat tumbuh bersama. Program ini juga dilengkapi inovasi seperti pembuatan tempe karakter, tempe kering, dan cokelat tempe, serta penerapan alat produksi berbasis tenaga surya,” kata Mustafa dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Dia menambahkan program itu menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara perusahaan, lembaga sosial, dan masyarakat mampu menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

    “Dengan semangat kolaborasi, program ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi masyarakat dalam jangka panjang,” ujar Mustafa.

    Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan pelatihan intensif kepada 30 peserta yang sebagian besarnya adalah ibu rumah tangga.

    Dalam pelatihan intensif tersebut, para peserta diajarkan cara memproduksi tempe yang berkualitas, teknik pengemasan yang menarik, serta strategi pemasaran yang efektif agar produk dapat bersaing di pasar.

    Tak hanya itu, program juga mengintegrasikan aspek keberlanjutan lingkungan dengan pelatihan pengolahan limbah organik menjadi kompos, serta pemanfaatan limbah cair untuk keperluan lain yang bermanfaat.

    Kepala Perwakilan IZI Sumatera Selatan M Zainuri pada kesempatan yang sama menekankan pentingnya pendampingan dalam program ini.

    “Ini bukan sekadar seremonial. Kami akan terus memonitor dan mengevaluasi perkembangan usaha peserta hingga mereka benar benar mandiri dan mampu meningkatkan penghasilannya secara signifikan,” ujarnya.

    Sedangkan, Kepala Desa Prabu Menang Nopriadi menyambut baik inisiatif PTBA dan IZI.

    “Kami sangat mengapresiasi program pemberdayaan ini. Ini merupakan langkah nyata untuk membantu ibu-ibu di desa kami menjadi lebih mandiri dan berkontribusi pada ekonomi keluarga,” katanya.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Layanan Kesehatan Gaza Nyaris Hancur Total Akibat Serangan Israel

    Layanan Kesehatan Gaza Nyaris Hancur Total Akibat Serangan Israel

    Tel Aviv

    Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menemukan serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina, telah menyebabkan layanan kesehatan hampir hancur total. Laporan kantor hak asasi manusia PBB itu menimbulkan kekhawatiran serius tentang kepatuhan Israel terhadap hukum internasional dan potensi kejahatan perang.

    “Pola serangan mematikan Israel di dan dekat rumah sakit di Gaza, dan pertempuran terkait, mendorong sistem perawatan kesehatan ke ambang kehancuran total, dengan dampak bencana pada akses warga Palestina ke perawatan kesehatan dan medis,” kata kantor hak asasi manusia PBB dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, Rabu (1/1/2025).

    Laporan setebal 23 halaman berjudul ‘Serangan terhadap rumah sakit selama eskalasi permusuhan di Gaza’ itu berisi peninjauan dari 7 Oktober 2023 hingga 30 Juni 2024. Dalam periode itu, setidaknya ada 136 serangan terhadap 27 rumah sakit dan 12 fasilitas medis lainnya.

    Serangan tersebut menelan korban yang signifikan di kalangan dokter, perawat, petugas medis, dan warga sipil lainnya. Serangan itu juga menyebabkan kerusakan yang signifikan, bahkan ada yang menghancurkan sepenuhnya infrastruktur sipil.

    Laporan tersebut juga mencatat personel medis dan rumah sakit secara khusus dilindungi berdasarkan hukum humaniter internasional. Asalkan, mereka tidak melakukan atau tidak digunakan untuk melakukan tindakan yang merugikan musuh di luar fungsi kemanusiaan mereka.

    Laporan tersebut menemukan klaim berulang Israel bahwa rumah sakit Gaza digunakan secara tidak benar untuk tujuan militer oleh kelompok Hamas adalah ‘tidak jelas’.

    “Sejauh ini, informasi yang tersedia untuk umum tidak memadai untuk mendukung tuduhan ini, yang masih samar dan luas, dan dalam beberapa kasus tampaknya bertentangan dengan informasi yang tersedia untuk umum,” kata laporan tersebut.

    Kantor hak asasi manusia PBB juga mengatakan serangan Israel terhadap rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara pada hari Jumat dan Sabtu lalu mendatangkan ‘kehancuran yang mengerikan’ dan mencerminkan pola serangan yang didokumentasikan dalam laporan tersebut. Laporan tersebut mengatakan serangan terhadap rumah sakit biasanya melibatkan serangan rudal terhadap gedung-gedung rumah sakit, penghancuran fasilitas, penembakan warga sipil, pengepungan, serta pengambilalihan sementara gedung-gedung rumah sakit.

    PBB menyebut serangan militer Israel terhadap kompleks medis Al-Shifa telah membuatnya ‘hancur total’. Tiga kuburan massal kemudian ditemukan di rumah sakit tersebut.

    Beberapa mayat yang ditemukan masih memiliki kateter dan kanula yang terpasang, yang menunjukkan bahwa mereka adalah pasien. Laporan itu juga mengungkap penembakan terhadap perawat di Rumah Sakit Al Awda pada bulan Desember 2023.

    “Seorang perawat sukarelawan di rumah sakit tersebut ditembak mati di dada saat melihat ke luar jendela,” demikian laporan itu.

    Israel berulang kali mengklaim perang di Gaza dilakukan untuk menghancurkan Hamas yang menyerang wilayah mereka pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas itu mengakibatkan 1.208 orang tewas.

    Serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 45.500 orang di Gaza. Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Serangan Israel juga menyebabkan ratusan ribu orang terluka dan jutaan orang di Gaza terancam kelaparan akut.

    Laporan tersebut mengatakan Israel dengan sengaja mengarahkan serangan terhadap rumah sakit, serangan terhadap warga sipil, dan dengan sengaja melancarkan serangan yang tidak proporsional. Hal itu merupakan kejahatan perang.

    “Beberapa dari tindakan ini, jika dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis yang ditujukan terhadap penduduk sipil dapat juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.

    Laporan tersebut diakhiri dengan seruan untuk investigasi yang kredibel atas insiden yang dirinci dan mengatakan investigasi tersebut harus independen dari sistem peradilan Israel. Israel menolak laporan yang mereka sebut ‘cacat’. dan mengatakan kantor hak asasi PBB memiliki ‘obsesi yang melekat untuk menjelek-jelekkan Israel’. Israel terus beralasan Hamas adalah ‘penyebab utama penderitaan warga sipil di Gaza’.

    “Israel beroperasi sesuai dengan hukum internasional, dan tidak akan pernah menargetkan warga sipil yang tidak bersalah,” kata misi Israel di Jenewa.

    Lihat juga video: Lagi-lagi! Israel Serang Rumah Sakit di Gaza

    (haf/imk)

  • Lembaga HAM Euro-Med: Tentara Israel Paksa Suster RS Kamal Adwan Lepas Jilbab dan Baju  – Halaman all

    Lembaga HAM Euro-Med: Tentara Israel Paksa Suster RS Kamal Adwan Lepas Jilbab dan Baju  – Halaman all

    Lembaga HAM Euro-Med: Tentara Israel Paksa Suster RS Kamal Adwan Lepas Jilbab dan Baju 

     

    TRIBUNNEWS.COM – Kesaksian terkini yang dikumpulkan oleh Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med, mengungkap pelanggaran berat yang dilakukan oleh Pasukan Pendudukan Israel (IDF) terhadap warga sipil selama serangannya ke Rumah Sakit Kamal Adwan dan daerah sekitarnya di Gaza utara.

    “Catatan-catatan dari kesaksian ke Euro-Med ini merinci pelanggaran berat, termasuk pembunuhan yang ditargetkan, eksekusi di luar hukum, serta serangan seksual dan fisik terhadap wanita dan anak perempuan di kalangan staf medis dan warga sipil yang mengungsi,” kata laporan RNTV, Selasa (31/12/2024).

    Seperti diketahui, pada Jumat pekan lalu, pasukan infanteri dan lapis baja Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan dan sekitarnya setelah pengepungan brutal selama berminggu-minggu.

    Pengepungan ini berhias serangan artileri dan udara yang menargetkan personel medis rumah sakit.

    Serangan tersebut juga sangat mengganggu kemampuan rumah sakit untuk beroperasi dengan merusak peralatan penting seperti generator listrik dan fasilitas produksi oksigen.

    Aksi Mengerikan Pasukan IDF, Pasien Pun Dieksekusi

    Menurut keterangan saksi mata yang didokumentasikan oleh tim lapangan Euro-Med Monitor, serangkaian tindakan mengerikan terjadi selama serangan IDF.

    Kesaksian menunjukkan kalau pasukan IDF meledakkan robot peledak di dekat rumah-rumah penduduk, yang menyebabkan rumah-rumah tersebut runtuh dan mengakibatkan korban sipil.

    Tentara IDF dilaporkan mengeksekusi warga sipil di tempat, termasuk beberapa yang terluka atau memegang bendera putih.

    Pasukan pendudukan Israel menahan banyak perempuan dan anak perempuan, memperlakukan mereka dengan sangat buruk, yang merupakan pelecehan seksual dan perlakuan yang merendahkan martabat mereka.

    Perlakuan ini termasuk pemukulan fisik dan pemaksaan melepas jilbab dan pakaian.

    Dalam eskalasi lebih lanjut, IDF secara paksa mengevakuasi warga sipil dari daerah tersebut, memaksa mereka melarikan diri dari Gaza utara.

    Selama operasi ini, beberapa orang, termasuk tenaga medis seperti Dr. Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, dan jurnalis Islam Ahmed, diculik.

    Seorang saksi, yang diidentifikasi sebagai “AA,” seorang paramedis sukarelawan berusia 41 tahun, menceritakan pengalaman mengerikannya. 

    “Saya seorang paramedis sukarelawan. Saya tinggal di sebuah rumah dekat Rumah Sakit Kamal Adwan (rumah residen) bersama 11 warga sipil. Sekitar pukul 12.30 dini hari pada hari Jumat, kami mendengar suara kendaraan di pintu,” kata AA.

    “Saya memberi tahu mereka yang bersama saya bahwa sepertinya tentara Israel sedang menempatkan robot peledak. Saat melihat ke luar jendela, saya melihat beberapa robot di depan rumah-rumah di daerah tersebut.”

    Ia melanjutkan, “Kami meninggalkan rumah kami dan pindah ke rumah lain di dekatnya, berharap dapat selamat dari ledakan tersebut. Sekitar setengah jam kemudian, robot-robot itu mulai meledak. Suaranya sangat keras dan mengerikan, seperti bom nuklir mini.”

    “Saat itu, seorang pemuda yang telah mencapai rumah lain di daerah tersebut memberi tahu kami bahwa tempat mereka berlindung telah dibom, melukai beberapa orang. Saya bergegas bersama yang lain untuk membantu, tetapi saat kami mendekati rumah tersebut, sebuah pesawat Israel menembakkan rudal lagi ke rumah tersebut.”

    “Kami berhasil mengevakuasi salah satu yang terluka dan menemukan satu orang tewas. Namun, kami juga terluka dalam proses tersebut. Pada saat itu, kami mendengar teriakan dari rumah di dekatnya yang juga terkena bom. Kami berada dalam kondisi yang mengerikan, terluka, dan tidak dapat memberikan pertolongan.”

    “Kemudian, tentara Israel mengirim seorang warga sipil (seorang tahanan Palestina) untuk memberi tahu kami agar menyerah,” kenang AA.

    “Kami mengaku sebagai warga sipil dan mengibarkan bendera putih. Mereka membawa kami ke area terbuka dekat pemakaman, tempat kami dipaksa untuk menanggalkan pakaian hingga hanya mengenakan pakaian dalam dan berdiri dalam udara dingin yang menusuk. Ketika anak dengan gangguan psikologis itu keluar, ia berlari ke arah tank Israel.”

    “Saya memanggilnya, tetapi ia tidak menanggapi. Mereka langsung menembaknya hingga tewas. Ada pengangkut personel lapis baja dan tank di area tersebut. Seorang tentara memerintahkan kami untuk berkumpul di tempat tertentu. Di antara kami ada lima orang yang terluka yang dipaksa berjalan di depan tank. Tiba-tiba, mereka ditembak mati tanpa diinterogasi.”

    Ia menyimpulkan dengan mengatakan, “Kami kemudian diperintahkan untuk berhenti di dekat tank, dan saya pikir tank itu akan menghancurkan kami. Setelah beberapa saat, mereka membawa kami ke daerah Al-Fakhoura, di mana mereka membiarkan kami terekspos dan hampir telanjang hingga pukul 8:00 malam.”

    ” Kami berjumlah sekitar 300 orang, dan mereka menahan beberapa di antara kami. Selama waktu ini, seorang petugas melepaskan tembakan di atas kepala kami dan memerintahkan kami untuk menuju Jabalia. Pesawat nirawak terbang di atas kepala hingga kami tiba.”

    Paksa Suster Lepas Jilbab dan Pakaian

    Selain itu, Euro-Med Monitor melaporkan kesaksian dari para perawat, pasien, dan pendamping mereka di Rumah Sakit Kamal Adwan, yang merinci tindakan yang merupakan kekerasan seksual.

    Tentara IDF dilaporkan memaksa perempuan dan anak perempuan untuk menelanjangi diri di bawah ancaman dan pelecehan verbal.

    Beberapa korban menceritakan pengalaman pelecehan seksual.

    Seorang perawat menceritakan, “Seorang tentara memaksa seorang perawat untuk melepas celananya, lalu meletakkan tangannya di atasnya. Ketika perawat itu mencoba melawan, tentara itu memukulnya dengan keras di wajah, menyebabkan hidungnya berdarah.”

    Korban lain menceritakan bagaimana seorang tentara mengancam seorang wanita dalam kelompoknya, “Take it off (Lepaskan), atau kami akan memaksamu melepaskannya.”

    Dalam insiden terpisah, seorang tentara merobek pakaian seorang wanita setelah ia menolak melepas jilbabnya, sehingga dadanya terlihat.

    Seorang korban menceritakan cobaan yang dialaminya, mengatakan bahwa ia ditarik oleh seorang tentara yang memaksanya untuk melawannya, sambil bersikeras, “Lepaskan sekarang,” sambil melontarkan komentar-komentar cabul.

    “Para tentara memerintahkan kami untuk melepas jilbab, tetapi kami menolak,” kata seorang staf rumah sakit kepada Euro-Med Monitor.

    “Mereka kemudian meminta gadis-gadis di bawah usia 20 tahun untuk melepas jilbab mereka, tetapi mereka juga menolak. Para tentara memutuskan untuk menghukum kami dengan mengambil dua wanita sekaligus dan memaksa mereka untuk mengangkat pakaian dan menurunkan celana mereka di bawah ancaman dan paksaan.”

    Serangan itu juga mengakibatkan kerusakan dan pembakaran sebagian besar bagian Rumah Sakit Kamal Adwan akibat penembakan.

    Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa anggota staf tewas saat mencoba memadamkan api di salah satu bagian rumah sakit, yang kini tidak dapat dioperasikan lagi.

     

  • Direktur RS di Gaza Ditahan Israel! Ruang Faskes Dibakar, Layanan Medis Terhenti

    Direktur RS di Gaza Ditahan Israel! Ruang Faskes Dibakar, Layanan Medis Terhenti

    Jakarta

    Rumah sakit terbesar di Gaza utara berhenti beroperasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut upaya menyelamatkan banyak fasilitas medis bak berujung sia-sia.

    Serangan Israel ke Rumah Sakit Kamal Adwan telah membuat fasilitas tersebut tidak lagi bisa berjalan. Krisis kesehatan semakin parah di Gaza.

    “Serangan pagi ini terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan telah membuat fasilitas kesehatan besar terakhir di Gaza utara ini berhenti beroperasi. Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa departemen utama terbakar parah dan hancur selama serangan itu,” kata Organisasi Kesehatan Dunia semalam di X, merujuk pada operasi Israel yang dimulai pada dini hari Jumat.

    “Rumah sakit itu telah diserang [berulang kali dan telah] dikepung sejak Oktober,” kata Margaret Harris, juru bicara WHO kepada CGTN.

    WHO telah mencatat lebih dari 50 serangan terhadap rumah sakit dan terus menyerukan seruan mendesak untuk melindungi petugas kesehatan serta rumah sakit, sejalan dengan hukum humaniter internasional, tetapi seruan ini tidak pernah digubris.

    “Sekarang, kami memahami bahwa mungkin masih ada pasien di rumah sakit, tetapi kami tidak tahu siapa yang merawat mereka. Setidaknya ada 25 pasien yang sakit kritis. Beberapa dari mereka menggunakan ventilator, dan kami benar-benar mengkhawatirkan keselamatan mereka,” tambahnya.

    Sebelum memulai operasi terbaru di dekat rumah sakit, militer Israel mengklaim pasukannya telah memfasilitasi evakuasi warga sipil, pasien, dan personel medis secara aman. Nyatanya, tidak demikian.

    WHO bahkan mengatakan masih ada sedikitnya 60 petugas kesehatan terkepung di rumah sakit.

    Kementerian kesehatan Gaza menyebut pasukan Israel juga menahan Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hossam Abu Safiyeh, bersama dengan beberapa anggota staf medis. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Abu Safiyeh ditahan bersama kepala Gaza utara, Ahmed Hassan al-Kahlout.

    Militer Israel tidak mengomentari penahanan tersebut. Ammar al-Barsh, seorang penduduk Jabalia berusia 50 tahun, bercerita serangan terhadap Kamal Adwan dan sekitarnya telah menghancurkan puluhan rumah di daerah tersebut.

    “Situasinya sangat buruk, tidak ada layanan medis, tidak ada ambulans, dan tidak ada pertahanan sipil di utara,” kata Barsh.

    “Tentara terus menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan dan rumah-rumah di sekitarnya, dan kami mendengar suara tembakan dari pesawat nirawak Israel dan tembakan artileri,” tambahnya.

    Pada hari-hari menjelang penyerbuan, Abu Safiyeh telah berulang kali memperingatkan tentang situasi rumah sakit yang genting, menyebut pasukan Israel akan terus menargetkan fasilitas tersebut.

    Sejak 6 Oktober tahun lalu, Israel telah mengintensifkan serangan darat dan udara di Gaza utara, dengan mengatakan tujuannya adalah untuk mencegah pejuang Hamas berkumpul kembali.

    “Kami tidak pernah melihat sesuatu yang tidak [berhubungan dengan] layanan kesehatan terjadi, tidak seorang pun yang menyuarakan kekhawatiran bahwa sesuatu yang lain mungkin terjadi,” kata juru bicara WHO.

    “Kekhawatiran yang dialami tim kami adalah bahwa staf bekerja terlalu keras, mereka kelelahan. Mereka tidak memiliki peralatan dan mereka terus-menerus dibombardir dan [telah] melihat rekan-rekan mereka terbunuh.”

    Militer Israel secara teratur menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai pusat komando dan kendali untuk menyerang pasukannya selama perang.

    Semua Ruang RS Dibakar

    Kementerian Kesehatan Gaza sebelumnya melaporkan Abu militer Israel telah membakar semua departemen bedah rumah sakit.

    “Ada banyak korban luka di antara tim medis,” tambahnya.

    WHO menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata.

    “Permusuhan dan penggerebekan seperti itu merusak semua upaya dan dukungan kami untuk menjaga fasilitas itu berfungsi seminimal mungkin. Pembongkaran sistematis sistem kesehatan di Gaza merupakan hukuman mati bagi puluhan ribu warga Palestina yang membutuhkan perawatan kesehatan,” kata badan PBB tersebut.

    Pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa dalam serangan terpisah Israel di Gaza tengah, sedikitnya sembilan warga Palestina tewas pada hari Sabtu.

    Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 45.436 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan daerah tersebut.

    (naf/kna)

  • Serang RS Kamal Adwan di Gaza, Pasukan Israel Dituduh Lakukan Pembunuhan dan Pelecehan Seksual – Halaman all

    Serang RS Kamal Adwan di Gaza, Pasukan Israel Dituduh Lakukan Pembunuhan dan Pelecehan Seksual – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM), Euro-Med Human Rights Monitor, mengatakan para penyintas serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan di  Gaza utara, telah memberikan “kesaksian yang mengerikan”.

    Kesaksian itu tentang bagaimana pasukan Israel melakukan “pembunuhan yang disengaja, eksekusi lapangan, serta serangan seksual dan fisik terhadap wanita dan anak perempuan” di dalam dan di dekat fasilitas medis tersebut.

    Seorang paramedis berusia 44 tahun menceritakan bagaimana pasukan Israel menembak mati seorang pria Palestina yang sedang mengibarkan bendera putih, serta seorang anak yang memiliki gangguan psikologis.

    “Di antara kami ada lima orang yang terluka dan dipaksa berjalan di depan tank. Tiba-tiba, mereka ditembak mati tanpa diinterogasi,” katanya, Senin (30/12/2024), dilansir Al Jazeera.

    Euro-Med Monitor juga mengatakan kesaksian menunjukkan tentara Israel memaksa wanita dan anak perempuan untuk melepas pakaian mereka di bawah ancaman, hinaan, dan cercaan yang menyinggung.

    Beberapa wanita dan anak perempuan juga melaporkan mengalami pelecehan seksual.

    “Seorang tentara memaksa seorang perawat untuk melepas celananya, lalu meletakkan tangannya di atasnya.”

    “Ketika ia mencoba melawan, tentara itu memukulnya dengan keras di wajah, menyebabkan hidungnya berdarah,” ungkap seorang perempuan kepada tim lapangan kelompok tersebut.

    Seorang perempuan lain melaporkan bahwa seorang tentara berkata kepada seorang perempuan dalam kelompoknya:

    “Lepaskan, atau kami akan memaksamu melepaskannya.”

    Sementara itu, tentara Israel menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya.

    Militer Israel menuduh militan Hamas menggunakan fasilitas itu dan mengatakan lebih dari 240 orang ditahan.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan Dr. Hussam Abu Safiya ditangkap pada Jumat (27/12/2024) bersama puluhan staf lainnya dan dibawa ke pusat interogasi.

    Kementerian tersebut mengatakan pasukan Israel menyerbu rumah sakit dan memaksa banyak staf dan pasien keluar serta menyuruh mereka menanggalkan pakaian di cuaca musim dingin, menurut kementerian tersebut.

    Militer Israel pada hari Sabtu mengonfirmasi bahwa mereka menahan direktur rumah sakit untuk diinterogasi dan menyebutnya sebagai tersangka anggota Hamas tanpa memberikan bukti apa pun.

    Dikutip dari AP News, militer Israel mengatakan bahwa mereka mengepung rumah sakit tersebut dan pasukan khusus masuk serta menemukan senjata di area tersebut.

    Militer Israel mengatakan bahwa militan menembaki pasukannya dan mereka “dilenyapkan.”

    Seorang juru bicara militer Israel, Letkol. Nadav Shoshani, kemudian menegaskan kepada wartawan bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan adalah anggota Hamas.

    Pada hari Jumat, militer membantah telah memasuki atau membakar kompleks rumah sakit, tetapi mengakui telah memerintahkan orang-orang keluar.

    Militer mengulangi klaim bahwa militan Hamas beroperasi di dalam Kamal Adwan, yang dibantah oleh pejabat rumah sakit.

    Sebelumnya, rumah sakit tersebut telah diserang beberapa kali selama tiga bulan terakhir oleh pasukan Israel yang melancarkan serangan di wilayah Gaza utara, yang sebagian besar terisolasi terhadap pejuang Hamas yang katanya telah berkumpul kembali.

    Kementerian kesehatan mengatakan serangan terhadap rumah sakit tersebut awal minggu ini menewaskan lima personel medis.

    Pernyataan militer Israel pada hari Sabtu mengatakan, 350 pasien beserta tenaga medis telah dievakuasi dari Kamal Adwan dalam beberapa minggu terakhir.

    Kemudian, sebanyak 95 pasien, perawat, dan tenaga medis lainnya dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia selama operasi tersebut.

    Pernyataan itu juga mengatakan telah menyediakan bahan bakar dan perlengkapan medis untuk kedua rumah sakit.

    Mayat para korban tergeletak di halaman rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, menyusul serangan Israel di sekitar kompleks medis tersebut pada 6 Desember 2024. (AFP/-)

    Sebagai informasi, perang tersebut telah menewaskan lebih dari 45.400 warga Palestina, lebih dari separuhnya adalah wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 108.000 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan.

    Perhitungan tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.

    Sejak Oktober, serangan Israel telah menutup wilayah Gaza utara di Jabaliya, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya serta menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut.

    Puluhan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi, tetapi ribuan lainnya diyakini masih berada di wilayah tempat Kamal Adwan dan dua rumah sakit lainnya.

    Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas setelah serangan militan pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 lainnya.

    Sekitar 100 warga Israel masih ditawan di Gaza, dan sekitar sepertiganya diyakini telah tewas.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Satgas impor ilegal sebagai upaya pengamanan pasar dalam negeri

    Satgas impor ilegal sebagai upaya pengamanan pasar dalam negeri

    Jakarta (ANTARA) – Perdagangan barang impor ilegal yang kian merajalela masih menjadi salah satu pekerjaan rumah yang terus ditangani oleh pemerintah di sepanjang 2024. Caranya, selain dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag), pemerintah juga membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengawasan Barang Tertentu yang Diberlakukan Tata Niaga Impor atau yang dikenal dengan Satgas Impor Ilegal.

    Masih segar di ingatan, pada tahun lalu pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberantas penjualan pakaian bekas asal impor yang membanjiri lapak-lapak beberapa pusat perbelanjaan dan juga loka pasar.

    Pusat belanja yang menjual barang bekas seperti Pasar Senen, Jakarta dan Pasar Gedebage, Bandung, dirazia. Tak hanya itu, lapak-lapak perdagangan digital yang menjual barang-barang thirfting juga diblokir.

    Upaya ini cukup berhasil, meski pada akhirnya para penjual seperti bermain kucing-kucingan dengan pemerintah dalam penjualannya baik secara online maupun offline.

    Setelah perdagangan pakaian bekas asal impor, pemerintah kembali dihadapkan dengan maraknya penjualan barang impor, khususnya barang-barang konsumsi dengan harga sangat murah atau predatory pricing di loka pasar. Hal ini dianggap sangat berbahaya karena dapat mematikan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan juga industri kecil menengah (IKM).

    Kemendag pun langsung mengeluarkan Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik, serta Permendag Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, guna melindungi perdagangan dalam negeri.

    Masalah belum selesai sampai di situ. Para pemasok barang impor ilegal ini semakin lihai. Bahkan, mereka menyimpan barang-barang gelap tersebut pada gudang-gudang logistik yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Dengan gerak cepat, pemerintah lalu membentuk Satgas Impor Ilegal yang terdiri dari Kemendag, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham), Badan Intelijen Negara (BIN), Kejaksaan Agung, Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Keamanan Laut (BAKAMLA), TNI AL, Dinas Provinsi Kabupaten/Kota yang membidangi perdagangan, serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

    Satgas Impor Ilegal

    Satgas ini resmi terbentuk pada 19 Juli 2024. Menteri Perdagangan (Mendag) kala itu, Zulkifli Hasan mengatakan bahwa satgas akan fokus untuk melakukan pengawasan terhadap importir atau distributor.

    Pengawasan ini tidak dilakukan terhadap semua barang impor. Hanya tujuh jenis saja, yakni tekstil dan produk tekstil (TPT), pakaian jadi dan aksesoris pakaian jadi, keramik, elektronik, alas kaki, kosmetik, dan barang tekstil sudah jadi lainnya.

    Pembentukan satgas ini di antaranya dilatarbelakangi oleh beberapa industri tekstil yang tutup serta keluhan dari dunia usaha nasional terkait maraknya produk-produk impor yang dikategorikan ilegal. Harga arang itu jauh dari harga yang semestinya, serta tidak bisa dipertanggungjawabkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal itu berdampak terhadap terjadinya PHK, penutupan pabrik dan lain-lain.

    Dasar hukum atas pembentukan Satgas tersebut adalah Undang-undang nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan.

    Tujuan pembentukan satgas itu untuk menciptakan langkah strategis dan pengawasan penanganan masalah impor. Tugas dari Satgas tersebut antara lain melakukan inventarisasi permasalahan terkait dengan barang tertentu yang diperlakukan tata niaga impornya.

    Kemudian, menetapkan sasaran program dan prosedur kerja, melakukan pemeriksaan perizinan berusaha atau persyaratan barang tertentu yang diberlakukan tata niaga impornya, termasuk standar SNI dan pajak.

    Satgas juga melakukan klarifikasi terhadap pelaku usaha terkait dengan dugaan pelanggaran dan tindakan hukum sesuai dengan kewenangan berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku.

    Pembentukan Satgas Pengawasan Barang Tertentu yang Diberlakukan Tata Niaga Impor ditetapkan oleh Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 932 Tahun 2024.

    Rugikan negara

    Peredaran barang-barang impor ilegal, jelas sangat merugikan negara. Apabila dihitung secara keseluruhan angka kerugian lebih dari Rp100 miliar.

    Selama bertugas hingga akhir Desember tahun ini, satgas impor ilegal telah mengekspos beberapa temuan di tempat yang berbeda. Pengawasan pertama dilakukan pada 26 Juli 2024 di Kawasan Pergudangan Kamal Muara, Jakarta Utara.

    Produk-produk selundupan dari luar negeri ini diperkirakan senilai Rp40 miliar yang terdiri dari ponsel pintar dan komputer tablet senilai Rp2,7 miliar, pakaian jadi Rp20 miliar, barang elektronik Rp12,3 miliar dan mainan anak Rp5 miliar.

    Berikutnya, ekspos temuan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada 6 Agustus 2024. Dalam kegiatan ini ditemukan barang elektronik, tekstil, alas kaki dan lainnya, senilai Rp46 miliar

    Temuan ketiga yang diekspos di Kemendag, Jakarta, pada 19 Agustus 2024, senilai Rp20 miliar. Adapun barang-barang temuan ini terdiri dari mesin gerinda, mesin bor, ponsel dan tablet, panci presto elektrik, mesin cuci mobil, kotak kontak dan saklar, komoditi wajib SNI, produk tertentu (barang tekstil sudah jadi), produk elektronik, plastik hilir, produk kehutanan dan minuman beralkohol golongan A, B dan C.

    Selanjutnya, pada 23 September 2024, satgas impor ilegal menyita 2.939 lembar ( pieces) karpet impor senilai Rp10 miliar di Tangerang, Banten. Kemudian, pada 30 September 2024 di Jakarta, berupa kosmetik ilegal yang nilainya mencapai Rp11,4 miliar.

    Lebih lanjut, 3 Desember 2024, Mendag Budi Santoso memimpin ekspos barang impor ilegal berupa keramik senilai Rp9,8 miliar di Surabaya, Jawa Timur.

    Berdasarkan hasil pengawasan dan riset yang dilakukan oleh Satgas Impor Ilegal, para importir atau distributor ini merupakan warga negara asing (WNA). WNA tersebut mengambil barang dari luar negeri dan dijual melalui perdagangan digital serta dipasok ke distributor besar di pusat-pusat grosir seperti Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua, Jakarta. Fakta tersebut menjadi perhatian khusus oleh pemerintah dan akan terus dilakukan pencarian terhadap distributornya.

    Evaluasi Satgas

    Tugas dari Satgas Impor Ilegal akan selesai pada akhir Desember 2024, atau dua hari lagi. Namun, Mendag Budi Santoso sempat mengatakan bahwa terbuka peluang adanya perpanjangan masa kerjanya.

    Menurut Budi, penetapan masa kerja hingga akhir Desember lantaran memiliki harapan tidak ada lagi impor ilegal sebelum tahun berganti. Namun, apabila target tersebut belum tercapai maka akan ada evaluasi untuk perpanjangan.

    Sementara itu, Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa pemerintah akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Impor Barang untuk mengawasi dan mengatasi permasalahan banjir impor yang merugikan produksi dalam negeri.

    Melalui koordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga terkait, satgas ini akan bertugas mengkaji regulasi dan menangani masalah impor yang berlebihan ini.

    Pada akhirnya, satgas apapun yang akan dibentuk pada 2025, merupakan upaya bersama dari pemerintah untuk memerangi peredaran barang impor ilegal. Hal ini juga bertujuan untuk melindungi pasar dalam negeri.

    Pertumbuhan pasar dalam negeri yang positif, akan dibarengi dengan pendapatan negara yang meningkat, sehingga target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen akan tercapai.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2024

  • Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun – Halaman all

    Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun – Halaman all

    Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel (IDF) yang beroperasi di wilayah yang mereka kepung secara total di Jalur Gaza utara , mengunggah rekaman di media sosial yang membuktikan kalau tuduhan genosida memang benar terjadi di Gaza.

    Unggahan yang beredar pada Sabtu (28/12/2024) itu menampilkan personel IDF membakar rumah-rumah di kota Beit Hanoun, Gaza Utara.

    “Aksi pembakaran rumah-rumah warga oleh IDF itu disertai dengan lagu rasis “Biarkan desamu terbakar”,” tulis laporan Anews, Minggu (29/12/2024).

    Para prajurit IDF, diketahui merupakan bagian dari Batalyon ke-92 militer Israel, difilmkan sedang membakar rumah-rumah milik penduduk Beit Hanoun yang mengungsi paksa.

    Rekaman yang diambil menggunakan pesawat tanpa awak (drone) menggambarkan kehancuran yang meluas di area yang menjadi sasaran.

    Sebagai informasi, lagu rasis “Biarkan desamu terbakar” telah menjadi elemen yang berulang dalam perayaan dan selebrasi oleh tentara dan bahkan pemukim Israel saat fasilitas milik Palestina dihancurkan.

    Selebrasi pasukan Israel (IDF) saat melakukan penyerbuan dan pembakaran rumah-rumah warga Palestina di Beit Hanoun, Gaza Utara. Mereka menyanyikan lagu rasis, Biarkan Desamu Terbakar yang ditujukan bagi Palestina.

    Laporan Anews, mencontohkan, lagu itu dinyanyikan saat IDF melakukan serangan genosida ke Rafah, Gaza Selatan.

    “Setelah pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Israel di Rafah di Gaza selatan, warga Israel di Yerusalem terlihat merayakan dengan lagu yang sama,” kata laporan tersebut.

    Nyanyian tersebut juga populer di kalangan pendukung klub sepak bola Israel tertentu, yang sering mengarahkannya kepada warga Palestina selama pertandingan.

    Israel telah menewaskan lebih dari 45.400 korban di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menghancurkan daerah kantong itu menjadi puing-puing.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong Palestina tersebut.

    Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (rntv/tangkap layar)

    Kronologi Penyerbuan IDF ke Beit Hanoun

    Militer Israel baru-baru ini meluncurkan serangan besar-besaran di daerah Beit Hanoun, Gaza.

    Dalam operasi ini, mereka menggunakan tank tempur dan kendaraan lapis baja, serta melibatkan tentara bersenjata lengkap.

    Artikel ini akan membahas rincian dari serangan tersebut, dampaknya terhadap warga sipil, dan latar belakang Beit Hanoun.

    Apa Penyebab Serangan di Beit Hanoun?

    Menurut laporan dari militer Israel, serangan ini dilakukan berdasarkan informasi intelijen yang menyebutkan bahwa militan dan infrastruktur mereka berada di daerah tersebut.

    Sebelum invasi darat dilakukan, pesawat tempur Israel telah menyerang berbagai target yang diyakini terkait dengan militan.

    Bagaimana Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil?
    Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan

    Pada tanggal 26 Desember 2024, militer Israel menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran besar yang merusak fasilitas penting, termasuk ruang operasi dan arsip rumah sakit.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sekitar 400 orang, termasuk staf medis dan pasien, terjebak di dalam rumah sakit saat serangan berlangsung.

    Pasukan Israel dilaporkan menahan banyak dari mereka, dengan beberapa mengalami pemukulan dan dibiarkan kedinginan setelah diusir.

    Di antara yang ditahan adalah Dr Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit.

    Nasib pasien lainnya yang terjebak dalam situasi tersebut hingga kini belum diketahui.

    Apa Reaksi Internasional Terhadap Serangan Ini?

    Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan mendapat kecaman keras, termasuk dari Iran yang menyebutnya sebagai kejahatan perang.

    Mereka mengeklaim bahwa serangan ini bertujuan untuk menghancurkan sistem kesehatan di wilayah Gaza yang sudah tertekan oleh situasi perang.

    Apa yang Terjadi di Beit Hanoun Pasca Serangan?

    Setelah serangan, laporan menunjukkan bahwa pasukan Israel mengepung daerah tempat tinggal 300 keluarga di Beit Hanoun.

    Serangan ini merupakan bagian dari serangkaian serangan mematikan yang terjadi di Jalur Gaza, termasuk beberapa serangan pesawat yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa.

    Dari laporan yang ada, dua orang dilaporkan tewas akibat serangan di lingkungan Remal, dan satu orang lainnya tewas di dekat Rumah Sakit Lapangan Yordania di Sabra.

    Selain itu, tujuh orang ditemukan tewas di reruntuhan rumah setelah serangan di kamp pengungsi Maghazi.

    Apa yang Terjadi Selanjutnya di Beit Hanoun?

    Kehadiran militer Israel di Rafah, selatan Gaza, juga dilaporkan sedang mengalami revitalisasi, dengan Brigade Kiryati mengambil alih dari Brigade Nahal setelah tujuh bulan.

    Semua informasi ini menunjukkan ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut, yang semakin mempengaruhi kehidupan warga sipil di Gaza.

    Beit Hanoun sendiri, yang merupakan kota Palestina di tepi timur laut Jalur Gaza, memiliki populasi sekitar 52.237 jiwa pada tahun 2017 dan telah berada di bawah administrasi Hamas sejak pertengahan tahun 2007.

    Situasi yang kian memburuk ini menambah kompleksitas konflik di kawasan yang sudah penuh dengan ketegangan ini.

    Dengan latar belakang serangan yang terus berlangsung dan dampaknya yang parah terhadap kehidupan warga sipil, situasi di Beit Hanoun dan Gaza secara keseluruhan tetap menjadi perhatian dunia.

     

    (oln/anews/khbrn/*)

     

  • Mer-C Minta Prabowo Protes Keras Invasi Israel ke RS di Gaza

    Mer-C Minta Prabowo Protes Keras Invasi Israel ke RS di Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Medical Emergency Committee (Mer-C) Indonesia membuat surat terbuka yang ditujukan kepada pemerintah RI untuk bersikap dan memprotes keras invasi militer Israel yang menghancurkan fasilitas kesehatan di Jalur Gaza.

    Surat tersebut ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto, Menteri Luar Negeri Sugiono, Ketua MPR, Ketua DPR, dan sejumlah pihak lain terkait.

    Dalam suratnya, Mer-C Indonesia mengungkap bahwa hampir 90 hari sistem layanan kesehatan di Gaza Utara mengalami tekanan, mulai dari pembatasan tim medis internasional, pengurangan suplai logistik medis dan bahan bakar hingga pemaksaan pemindahan pasien dan staff medis.

    “Dalam kurun waktu tersebut, tidak terdengar nada protes dari para pemimpin internasional, apalagi pemimpin negara-negara Muslim. Berkali-kali teriakan memohon intervensi internasional disampaikan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza dan oleh direktur RS Kamal Udwan sendiri, dr. Husam Abu Safiya, namun hanya seperti bisikan angin malam di musim dingin semata,” demikian bunyi surat tersebut, yang diunggah di akun Instagram Mer-C, Sabtu (28/12).

    Mer-C menambahkan, bagi Indonesia agresi tentara Zionis terhadap sistem kesehatan di Gaza utara juga berarti ancaman terhadap RS Indonesia. Apalagi, rumah sakit tersebut merupakan sumbangsih terbesar masyarakat Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina.

    Lembaga menjelaskan bahwa mereka selama ini menyaksikan pasien dan staf medis bertahan di bawah ancaman perang dan di saat bersamaan melawaan penyakit yang diderita.

    Mer-C, dalam surat tersebut, mengatakan dalam tiga bulan terakhir semakin sulit dan tidak hanya berdampak terhadap pelayanan, tapi juga “kesehatan mental seluruh pekerja kesehatan yang berada di RS”.

    “Karenanya, kami berharap kepada Bapak-bapak yang terhormat, dengan posisi dan wewenang yang dimiliki saat ini, untuk memprotes keras invasi militer Israel terhadap sistem kesehatan di Gaza Utara yang merusak infrastruktur RS dan membunuh para pekerja kesehatan di dalamnya saat bertugas,” ungkap Mer-C.

    “Kami berharap, suara Bapak-bapak yang mewakili 200-an juta masyarakat di Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina, akan memberikan dorongan dan inspirasi bagi pemimpin dunia lainnya agar mau bersuara dan memberikan tekanan kepada pemerintah Israel agar menghentikan penyerangan terhadap fasilitas kesehatan yang merupakan pelanggaran terhadap International Humanitarian Law,” lanjut mereka.

    Menurut Mer-C, keterlambatan dalam menyuarakan masalah ini, tidak hanya berpotensi pada penghancuran sistem kesehatan, namun dalam skala yang lebih besar merupakan bagian dari genosida terencana dan sistematis.

    Sebelumnya, tentara Zionis menghancurkan sebagian besar fasilitas medis dan memaksa ratusan orang untuk meninggalkan RS Kamal Adwan, tempat yang selama ini menjadi satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di wilayah tersebut.

    Dilansir Al Jazeera, aksi keji Israel ini terjadi pada Jumat (27/12) waktu setempat. Saat itu fasilitas medis yang terletak di Beit Lahiya tersebut telah menghadapi pengepungan dan tekanan berat dari pasukan Israel selama berminggu-minggu.

    [Gambas:Instagram]

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Sistem Kesehatan Gaza Utara Hancur setelah RS Kamal Adwan Diserang

    Sistem Kesehatan Gaza Utara Hancur setelah RS Kamal Adwan Diserang

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara.

    “Serangan terhadap RS Kamal Adwan terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses terhadap WHO dan mitranya, serta serangan berulang terhadap fasilitas kesehatan ataupun lokasi di sekitarnya sejak awal Oktober,” kata WHO melalui akun media sosial X, Jumat, 27 Desember.

    Badan PBB itu menyatakan, serangan Israel yang tak kunjung berhenti itu sangat mengganggu upaya WHO memastikan fasilitas kesehatan di Gaza Utara berfungsi bahkan secara minimal.

    “Penghancuran sistem kesehatan secara sistematis di Gaza menjadi tanda kematian bagi puluhan ribu jiwa Rakyat Palestina yang membutuhkan penanganan kesehatan secara mendesak,” kata WHO.

    Laporan awal menyebutkan bahwa sejumlah bagian RS terbakar hebat dan hancur akibat serangan Israel. Sementara 60 personel kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk mereka yang menggunakan ventilator, masih bertahan di rumah sakit itu.

    Karena serangan itu, pasien dengan kondisi kesehatan yang moderat hingga berat terpaksa berpindah ke RS Indonesia yang sudah hancur dan tak lagi beroperasi.

    “WHO amat prihatin terhadap keselamatan mereka,” ucap badan PBB itu.

    “Kengerian ini harus segera berakhir dan pelayanan kesehatan harus dilindungi. Gencatan senjata segera!” demikian pernyataan WHO.

    Dikutip dari Anadolu, Israel kembali melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza Utara pada 5 Oktober 2024 dengan dalih mencegah berhimpunnya kembali kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

    Namun, masyarakat Palestina menyebut niat Israel sebenarnya adalah untuk menduduki kembali Gaza Utara dan mengusir warga Palestina yang masih bertahan di sana.

    Karena Israel terus menghalangi pengantaran bantuan kemanusiaan, seperti pangan, obat-obatan, dan bahan bakar yang penting untuk bertahan hidup, masyarakat Palestina di Gaza Utara kini terancam kelaparan.

    Rezim Zionis Israel tak kunjung menghentikan agresi genosidanya ke Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 45.400 orang, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

    Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Benjamin Netanyahu yang dijuluki Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “penjagal Gaza”, dan mantan ketua otoritas pertahanan Israel Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan atas tindak genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.

  • Israel Setop Serang RS Kamal Adwan

    Israel Setop Serang RS Kamal Adwan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel mengatakan mereka telah mengakhiri serangan ke Rumah Sakit Kamal Adwan yang mereka curigai sebagai pusat komando Hamas di Gaza Utara. Mereka turut menahan direktur RS yang dicurigai sebagai anggota Hamas.

    Sejak 6 Oktober, operasi Israel di wilayah Palestina telah terkonsentrasi di bagian utara. Tentara Zionis melancarkan serangan darat dan udara yang diklaim bertujuan untuk mencegah para militan Hamas berkumpul kembali.

    Sebagai bagian dari serangannya, militer melancarkan serangan pada Jumat pagi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, yang merupakan salah satu dari dua fasilitas medis yang masih berfungsi di wilayah tersebut.

    “IDF [militer] dan ISA [badan keamanan] menyelesaikan operasi yang ditargetkan terhadap pusat komando Hamas di Rumah Sakit Kamal Adwan. Pasukan menangkap lebih dari 240 teroris di daerah tersebut,” kata militer dalam sebuah pernyataan, Sabtu (28/12), melansir AFP.

    Militer Israel menambahkan direktur rumah sakit tersebut, Hossam Abu Safiyeh, yang dicurigai sebagai “seorang anggota Hamas”, telah ditahan untuk diinterogasi.

    Pihak militer mengatakan bahwa rumah sakit tersebut digunakan oleh kelompok Hamas untuk operasi militer di Jabalia.

    Hamas menepis tuduhan Israel yang mengatakan bahwa para operator mereka yang berada di rumah sakit tersebut.

    “Pada awal operasi yang ditargetkan, Brigade 401 mengepung Rumah Sakit Kamal Adwan dan menangkap para teroris yang bersembunyi di daerah tersebut dan melenyapkan teroris lainnya,” kata pihak militer.

    Pasukan khusus Israel kemudian melakukan “kegiatan yang tepat” di dalam rumah sakit dan menemukan serta menyita senjata termasuk granat, senjata, amunisi dan peralatan militer.

    Selama penggerebekan, di samping rumah sakit, “mereka menembakkan rudal anti-tank dan RPG ke arah pasukan dan berusaha melakukan serangan tambahan terhadap pasukan”, katanya.

    Pihak militer menambahkan bahwa pasukan telah “menghabisi” para penyerang.

    240 orang ditahan

    Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Nadav Shoshani mengklaim mereka menemukan banyak bahan peledak di sekitar rumah sakit.

    “Kami tidak menyangka akan menemukan tempat penyimpanan senjata dengan ribuan senjata,” kata Nadav.

    “Itu bukan jenis target seperti ini. Ini adalah pusat komando dan kontrol yang kami pahami adalah untuk puluhan atau ratusan teroris,” lanjut dia.

    Pihak militer mengatakan selama operasi tersebut lebih dari 240 orang yang diduga anggota Hamas dan Jihad Islam ditangkap. Menurut militer Israel, beberapa di antaranya berusaha menyamar sebagai pasien atau melarikan diri menggunakan ambulans.

    Selain menahan Abu Safiyeh, militer Israel mengatakan mereka juga menahan “para teknisi Hamas dan operator rudal anti-tank dan sekitar 15 teroris yang menyusup ke Israel selama pembantaian 7 Oktober”.

    “Entah mereka mengakui atau kami dapat melakukan referensi silang dengan informasi intelijen lain yang kami miliki,” kata Nadav.

    “Ketika saya berbicara tentang direktur rumah sakit, dia adalah seorang tersangka,” tambah Nadav.

    Sebelum melancarkan serang, pihak militer mengatakan bahwa mereka telah membantu mengevakuasi 350 pasien, pengasuh, dan staf medis dari rumah sakit tersebut.

    Selama operasi tersebut, tambahan 95 pasien, pengasuh, dan petugas medis dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia melalui koordinasi dengan pejabat kesehatan setempat.

    “Kamal Adwan sekarang kosong,” kata WHO, dan menambahkan bahwa pihaknya ‘terkejut’ dengan serangan tersebut, yang merupakan serangan terbaru terhadap rumah sakit selama perang.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]