kab/kota: Kamal

  • Baru Ada 1 Dapur dari Total Kebutuhan 157 Dapur, Makan Bergizi Gratis di Jember Ditunda

    Baru Ada 1 Dapur dari Total Kebutuhan 157 Dapur, Makan Bergizi Gratis di Jember Ditunda

    Liputan6.com, Jember – Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang semula direncanakan akan terlaksana serentak di seluruh Indonesia pada Senin (6/1/2025) kemarin, ternyata tertunda di sejumlah daerah. 

    Beberapa daerah di Jawa Timur seperti Jember, Banyuwangi dan Bondowoso, dilaporkan menunda pelaksanaan program MBG hingga Senin (13/1/2025), pekan depan. Hal itu dikonfirmasi Dandim 0824 Jember Letkol Indra Andriyansyah. 

    “Memang ada beberapa daerah yang menunda. Seperti di Jember sendiri, kepala dapurnya menyetakan belum siap, karena alasan teknis yang tidak bisa kami sampaikan,” ujar Letkol Indra di sela-sela uji coba pelaksanaan program MBG di SDN Kamal 03 Kecamatan Arjasa, Jember pada Selasa (7/1/2025). 

    Pelaksanaan program MBG di tingkat nasional dipimpin koordinasinya oleh Badan Gizi Nasional (BGN) yang baru terbentuk beberapa waktu lalu. Sedangkan pelaksanaannya di tingkat daerah dikoordinasikan oleh TNI AD melalui masing-masing Kodim. 

    “Dari BGN menyatakan, kalau memang belum siap, jangan dipaksakan,” ungkap Indra. 

    Hingga hari Senin (6/1/2025) kemarin,  persiapan pelaksanaan program MBG di Jember bisa dibilang masih belum siap. Berdasarkan perhitungan Kodim 0824 Jember, dibutuhkan setidaknya 157 dapur sehat atau dapur pelaksanaan MBG, yang tersebar di masing-masing kecamatan. 

    Sebaran dapur MBG itu, yakni setiap dapur maksimal melayani 3 ribu porsi setiap harinya untuk setiap anak. Kecamatan Jelbuk yang memiliki 5.200 siswa, menjadi kecamatan dengan jumlah dapur MBG paling sedikit yakni 2 dapur. Sedang Kecamatan Patrang menjadi kecamatan paling banyak, yakni mencapai 12 dapur. 

     

  • Desakan Sekjen WHO ke Israel: Diminta Bebaskan Direktur RS Terakhir yang Beroperasi di Gaza Utara – Halaman all

    Desakan Sekjen WHO ke Israel: Diminta Bebaskan Direktur RS Terakhir yang Beroperasi di Gaza Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mendesak Israel untuk membebaskan direktur rumah sakit utama di Gaza utara, Dr Hussam Abu Safia.

    Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi rumah sakit terakhir yang beroperasi di bagian paling utara Gaza.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, Dr Hussam Abu Safiya ditangkap pada Jumat (27/12/2024) bersama puluhan staf lainnya dan dibawa ke pusat interogasi.

    Mengenai penangkapan itu, Sekjen WHO lantas memberi desakan kepada Israel untuk membebaskan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan.

    “Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara tetap tidak beroperasi dan kami belum menerima kabar terbaru tentang keselamatan dan kesejahteraan direkturnya, Dr Hussam Abu Safia, sejak penahanannya pada 27 Desember,” ungkapnya, Senin (6/1/2025), dikutip dari Al Jazeera.

    “Kami terus mendesak Israel untuk membebaskannya. Kami ulangi: serangan terhadap rumah sakit dan tenaga kesehatan harus dihentikan.”

    “Warga di Gaza membutuhkan akses ke perawatan kesehatan,” tegas Tedros, mengulangi seruannya untuk gencatan senjata.

    Penangkapan Direktur RS Kamal Adwan

    Tentara Israel menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya.

    Militer Israel menuduh militan Hamas menggunakan fasilitas itu dan mengatakan lebih dari 240 orang ditahan.

    Pasukan Israel menyerbu rumah sakit dan memaksa banyak staf dan pasien keluar serta menyuruh mereka menanggalkan pakaian di cuaca musim dingin.

    Militer Israel juga telah mengonfirmasi bahwa mereka menahan direktur rumah sakit untuk diinterogasi dan menyebutnya sebagai tersangka anggota Hamas tanpa memberikan bukti apa pun.

    Diberitakan AP News, militer Israel mengatakan bahwa mereka mengepung rumah sakit tersebut dan pasukan khusus masuk serta menemukan senjata di area tersebut.

    Militer Israel mengatakan bahwa militan menembaki pasukannya dan mereka “dilenyapkan.”

    Seorang juru bicara militer Israel, Letkol. Nadav Shoshani, kemudian menegaskan kepada wartawan bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan adalah anggota Hamas.

    Sementara itu, militer Israel membantah telah memasuki atau membakar kompleks rumah sakit, tetapi mengakui telah memerintahkan orang-orang keluar.

    Militer mengulangi klaim bahwa militan Hamas beroperasi di dalam Kamal Adwan, yang dibantah oleh pejabat rumah sakit.

    Sebelumnya, rumah sakit tersebut telah diserang beberapa kali selama tiga bulan terakhir oleh pasukan Israel yang melancarkan serangan di wilayah Gaza utara, yang sebagian besar terisolasi terhadap pejuang Hamas yang katanya telah berkumpul kembali.

    Sebanyak 350 pasien beserta tenaga medis telah dievakuasi dari Kamal Adwan dalam beberapa minggu terakhir.

    Kemudian, sebanyak 95 pasien, perawat, dan tenaga medis lainnya dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia selama operasi tersebut.

    Para korban dirawat di dalam rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, setelah serangan Israel di sekitar kompleks medis tersebut pada tanggal 6 Desember 2024, saat perang antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina berlanjut. (AFP)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Pasukan Israel terus menggempur Gaza, menewaskan sebanyak enam warga Palestina dalam dua serangan terpisah di Kota Gaza utara.

    Sementara itu, bayi Palestina kedelapan meninggal karena hipotermia di Jalur Gaza, tempat keluarga-keluarga menghadapi musim dingin yang keras karena Israel terus membatasi masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk selimut dan tenda.

    Pengeboman Israel yang tak henti-hentinya di Jalur Gaza terus berlanjut, dengan sedikitnya enam orang tewas di Kota Gaza utara, menurut media Palestina.

    Para korban termasuk wanita dan anak-anak.

    Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Hamas telah memberikan daftar 34 tawanan yang disetujui untuk dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan gencatan senjata potensial setelah kantor Netanyahu menolak menerima persetujuan tersebut.

    Sementara itu, kantor berita AFP melaporkan seorang pejabat Hamas mengatakan daftar tersebut mencakup wanita, anak-anak, orang tua, dan tawanan sakit yang masih ditahan di Gaza.

    Namun, ia mengatakan kelompok itu butuh waktu seminggu untuk berkomunikasi dengan para penculik dan mengidentifikasi mereka yang masih hidup dan yang sudah meninggal.

    Relief International, sebuah kelompok kemanusiaan, mengecam serangan berkelanjutan Israel terhadap Rumah Sakit al-Awda di Jabalia, dan mengatakan staf di sana yang ketakutan menunggu izin untuk mengevakuasi pasien dengan aman ke Kota Gaza.

    Media Lebanon melaporkan bahwa pasukan Israel mengebom kota Taybeh di distrik Marjayoun, yang melanggar gencatan senjata yang disepakati dengan Hizbullah pada bulan November.

    Perang Israel  di Gaza  telah menewaskan sebanyak 45.805 warga Palestina dan melukai 109.064 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu, dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Mobil Dikendarai Anggota TNI asal Pamekasan Tabrak Pembatas Jalan di Sampang, Nyawa Tak Tertolong

    Mobil Dikendarai Anggota TNI asal Pamekasan Tabrak Pembatas Jalan di Sampang, Nyawa Tak Tertolong

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hanggara Pratama 

    TRIBUNJATIM.COM, SAMPANG – Insiden kecelakaan tunggal terjadi di Jalan Raya Sejati, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Madura, Senin (6/1/2025) sekitar 03.30 wib.

    Ironisnya, pengemudi mobil LGX jenis Kijang P 1892 WD meninggal dunia setelah sempat dirawat di Puskesmas Tanjung, Camplong.

    Diketahui, korban merupakan Anggota TNI berinisal H (35) berasal dari Kabupaten Pamekasan.

    Kasi Humas Polres Sampang Ipda Dedy Dely Rasidie menceritakan, kecelakaan bermula melaju dari arah barat (Sampang) ke timur menuju Pamekasan.

    Sesampainya di Tempat Kejadian Perkara (TKP) mobil yang dikemudikan korban mengalami oleng hingga hilang kendali dan menabrak pembatas jalan di sisi selatan.

    “Korban sempat dibawa kerumah sakit terdekat akan tetapi karena mengalami luka-luka nyawa korban tidak tertolong,” ujarnya.

    Kondisi mobil LGX Kijang yang dikendarai anggota TNI saat kecelakaan di Jalan Raya Desa Sejati, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Madura, Senin (6/1/2025). (istimewa)

    Sementara ditanya soal vidio yang beredar terkait mobil yang dikendarai korban diduga bemuatan Rokok ilegal, Ipda Dedy menyebut anggota polisi di lokasi tidak menemukan barang bukti tersebut.

    “Kami menghimbau jika ada yang mengamankan muatan barang bukti tersebut silahkan diserahkan untuk ditindak lanjuti,” tandasnya. 

    Sejauh ini, perkara laka lantas itu telah ditangani Lantamal V Batuporon Kamal Bangkalan Madura karena mengingat korban adalah anggota TNI.

    “Perkaranya sudah dilimpahkan karena korban anggota TNI,” tutupnya

  • 37 penyelenggara ad hoc di Situbondo terbukti langgar kode etik

    37 penyelenggara ad hoc di Situbondo terbukti langgar kode etik

    Situbondo (ANTARA) – Bawaslu Kabupaten Situbondo menyebutkan 37 penyelenggara ad hoc, baik dari PPK, PPS, maupun panitia pengawas pemilu kecamatan, terbukti melanggar kode etik dengan menghadiri acara pertemuan dengan Calon Bupati Situbondo pada masa tahapan Pilkada 2024.

    Setelah Divisi Penanganan Pelanggaran meminta keterangan 37 penyelenggara pemilu ad hoc serta sejumlah saksi-saksi, kata Ketua Bawaslu Kabupaten Situbondo Ahmad Faridl Ma’ruf di Situbondo, Senin, mereka terbukti melanggar kode etik.

    “Setelah kami rapat pleno, sanksinya adalah administrasi dalam bentuk peringatan. Maka, pengawas ad hoc jajaran bawaslu akan dilakukan pembinaan,” katanya.

    Faridl mengatakan bahwa sanksi administrasi berupa peringatan terhadap 37 penyelenggara pemilu ad hoc (PPK, PPS, panwaslu kecamatan,dan staf panwaslu kecamatan) itu karena saat dimintai keterangan mereka mengaku tidak tahu bahwa dalam kegiatan itu akan dihadiri Yusuf Rio Wahyu Prayogo sebagai calon bupati terpilih.

    Dari hasil rapat pleno anggota bawaslu setempat, kata dia, hanya menjatuhkan sanksi administrasi berupa peringatan dan pembinaan.

    “Untuk PPK dan PPS yang juga terbukti melanggar kode etik sebagai penyelenggara pemilu, hari ini pula kami kirimkan ke KPU Kabupaten Situbondo. Intinya 37 orang penyelenggara pemilu ad hoc tersebut terpenuhi pelanggaran kode etiknya,” ucap Faridl.

    Ia menyebutkan nama penyelenggara pemilu ad hoc PPK sebanyak 16 orang yang telah dinyatakan terbukti melanggar kode etik, yakni Imam Sofyan (PPK Panarukan), Siti Fatmawati (PPK Panarukan), Mistina Ningsih (PPK Asembagus), Yulia Rahmi Imani (PPK Besuki), Indra Nasution (PPK Panji), Zainal Arifin (PPK Kapongan), dan Wahyudi (PPK Kapongan).

    Berikutnya Alif Meirza Casandra (PPK Situbondo), dan Khairin Anwar (PPK Banyuglugur), Antika Feby Wulandari (PPK Jatibanteng), Abdus Syukur (PPK Jatibanteng), Sultan Amir Prayogo (PPK Arjasa), Abdul Fatah (PPK Suboh), Moh Ridwan (PPK Sumbermalang), Moch Nor Hafidz (PPK Bungatan), dan Zainal Abidin (PPK Situbondo).

    Sementara itu, panitia pemungutan suara (PPS), yakni Moh Fiki Abdurrahman (PPS Sumberkolak), Yayuk Listia Ningsih (PPS Sumberkolak), Eko Purnomo Hadi Saputro (PPS Gelung), Ismail Baki (PPS Paowan), Baskoro Duwik Bawono (PPS Duwet), Yoni Priangga Wijaksono (PPS Paowan), Muhammad Rozi (PPS Peleyan), Sariyanti (PPS Panji Lor), Ach Robi (PPS Peleyan), Riyanto (PPS Seletreng), Moh Zurni (PPS Sumberanyar), Tolak Atika (PPS Tanjung Kamal), dan Ulfitri Nurhasiyanti (PPS Kukusan).

    Dari panitia pengawas pemilu (panwaslu) kecamatan, yakni Taufik (Panwaslucam Banyuglugur), Ali Imron (Panwaslucam Besuki), Nanik Imro’atul Jannah (Panwaslucam Situbondo), Budi Hartono (Panwaslucam Panarukan), Zainul Haqqul Yakin (Panwaslucam Banyuputih), Ainul Burhan (Panwaslucam Jangkar), Budi Rus’an (Panwaslucam Panji), dan Fiki (Staf Panwaslucam Panarukan).

    Pewarta: Novi Husdinariyanto
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia Lumpuh Total, Begini Cara-cara Kejam Israel ‘Cekik’ Gaza Utara  – Halaman all

    Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia Lumpuh Total, Begini Cara-cara Kejam Israel ‘Cekik’ Gaza Utara  – Halaman all

    RS Indonesia Lumpuh Total, Begini Cara-cara Kejam Israel ‘Cekik’ Gaza Utara 

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan pada Sabtu (4/1/2025) malam kalau Rumah Sakit Indonesia Beit Lahia, Gaza Utara telah dihentikan layanannya.

    Fasilitas itu lumpuh total dan tidak lagi memberikan layanan apa pun kepada orang sakit atau terluka.

    Ini menjadi pukulan bagi kemanusiaan di mana akses kesehatan di Gaza nyaris tidak ada lagi di tengah agresi militer Israel yang terus berlanjut.

    Seperti diberitakan, Pasukan pendudukan Israel pada Jumat (3/1/2025) menyerbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara.

    Mereka melontarkan ancaman terhadap staf medis dan pasiennya, serta memerintahkan evakuasi segera, Pusat Informasi Palestina melaporkan seperti dikutip dari MEMO.

    Disebutkan, rumah sakit tersebut kini berada di bawah pengepungan ketat pasukan Israel.

    Tak hanya mengepung, tentara IDF terus menembakkan peluru tajam ke sekelilingnya.

    Sebagian besar orang di dalam rumah sakit yang terkepung adalah wanita dan anak-anak, serta sejumlah orang terluka yang sama sekali tidak dapat bergerak.

    Direktur Rumah Sakit Indonesia telah menyatakan bahwa rumah sakit telah kehabisan persediaan medis, dan menyerukan tindakan internasional yang mendesak untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang terluka.

    Ia menunjukkan bahwa tentara Israel terus menghancurkan dan menghancurkan area di sekitar rumah sakit hari ini.

    Ia menambahkan bahwa tentara Israel juga menghancurkan bagian oksigen dan listrik rumah sakit, sehingga mustahil untuk menyediakan layanan medis penting.

    Serangan terhadap fasilitas kesehatan itu terjadi seminggu setelah Israel menyerbu dan mengevakuasi secara paksa Rumah Sakit Kamal Adwan, mengirim mereka yang membutuhkan perawatan medis mendesak ke Rumah Sakit Indonesia.

    Sekarang tidak ada lagi rumah sakit yang beroperasi di Gaza utara, yang membahayakan nyawa 300.000 warga Palestina di daerah itu, sementara Israel terus melanjutkan apa yang Amnesty International dan kelompok hak asasi lainnya nyatakan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

    Ancaman Bom

    Diberitakan The Peninsula, tak hanya Rumah Sakit Indonesia, tentara pendudukan Israel juga mengancam Rumah Sakit Al Awda di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara dengan pengeboman.

    Sama halnya yang terjadi di Beit Lahia (lokasi Rumah Sakit Indonesia), tentara Israel menuntut penghuni rumah sakit untuk mengungsi.

    Tentara pendudukan mengancam sekitar 96 warga dari staf medis, pasien, yang terluka dan pekerja di rumah sakit, menuntut mereka untuk segera mengevakuasi diri.

    Jika tidak, rumah sakit akan dibom ke arah mereka yang ada di dalamnya, yang mengancam akan menghilangkan akses perawatan kesehatan bagi 40 ribu warga di Jalur Gaza utara.

    Tentara pendudukan menembakkan bom dari pesawat tak berawak ke arah bagian penerima tamu dan unit gawat darurat, yang menyebabkan sejumlah staf medis terluka, dan artilerinya terus menembaki halaman rumah sakit dan gerbangnya.

    Rumah Sakit Al Awda di daerah Tal al-Zaatar di kamp Jabalia adalah benteng medis terakhir di provinsi Gaza utara, karena pendudukan telah mengepung orang-orang di dalamnya selama 90 hari, di tengah kondisi kesehatan dan kemanusiaan yang mengerikan.

    Agresi pasukan pendudukan terhadap rumah sakit terjadi dalam kerangka penargetan sistem kesehatan di Jalur Gaza, seperti yang telah terjadi pada Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahia, sebelah utara Jalur Gaza, yang merupakan salah satu rumah sakit terbesar di daerah itu, dan menyediakan layanannya kepada lebih dari 400 ribu orang beberapa hari yang lalu.

    Tentara pendudukan kemudian memaksa pasien, yang terluka, dan staf medis, termasuk direktur rumah sakit, dr. Hussam Abu Safia, beserta kru pers, untuk meninggalkan rumah sakit secara paksa, disertai dengan tembakan peluru dan mortir ke arahnya, sehingga api menghancurkan bagian operasi, laboratorium, ambulans, gawat darurat, dan bagian penerima tamu.

    Pendudukan Israel terus melancarkan agresinya di Jalur Gaza, baik melalui darat, laut, maupun udara, sejak 7 Oktober 2023, menyisakan bencana kemanusiaan, di tengah kekurangan bantuan pokok yang parah, ditambah cuaca dingin yang ekstrem yang menambah penderitaan warga sipil dan memperparah kondisi sulit yang dihadapi penduduk. 

    Warga Palestina di Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza Utara mengungsi ke daerah lain dengan barang-barang yang dapat mereka bawa, menyusul serangan Israel terhadap kamp di Kota Gaza, Gaza pada tanggal 1 Oktober 2024 (Mahmoud İssa/Anadolu Agency)

    Cara Israel ‘Cekik’ Gaza Utara

    Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Utara, menjadi fasilitas kesekian dan kemungkinan rumah sakit terakhir yang beroperasi, akibat agresi militer Israel (IDF).

    Pembantaian di rumah sakit dan fasilitas kesehatan merupakan satu dari banyak cara kejam Pendudukan Israel untuk mengosongkan Gaza Utara.

    “Israel terus berupaya mengosongkan Gaza bagian utara dengan segala cara, mulai dari pengeboman yang tiada henti, penghancuran rumah sakit, hingga penjatahan masuknya bantuan makanan. Berbagai cara dilakukan untuk mendorong warga (penduduk Palestina) wilayah utara (Gaza) agar pergi,” tulis ulasan Khaberni, dikutip Minggu (5/1/2024).

    Sementara itu, pejabat bantuan PBB mengkonfirmasi bahwa Israel telah memerintahkan pemindahan lebih banyak orang di wilayah utara Gaza yang terkepung karena serangan yang akan segera terjadi sebagai tanggapan terhadap penembakan rudal ke Israel.

    Perintah Evakuasi (Pengusiran) Baru

    Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan bahwa arahan terbaru adalah agar warga sipil di daerah Bureij di provinsi Deir al-Balah pindah ke barat.

    Dia juga menambahkan bahwa perintah evakuasi terbaru datang pada saat otoritas pendudukan Israel terus menolak upaya PBB untuk mengoordinasikan pergerakan pekerja kemanusiaan yang aman.

    Kantor tersebut mengungkapkan pada Jumat, bahwa pendudukan Israel telah dengan tegas menolak 6 dari 10 upaya koordinasi untuk mendatangkan bantuan, menurut apa yang dilaporkan oleh Agence France-Presse.

    Ia juga menjelaskan, dari empat upaya yang tersisa, hanya dua yang berhasil diselesaikan, sedangkan dua lainnya menghadapi kendala berat.

    Ribuan warga Gaza Utara diusir paksa oleh militer Israel yang melakukan penyerbuan di Beit Hanoun, Gaza Utara. (Anews/Tangkap Layar)

    Rencana Para Jenderal

    Sejak awal Oktober lalu, pendudukan mulai melakukan eskalasi di bagian utara Jalur Gaza yang hancur.

    Israel  mengklaim bahwa operasi mereka bertujuan untuk mencegah gerakan Hamas mengumpulkan kembali barisan mereka.

    Sementara itu, warga menyatakan ketakutan mereka terhadap niat Israel untuk mengosongkan Jalur Gaza bagian utara dan menggusur penduduknya, di tengah berkembangnya pembicaraan tentang penerapan apa yang dikenal sebagai “rencana jenderal,” yang menetapkan pengosongan wilayah utara dan pembentukan zona penyangga.

    Sementara pencurian truk bantuan makanan dan medis telah meningkat, di tengah kelangkaan makanan di Jalur Gaza selama berbulan-bulan, meskipun ada peringatan dan kecaman dari organisasi-organisasi PBB.

     

    (oln/khbrn/*)
     

  • Abaikan Kritik Internasional Terkait Perang Gaza, Biden Akan Kirim Senjata Lagi ke Israel – Halaman all

    Abaikan Kritik Internasional Terkait Perang Gaza, Biden Akan Kirim Senjata Lagi ke Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berencana memberi Israel tambahan $8 miliar (sekitar Rp129,6 triliun) dalam penjualan senjata ke Israel.

    Padahal, pemerintahan Joe Biden menghadapi kritik internasional buntut pengiriman senjata ke Israel terkait perang Gaza.

    Namun, Washington telah mendukung Israel selama serangannya terhadap Gaza.

    Diberitakan Al Jazeera, para pengunjuk rasa di seluruh dunia telah menuntut embargo senjata terhadap Israel selama berbulan-bulan, tetapi kebijakan AS sebagian besar tetap tidak berubah.

    Pada Agustus 2024, Amerika Serikat menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai $20 miliar (sekitar Rp324 triliun) kepada Israel.

    AS Pasok Senjata untuk Israel

    AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, yang telah membantunya membangun salah satu militer berteknologi paling canggih di dunia.

    Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menyumbang 69 persen dari impor senjata konvensional utama Israel antara tahun 2019 dan 2023.

    Dilansir BBC, AS memberikan Israel bantuan militer tahunan sebesar $3,8 miliar berdasarkan perjanjian 10 tahun yang dimaksudkan untuk memungkinkan sekutunya mempertahankan apa yang disebutnya “keunggulan militer kualitatif” atas negara-negara tetangga.

    Sebagian dari bantuan tersebut – $500 juta per tahun – disisihkan untuk mendanai program pertahanan rudal, termasuk sistem Iron Dome, Arrow, dan David’s Sling yang dikembangkan bersama.

    Israel mengandalkan sistem tersebut selama perang untuk mempertahankan diri dari serangan roket, rudal, dan pesawat nirawak oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza, serta kelompok bersenjata lain yang didukung Iran yang bermarkas di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.

    Pada hari-hari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Presiden Joe Biden mengatakan AS “memberikan bantuan militer tambahan” ke Israel.

    SIPRI mengatakan AS dengan cepat mengirimkan ribuan bom berpemandu dan rudal ke Israel pada akhir tahun 2023, tetapi total volume impor senjata Israel dari AS tahun itu hampir sama dengan tahun 2022.

    Israel juga merupakan rumah bagi depot senjata besar AS yang didirikan pada 1984 untuk menempatkan persediaan bagi pasukannya jika terjadi konflik regional, serta untuk memberi Israel akses cepat ke senjata dalam keadaan darurat.

    Pentagon mengirimkan sekitar 300.000 peluru artileri 155mm dari War Reserve Stockpile Ammunition-Israel ke Ukraina setelah invasi Rusia.

    Amunisi yang ditimbun di depot tersebut juga dilaporkan telah dipasok ke Israel sejak dimulainya perang Gaza.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Setidaknya 150 orang tewas dalam dua hari serangan udara hebat di Gaza, termasuk setidaknya 73 orang pada Jumat (3/1/2025), dan 77 orang yang dikonfirmasi pada hari Kamis (2/1/2025).

    Amnesty International mengatakan penahanan Israel terhadap direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safia, merupakan simbol dari “niat genosida” dalam upaya Israel yang lebih luas untuk “memusnahkan” sektor perawatan kesehatan Gaza.

    Saat perundingan dilanjutkan di Qatar, pejabat senior Hamas, Basem Naim, mengatakan kelompok Palestina itu serius tentang kesepakatan gencatan senjata, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan mengembalikan penduduk daerah kantong itu ke rumah mereka.

    Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mengatakan badan dunia itu mencatat 136 serangan Israel terhadap 27 fasilitas kesehatan di Gaza, yang menyebabkan “kematian dan kehancuran yang signifikan”.

    Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Serangan Israel terus berlanjut di Gaza sepanjang malam, termasuk serangan terhadap kendaraan sipil dekat Khan Younis yang menewaskan enam orang, dan serangan terhadap sebuah rumah di Kota Gaza yang menewaskan satu keluarga beranggotakan tiga orang.

    Sumber-sumber medis di daerah kantong yang terkepung itu mengatakan kepada Al Jazeera, jumlah korban tewas gabungan akibat serangan Israel di Gaza sejak fajar hari Jumat telah meningkat menjadi sedikitnya 73 orang.

    Seorang dokter anak di Rumah Sakit Nasser di Gaza mengatakan, ia memperkirakan akan lebih banyak anak yang mencari perawatan untuk hipotermia akan dirawat di fasilitas tersebut dalam beberapa hari mendatang.

    Pemerintahan Biden yang akan berakhir masa jabatannya telah memberi tahu Kongres tentang paket senjata terakhir senilai $8 miliar untuk Israel yang akan mencakup amunisi untuk jet tempur dan helikopter serang, serta peluru artileri, situs berita Axios melaporkan.

    Serangan pemukim menggunakan pentungan dan batu di kota Silwad, Tepi Barat yang diduduki telah menyebabkan tujuh warga Palestina terluka, sementara pemukim juga menyerang seorang pria tua di kota Masafer Yatta.

    Perang Israel  di Gaza telah menewaskan sebanyak 45.658 warga Palestina dan melukai 108.583 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Tentara Israel Lagi-lagi Serang RS Indonesia di Gaza, Situasinya Mencekam

    Tentara Israel Lagi-lagi Serang RS Indonesia di Gaza, Situasinya Mencekam

    Jakarta

    Pasukan tentara Israel kembali menyerbu Rumah Sakit Indonesia yang berada di kota Beit Lahia, Gaza Utara. Mereka melontarkan ancaman kepada para staf medis rumah sakit dan pasien, serta memerintahkan untuk segera mengungsi.

    Dikutip dari Middle East Monitor (MEMO) dan Gulf Times, rumah sakit tersebut kini berada di bawah pengepungan para pasukan Israel. Sebagian besar yang terjebak di dalam rumah sakit adalah wanita dan anak-anak, serta sejumlah pasien yang sulit untuk bergerak.

    Para tentara Israel tersebut juga terus melepaskan tembakan dan granat. Bangunan-bangunan di sekitaran rumah sakit juga ikut rusak. Mereka juga menghancurkan bagian oksigen, listrik, sehingga mustahil untuk rumah sakit kembali memberikan layanan medis.

    Serangan ini terjadi seminggu setelah pasukan Israel menyerbu dan mengevakuasi secara paksa orang-orang yang ada di Rumah Sakit Kamal Adwan. Mereka mengirim para pasien ke Rumah Sakit Indonesia yang telah mengalami kerusakan parah akibat serangan udara sebelumnya.

    Saat ini, Gaza Utara tidak memiliki rumah sakit layak untuk dapat memberikan layanan medis kepada setidaknya 300.000 warga Palestina di daerah itu. Di sisi lain, tentara Israel masih terus melanjutkan aksi mereka.

    (dpy/suc)

  • Tentara Israel Serbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza Paksa Evakuasi, Incar Benteng Medis Terakhir – Halaman all

    Tentara Israel Serbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza Paksa Evakuasi, Incar Benteng Medis Terakhir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan pendudukan Israel pada Jumat (3/1/2025) menyerbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara.

    Mereka melontarkan ancaman terhadap staf medis dan pasiennya, serta memerintahkan evakuasi segera, Pusat Informasi Palestina melaporkan seperti dikutip dari MEMO.

    Disebutkan, rumah sakit tersebut kini berada di bawah pengepungan ketat pasukan Israel.

    Tak hanya mengepung, tentara IDF terus menembakkan peluru tajam ke sekelilingnya.

    Sebagian besar orang di dalam rumah sakit yang terkepung adalah wanita dan anak-anak, serta sejumlah orang terluka yang sama sekali tidak dapat bergerak.

    Direktur Rumah Sakit Indonesia telah menyatakan bahwa rumah sakit telah kehabisan persediaan medis, dan menyerukan tindakan internasional yang mendesak untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang terluka.

    Ia menunjukkan bahwa tentara Israel terus menghancurkan dan menghancurkan area di sekitar rumah sakit hari ini.

    Ia menambahkan bahwa tentara Israel juga menghancurkan bagian oksigen dan listrik rumah sakit, sehingga mustahil untuk menyediakan layanan medis penting.

    Serangan terhadap fasilitas kesehatan itu terjadi seminggu setelah Israel menyerbu dan mengevakuasi secara paksa Rumah Sakit Kamal Adwan, mengirim mereka yang membutuhkan perawatan medis mendesak ke Rumah Sakit Indonesia.

    Sekarang tidak ada lagi rumah sakit yang beroperasi di Gaza utara, yang membahayakan nyawa 300.000 warga Palestina di daerah itu, sementara Israel terus melanjutkan apa yang Amnesty International dan kelompok hak asasi lainnya nyatakan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

    Ancaman Bom

    Diberitakan The Peninsula, tak hanya Rumah Sakit Indonesia, tentara pendudukan Israel juga mengancam Rumah Sakit Al Awda di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara dengan pengeboman.

    Sama halnya yang terjadi di Beit Lahia (lokasi Rumah Sakit Indonesia), tentara Israel menuntut penghuni rumah sakit untuk mengungsi.

    Tentara pendudukan mengancam sekitar 96 warga dari staf medis, pasien, yang terluka dan pekerja di rumah sakit, menuntut mereka untuk segera mengevakuasi diri.

    Jika tidak, rumah sakit akan dibom ke arah mereka yang ada di dalamnya, yang mengancam akan menghilangkan akses perawatan kesehatan bagi 40 ribu warga di Jalur Gaza utara.

    Tentara pendudukan menembakkan bom dari pesawat tak berawak ke arah bagian penerima tamu dan unit gawat darurat, yang menyebabkan sejumlah staf medis terluka, dan artilerinya terus menembaki halaman rumah sakit dan gerbangnya.

    Rumah Sakit Al Awda di daerah Tal al-Zaatar di kamp Jabalia adalah benteng medis terakhir di provinsi Gaza utara, karena pendudukan telah mengepung orang-orang di dalamnya selama 90 hari, di tengah kondisi kesehatan dan kemanusiaan yang mengerikan.

    Agresi pasukan pendudukan terhadap rumah sakit terjadi dalam kerangka penargetan sistem kesehatan di Jalur Gaza, seperti yang telah terjadi pada Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahia, sebelah utara Jalur Gaza, yang merupakan salah satu rumah sakit terbesar di daerah itu, dan menyediakan layanannya kepada lebih dari 400 ribu orang beberapa hari yang lalu.

    Tentara pendudukan kemudian memaksa pasien, yang terluka, dan staf medis, termasuk direktur rumah sakit, dr. Hussam Abu Safia, beserta kru pers, untuk meninggalkan rumah sakit secara paksa, disertai dengan tembakan peluru dan mortir ke arahnya, sehingga api menghancurkan bagian operasi, laboratorium, ambulans, gawat darurat, dan bagian penerima tamu.

    Pendudukan Israel terus melancarkan agresinya di Jalur Gaza, baik melalui darat, laut, maupun udara, sejak 7 Oktober 2023, menyisakan bencana kemanusiaan, di tengah kekurangan bantuan pokok yang parah, ditambah cuaca dingin yang ekstrem yang menambah penderitaan warga sipil dan memperparah kondisi sulit yang dihadapi penduduk. 

    (Tribunnews.com/Chrysnha)

  • PBB Sebut Israel Tak Berikan Bukti RS di Gaza Markas Hamas

    PBB Sebut Israel Tak Berikan Bukti RS di Gaza Markas Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan Israel belum memberikan bukti atas tuduhan rumah sakit di Gaza jadi markas Hamas. Tudingan ini kerap dijadikan dalih gempuran Tel Aviv terhadap fasilitas kesehatan.

    PBB mencatat ada 136 serangan yang dilakukan Israel terhadap 27 fasilitas kesehatan di Gaza. Aksi keji Israel ini menyebabkan kematian warga hingga kerusakan yang signifikan.

    “Israel belum memberikan informasi yang cukup untuk mendukung klaim ini, yang seringkali tidak jelas dan luas,” kata Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk dalam sambutannya di Dewan Keamanan PBB, dikutip Aljazeera, Sabtu (4/1).

    “Dalam beberapa kasus, klaim tersebut tampaknya bertentangan dengan informasi yang tersedia untuk umum,” imbuhnya.

    Israel sering menuding milisi Palestina menggunakan rumah sakit di Gaza untuk kepentingan militer.

    Tuduhan ini kerap dijadikan alasan pembenaran Negara Zionis itu menyerang fasilitas kesehatan.

    Turk menyebut tudingan-tudingan Israel belum disertai bukti. Ia pun menyerukan penyelidikan independen untuk menginvestigasi serangan Israel terhadap rumah sakit di Gaza dan tuduhan Hamas menggunakan fasilitas kesehatan untuk tujuan militer.

    Seluruh rumah sakit di Jalur Gaza utara, Palestina, dinyatakan lumpuh total, menyusul agresi brutal Israel yang tak kunjung mereda sejak 7 Oktober 2023 per 5 November 2024.

    Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa semua rumah sakit di bagian utara Jalur Gaza sudah tidak dapat berfungsi. Hal ini terjadi di tengah bombardir Israel tanpa henti dan pengepungan militer yang memblokade akses bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis, ke Jalur Gaza.

    Akhir 2024 lalu, Israel mengempur rumah sakit Kamal Adwan, yang merupakan RS terakhir yang berfungsi di Gaza Utara.

    Tentara Israel Israel juga menangkap direktur rumah sakit, melucuti pakaian para pekerja medis, dan melakukan kekerasan terhadap mereka.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan hancurnya Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara merupakan hukuman mati bagi ribuan warga Palestina yang kini hidup di bawah serangan tanpa pandang bulu oleh Israel

    Kementerian Kesehatan Jalur Gaza Palestina menyatakan pasien dan korban luka yang terpaksa dievakuasi dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara tadi malam berada dalam “kondisi yang sangat memprihatinkan dan sulit.”

    Pemindahan paksa pasien dan staf medis ini dilakukan lantaran Israel terus menggempur hingga membakar RS Kamal Adwan pada Jumat (27/12/2024). Gempuran Israel ini sampai menewaskan lima staf medis yang dilaporkan meninggal karena terbakar hidup-hidup.

    (pta/pta)

  • Pengecutnya Israel, Bantah Tangkap dr Hussam Abu Safia yang Sendirian Hadapi Tank dan Pasukan IDF – Halaman all

    Pengecutnya Israel, Bantah Tangkap dr Hussam Abu Safia yang Sendirian Hadapi Tank dan Pasukan IDF – Halaman all

    Pengecutnya Israel, Bantah Tangkap dr Hussam yang Sendirian Hadapi Tank dan Pasukan IDF

    TRIBUNNEWS.COM – Israel membantah menangkap direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr dr Hussam Abu Safiya.

    Bantahan pihak pendudukan Israel itu dilakukan saat militer Israel (IDF) menyangkal adanya catatan yang membuktikan penangkapannya.

    Pernyataan IDF ini menuai kecaman dan dianggap aksi pengecut dan ‘cuci tangan’ atas keberadaan dr Hussam meski ada video bukti video soal aksi itu saat IDF menghancurkan RS Kamal Adwan di Gaza Utara dalam aksi terang-terangan kejahatan perang.

    Satu di antara kecaman ini datang dari Klub Tahanan Palestina, organisasi independen Palestina non-pemerintah yang didirikan pada tahun 1993 dengan sekitar 1.600 anggota mantan tahanan Palestina yang telah mendekam di penjara Israel selama setidaknya satu tahun.

    Klub Tahanan Palestina mengatakan kalau risiko terhadap nasib dan nyawa direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hossam Abu Safiya, semakin meningkat seiring berjalannya waktu, setelah tentara pendudukan Israel menyangkal menangkap dr Hussam.

    Klub Tahanan menjelaskan, dalam sebuah pernyataan, bahwa kasus Dr Hussam Abu Safiya adalah satu dari ribuan tahanan Gaza yang menghadapi kejahatan penghilangan paksa.

    Klub Tahanan melanjutkan, meskipun terdapat bukti yang jelas tentang penangkapan Dr. Abu Safiya pada 27 Desember 2024.

    Bukti dimaksud adalah foto dan video yang belakangan beredar di media sosial yang menunjukkan seorang pria berjubah putih khas dokter, berjalan sendirian di selasar yang sudah hancur ke arah tank dan pasukan pendudukan Israel.

    Hussam Abu Safia (Tangkap layar X)

    “Pendudukan Israel menyangkal apa yang dinyatakan sebelumnya, dan menyangkal adanya bukti seperti video dan foto yang dipublikasikan, selain juga kesaksian beberapa tahanan yang dibebaskan,” kata pernyataan organisasi itu dilansir Khaberni, Jumat (3/1/2025).

    Lembaga advokasi Dokter untuk Hak Asasi Manusia telah mengajukan, atas nama keluarga Dr. Abu Safiya, pada Kamis sudah mengajukan permintaan untuk memfasilitasi kunjungan pengacara kepadanya.

    “Namun tentara pendudukan menjawab bahwa tidak ada catatan yang membuktikan penangkapannya, dan mengingat tanggapan tersebut, organisasi tersebut mengajukan petisi mendesak untuk mengungkap nasibnya,” kata laporan Khaberni.

    Klub Tahanan menunjukkan, dr Abu Safiya adalah salah satu dari setidaknya 320 personel medis yang telah ditangkap sejak dimulainya perang genosida.

    Penangkapan dokter dan penghancuran rumah sakit merupakan salah satu aspek perang genosida yang ditahan sejak dimulainya perang adalah tiga dokter dari Gaza. Mereka adalah Iyad Al-Rantisi, Adnan Al-Barash, dan Ziad Al-Dalu.

    Klub Tahanan menyatakan, pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas nasib Dr. Abu Safiya.

    Organisasi itu juga memperbarui tuntutannya terhadap penegakan sistem hak asasi manusia internasional “untuk menyelamatkan makna perannya dalam menghadapi perang pemusnahan”.

    “Peran sistem HAM ini terkikis dan hilang karena keadaan ketidakberdayaan yang mengerikan (menghadapi pendudukan Israel). Meskipun ada beberapa keputusan dan posisi yang keluar dari Pengadilan Kriminal Internasional dan Pengadilan Kriminal Internasional, yang mewakili secercah harapan, namun tidak benar-benar menghentikan perang genosida. Dan salah satu aspeknya adalah kejahatan penyiksaan terhadap narapidana,” kata pernyataan lembaga tersebut.

    Putranya Dibunuh Israel

    Dr Hussam Abu Safiya adalah seorang dokter Palestina dan pembela hak asasi manusia yang tinggal di Gaza utara, Palestina.

    Ia adalah seorang dokter anak dan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan yang pada bulan November 2024, merupakan salah satu rumah sakit terakhir yang hampir tidak berfungsi di Gaza utara dengan hanya dua dokter yang tersisa.

    Sejak dimulainya genosida Israel di Gaza, pembela hak asasi manusia tersebut telah menolak untuk mengevakuasi rumah sakit seperti yang diperintahkan oleh pasukan militer Israel, karena takut menelantarkan pasiennya.

    Pada tanggal 25 Oktober 2024, militer Israel secara brutal menyerbu rumah sakit tersebut, mengebom gedung-gedungnya, menahan banyak pasien dan semua staf rumah sakit, dan membunuh putra Hussam Abu Safiya sebagai akibat dari penolakan ayahnya untuk meninggalkan rumah sakit.

    Putra Hussam Abu Safiya menjadi sasaran pesawat tanpa awak saat ia berlindung di rumah sakit bersama keluarganya.

    “Tentara Israel tidak tahu apa yang diinginkannya. Mereka menahan saya selama beberapa jam dan menginterogasi saya tentang apakah ada pejuang di dalam rumah sakit, dan menuntut agar saya mengevakuasi rumah sakit sepenuhnya, tetapi saya menolak dan meyakinkan mereka bahwa hanya ada pasien di dalam rumah sakit,” kata dr Hussam sebelum hilang diculik IDF sepert dilansir frontlinedefender.

    “Namun, 57 staf medis rumah sakit ditangkap, … Jadi kami menderita kekurangan dokter yang parah, terutama dokter bedah. Saat ini, kami hanya memiliki dokter anak — merupakan tantangan besar untuk bekerja dalam situasi seperti ini,” kata dokter tersebut. 

    “Saya menolak meninggalkan rumah sakit dan mengorbankan pasien saya, jadi tentara menghukum saya dengan membunuh anak saya. Saya melihatnya meninggal di gerbang masuk — itu merupakan kejutan yang luar biasa. Saya menemukan (lokasi) kuburan untuknya di dekat salah satu dinding rumah sakit, sehingga ia dapat tetap dekat dengan saya,” kata dr Hussam yang mengimami salat jenazah anaknya tersebut di selasar rumah sakit yang sudah hancur.

    Profil dan Sosok

    Abu Safia, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Abu Elias, lahir pada 21 November 1973, di kamp pengungsi Jabalia, Gaza utara.

    Keluarganya mengungsi pada 1948 dari kota Hamama di distrik Ashkelon, Palestina.

    Sebagai seorang dokter spesialis anak, ia sangat dihormati di kalangan tenaga medis Gaza dan memegang gelar master di bidang pediatri dan neonatologi, dikutip dari Al Jazeera.

    Penangkapan Abu Safia

    Menurut Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir al-Barsh, Abu Safia dipukuli dengan tongkat dan pentungan oleh pasukan Israel.

    Mereka juga memaksanya menanggalkan pakaian dan mengenakan pakaian tahanan.

    Penangkapan ini merupakan yang kedua kalinya dalam beberapa bulan terakhir, saat militer Israel melakukan serangan besar-besaran di Gaza.

    Sejak militer Israel memberlakukan blokade di Gaza utara pada 5 Oktober, yang menyebabkan pemutusan pasokan makanan dan air bagi warga sipil, Abu Safia tetap memilih tinggal dan menjalankan tugasnya di Rumah Sakit Kamal Adwan.

    Pada akhir Oktober, setelah pasukan Israel menyerbu rumah sakit tersebut, Abu Safia sempat ditangkap dan dibebaskan.

    Dalam serangan itu, 44 staf medis juga ditahan, dan rumah sakit terpaksa merawat puluhan korban luka.

    Selain itu, dalam serangan yang sama, pasukan Israel membunuh putra Abu Safia, Ibrahim, yang tewas akibat serangan pesawat nirawak di gerbang rumah sakit.

    Abu Safia memimpin salat jenazah putranya dan menuduh Israel membunuh Ibrahim sebagai hukuman karena ia menolak meninggalkan rumah sakit.

    Keberadaan Rumah Sakit Kamal Adwan

    Rumah Sakit Kamal Adwan adalah salah satu fasilitas medis yang tersisa di Gaza utara yang masih berfungsi sebagian meski tengah dikepung.

    Rumah sakit ini menjadi tempat utama bagi banyak warga yang terluka akibat serangan militer Israel, dan Abu Safia bersama tim medisnya terus berjuang meskipun berada di bawah tekanan besar.

    Dalam keadaan yang sangat sulit, Abu Safia terus memberi informasi kepada dunia melalui pernyataan video tentang kondisi yang semakin memburuk di Gaza, memohon agar dunia internasional memberikan perhatian dan intervensi untuk menghentikan serangan yang dilakukan Israel.

    Sampai saat ini, nasib Hussam Abu Safia tetap tidak jelas setelah ia ditahan oleh pasukan Israel.

    Serangan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan

    Pada 23 November 2024 lalu, Rumah Sakit Kamal Adwan kembali diserang oleh pesawat nirawak Israel, yang menyebabkan Abu Safia terluka parah oleh pecahan peluru.

    Meski mengalami enam luka di pahanya, yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan arteri, Abu Safia tetap bersikeras untuk melanjutkan pekerjaannya.

    “Ini tidak akan menghentikan kami. Saya terluka di tempat kerja, dan itu merupakan suatu kehormatan,” tegasnya.

    “Darah saya tidak lebih berharga daripada darah rekan kerja saya atau orang-orang yang kami layani,” ucap Abu Safia.

    Kesaksian tentang Kekejaman di Rumah Sakit Kamal Adwan

    Selain itu, Euro-Med Monitor mengungkapkan kesaksian mengerikan dari para penyintas serangan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan, yang melaporkan adanya pembunuhan, eksekusi lapangan, serta pelecehan seksual dan fisik yang dilakukan oleh pasukan Israel di dalam dan sekitar rumah sakit.

    Seorang paramedis mengungkapkan bahwa pasukan Israel menembak mati seorang pria yang sedang mengibarkan bendera putih serta seorang anak dengan gangguan psikologis.

    Euro-Med Monitor juga melaporkan bahwa tentara Israel memaksa wanita dan anak perempuan untuk melepas pakaian mereka di bawah ancaman dan hinaan.

    Beberapa wanita bahkan melaporkan mengalami pelecehan seksual.

    lihat foto
    Serangan udara Israel ke RS Kamal Adwan di Gaza Utara. ABu Obaida, juru bicara Al Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan, nyawa para sandera Israel tergantung pada pergerakan tentara Israel di Gaza Utara.

    Biodata Hussam Abu Safia

    Nama Lengkap: Hussam Abu Safia

    Nama Panggilan: Abu Elias

    Tempat Tanggal Lahir: 21 November 1973, Kamp Pengungsi Jabalia, Gaza Utara, Palestina

    Usia: 51 tahun (pada 2024)

    Pendidikan: Master di bidang Pediatri dan Neonatologi

    Sertifikasi dari lembaga Palestina di bidang pediatri dan neonatologi

    Profesi: Dokter Spesialis Anak, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Beit Lahiya, Gaza Utara

    Kewarganegaraan: Palestina

    Status: Menikah, memiliki beberapa anak, salah satunya adalah Ibrahim, yang tewas dalam serangan pesawat nirawak Israel pada Oktober 2023

    Latar Belakang Keluarga: Keluarganya mengungsi pada tahun 1948 dari kota Hamama, distrik Ashkelon, Palestina, akibat perang

    Karier dan Pengabdian: Sebagai Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Abu Safia memainkan peran penting dalam sistem perawatan kesehatan di Gaza.