kab/kota: Kairo

  • 3 Diplomat Qatar Tewas Akibat Kecelakaan di Mesir Jelang KTT Perdamaian Gaza

    3 Diplomat Qatar Tewas Akibat Kecelakaan di Mesir Jelang KTT Perdamaian Gaza

    Kairo

    Kecelakaan maut terjadi di dekat kota Sharm el-Sheikh, Mesir, yang menjadi lokasi konferensi tingkat tinggi (KTT) membahas perdamaian di Gaza. Sebanyak tiga diplomat Qatar tewas dan dua lainnya luka-luka dalam kecelakaan mobil di Mesir.

    Dilansir AFP, Minggu (12/10/2025), para diplomat dan delegasi resmi telah tiba di kota resor Laut Merah tersebut dalam beberapa hari terakhir untuk merundingkan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.

    Media pemerintah Mesir, Al-Qahera News, mengatakan lima warga Qatar dan seorang pengemudi Mesir berada di dalam kendaraan tersebut saat kecelakaan terjadi. Peristiwa itu diduga terjadi karena kehilangan kendali kemudi.

    Kedutaan Besar Qatar di Kairo menyampaikan ‘duka cita dan duka yang mendalam’ atas kematian ketiga diplomat tersebut. Jenazah mereka akan diterbangkan ke Doha.

    “Kedutaan Besar Qatar dan yang terluka akan dipindahkan ke Doha dengan pesawat Qatar hari ini Kedua korban luka saat ini sedang menerima perawatan medis yang diperlukan di Rumah Sakit Internasional Sharm El Sheikh,” demikian keterangan resmi Qatar.

    Qatar, bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat, telah terlibat dalam perundingan selama berbulan-bulan yang mengarah pada gencatan senjata Gaza yang menurut Israel mulai berlaku pada Jumat lalu. Sharm el-Sheikh juga akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian yang dimulai Senin (13/10) besok.

    Tonton juga video “Polda Metro Siap Bertemu Keluarga Arya Daru” di sini:

    (haf/imk)

  • Jalan Terjal Kemanusiaan di Gaza: Kisah Dokter Prita Bawa Harapan Kehidupan di Antara Dentuman Bom – Page 3

    Jalan Terjal Kemanusiaan di Gaza: Kisah Dokter Prita Bawa Harapan Kehidupan di Antara Dentuman Bom – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Perjalanan panjang dan berliku dilalui dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG, untuk bisa menapakkan kaki di tanah Gaza. Dokter Spesialis kebidanan dan kandungan ini menjadi salah satu anggota Emergency Medical Team (EMT) dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang berangkat ke Gaza dalam misi kemanusiaan.

    Dokter Prita mengisahkan perjuangannya menembus wilayah konflik tersebut sejak meletusnya Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam. Meski baginya perjalanan ke Gaza bukanlah yang pertama, tetapi tetap menantang.

    “Karena bagi BSMI, organisasi kemanusiaan tempat saya bergabung, itu, Gaza itu sebetulnya sudah beberapa kali pernah kami kunjungi, terhitung dari tahun 2008, 2009, 2010, 2012. Itu yang saya ikut, terus ada lagi yang saya enggak ikut,” katanya mengawal perbincangan dengan Liputan6.com di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al-Fauzan, Jumat (10/10/25).

    dr Prita kemudian menceritakan awal mula keterlibatan BSMI dalam misi kemanusian di Gaza baru-baru ini. Saat itu, BSMI mencoba bekerja sama dengan WHO yang sempat memberikan lampu hijau dan meminta tim datang ke Jordan untuk pertemuan. Namun, setelah ditemui, WHO menyampaikan bahwa BSMI tidak bisa diterima untuk berangkat ke Gaza.

    Dalam upaya mencari solusi, mereka diperkenalkan dengan organisasi Rahma Worldwide. dr. Prita bercerita, upaya yang dilakukan tim BSMI cukup alot dan membutuhkan waktu tidak sedikit. Singkat cerita, upaya BSMI menyakinkan organisasi Rahma Worldwide untuk ikut dalam misi kemanusiaan ini akhirnya berhasil. Hingga akhirnya, pada Januari 2024, rombongan BSMI sampai di Al-Aris, Mesir, sebuah kota yang hanya berjarak sekitar 40 KM dari Gaza.

    Perjalanan dari Kairo ke Al-Aris, memakan waktu lebih kurang enam jam. Sepanjang perjalanan, mereka didampingi Duta Besar Palestina. Diakuinya, selama di perjalanan rasa was-was selalu saja datang. Saban berhenti di pos pemeriksaan, dia hanya bisa mengencangkan doa-doa, berharap perjalanan bisa dilanjutkan dengan lancar tanpa ada penahanan.

    “Diharapkan dengan adanya duta besar dan mobil kedubes itu akan memperlancar. Memang benar lancar. Check point tetap dijalani tapi artinya tidak ada masalah sampai ditahan begitu. Hanya paspor yang ditahan sehingga kami tidak pegang paspor,” kata dia.

    Setelah menempung perjalanan panjang dan menegangkan, tim BSMI bergabung dengan Rahma Worldwide dan membentuk EMT untuk Gaza. dr. Prita sendiri bergabung dalam tim kedua setelah sebelumnya tim pertama hanya terdiri dari dua orang dokter.

    Sambil menunjukkan kumpulan foto-foto relawan yang ada di majalah BSMI periode khusus 2025, dr. Pirta berceritra momen ketika dia dan tim di Amman, Yordania. Mereka mendapatkan arahan dari Duta Besar Indonesia sebelum melanjutkan perjalanan darat menuju Gaza. Mereka melalui perbatasan Yordan-Israel melintasi dua pos imigrasi. Biasanya, pemeriksaan yang dilakukan untuk menuju ke Gaza sangatlah ketat. Mulai dari larangan tidak boleh banyak bicara hingga barang bawaan yang dibatasi.

    “Kami tidak boleh banyak bicara dan barang bawaan dibatasi ketat. Hanya boleh satu koper besar, satu koper kecil, dan satu tas tangan,” ucap dia.

    Sampailah di Gaza. Suasananya hatinya berkecamuk. Bahagia bercampur sedih. Satu sisi, dia merasa bahagia karena misi kemanusiaan bisa segera dimulai. Tetapi di lubuk hati terdalam, dia sedih melihat kondisi Gaza kini. Semakin kacau jika dibandingkan dengan keadaan saat dia berkunjung 2008 lalu.

    “Begitu masuk Gaza itu 180 derajat. Bahkan saya yang sudah pernah ke Gaza dulu di perang 2008. Pada saat gencatan senjata kan kami masuk, itu kaget ya, nggak nyangka sama sekali bahwa kerusakannya sedemikian massif, sampai shock gitu ya,” terangnya.

    dr Prita semakin dibuat terperangah. Di tengah kondisi yang menyedihkan tersebut, kehidupan warga Gaza yang tetap berjalan seperti biasanya. Anak-anak main bola dan layangan, anak perempuan bermain dengan teman sebaya, ibu-ibu menggendong anak, bapak-bapak dengan kesibukannya. Ada yang naik sepeda membawa barang, ada yang naik kereta keledai, ada yang memperbaiki mobil di bengkel hingga yang mendorong mobil.

    “Jadi mereka itu memang kan ketahanannya dikenal cukup tinggikan,” ucapnya dengan kagum.

  • Hamas Setuju Setop Gunakan Senjata, Tapi Tolak Menyerahkannya

    Hamas Setuju Setop Gunakan Senjata, Tapi Tolak Menyerahkannya

    Kairo

    Kelompok Hamas telah setuju untuk membekukan penggunaan senjatanya, tetapi tidak menyerahkannya, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza terbaru yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).

    Hal tersebut, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (10/10/2025), diungkapkan oleh Kepala Layanan Informasi Negara Mesir, Diaa Rashwan, dalam pernyataannya. Mesir, bersama Qatar, juga menjadi mediator dalam perundingan yang berlangsung antara Hamas dan Israel.

    Rashwan, saat berbicara kepada Al Arabiya pada Rabu (8/10) malam, menjelaskan bahwa pembekuan penggunaan senjata itu merupakan bagian dari proposal gencatan senjata yang sebelumnya diajukan oleh Hamas kepada Israel, yang akan berlangsung antara 5 tahun hingga 10 tahun.

    Dia mengklarifikasi bahwa persenjataan Hamas tidak akan diserahkan kepada Israel atau entitas non-Arab mana pun.

    Perjanjian tersebut tidak secara spesifik menyebut soal siapa atau pihak mana yang akan mengawasi hal tersebut, namun merujuk pada sebuah komite independen yang dapat beranggotakan Mesir, Mesir-Arab, atau Mesir-Arab-Palestina.

    Rashwan menambahkan bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memiliki tujuan untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas selama perang berkecamuk di Jalur Gaza dalam dua tahun terakhir ini, namun gagal melakukannya.

    Dia mengatakan bahwa Netanyahu sekarang mencari “panggung teatrikal” untuk menunjukkan perlucutan senjata Hamas melalui perjanjian yang sedang berlangsung setelah dua tahun perang berkecamuk.

    Pernyataan Rashwan tersebut disampaikan setelah salah satu pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, mengatakan pada Kamis (9/10), seperti dilansir Reuters, bahwa tidak ada warga Palestina yang menerima perlucutan senjata. Hamdan menegaskan bahwa warga Palestina membutuhkan senjata dan perlawanan.

    Di tengah sambutan internasional yang luas terhadap perjanjian tersebut, yang menandai fase pertama dari rencana gencatan senjata Gaza dan pertukaran sandera-tahanan antara Israel dan Hamas, kesepakatan yang dicetuskan Presiden Donald Trump itu resmi mulai berlaku pada Kamis (9/10) waktu setempat.

    Menurut rencana perdamaian Gaza berisi 20 poin itu, akan ada proses demiliterisasi Gaza di bawah pengawasan pemantau independen, yang akan mencakup penembakan senjata secara permanen hingga tidak dapat digunakan lagi melalui proses decommissioning (proses penghentian secara permanen), dan didukung oleh program pembelian kembali dan reintegrasi yang didanai internasional, yang semuanya telah diverifikasi oleh para pemantau independen.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tok! Trump Sukses Buat Israel-Hamas Damai di Gaza, Ini “Rahasianya”

    Tok! Trump Sukses Buat Israel-Hamas Damai di Gaza, Ini “Rahasianya”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini menjadi kunci yang mendamaikan Israel dan kelompok Palestina, Hamas, di Gaza. Sebelumnya kedua belah pihak yang bertikai dilaporkan menyetujui tahap 1 perdamaian Gaza, sebagaimana diumumkan Trump di laman media sosialnya, Truth Social, dan diamini sejumlah media Arab, Rabu malam waktu setempat.

    Kesepakatan didapat setelah pertemuan ketiga negosiasi di Kairo Mesir. Hamas dan Israel berdialog tidak langsung dengan sejumlah mediator, yakni Mesir, Qatar, Turki dan AS.

    Lalu apa rahasia Trump sehingga ini terjadi? Berikut rangkumannya dikutip CNBC Indonesia, Kamis (9/10/2025).

    Trump Mengincar Nobel Perdamaian

    Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Trump mengincar hadiah Nobel Perdamaian. Pengumuman juga diberikan Trump sehari sebelum pengumuman Hadiah Nobel Perdamaian 2025.

    Trump sering mengatakan bahwa ia telah berperan sebagai juru damai dalam tujuh perang, termasuk konflik empat hari antara India dan Pakistan serta Azerbaijan dan Armenia. Trump pun tak pernah ragu untuk mengkritik panitia Nobel yang tak kunjung menyebut namanya, mengatakan mungkin Komite Nobel akan menemukan cara untuk tidak memberinya hadiah tersebut.

    “Entahlah… Marco (Menlu AS Marco Rubio) akan memberi tahu Anda bahwa kami telah menyelesaikan tujuh perang. Kami hampir menyelesaikan yang kedelapan,” katanya.

    “Saya rasa kami akan menyelesaikan situasi Rusia… Saya rasa belum ada orang dalam sejarah yang telah menyelesaikan sebanyak itu. Tapi mungkin mereka akan menemukan alasan untuk tidak memberikannya kepada saya,” tambahnya.

    Trump Berhasil Menekan Netanyahu

    Trump disebut telah menekan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ini terlihat ketika ia menjamu Netanyahu di Gedung Putih pada 29 September untuk mengungkap rencana perdamaian 20 poinnya.

    Ia secara terbuka memberikan kesan sepenuhnya mendukung sang PM. Trump pun mengatakan bahwa jika Hamas tidak menerima rencana tersebut, maka Israel akan mendapatkan “dukungan penuhnya untuk menyelesaikan pekerjaan” dan menghancurkan kelompok Palestina tersebut.

    Tapi sejumlah pengamat, mengutip AFP, menilainya Trump sebenarnya memberi warning ke Netanyahu. Ada beberapa alasan pendapat itu.

    Pertama, rencana yang ia ajukan kepada Netanyahu dan para pejabat Israel telah disusun setelah konsultasi ekstensif dengan para pemimpin Arab dan Muslim di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu sebelumnya. Ketika Netanyahu dihadapkan dengan rencana tersebut, ia menemukan ada beberapa poin penting di dalamnya, di mana ia bersumpah untuk akan menerimanya, seperti mengizinkan berdirinya negara Palestina.

    Namun, alih-alih mempermasalahkan detailnya, Trump mendorong Israel, untuk segera menyelesaikan kesepakatan. Trump mengatakan kepada outlet berita Axios bahwa ia telah berkata kepada Netanyahu: “Bibi, ini kesempatanmu untuk menang”.

    “Dia baik-baik saja dengan itu. Dia harus baik-baik saja dengan itu. Dia tidak punya pilihan. Dengan saya, kamu harus baik-baik saja,” ujar Trump.

    Trump Kini Memang Lebih Dekat ke Arab

    Trump juga secara pribadi geram dengan serangan Israel terhadap anggota Hamas di Qatar, sekutu AS lainnya, ketika negosiasi berada pada tahap sensitif. Ia memanfaatkan persatuan Arab untuk melawan serangan tersebut agar mereka semua menyetujui rencana tersebut.

    Ia kemudian “menyergap” Netanyahu, memaksanya menelepon pemimpin Qatar dari Ruang Oval untuk meminta maaf. Trump bahkan duduk memegang telepon untuk Netanyahu sementara pemimpin Israel itu membacakan secarik kertas, sebuah foto yang dirilis oleh Gedung Putih menunjukkan.

    Politico melaporkan bahwa seorang pejabat senior Qatar juga berada di ruangan tersebut untuk memastikan Netanyahu tetap sesuai rencana. Trump kemudian menandatangani perintah luar biasa yang memberikan jaminan keamanan AS kepada Qatar.

    Pergeseran ini juga mencerminkan hubungan dekat yang telah dibina Trump dengan negara-negara Arab selama ini. Bukan hanya sekarang, tapi jauh sebelum itu, di masa pertama kepemimpinannya tahun 2017-2021.

    Dalam masa jabatan pertamanya, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko menandatangani Perjanjian Abraham (Abraham Accords) yang mengakui Israel. Abraham Accords adalah perjanjian yang diinisiasi Trump.

    Di masa kedua memimpin, perjalanan luar negeri besar pertama Trump adalah ke negara-negara Teluk yaitu Qatar, Mesir, dan Abu Dhabi, tanpa singgah di Israel. Bahkan ia mendapat pesawat mewah dari Qatar.

    Trump Memanfaatkan Hamas

    Trump meningkatkan tekanan ke Hamas dengan memberi kelompok itu batas waktu hingga 5 Oktober. Hamas didesak untuk membuat kesepakatan atau damai atau menghadapi “neraka” baru di sana.

    Hamas lalu merespons dengan janji Trump itu. Trump dengan cepat memanfaatkannya sebagai kemenangan.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Profil Lukman Hakim Siregar, Eks Asisten Deputi Wapres yang Kini Jadi Dubes di Suriah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        9 Oktober 2025

    Profil Lukman Hakim Siregar, Eks Asisten Deputi Wapres yang Kini Jadi Dubes di Suriah Nasional 9 Oktober 2025

    Profil Lukman Hakim Siregar, Eks Asisten Deputi Wapres yang Kini Jadi Dubes di Suriah
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Lukman Hakim Siregar menjadi satu dari 10 Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk negara sahabat yang dilantik Presiden Prabowo Subianto, pada Rabu (8/10/2025).
    Ia dilantik menjadi Dubes Indonesia untuk Republik Arab Suriah yang berkedudukan di Damaskus.
    Pelantikannya didasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 112/P Tahun 2025 tentang Pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia.
    “Bahwa saya untuk diangkat menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh, wakil duta besar, akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya, demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara,” ujar Prabowo mendiktekan naskah sumpah jabatan, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
    Dengan dilantiknya para dubes dan wakil dubes, Prabowo menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat diplomasi Indonesia di tingkat global, memperluas kerja sama strategis, serta memperjuangkan kepentingan nasional di tengah dinamika politik dan ekonomi dunia yang terus berkembang.
    Lukman Hakim Siregar merupakan pria kelahiran pria kelahiran Rondaman, Sumatera Utara, pada 31 Januari 1969.
    Namanya pernah ditempatkan menjadi staf lokal di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo pada 1996 hingga 1997.
    Setelah itu, Lukman Hakim Siregar juga pernah ditempatkan di KBRI di Amman dan Kabul dalam rentang waktu antara 2007 sampai 2020.
    Hingga akhirnya, ia kembali ke Indonesia dan menjadi Asisten Deputi Hubungan Internasional Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin pada 2021. Kemudian, Deputi Dukungan Kebijakan Nasional dan Visi Nasional Wapres pada 2022.
    Di Istana Negara pada Rabu (8/10/2025), Presiden Prabowo Subianto melantik 10 dubes dan satu wakil dubes.
    Pengangkatan para Dubes LBBP tertuang dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 112/P Tahun 2025 tentang Pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia.
    Sementara itu, Wakil Dubes RI dilantik berdasarkan Keppres Nomor 113/P Tahun 2025 tentang Penugasan Wakil Duta Besar Republik Indonesia.
    Berikut daftar dubes dan wakil dubes Indonesia yang dilantik:
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Prabowo Lantik 10 Duta Besar dan 1 Wadubes, Ini Daftar Lengkapnya

    Prabowo Lantik 10 Duta Besar dan 1 Wadubes, Ini Daftar Lengkapnya

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto melantik 10 duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk sejumlah negara sahabat.

    Pelantikan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 112 P Tahun 2025 tentang Pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI.

    Selain itu, Presiden juga menandatangani Keppres Nomor 113 P Tahun 2025 yang mengatur penugasan Wakil Duta Besar RI di Beijing, Republik Rakyat China (RRC). Prabowo menugaskan Irine sebagai tokoh yang mengisi posisi tersebut. 

    Sebelumnya, sejumlah tokoh sudah mulai berdatangan ke Komplek Istana Kepresidenan sejak pukul 12.30 WIB. Salah satunya Anggito Abimanyu yang dilantik sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

    Adapun 10 duta besar yang dilantik adalah:

    1. Berlian Helmy sebagai Dubes RI untuk Azerbaijan (Baku)

    2. Kuncoro Giri Waseso sebagai Dubes RI untuk Mesir (Kairo)

    3. Syahda Guruh Langkah Samudera sebagai Dubes RI untuk Qatar (Doha) 

    4. Lukman Hakim Siregar sebagai Dubes RI untuk Suriah (Damaskus)

    5. Laurentius Amrih Jinangkung sebagai Dubes RI untuk Belanda (Den Haag)

    6. Adam Mulawarman Tugio sebagai Dubes RI untuk Vietnam (Hanoi)

    7. Hotmangaradja Pandjaitan sebagai Dubes RI untuk Singapura

    8. Raden Dato Mohammad Iman Hascarya Kusumo sebagai Dubes RI untuk Malaysia (Kuala Lumpur)

    9. Listyowati sebagai Dubes RI untuk Bangladesh, merangkap Nepal (Dhaka)

    10. Andy Rachmianto sebagai Duta Besar (Dubes) RI untuk Kerajaan Belgia merangkap Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa (Brussel)

  • 7 Update Gaza: Nego Damai di Kairo-Israel Siksa Greta Thunberg

    7 Update Gaza: Nego Damai di Kairo-Israel Siksa Greta Thunberg

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Memasuki peringatan dua tahun, perang di Gaza terus berkecamuk tanpa tanda-tanda akan berakhir. Perang ini masih meninggalkan jejak kehancuran dan duka yang mendalam.

    Berikut adalah tujuh laporan mendalam mengenai perkembangan terkini dari perang tersebut dikutip dari Al Jazeera, Senin (6/10/2025):

    1. Negosiasi Damai di Kairo dan Desakan Trump

    Harapan utama untuk perdamaian saat ini bertumpu pada perundingan tidak langsung yang berlangsung di Kairo, dengan Mesir dan Qatar bertindak sebagai mediator kunci. Delegasi Hamas, yang dipimpin oleh pejabat senior Khalil al-Hayya, telah berada di ibu kota Mesir untuk membahas detail teknis dari proposal perdamaian yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.

    Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu juga telah memberikan mandat kepada tim negosiasinya. Ia meminta untuk menyelesaikan rincian kesepakatan.

    Momentum ini diperkuat oleh desakan langsung dari Presiden AS Donald Trump yang secara terbuka meminta para negosiator untuk “bergerak cepat”. Menjelang peringatan dua tahun konflik, Trump menyatakan keyakinannya bahwa kedua belah pihak siap mencapai “PERDAMAIAN abadi” dan menekankan pentingnya perundingan ini diselesaikan dalam minggu ini.

    Rencana Trump mencakup penghentian segera operasi militer dan pembebasan seluruh sandera. Rencana ini juga termasuk penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Meskipun ada optimisme, sejumlah isu fundamental masih menjadi ganjalan utama yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dialog ini. Topik-topik sensitif seperti mekanisme pelucutan senjata Hamas dan jaminan keamanan jangka panjang untuk Israel menjadi poin perdebatan yang alot.

    Keberhasilan perundingan Kairo sangat bergantung pada kemauan politik kedua belah pihak untuk berkompromi pada detail-detail krusial yang selama ini telah menggagalkan berbagai upaya serupa.

    2. Serangan Israel Terus Berlanjut 

    Saat para diplomat berupaya merajut perdamaian di Kairo, dentuman dan ledakan masih terdengar di berbagai penjuru Gaza. Laporan dari lapangan mengonfirmasi bahwa serangan Israel terus berlanjut.

    Sejak Senin subuh, setidaknya tujuh warga Palestina dilaporkan tewas dalam berbagai insiden terpisah, termasuk serangan yang menargetkan kerumunan warga yang sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan. Eskalasi serangan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai komitmen Israel terhadap proses perdamaian yang sedang berjalan.

    Meskipun ada laporan bahwa militer Israel telah diperintahkan untuk mengurangi operasi ofensif di Kota Gaza menjadi “tingkat minimum”, serangan udara dan artileri di wilayah lain tetap terjadi. Tindakan ini dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya untuk menekan Hamas di meja perundingan, namun berisiko merusak kepercayaan dan memprovokasi balasan yang dapat menggagalkan seluruh proses negosiasi.

    3. Korban Tewas Tembus 67 Ribu

    Konflik yang telah berlangsung hampir 24 bulan ini telah meninggalkan luka yang sangat dalam, tercermin dari jumlah korban yang terus bertambah. Menurut data terbaru dari otoritas kesehatan di Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas telah melampaui 67.139 jiwa.

    Angka ini menjadi pengingat tragis dari dampak destruktif perang terhadap populasi sipil yang terperangkap di tengah-tengahnya. Selain korban tewas, lebih dari 169.583 orang dilaporkan mengalami luka-luka, banyak di antaranya mengalami cacat permanen akibat ledakan bom dan reruntuhan bangunan.

    Sistem kesehatan di Gaza sendiri telah berada di ambang kehancuran total, dengan sebagian besar rumah sakit tidak lagi berfungsi akibat kerusakan fisik, kekurangan pasokan medis, dan serangan langsung. Tenaga medis bekerja tanpa lelah dalam kondisi yang mustahil, menangani gelombang pasien yang tak berkesudahan.

    4. Aktivis Global Sumud Flotilla Laporkan Perlakuan Buruk Israel ke Greta Thunberg

    Kabar mengkhawatirkan datang dari para aktivis internasional yang berpartisipasi dalam armada bantuan kemanusiaan (flotilla) untuk Gaza. Setelah ditahan oleh pasukan Israel, sejumlah aktivis, termasuk pegiat lingkungan Greta Thunberg, melaporkan perlakuan yang tidak manusiawi.

    Melalui perwakilan hukum dan konsuler, mereka mengaku telah diintimidasi, tidak diberi akses terhadap kebutuhan dasar seperti air dan obat-obatan. Mereka juga dipaksa melakukan tindakan yang merendahkan.

    Menurut kesaksian yang berhasil dikumpulkan oleh tim pengacara dan beberapa media internasional, para aktivis ditahan dalam kondisi yang buruk. Beberapa saksi mata bahkan menuduh pasukan Israel melakukan kekerasan fisik, seperti menyeret dan memukul Thunberg, serta memaksanya berfoto dengan bendera Israel sebagai bentuk intimidasi.

    Tuduhan ini telah dibantah keras oleh pihak Israel yang menyebutnya sebagai “kebohongan terang-terangan”. Namun kesaksian dari berbagai aktivis yang telah dibebaskan cenderung konsisten.

    5. Human Rights Watch

    Di tengah optimisme yang coba dibangun oleh Washington, kritik tajam datang dari organisasi pemantau hak asasi manusia terkemuka, Human Rights Watch (HRW). Mereka menyatakan bahwa “Rencana Komprehensif untuk Mengakhiri Konflik Gaza” yang diusulkan Trump gagal total dalam menangani isu-isu fundamental seperti keadilan dan akuntabilitas atas pelanggaran berat yang dilakukan oleh semua pihak selama dua tahun terakhir.

    HRW berpendapat bahwa setiap rencana perdamaian yang langgeng tidak boleh hanya berfokus pada pengaturan keamanan dan politik, tetapi juga harus memastikan adanya mekanisme untuk mengadili para pelaku kejahatan perang dan memberikan reparasi bagi para korban. Rencana Trump, menurut HRW, cenderung mengabaikan aspek krusial ini demi mencapai kesepakatan politik yang cepat. Mereka khawatir ini akan menciptakan “impunitas” yang dapat memicu siklus kekerasan baru di masa depan.

    Oleh karena itu, Human Rights Watch mendesak negara-negara dunia untuk tidak hanya menunggu implementasi rencana Trump. Mereka menyerukan tindakan nyata dan segera, seperti pemberlakuan embargo senjata terhadap pihak-pihak yang terlibat, penerapan sanksi yang ditargetkan kepada individu yang bertanggung jawab atas kejahatan perang, serta memberikan dukungan penuh terhadap penyelidikan yang sedang dilakukan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

    6. Serangan Israel di Dekat Sekolah 

    Sebuah insiden terjadi di lingkungan Tal al-Hawa, Kota Gaza. Sebuah serangan udara Israel yang terjadi di dekat sebuah sekolah dilaporkan telah melukai sejumlah warga Palestina. Yang lebih memilukan, beberapa korban di antaranya adalah anak-anak yang sedang berada di sekitar lokasi tersebut.

    Militer Israel telah mengonfirmasi pelaksanaan operasi di area Kota Gaza. Namun detail mengenai target spesifik serangan tersebut masih belum jelas.

    Lingkungan seperti Tal al-Hawa telah berulang kali menjadi sasaran selama konflik, mengubah area pemukiman padat penduduk menjadi medan pertempuran. Serangan di dekat fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah secara konsisten menimbulkan korban dari kalangan non-kombatan.

    Insiden ini sekali lagi menunjukkan betapa sulitnya melindungi warga sipil, terutama anak-anak, dalam perang perkotaan yang brutal seperti yang terjadi di Gaza.

    7. Israel Akan Peringati 2 Tahun Serangan 7 Oktober

    Saat perundingan berlangsung, Israel secara bersamaan bersiap untuk memperingati dua tahun serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang ini. Pihak kepolisian dan militer Israel (IDF) dilaporkan mengerahkan pasukan dalam jumlah besar ke wilayah perbatasan Gaza untuk mengamankan lokasi-lokasi yang akan menjadi pusat kegiatan peringatan dan kunjungan oleh ribuan warga.

    Fokus pengamanan terutama ditujukan pada beberapa titik simbolis yang menjadi lokasi pembantaian, seperti Kibbutz Be’eri, kota Sderot, dan lokasi festival musik Nova di dekat Reim. Di tempat-tempat ini, ratusan keluarga korban dan warga Israel diperkirakan akan berkumpul untuk mengadakan upacara peringatan, meletakkan bunga, dan mengenang mereka yang terbunuh atau diculik.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perang Gaza Segera Tamat? Israel, Hamas & AS Mulai Nego Damai di Mesir

    Perang Gaza Segera Tamat? Israel, Hamas & AS Mulai Nego Damai di Mesir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Delegasi dari Hamas, Israel, dan Amerika Serikat (AS) bertemu di Mesir untuk berunding soal perdamaian Gaza, Senin (6/10/2025) ini. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mendesak para negosiator untuk “bergerak cepat” guna mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir dua tahun di wilayah kantong Palestina itu.

    Baik Hamas maupun Israel telah menanggapi secara positif usulan Trump untuk mengakhiri pertempuran dan pembebasan tawanan di Gaza dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel. Negosiator utama Hamas, Khalil al-Hayya, akan bertemu dengan mediator dari Mesir dan Qatar di Kairo terlebih dulu hari ini, menjelang perundingan di kota resor Sharm El-Sheikh, Mesir.

    “Negosiasi akan bertujuan untuk menentukan tanggal gencatan senjata sementara”, kata pejabat yang terlibat negosiasi, dikutip AFP.

    “Serta menciptakan kondisi untuk tahap pertama rencana perdamaian, di mana 47 sandera yang ditahan di Gaza akan dibebaskan dengan imbalan ratusan tahanan Palestina,” tambahnya.

    Melalui platform Truth Social, Trump memuji “diskusi positif dengan Hamas” dan sekutu di seluruh dunia, termasuk negara-negara Arab dan Muslim. Trump juga telah mengirim dua utusan ke Mesir, menantunya Jared Kushner dan negosiator Timur Tengah Steve Witkoff.

    “Saya diberitahu bahwa tahap pertama harus selesai minggu ini, dan saya meminta semua orang untuk BERGERAK CEPAT,” tulis Trump.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada hari Minggu mendesak Israel untuk menghentikan pengeboman Gaza menjelang perundingan di Mesir. Ia menegaskan ke Israel, semua pihak tidak bisa membebaskan sandera di tengah-tengah serangan.

    Sementara itu, para menteri luar negeri dari beberapa negara, termasuk Mesir, mengatakan perundingan tersebut merupakan kesempatan nyata untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan harapan bahwa para sandera dapat dibebaskan dalam beberapa hari.

    Menurut rencana Trump, sebagai imbalan atas para sandera, Israel diperkirakan akan membebaskan 250 tahanan Palestina dengan hukuman seumur hidup dan lebih dari 1.700 tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap selama perang. Namun kepala militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, memperingatkan pada hari Minggu bahwa jika negosiasi gagal, militer akan “kembali bertempur” di Gaza.

    Israel Masih Terus Serang Gaza

    Sementara itu, Israel terus melancarkan serangan. Rekaman AFPTV menunjukkan asap tebal mengepul di cakrawala wilayah pesisir tersebut pada hari Minggu.

    Badan pertahanan sipil Gaza, sebuah pasukan penyelamat yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, mengatakan serangan Israel menewaskan sedikitnya 20 orang di seluruh wilayah tersebut pada hari Minggu. Sebanyak 13 di antaranya di Kota Gaza.

    Pada Minggu malam dan Senin pagi, serangan udara juga dilancarkan di Khan Yunis dan sebagian Kota Gaza. Penembakan artileri dan tembakan dari pesawat tanpa awak terus berlanjut di wilayah timur Kota Gaza.

    “Terdapat penurunan yang signifikan dalam jumlah serangan udara (sejak tadi malam). Tank dan kendaraan militer telah sedikit mundur,” kata Muin Abu Rajab, 40 tahun, seorang warga di lingkungan Al-Rimal di kota itu.

    Hamas bersikeras bahwa mereka harus memiliki suara dalam masa depan Gaza. Padahal, di peta jalan perdamaian Trump, presiden itu menetapkan Hamas dan faksi-faksi lainnya tidak memiliki peran apa pun dalam pemerintahan Gaza.

    Rencana AS, yang didukung oleh Netanyahu, menyerukan penghentian permusuhan, pembebasan sandera dalam waktu 72 jam, penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza. Ini termasuk pelucutan senjata Hamas, sesuatu yang sebelumnya digambarkan oleh kelompok tersebut sebagai garis merah.

    Berdasarkan usulan tersebut, administrasi wilayah tersebut akan diambil alih oleh badan teknokratis yang diawasi oleh otoritas transisi pascaperang. Otoritas ini akan dipimpin oleh Trump sendiri.

    “Kami berharap Trump akan menekan Netanyahu dan memaksanya untuk menghentikan perang,” kata Ahmad Barbakh, seorang penduduk wilayah Al-Mawasi.

    “Kami ingin kesepakatan pertukaran tahanan diselesaikan dengan cepat sehingga Israel tidak punya alasan untuk melanjutkan perang.”

    Hingga kini perang Israel ke Gaza memakan korban jiwa 46.000 orang. Sebelumnya armada The Global Sumud Flotilla, yang terdiri dari rombongan aktivis dunia yang berlayar dengan 45 kapal, dicegat dan ditangkap Israel saat hendak menyalurkan bantuan ke Gaza.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hamas Ingin Kesepakatan Akhiri Perang, Minta Pertukaran Tahanan Segera

    Hamas Ingin Kesepakatan Akhiri Perang, Minta Pertukaran Tahanan Segera

    Jakarta

    Seorang pejabat senior Hamas mengatakan pihaknya ingin mencapai kesepakatan mengakhiri perang. Hamas juga berharap dapat melakukan pertukaran tahanan dengan Israel segera, di saat para negosiator berkumpul di Mesir melakukan perundingan.

    Diketahui, negosiator Israel dan Hamas akan menggelar perudingan tidak langsung di Mesir pada Minggu dan Senin. Para negosiator akan menyelesaikan detail-detail penting selama perundingan dalam upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir dua tahun di Gaza, setelah Hamas menyetujui rencana perdamaian yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump.

    Negosiator Hamas berangkat dari Doha dan diperkirakan akan tiba di Kairo pada hari Minggu sebelum menuju Sharm el-Sheikh untuk berpartisipasi dalam negosiasi tersebut. Hal itu disampaikan pejabat senior Hamas dengan syarat anonim, karena ia tidak berwenang untuk berbicara mengenai masalah tersebut.

    “Hamas sangat ingin mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan segera memulai proses pertukaran tahanan sesuai dengan kondisi lapangan,” ujar pejabat senior Hamas, dilansir AFP, Minggu (5/10/2025).

    “Pendudukan tidak boleh menghalangi implementasi rencana Presiden Trump. Jika pendudukan memiliki niat tulus untuk mencapai kesepakatan, Hamas siap,” imbuhnya.

    “Negosiasi ini bertujuan untuk membahas jadwal persiapan kondisi lapangan untuk pemindahan tawanan yang ditahan di Gaza, sebagai langkah awal untuk memulai proses pertukaran tahanan,” tambahnya.

    “Seiring dengan penghentian aktivitas militer Israel, Hamas dan faksi-faksi perlawanan juga akan menghentikan operasi dan aksi militer mereka,” tambahnya.

    Sumber tersebut menambahkan, perundingan itu diperkirakan juga akan mencakup pembahasan peta yang akan disediakan oleh Israel yang menunjukkan rute dan jadwal penarikan pasukan, yang akan bertepatan dengan proses pertukaran tahanan.

    Selain itu, delegasi Hamas juga akan menyampaikan daftar tahanan Palestina yang harus dibebaskan oleh Israel sebagai imbalan atas tawanan Israel tersebut.

    Menurut rencana Trump, Israel diperkirakan akan membebaskan 250 tahanan Palestina dengan hukuman seumur hidup dan lebih dari 1.700 tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerang Israel, yang memicu perang yang sedang berlangsung.

    (yld/gbr)

  • Global Flotilla Terus Berlayar ke Gaza, Tuduh Israel Lakukan Intimidasi

    Global Flotilla Terus Berlayar ke Gaza, Tuduh Israel Lakukan Intimidasi

    Kairo

    Armada puluhan kapal yang berlayar ke Jalur Gaza, dengan membawa bantuan kemanusiaan, akan terus melanjutkan perjalanan meskipun menghadapi apa yang mereka sebut sebagai “taktik intimidasi” oleh militer Israel.

    Armada 45 kapal yang membawa aktivis dan politisi, termasuk aktivis Swedia Greta Thunberg dan cucu mendiang Nelson Mandela, Mandia Mandela, berangkat dari Spanyol bulan lalu, dengan tujuan menembus blokade Gaza.

    “Pada dini hari tadi, pasukan angkatan laut pendudukan Israel melancarkan operasi intimidasi terhadap Global Sumud Florilla,” kata penyelenggara Global Sumud Flotilla dalam pernyataan yang dirilis saat kapal-kapal itu mendekati lepas pantai Mesir, seperti dilansir AFP, Rabu (1/10/2025).

    Dalam upaya-upaya sebelumnya, kapal Gaza Flotilla menghadapi pencegatan saat mendekati perairan Mesir.

    Setelah meninggalkan Spanyol, armada tersebut singgah di Tunisia selama 10 hari sebelum melanjutkan perjalanan pada 15 September.

    Salah satu kapal utama armada tersebut, Alma, menurut Global Sumud Flotilla dalam pernyataannya, sempat “dikelilingi secara agresif oleh sebuah kapal perang Israel selama beberapa menit”.

    “Tak lama kemudian, kapal angkatan laut yang sama menargetkan (kapal bernama) Sirius, mengulangi manuver melecehkan yang sama untuk waktu yang lama — sebelum akhirnya pergi,” sebut pernyataan Global Sumud Flotilla.

    Seorang anggota parlemen Prancis, Marie Mesmeur, yang berada di atas kapal Sirius mengatakan kepada AFP bahwa dirinya melihat setidaknya dua kapal tidak dikenal, yang salah satunya berlayar “sangat, sangat dekat”.

    Mesmeur menyebut ada juga “sebuah kapal patroli militer dengan lampu besar diarahkan ke kami”. Dia menambahkan bahwa selama insiden berlangsung, semua komunikasi radar dan internet di kapal terputus.

    Dalam pernyataan lainnya via media sosial X, Global Sumud Flotilla mengatakan pihaknya tetap “waspada saat memasuki area di mana armada-armada sebelumnya dicegat dan/atau diserang”.

    Israel telah memblokir dua upaya para aktivis untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui kapal ke Jalur Gaza, yakni pada Juni dan Juli lalu. Pada Juni lalu, sebanyak 12 aktivis di atas kapal layar Madleen, termasuk Thunberg, dicegat oleh pasukan Israel di perairan berjarak 185 kilometer sebelah barat Jalur Gaza.

    Hingga pukul 05.30 GMT pada Rabu (1/10), Global Sumud Flotilla melaporkan bahwa mereka berada di Laut Mediterania di sebelah utara pantai Mesir, dan mendekati batas 120 mil laut — atau sekitar 220 kilometer — dari wilayah Palestina.

    “Kami terus berlayar tanpa gentar menghadapi ancaman dan taktik intimidasi Israel,” tegas penyelenggara Global Sumud Flotilla dalam pernyataannya via media sosial X. Armada itu juga membawa anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina Rima Hassan dan mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)