Bupati Samani: Bahasa Jawa dengan Dialek Muria Unik dan “Ngangeni”
Editor
KUDUS, KOMPAS.com
– Lomba Dialog Bahasa Jawa Dialek Muria yang digelar Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X Jawa Tengah dan DIY rampung pada Rabu (3/9/2025).
Dibuka pada Juli lalu dengan seleksi online dalam bentuk kiriman video, puncak kompetisi berlangsung melalui ajang Grand Final 10 peserta digelar di Ballroom Hotel Griptha.
Perwakilan dari Kudus pelajar SMPN 1 Dawe merebut peringkat kedua.
Sementara SMPN 1 Jati dan SMPN 5 Kudus harus puas di peringkat 4 dan 6.
Bupati Kudus, Samani Intakoris mengatakan, lomba ini menjadi sarana penting untuk menumbuhkan semangat generasi muda dalam menjaga bahasa daerah.
Termasuk menjadi sarana inspirasi bagi masyarakat Kudus terkait kemajuan budaya dan bahasa.
Bupati juga menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengasah talenta berbahasa Jawa.
“Dialek Muria antara Pati, Jepara, Blora, dan Kudus punya keunikan yang ngangeni,” kata dia.
Dengan lomba ini, Pemkab memberikan ruang kepada generasi muda untuk berekspresi, sekaligus menumbuhkan bibit unggul yang bisa mewakili di tingkat nasional.
“Bahasa Jawa adalah warisan penuh tata krama dan etika yang patut kita uri-uri,” terangnya.
Kepala BPK Wilayah X Jawa Tengah dan DIY yang diwakili oleh Pamong Budaya Ahli Madya BPK Wilayah X Jawa Tengah dan DIY, Wikanto Harimurti menuturkan, lomba ini merupakan upaya nyata dalam melestarikan bahasa daerah sebagai warisan budaya takbenda yang harus terus dijaga.
Lomba dialog Bahasa Jawa dengan dialek Muria ini adalah satu dari sekian banyak upaya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.
Bertujuan agar pelajar SMP semakin bangga dan bersemangat melestarikan kebudayaan Jawa.
Lomba tersebut diikuti oleh 34 tim dari empat kabupaten. Meliputi, Kabupaten Blora 8 tim, Jepara 9 tim, Kudus 8 tim, dan Pati 9 tim. Masing-masing tim terdiri dari dua siswa.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul
Bupati Samani: Dialek Bahasa Jawa Muria Unik dan Ngangeni
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Jepara
-
/data/photo/2025/09/06/68bb865046e49.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Bupati Samani: Bahasa Jawa dengan Dialek Muria Unik dan "Ngangeni" Regional 6 September 2025
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5339447/original/052802100_1757058168-IMG-20250904-WA0207.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Momen Haru Puluhan Pelajar Terlibat Kerusuhan Jepara Menangis Dalam Dekapan Ibu
Tidak hanya itu, jajaran Polres Jepara pun gerak cepat dalam mengungkap aksi unjuk rasa yang berakhir anarkis, Minggu (31/08/2025) dini hari.
Polisi memburu para pelaku kerusuhan yang telah menjarah dan membakar Gedung DPRD Jepara. Hasilnya, 9 orang pelaku aksi pembakaran Kantor DPRD Jepara diringkus.
Dari jumlah yang ditangkap polisi tersebut, perinciannya empat orang dewasa ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan lima pelaku lainnya masih di bawah umur, sehingga diproses sesuai aturan hukum yang berlaku.
Aksi kerusuhan berawal saat massa yang berkumpul di sepanjang ruas Jalan KS Tubun hingga Jalan Kartini Jepara menyampaikan aspirasi hingga pukul 21.00 WIB. Usai aksi damai, massa membubarkan diri dengan tertib.
Usai para demonstran membubarkan diri, kemudian datang sekelompok pemuda yang langsung memicu kerusuhan. Para perusuh melakukan penutupan jalan, pelemparan batu dan bambu serta melakukan pembakaran ban.
Setelah terjadi kerusuhan tersebut, aparat gabungan pun turun tangan membubarkan aksi kerusuhan pada Sabtu (30/8/2025) pukul 21.30 WIB sampai 22.00 WIB hingga massa berhasil mundur.
Namun menginjak pukul 23.00 WIB, massa unjuk rasa mulai berpindah tempat dan berkumpul di depan Gedung DPRD Jepara. Setiba di area kantor DPRD Jepara, massa merusak fasilitas umum dengan membakar dan pelemparan batu kearah kantor DPRD Jepara.
Bahkan pintu gerbang gedung DPRD pun dijebol massa. Para perusuh ini melakukan pembakaran di gedung wakil rakyat. Massa yang sebagian adalah tersangka dalam peristiwa penjarahan ini, merangsek masuk ke dalam gedung melakukan penjarahan.
Wakapolres Jepara Kompol Edy Sutrisno mengatakan, sejumlah tersangka kerusuhan yang kini ditahan di Mapolres Jepara menjarah berbagai jenis barang inventaris kantor.
Barang-barang yang sempat dijarah sejumlah pelaku di antaranya sepeda motor, komputer, televisi, speaker, printer, proyektor dan berbagai peralatan kantor lainnya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, pihak Polres Jepara mngerahkan aparat gabungan dari Polres Jepara, Brimob, TNI, Satpol PP melakukan tindakan preventive strike, termasuk patroli skala besar di sejumlah titik.
Kapolres Jepara AKBP Erick Budi Santoso menegaskan, sejumlah pelaku kerusuhan dijerat Pasal 363 ayat 2 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara.
-

PSM Makassar Bisa Raih Kemenangan Perdana Saat Hadapi Persebaya Surabaya, Dukungan Penuh Suporter jadi Kunci
FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — PSM Makassar sampai pekan ketiga ajang Super League 2025/2026 belum berhasil meraih satu kemenanga pun.
Dimana, dari tiga laga yang sudah dimainkan PSM Makassar hanya mampu meraih hasil imbang.
Laga-laga menghadapi Persijap Jepara, Bhayangkara FC Lampung dan Semen Padang semuanya berakhir dengan skor imbang 1-1.
Karena itu, di laga pekan keempat ini skuad asuhan Bernardo Tavares itu pun mengincar kemenangan perdananya musim ini.
Laga menghadapi Persebaya Surabaya tentunya bukan hal yang mudah jika yang diincar adalah kemenangan.
Apalagi, mereka tengah berada dalam performa terbaiknya usai berhasil meraih dua kemenangan beruntun.
Pengamat sepakbola Imran Amirullah mengaku optimis PSM bisa meraih kemenangan di laga menghadapi Persebaya Surabaya.
Menurutnya bermain di kandang sendiri bisa menjadi kekuatan lebih untuk PSM Makassar yang mengincar kemenangan perdana.
“Saya pikir cukup besar dan saya yakin PSM Makassar bisa menang di laga home ini. Kemenangan pertama di laga keempat ini,” kata Imran Amirullah kepada Fajar.co.id, Jumat (29/8/2025).
“Mudah-mudahan PSM bisa manfaatkan dengan situasi main kandang paling tidak ada dukungan dari suproter,” tambahnya.
Lanjut, ia menyebut PSM jika bermain di kandang bisa memiliki kekuatan lebih dan hal itulah yang perlu untuk dimanfaatkan.
“Karena PSM kalau sudah main dikandang itu dia punya gairah yang lebih,” ungkapnya.
Adapun untuk pertandingan pekan keempat ini, PSM Makassar akan berhadapan dengan lawan yang kuat.
Berstatus sebagai tuan rumah PSM Makassar akan kedatangan tamunya yaitu Persebaya Surabaya.
-
/data/photo/2025/08/26/68adb26565f3a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik Megapolitan 26 Agustus 2025
Cerita Perantau Tinggal di Kolong Flyover Grogol, Menanti Digusur Penataan Ruang Publik
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Di bawah riuh kendaraan yang melintas di jalan layang dan tol Grogol, Jakarta Barat, sejumlah warga hidup tanpa tempat tinggal layak.
Mereka memilih menetap di kolong
flyover
, menjadikannya “rumah” sekaligus pangkalan kerja.
Rukiman (48), perantau asal Jepara, Jawa Tengah, sudah sekitar delapan bulan terakhir menetap di kolong
flyover
Grogol.
Pria yang sehari-hari mencari nafkah sebagai tukang gali itu menuturkan, lokasi tersebut sudah lama dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pekerja serabutan.
“Kalau dari dulu, dari jaman dulu kan orang di Jakarta sudah tau, kalau cari tukang gali, ya tukang gali Grogol. Ya kita-kita ini, yang di kolong sini,” ujar Rukiman kepada
Kompas.com
, Selasa (26/8/2025).
Namun, kondisi ekonomi yang kian sulit membuatnya tak lagi bergantung pada satu jenis pekerjaan.
“Sekarang ya kan cari duit susah
to
, kerja ya apa saja, serabutan saja. Enggak mesti galian atau proyek. Yang penting bisa dapat (uang),” katanya.
Rukiman mengaku sudah hampir satu bulan tak mendapat pesanan proyek.
“Sudah lama banget nggak ada orderan, sudah jarang yang dateng ke sini. Hampir satu bulan kayaknya,” sambungnya.
Di perantauan, Rukiman tinggal bersama beberapa rekannya yang ia sebut sebagai dulur.
Mereka juga sama-sama datang dari Jepara dan tak punya tempat tinggal tetap.
“Ada dulur. Dulu kan ya ngikut dulur-dulur dari Jepara pada merantau ke sini (Jakarta). Sekarang di sini ya ada dulur juga,” tuturnya.
Rukiman tidur beralaskan kardus dan karung yang digelar di atas
paving block
.
Di samping tempat tidurnya, tampak ketel listrik, galon, tumpukan kardus berisi barang, hingga jam dinding sederhana.
Pemandangan serupa juga terlihat dari rekan-rekannya, ada yang beristirahat di atas tikar dan kardus, dengan tas ransel dijadikan bantal.
Pantauan
Kompas
.com menunjukkan, ada beberapa orang lain yang tinggal di sepanjang kolong
flyover
, dari lampu merah Grogol hingga Stasiun Grogol.
Lokasi ini juga dikenal sebagai titik macet dengan riuh klakson kendaraan pada jam sibuk.
Suwandi (46), tukang gali asal Kudus, menegaskan bahwa keberadaan mereka di kolong
flyover
bukan sekadar mencari tempat tinggal, melainkan pangkalan kerja.
“Pangkalan (bukan tempat tinggal). Ya tidur di sini tiap hari, buat nunggu orderan,” ucapnya sambil bersandar di tiang penyangga tol.
Ia mengakui, keberadaan mereka kerap dipersoalkan petugas Satpol PP.
“Dari jaman dulu juga kan orang udah pada tau kita (tinggal di kolong
flyover
). Cuma cari tempat buat tidur aja,” lanjutnya.
Saat ditanya soal rencana pemerintah menata ulang kolong
flyover
menjadi ruang publik, Rukiman hanya bisa pasrah.
“Ya, gimana, enggak mungkin melawan juga. Kan ini tanah negara, saya terserah gubernurnya saja. Saya cuma mau cari uang,” katanya.
Ia menegaskan tak pernah melawan ketika diminta pindah.
“Selama ini juga tertib, saya enggak pernah berani melawan. Karena semenang-menangnya kalau melawan negara, tetap pasti akan kalah,” ujarnya.
Suwandi pun mengaku hanya bisa mengikuti arahan pemerintah.
“Enggak tau. Harus ngapain juga saya enggak tau, Mas. Saya cuma bisa ngikut aja,” ucapnya.
Meski begitu, ia masih menyimpan harapan agar pemerintah suatu saat memperhatikan nasib mereka.
“Ya, mau aja sih. Tapi, saya enggak tau. Enggak mau apa-apa lagi, cuma mau cari kerjaan saja,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat menyampaikan rencana menata dua kolong flyover di Grogol dan Rawa Buaya menjadi ruang publik.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Jakarta Barat, Imron Sjahrin, menjelaskan rencana tersebut menindaklanjuti instruksi Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo usai meninjau
Skatepark
di kolong
flyover
Slipi pada 14 Agustus 2025.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong
flyover
Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron, Jumat (22/8/2025).
Pramono disebut menginginkan ruang di bawah flyover Jakarta Barat ditata serupa, baik menggunakan anggaran APBD maupun dana
Corporate Social Responsibility
(CSR).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/26/68ada55c5a3ea.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Penampakan Kolong Flyover Grogol yang Bakal Jadi Ruang Publik: Dihuni Sejumlah Orang Megapolitan 26 Agustus 2025
Penampakan Kolong Flyover Grogol yang Bakal Jadi Ruang Publik: Dihuni Sejumlah Orang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana menata kolong jalan layang (
flyover
) Grogol, Jakarta Barat, sebagai ruang publik.
Berdasarkan pantauan
Kompas.com
, Selasa (26/8/2025), kolong
flyover
tersebut berada di persimpangan Jalan Dr. Makaliwe dan Jalan Raya Kyai Tapa, tepat di seberang Halte Grogol dan Universitas Trisakti.
Area yang tertutup dua jalan layang umum dan dua jalur tol itu terbagi menjadi dua bagian: satu sisi dimanfaatkan warga dan pedagang, sementara sisi lainnya digunakan sebagai lokasi parkir kendaraan milik Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta.
Bagian yang ditempati pedagang memiliki luas sekitar 30×40 meter dengan empat tiang besar penyangga tol di bagian tengah.
Adapun area parkir kendaraan Unit Peralatan dan Perbekalan (Alkal) Dinas SDA DKI Jakarta berada di seberang jalan putar balik dari Jalan Dr. Makaliwe menuju Jalan Satria.
Tiang penyangga tol sebelumnya sudah dicat dengan motif abstrak warna-warni untuk mempercantik area dan mengurangi kesan kumuh.
Ketika
Kompas.com
di lokasi, terdapat sejumlah pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman menggelar lapak di kolong
flyover
.
Beberapa motor milik pengemudi ojek
online
yang sedang beristirahat juga terlihat diparkir di trotoar. Selain itu, terdapat tempat tidur sederhana milik warga yang tidak memiliki tempat tinggal.
Mereka menggunakan kardus, kain, serta tas sebagai alas dan bantal untuk beristirahat.
Rukiman (46), seorang pria tua asal Jepara, Jawa Tengah, adalah salah satu orang yang tinggal di kolong
Flyover
Grogol.
Ia mengaku sudah sekitar delapan bulan tinggal di kolong
flyover
tersebut sambil bekerja serabutan di Jakarta.
Meski dihuni sejumlah warga, kondisi kolong
flyover
terlihat cukup bersih dan terawat meski ada sejumlah karung dan kardus yang digunakan oleh warga yang tinggal di sana.
Beberapa tanaman hijau juga tumbuh di sisi yang berdempetan dengan jalan raya, membuat area ini tidak tampak terlalu kumuh.
Saat ditanya perihal rencana Pemprov DKI Jakarta untuk menata ulang kolong
flyover
, pedagang maupun warga mengaku belum mengetahui hal tersebut.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Barat berencana menata dua kolong
flyover
yang berlokasi di Grogol dan Rawa Buaya untuk dijadikan sebagai ruang publik.
“Kita meneruskan arahan dari Pak Gubernur sehubungan dengan kunjungan beliau pada Kamis yang lalu ke kolong
Flyover
Slipi terkait dengan kondisinya yang sudah tertata,” ujar Imron dilansir dari
Antara
, Jumat (22/8/2025).
Pramono menginginkan kolong
flyover
yang cukup luas di wilayah Jakarta Barat untuk ditata menjadi ruang publik.
“Pak Gubernur menginginkan kolong flyover yang memang medianya agak luas untuk dilakukan penataan supaya lebih baik, lebih tertata, lebih indah, apalagi kalau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas masyarakat,” kata Imron.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5326141/original/074378100_1756089957-IMG-20250822-WA0200.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Berkah Petani Kopi Muria, Kemarau Basah Bikin Panen Melimpah
Liputan6.com, Jakarta Dinginnya cuaca pagi yang menusuk tulang di Pegunungan Muria Kudus tak menyurutkan semangat kalangan petani kopi untuk memetik hasil jerih payah mereka selama ini.
Mereka bersemangat melakukan panen di tengah harga komoditi kopi varian Robusta yang tidak pahit seperti bubuk kopi. Sebab dalam musim panen yang dimulai sejak Juli lalu, senyum para petani Kopi di Desa Japan Kecamatan Dawe semakin manis seperti harga kopi saat ini.
Tak hanya itu, mereka juga mengalami lonjakan panen yang melimpah jika dibandingkan dengan musim panen tahun-tahun sebelumnya.
Perkebunan Kopi Muria yang tersebar di tiga kabupaten yang berada di kaki Gunung Muria yakni Jepara, Kudus, dan Pati tengah memasuki musim panen hingga dua bulan ke depan.
Perkebunan kopi di Kudus menjadi salah satu pemasok Kopi Robusta Muria paling banyak dibandingkan dua kabupaten lainnya. Keberadaan Kopi Muria di Desa Japan sudah ada sejak zaman penjajahan kolonial Belanda sejak ratusan tahun silam.
Selama ini meskipun musim panen dengan produksi kopi melimpah, namun belum tentu nasib mujur menghampiri petani kopi seiring dengan kenaikan harga dan produksi olahan kopi.
Seperti yang dialami salah satu petani kopi di Desa Colo, M Abdul Hamid Ridlo misalnya. Ia mengaku saat ini harga komoditas kopi Muria masih fluktuatif di tingkat dunia.
“Harga kopi masih naik turun, karena masih di tengah-tengah musim panen raya,” ujar Ridlo ditemui di rumah produksinya Senin (25/8/2025).
Dia mengatakan, harga kopi Muria petik merah saat ini berada di kisaran harga Rp85-90 ribu per kilogram. Sedangkan harga petik hijau atau campuran berada di angka Rp67-70 ribu.
Dalam rentang harga tersebut, menurut Ridlo nilai pasar kopi Muria masih belum terbilang tinggi.
“Masih standar, karena panen melimpah jadi harga tidak terlampau tinggi,” ungkapnya.
Dia menceritakan, dua tahun sebelumnya harga kopi Muria sempat tinggi-tingginya. Saat itu, satu kilogram kopi Muria petik merah dipatok harga di atas Rp100 ribu.
“Faktornya, panen kopi tahun lalu tidak banyak, jadi permintaan yang lebih tinggi membuat harga kopi melonjak,” terangnya.
Untuk mengimbangi harga pasaran, dirinya selalu mengutamakan kualitas pada olahan kopinya hingga berbentuk roasted bean.
“Kopi yang sudah olahan harus petik merah semua, sehingga soal rasa tidak kalah dengan kopi lainnya,” jelasnya.
Perbesar
Petani kopi di Kudus menyangrai biji kopi yang dipetik dari Pegunungan Muria… Selengkapnya
Ridlo menjelaskan, melimpahnya panen kopi di tahun ini tidak lepas dari faktor cuaca. Menurutnya, musim kemarau basah yang terjadi membuat tanaman kopi tumbuh subur dan menghasilkan panen lebih bagus.
“Sekarang kan lagi kemarau basah, buat tanaman di lereng gunung seperti kopi, parijotho itu bagus,” terangnya.
Dalam sehari, dia mampu memanen kopi sekitar 30 sampai 50 kilogram per hari. Untuk kebutuhan produksi kopi miliknya, Ridlo juga memasok hasil panen dari petani lain di desanya.
Tahun lalu, pihaknya bisa mengolah hingga 5-7 ton kopi di rumah produksinya.
Dia berharap, panen kopi yang melimpah ini bisa diiringi dengan harga jual yang lebih mahal. Sehingga para pelaku UMKM kopi di Desa Colo dan sekitarnya semakin semangat dan menjaga kualitas kopinya.
“Untuk menjaga kebutuhan kopi pasca panen, jadi diproduksi dalam bentuk kemasan,” pungkasnya.
Tradisi Wiwit Kopi Rasa Syukur
Perbesar
Petani kopi melakukan panen perdana di Pegunungan Muria Kudus… Selengkapnya
Pada tahun ini bersamaan bulan Agustus, tradisi wiwit kopi kembali dilakukan para petani kopi dan warga. Pesta rakyat ini dilakukan di Bukit Guyangan, Desa Japan, setelah vakum selama 15 tahun.
Rangkaian tradisi diiringi kirab gunungan hasil bumi di Pegunungan Muria. Gunungan berisi buah buahan seperti alpukat, mangga, jeruk pamelo, sayuran dan umbi umbian.
Yang menarik, juga disertakan buah parijoto yang hanya bisa tumbuh di Pegunungan Muria. Selain sesaji gunungan, juga ditampilkan tarian wiwit kopi, hingga prosesi ngruwok atau memetik kopi langsung dari pohonnya.
Penyelenggaran tradisi Wiwit kopi ini, menandai dimulainya musim panen raya petani kopi di Pegunungan Muria. Mereka memetik kopi yang biasanya dilakukan pada Juli hingga September 2025.
Ketua Desa Wisata Japan, Mutohar mengatakan, tradisi wiwit kopi merupakan bentuk syukur atas hasil panen dan mengguyubkan kebersamaan warga di Pegunungan Muria.
“Ini bukan sekadar ritual panen, tetapi simbol budaya yang kami lestarikan agar nilai-nilai lokal tetap hidup,” ujar Mutohar awal Agustus lalu kepada Liputan6.com.
/data/photo/2025/08/26/68ad4c8beb8eb.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/28/68b0360def030.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2025/08/07/689449edb8aa5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)