kab/kota: Jepara

  • Sunardi Bangun Jembatan Rp 250 Juta karena Jalan ke Rumahnya Ditutup Tetangga, Tak Mau Ada Mediasi

    Sunardi Bangun Jembatan Rp 250 Juta karena Jalan ke Rumahnya Ditutup Tetangga, Tak Mau Ada Mediasi

    TRIBUNJATIM.COM – Viral kisah keluarga Sunardi bangun jembatan Rp 250 juta karena jalan ke rumahnya ditutup tetangga, pemilik tanah.

    Keluarga itu selama ini tinggal di bantaran sungai di Kelurahan Demaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

    Karena tak punya akses ke rumah, keluarga Sunardi terpaksa membangun jembatan sendiri.

    Kronologinya pun terungkap.

    Melansir dari Kompas.com, jembatan Rp 250 juta yang dibangun Sunardi berkonstruksi besi sepanjang 22 meter dan lebar 1,5 meter.

    Jembatan itu dibangun di belakang rumah mereka untuk melintasi sungai.

    Kabar mengenai pembangunan jembatan ini viral di media sosial, salah satunya melalui akun Instagram @jepara***.

    Saat dikonfirmasi, Bhabinkamtibmas Kelurahan Demaan, Polsek Jepara, Bripka Suyoko, menjelaskan bahwa selama kurang lebih 27 tahun, keluarga Sunardi (70) diberi keleluasaan untuk menggunakan sisa tanah di samping rumah tetangganya yang berinisial SP sebagai akses jalan.

    Namun, sejak Agustus lalu, jalur selebar 1 meter itu ditutup oleh SP dengan alasan kurang nyaman, dan ia berencana menutup tanahnya dengan tembok.

    Keluarga Sunardi, yang terdiri dari lima kepala keluarga, tinggal di dua bangunan rumah di bantaran Sungai Kanal, tepat di belakang rumah SP.

    “Berhubung sudah tidak ada kecocokan, akhirnya mulai Agustus 2024, SP memberikan waktu 2 tahun untuk bisa melewati jalan itu. Namun, karena keluarga Sunardi sudah tidak berkenan lewat, mereka memutuskan untuk membangun jembatan,” kata Suyoko saat dihubungi melalui telepon, Selasa (19/11/2024) malam.

    Sejak akses jalan ditutup, keluarga Sunardi tidak memiliki pilihan lain untuk keluar masuk rumah selain menyeberangi sungai menggunakan rakit.

    Pihaknya mengaku sudah mengupayakan mediasi, namun kedua belah pihak sama-sama tidak berkenan.

    “Jalan pertolongan bersertifikat tanah milik SP itu mau ditutup dan keluarga Sunardi dikasih waktu 2 tahun. Saya mau mediasikan pertemukan tidak mau. Karena kedua belah pihak sama-sama punya prinsip,” sambung Suyoko.

    Tak mau berlarut-larut, keluarga Sunardi kemudian merealisasikan pembangunan jembatan di belakang rumahnya senilai Rp 250 juta dengan kocek pribadi.

    Jembatan berangka besi itu digarap pada 23 Agustus lalu melalui perusahaan jasa konstruksi setelah sebelumnya mengajukan perizinan ke BBWS Pemali-Juana.

    “Menyadari karena selama ini menggunakan akses jalan tanah milik orang lain, maka dibangunlah jembatan karena tak ada akses lain. Keluarga Sunardi juga tak keberatan jika jalan pertolongan itu ditutup,” kata dia.

    “Progres jembatan 90 persen tinggal buat lantai dan pagar samping,” lanjutnya.

    Menurut Suyoko, uang sebesar Rp 250 juta untuk membangun jembatan disokong keluarga besar Sunardi yang di antaranya berstatus mapan secara finansial.

    “Keluarga Sunardi saling membantu, ada yang pedagang bakso, pengusaha rosok, PLTU Jepara dan PNS. Anak-anaknya yang mapan tidak tinggal di situ,” kata dia.

    “Kenapa tidak pindah saja? Karena rumah itu menyimpan kenangan sejak kecil dan orangtuanya masih nyaman tinggal di situ,” imbuhnya.

    Suyoko pun berharap masyarakat bisa menyikapi dengan bijak urusan internal antara dua keluarga ini lantaran mereka juga tak mempermasalahkannya.

    “Karena beberapa kali saya tembusi, mereka tidak mau masalah ini berkepanjangan, apalagi masuk medsos. Tapi berhubung sudah viral akhirnya kedua belah pihak merasa terganggu,” pungkas Suyoko.

    Kasus di Ponorogo

    Sebelumnya kasus serupa terjadi di Ponorogo.

    Pihak pemerintah desa (Pemdes) Jabung mengaku telah turun tangan, jauh sebelum penembokan akses jalan menuju rumah Sunarto di Jalan Nakulo, Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo.

    “Mediasi sudah bekali-kali. Kalau dihitung puluhan kali. Mulai dari tingkat RT, dusun sampai kami datangkan di kantor desa,” ujar Kepala Desa (Kades) Jabung, Budi Ratno, Kamis (14/9/2023).

    Dia menjelaskan, permasalahan antara Margono dan Sunarto sudah terjadi setahun lalu. Mulai dari hal kecil, hingga menimbulkan cekcok. 

    “Awalnya sepele, ketidakcocokan. Cekcok itu menumpuk mungkin. Dan Margono merasa bahwa lahannya dan telah disertifikatkan, akhirnya ditembok,” tegasnya.

    Menurutnya, secara aturan memang tidak salah.

    Karena jalan yang ditutup dengan tembok merupakan milik keluarga Margono. Dan itu sah di mata hukum karena telah memiliki sertifikat.

    “Tetapi ya gimana ya. Dari dulu, yang di depan belum lahir, saya juga belum lahir, yang ditutup itu akses jalan. Kami mediasi lagi supaya bisa dibongkar,” pungkasnya.

    Diketahui, akses jalan ke rumah warga di Jalan Nakulo RT 02/RW 01, Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ditutup tembok oleh tetangganya.

    Pantauan di lokasi, tembok sepanjang 2 meter dibangun di sekeliling rumah milik Margono.

    Pembangunan tembok tersebut berakibat rumah di belakangnya yang merupakan milik Sunarto tidak memiliki akses.

    Akses jalan ke rumah milik Sunarto tertutup tembok yang terbuat dari batu ringan ini.

    Sunarto yang ditemui di rumahnya hanya bisa meratapinya.

    Pikirannya masih kalut, karena jalan yang sehari-hari dia dan keluarga lintasi telah tertutup.

    “Tembok ini dibangun oleh pak Margono dua hari ini. Selasa kemarin itu. Semenjak itu akses utama tidak ada,” ujarnya ketika ditemui Tribunjatim.com di rumahnya, Kamis (14/9/2023).

    Sementara tetangga keduanya, Bejo mengaku menyesali apa yang terjadi. Dia berharap segera ada solusi.

    “Hidup bertetangga ya gimana ya, menyesali kalau saya. Kalau masalah sebenarnya saya ndak (tidak) tahu,” terang Bejo.

     

    Penembokan akses jalan di Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, ini viral di media sosial Instagram.

    Satu di antaranya diunggah akun Instagram @ponorogo_trending.

    “Lagi dan lagi !!! Setelah kasus di JI Gajah Mada, Kini kejadian ya Sama juga dialami oleh bapak Narto di JI.Nakulo Jabung Mlarak. Akses jalan Satu-satunya menuju rumahnya dite setinggi 2 meter oleh tetangganya.padahal belia mengaku sudah sejak dulu itu menjadi akses jal Semoga segera ada solusi dari pemerintah desa maupun pihak terkait demi kebaikan bersama,” tulis akun @ponorogo_trending.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Satu Keluarga di Jepara Terpaksa Bangun Jembatan Senilai Rp250 Juta karena Akses Ditutup Tetangga

    Satu Keluarga di Jepara Terpaksa Bangun Jembatan Senilai Rp250 Juta karena Akses Ditutup Tetangga

    TRIBUNJATENG.COM, JEPARA – Satu keluarga penghuni bantaran sungai di Kelurahan Demaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, terpaksa membangun jembatan sendiri.

    Penyebabnya, akses jalan satu-satunya ke rumah mereka ditutup oleh tetangga yang merupakan pemilik tanah.

    Jembatan berkonstruksi besi sepanjang 22 meter dan lebar 1,5 meter tersebut dibangun di belakang rumah mereka untuk melintasi sungai.

     

    Kabar mengenai pembangunan jembatan ini mencuat di media sosial, salah satunya melalui akun Instagram @jepara***.

    Saat dikonfirmasi, Bhabinkamtibmas Kelurahan Demaan, Polsek Jepara, Bripka Suyoko, menjelaskan bahwa selama kurang lebih 27 tahun, keluarga Sunardi (70) diberi keleluasaan untuk menggunakan sisa tanah di samping rumah tetangganya yang berinisial SP sebagai akses jalan.

    Namun, sejak Agustus lalu, jalur selebar 1 meter itu ditutup oleh SP dengan alasan kurang nyaman, dan ia berencana menutup tanahnya dengan tembok.

    Keluarga Sunardi, yang terdiri dari lima kepala keluarga, tinggal di dua bangunan rumah di bantaran Sungai Kanal, tepat di belakang rumah SP.

    “Berhubung sudah tidak ada kecocokan, akhirnya mulai Agustus 2024, SP memberikan waktu 2 tahun untuk bisa melewati jalan itu. Namun, karena keluarga Sunardi sudah tidak berkenan lewat, mereka memutuskan untuk membangun jembatan,” kata Suyoko saat dihubungi melalui telepon, Selasa (19/11/2024) malam.

    Membuat jembatan seniai Rp 250 juta

    Sejak akses jalan ditutup, keluarga Sunardi tidak memiliki pilihan lain untuk keluar masuk rumah selain menyeberangi sungai menggunakan rakit.

    Pihaknya mengaku sudah mengupayakan mediasi, namun kedua belah pihak sama-sama tidak berkenan.

    “Jalan pertolongan bersertifikat tanah milik SP itu mau ditutup dan keluarga Sunardi dikasih waktu 2 tahun. Saya mau mediasikan pertemukan tidak mau. Karena kedua belah pihak sama-sama punya prinsip,” sambung Suyoko.

    Tak mau berlarut-larut, keluarga Sunardi kemudian merealisasikan pembangunan jembatan di belakang rumahnya senilai Rp 250 juta dengan kocek pribadi.

    Jembatan berangka besi itu digarap pada 23 Agustus lalu melalui perusahaan jasa konstruksi setelah sebelumnya mengajukan perizinan ke BBWS Pemali-Juana.

    “Menyadari karena selama ini menggunakan akses jalan tanah milik orang lain, maka dibangunlah jembatan karena tak ada akses lain. Keluarga Sunardi juga tak keberatan jika jalan pertolongan itu ditutup,” kata dia.

    “Progres jembatan 90 persen tinggal buat lantai dan pagar samping,” lanjutnya.

    Dana pembangunan jembatan disokong keluarga besar

    Menurut Suyoko, uang sebesar Rp 250 juta untuk membangun jembatan disokong keluarga besar Sunardi yang di antaranya berstatus mapan secara finansial.

    “Keluarga Sunardi saling membantu, ada yang pedagang bakso, pengusaha rosok, PLTU Jepara dan PNS. Anak-anaknya yang mapan tidak tinggal di situ,” kata dia.

    “Kenapa tidak pindah saja? Karena rumah itu menyimpan kenangan sejak kecil dan orangtuanya masih nyaman tinggal di situ,” imbuhnya.

    Suyoko pun berharap masyarakat bisa menyikapi dengan bijak urusan internal antara dua keluarga ini lantaran mereka juga tak mempermasalahkannya.

    “Karena beberapa kali saya tembusi, mereka tidak mau masalah ini berkepanjangan, apalagi masuk medsos. Tapi berhubung sudah viral akhirnya kedua belah pihak merasa terganggu,” pungkas Suyoko. (*)

     

  • 10
                    
                        Akses Ditutup Tetangga, Satu Keluarga di Jepara Bangun Jembatan di Belakang Rumah Senilai Rp 250 Juta
                        Regional

    10 Akses Ditutup Tetangga, Satu Keluarga di Jepara Bangun Jembatan di Belakang Rumah Senilai Rp 250 Juta Regional

    Akses Ditutup Tetangga, Satu Keluarga di Jepara Bangun Jembatan di Belakang Rumah Senilai Rp 250 Juta
    Tim Redaksi
    JEPARA, KOMPAS.com
    – Sebuah keluarga penghuni bantaran sungai di Kelurahan Demaan, Kabupaten
    Jepara
    , Jawa Tengah, terpaksa membangun jembatan sendiri setelah akses jalan satu-satunya ke rumah mereka ditutup oleh tetangga yang merupakan pemilik tanah.
    Jembatan berkonstruksi besi sepanjang 22 meter dan lebar 1,5 meter tersebut dibangun di belakang rumah mereka untuk melintasi sungai.
    Kabar mengenai pembangunan jembatan ini mencuat di media sosial, salah satunya melalui akun Instagram @
    jepara
    ***.
    Saat dikonfirmasi, Bhabinkamtibmas Kelurahan Demaan, Polsek Jepara, Bripka Suyoko, menjelaskan bahwa selama kurang lebih 27 tahun,
    keluarga Sunardi
    (70) diberi keleluasaan untuk menggunakan sisa tanah di samping rumah tetangganya yang berinisial SP sebagai akses jalan.
    Namun, sejak Agustus lalu, jalur selebar 1 meter itu ditutup oleh SP dengan alasan kurang nyaman, dan ia berencana menutup tanahnya dengan tembok.
    Keluarga Sunardi
    , yang terdiri dari lima kepala keluarga, tinggal di dua bangunan rumah di bantaran Sungai Kanal, tepat di belakang rumah SP.
    “Berhubung sudah tidak ada kecocokan, akhirnya mulai Agustus 2024, SP memberikan waktu 2 tahun untuk bisa melewati jalan itu. Namun, karena keluarga Sunardi sudah tidak berkenan lewat, mereka memutuskan untuk membangun jembatan,” kata Suyoko saat dihubungi melalui telepon, Selasa (19/11/2024) malam.


     
    DOKUMEN BHABINKAMTIBMAS DEMAAN Kondisi jembatan senilai Rp 250 juta yang dibangun satu keluarga penghuni bantaran Sungai Kanal, Kelurahan Demaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa (19/11/2024).
    Sejak akses jalan ditutup, keluarga Sunardi tidak memiliki pilihan lain untuk keluar masuk rumah selain menyeberangi sungai menggunakan rakit.
    Pihaknya mengaku sudah mengupayakan mediasi, namun kedua belah pihak sama-sama tidak berkenan.
    “Jalan pertolongan bersertifikat tanah milik SP itu mau ditutup dan keluarga Sunardi dikasih waktu 2 tahun. Saya mau mediasikan pertemukan tidak mau. Karena kedua belah pihak sama-sama punya prinsip,” sambung Suyoko.
    Tak mau berlarut-larut, keluarga Sunardi kemudian merealisasikan pembangunan jembatan di belakang rumahnya senilai Rp 250 juta dengan kocek pribadi.
    Jembatan berangka besi itu digarap pada 23 Agustus lalu melalui perusahaan jasa konstruksi setelah sebelumnya mengajukan perizinan ke BBWS Pemali-Juana.
    “Menyadari karena selama ini menggunakan akses jalan tanah milik orang lain, maka dibangunlah jembatan karena tak ada akses lain. Keluarga Sunardi juga tak keberatan jika jalan pertolongan itu ditutup,” kata dia.
    “Progres jembatan 90 persen tinggal buat lantai dan pagar samping,” lanjutnya.
    Menurut Suyoko, uang sebesar Rp 250 juta untuk membangun jembatan disokong keluarga besar Sunardi yang di antaranya berstatus mapan secara finansial.
    “Keluarga Sunardi saling membantu, ada yang pedagang bakso, pengusaha rosok, PLTU Jepara dan PNS. Anak-anaknya yang mapan tidak tinggal di situ,” kata dia.
    “Kenapa tidak pindah saja? Karena rumah itu menyimpan kenangan sejak kecil dan orangtuanya masih nyaman tinggal di situ,” imbuhnya.
    Suyoko pun berharap masyarakat bisa menyikapi dengan bijak urusan internal antara dua keluarga ini lantaran mereka juga tak mempermasalahkannya.
    “Karena beberapa kali saya tembusi, mereka tidak mau masalah ini berkepanjangan, apalagi masuk medsos. Tapi berhubung sudah viral akhirnya kedua belah pihak merasa terganggu,” pungkas Suyoko.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Asyik! Upah Minimum 2025 Naik, Ini Daftar UMK Jawa Tengah 2024, Kota Semarang Tertinggi

    Asyik! Upah Minimum 2025 Naik, Ini Daftar UMK Jawa Tengah 2024, Kota Semarang Tertinggi

    TRIBUNJATENG.COM – Asyik! Upah Minimum 2025 Naik, Ini Daftar UMK Jawa Tengah 2024, Kota Semarang Tertinggi

    Penetapan besaran UMP 2025 akan diumumkan paling lambat pada 21 November 2024.

    Sementara Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) 2025 akan diumumkan paling lambat pada 30 November 2024.

    Kepastian kenaikan UMP 2025 diungkapkan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli.

    Kendati demikian, Yassierli enggan membeberkan berapa besaran kenaikan UMP 2025.

    Ia memastikan semua pihak yang terlibat terkait pengupahan buruh, telah diajak berdiskusi dan berkolaborasi untuk menemukan rumusan yang tepat.

    “Iya dong (naik), masa ga naik,” kata Yassierli dikutip Tribunjateng.com dari Kompastv.com.

    Saat ditanya mengenai apakah aturan yang mengatur UMP 2025 akan dirilis pada 7 November 2024, ia mengatakan pihaknya tidak ingin tergesa-gesa dan memastikan aturan yang nantinya dikeluarkan mampu menjawab kebutuhan baik buruh maupun dunia usaha.

    “Kita mesti harus benar-benar firm bahwa peraturan menteri ini benar-benar bisa memberikan membantu pekerja yang memiliki penghasilan rendah dengan tetap memperhatikan dunia usaha,” ujarnya.

    Berikut ini daftar UMK di 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah:

    Kabupaten Cilacap : Rp. 2.479.106

    Kabupaten Banyumas : Rp 2.195.690

    Kabupaten Purbalingga : Rp 2.195.571

    Kabupaten Banjarnegara : Rp 2.038.005

    Kabupaten Kebumen : Rp 2.121.947

    Kabupaten Purworejo : Rp 2.127.641

    Kabupaten Wonosobo : Rp 2.159.175

    Kabupaten Magelang : Rp 2.316.890

    Kabupaten Boyolali : Rp 2.250.327

    Kabupaten Klaten : Rp 2.244.012

    Kabupaten Sukoharjo : Rp 2.215.482

    Kabupaten Wonogiri : Rp 2.047.500

    Kabupaten Karanganyar : Rp 2.288.366

    Kabupaten Sragen : Rp 2.049.000

    Kabupaten Grobogan : Rp 2.116.516

    Kabupaten Blora : Rp 2.101.813

    Kabupaten Rembang : Rp 2.099.689

    Kabupaten Pati : Rp 2.190.000

    Kabupaten Kudus : Rp 2.516.888

    Kabupaten Jepara : Rp 2.450.915

    Kabupaten Demak : Rp 2.761.236

    Kabupaten Semarang : Rp 2.582.287

    Kabupaten Temanggung : Rp 2.109.690

    Kabupaten Kendal : Rp 2.613.573

    Kabupaten Batang : Rp. 2.379.702

    Kabupaten Pekalongan : Rp 2.334.886

    Kabupaten Pemalang : Rp 2.156.000

    Kabupaten Tegal : Rp. 2.191.161

    Kabupaten Brebes : Rp 2.103.100

    Kota Magelang : Rp 2.142.000

    Kota Surakarta : Rp 2.269.070

    Kota Salatiga : Rp 2.378.951

    Kota Semarang : Rp 3.243.969

    Kota Pekalongan : Rp 2.389.801

    Kota Tegal : Rp 2.231.628

    (*)

  • Anggota DPRD Jepara Gus Haiz Dapat Aduan Jalan Rusak Ketika Reses

    Anggota DPRD Jepara Gus Haiz Dapat Aduan Jalan Rusak Ketika Reses

    TRIBUNJATENG.COM, JEPARA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara, Haizul Ma’arif mendapatkan keluhan masyarakat terkait jalan rusak.

    Demikian yang disampaikan, pria yang kerap disapa Gus Haiz kepada Tribunjateng, Senin (18/11/2024).

    Dia mengatakan bahwa mendapatkan keluhan itu ketika melaksanakan reses untuk pertama kalinya di periode 2024-2029. 

    Kegiatan yang digelar untuk menyerap aspirasi masyarakat di Kecamatan Nalumsari, Mayong, dan Welahan ini dilaksanakan Sabtu-Senin 16 – 18 November 2024.

    Pria yang kerab disapa Gus Haiz itu menyampaikan tujuan reses adalah untuk menyerap dan menindaklanjuti aspirasi konstituen serta aduan dari masyarakat guna memberikan pertanggungjawaban moral dan politis kepada konstituen di wilayah dapil masing-masing sebagai wujud perwakilan rakyat. 

    “Saya bersyukur, karena ini reses perdana saya di periode baru ini. Kami berdialog, mengusulkan, dan menampung aspirasi dari masyarakat,” kata Gus Haiz kepada Tribunjateng, Senin (18/11/2024).

    Ia menjelaskan bahwa persoalan infrastrukur jalan desa, masalah air yang terhambat, sampai dengan anggaran hibah bagi pendidikan keagamaan.

    “Rata-rata tidak luput dari persoalan jalan, di beberapa dari dapil kami harus diperbaiki terlebih di betonisasi. Selain itu, soal anggaran hibah pendidikan keagamaan minta untuk tetap diperjuangkan,” ungkapnya.

    Persoalan jalan desa kata dia, Pemerintah desa bisa membangun jalan dengan anggaran desa atau mengajukan proposal ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara.

    DPRD akan mengawal rehabilitasi infrastruktur di Kabupaten Jepara agar dapat meningkatkan mobilitas masyarakat serta meningkatkan perekonomian.

    Tekait persoalan air yang terhambat, DPRD akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk pembuatan sumur dalam seperti, program Pamsimas. 

    Program ini dinilai mampu mengatasi apabila terjadi kekeringan. 

    Kemudian, terkait anggaran hibah bagi pendidikan keagamaan, Gus Haiz akan segera koordinasikan dengan Pemkab Jepara untuk lebih memprioritaskannya. 

    Sebab, menurutnya, anggaran tersebut tidak pernah diprioritaskan oleh pihak Pemda Jepara.

    “Karena Pemda menganggap hibah keagamaan tidak prioritas. Sehingga, bisa mengancam bagi lembaga pendidikan keagamaan swasta yang selama ini diperjuangkan oleh DPRD Jepara,” tambahnya. 

    Gus Haiz akan memastikan penyebab dari persoalan tersebut serta mengupayakan agar masyarakat dapat terfasilitasi dengan baik. (Ito)

  • Dari Desa ke Kota: Paslon Mawar Prioritaskan Perbaikan Jalan Hingga Pelosok

    Dari Desa ke Kota: Paslon Mawar Prioritaskan Perbaikan Jalan Hingga Pelosok

    TRIBUNJATENG.COM, JEPARA – Calon Bupati dan Wakil Bupati Jepara nomor urut dua, Witiarso Utomo-Muhammad Ibnu Hajar optimistis jadikan infrastruktur jalan di Kota Ukir 100 persen mulus dalam kurun waktu tiga tahun memimpin.

    Hal tersebut, disampaikan Paslon Mawar (Mas Wiwit -Gus Hajar) pada debat terakhir KPU Jepara di Eat and Meet Restaurant, Desa Bandengan, Kecamatan Jepara Kota, Minggu (17/11/2024) malam.

    “Dalam tiga tahun, yang artinya 2027 esok tidak ada jalan Kabupaten yang rusak, semua mulus,” papar Gus Hajar.

    Ambisius itu berdasarkan penghitungannya bersama tim. Selama menjelajah ke 195 Desa dan Kelurahan se-Kabupaten Jepara, sebanyak 107 Km jalan mengalami kerusakan.

    Penghitungan jalan rusak oleh Gus Hajar, selaras dengan data dari DPUPR Kabupaten Jepara. Dari 854 Km jalan kabupaten, mengalami kerusakan sepanjang 107 Km.

    Namun, tidak hanya jalan kabupaten saja yang diperbaiki melainkan juga jalan poros desa yang hari ini terdapat 129 Km dari 203 Km mengalami rusak sedang hingga rusak berat.

    “Semua diperbaiki, dari jalan kabupaten hingga jalan desa. Jepara Mulus,” ujar Gus Hajar penuh semangat.

    Perbaikan jalan tersebut, Gus Hajar telah mengkalkulasikan anggaran sebesar 400 M – 500 M untuk memperbaiki dengan durasi selama tiga tahun.

    “Apabila dihitung pertahun, angara 140 M – 170 M dana yang dibutuhkan untuk infrastruktur (jalan) di Kabupaten Jepara, kami optimis itu bisa terealisasi,” jelasnya.

    Sementara itu, Mas Wiwit juga berharap dengan dibangunnya infrastruktur yang lebih maju, akan membuat perekonomian daerah dapat berkembang lebih pesat, dan kesejahteraan masyarakat Jepara dapat tercapai secara merata.

    “Komitmen ini menjadi salah satu poin penting kami memuluskan Jepara, menggambarkan visi dan misi yang jelas untuk masa depan Kabupaten Jepara,” pungkas Mas Wiwit.

  • Hampir Semua Pantai di Kota Semarang Jadi Privat, Agustina-Iswar Tawarkan Wisata Aglomerasi
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 November 2024

    Hampir Semua Pantai di Kota Semarang Jadi Privat, Agustina-Iswar Tawarkan Wisata Aglomerasi Regional 16 November 2024

    Hampir Semua Pantai di Kota Semarang Jadi Privat, Agustina-Iswar Tawarkan Wisata Aglomerasi
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com –
    Calon wakil kepala daerah Pilkada Kota
    Semarang
    nomor urut 1, Iswar Aminuddin, menyebut Pantai Mangunharjo sebagai satu-satunya pantai milik publik di Kota Semarang.
    Pernyataan tersebut disampaikan dalam debat ketiga dengan tema “Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Budaya Kota Semarang” yang diselenggarakan oleh KPU Kota Semarang di Hotel Patra Jasa, Jumat (15/11/2024).
    “Garis pantai kita di Kota Semarang itu yang menjadi milik publik hanya Mangunharjo,” ujar Iswar dalam debat tersebut.
    Iswar juga menambahkan bahwa sejumlah pantai lainnya di Kota Semarang sudah menjadi pantai privat, yang menyebabkan pengunjung harus membayar untuk mengaksesnya.
    “Apakah kemudian setiap kita masuk pantai harus ada biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk menikmati pantai?” ungkapnya.
    Menurut Iswar, dibutuhkan wisata aglomerasi dengan daerah sekitar seperti Kabupaten Jepara agar Kota Semarang bisa tumbuh bersama.
    “Paginya ke pantai, sorenya dia kembali ke Semarang, kemudian dia stay di Kota Semarang,” tambahnya.
    Joko Santoso usulkan pengembangan pariwisata berbasis teknologi
    Di sisi lain, calon wakil kepala daerah nomor urut 2, Joko Santoso, mengusulkan cara berbeda untuk mengembangkan pariwisata di Kota Semarang.
    Joko menekankan pentingnya pengembangan sektor pariwisata yang berbasis teknologi dan ramah lingkungan.
    Ia mengusulkan pelatihan bagi para konten kreator kampung wisata serta pengembangan manajemen usaha pariwisata untuk meningkatkan kualitas destinasi wisata di Semarang.
    “Kami juga akan fokus pada pelatihan konten kreator kampung wisata dan pengembangan manajemen usaha pariwisata yang berbasis teknologi dan ramah lingkungan. Ini adalah langkah konkret untuk meningkatkan daya tarik wisata Semarang,” ujar Joko.
    Pasangan calon kepala daerah nomor urut 1 Pilkada Kota Semarang, Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin, hadir dalam debat tersebut untuk memaparkan visi dan misi mereka dalam pembangunan Kota Semarang.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jawa Tengah butuh pemimpin yang bisa hubungkan semua kalangan

    Jawa Tengah butuh pemimpin yang bisa hubungkan semua kalangan

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

    Pilgub Jawa Tengah 2024

    Ahmad Luthfi: Jawa Tengah butuh pemimpin yang bisa hubungkan semua kalangan
    Dalam Negeri   
    Sigit Kurniawan   
    Senin, 11 November 2024 – 14:08 WIB

    Elshinta.com – Calon gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi menekankan pentingnya pemimpin yang mampu menjadi penghubung bagi semua kalangan. Dalam closing statement debat kedua Pilgub Jawa Tengah, Minggu (10/11), Luthfi mengutip pepatah Jawa, “Ibu bumi kang ditresnani, ibu bumi ingkang bakal jangkepi”—yang berarti jika bumi dicintai, bumi akan mencukupi. Pesan ini menjadi simbol dari konsep hubungan antara manusia dan alam sebagai dasar pembangunan di Jawa Tengah.

    “Pemimpin Jawa Tengah harus memiliki kemampuan menghubungkan beragam sektor dan pihak. Menghubungkan pemerintah pusat dengan daerah, menyelaraskan pembangunan Jawa Tengah Utara dengan Selatan, menghubungkan petani yang bersubsidi pupuk dengan nelayan yang bersubsidi solar, mengaitkan potensi daerah dengan investasi, dan menjembatani produk unggulan desa dengan konsumen yang lebih luas,” tuturnya.

    Luthfi juga menyoroti perlunya solusi untuk permasalahan tenaga kerja dan lingkungan. 

    “Penting bagi pemimpin untuk menghubungkan pencari kerja dengan lapangan kerja, serta mengolah masalah sampah melalui ekonomi sirkular yang dapat membawa manfaat bagi semua pihak,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Luthfi menegaskan bahwa Jawa Tengah membutuhkan pemimpin yang dekat dengan masyarakat, yang memahami keseharian dan kebutuhan berbagai golongan. Menurutnya, pemimpin harus mengenal petani dan nelayan, akrab dengan anak muda dan pengusaha di Jepara, Magelang, serta Solo Raya, mengenal para sesepuh yang membatik di Pekalongan, hingga memahami keseharian mbok penjual daun pisang di pasar.

    Dengan komitmen memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan setiap lapisan masyarakat, Luthfi berharap, di bawah kepemimpinan yang mengedepankan kebersamaan, suara masyarakat Jawa Tengah dapat lebih didengar dan tidak terabaikan. 

    “Pemimpin sejati adalah mereka yang ngopeni atau merawat, sehingga mampu melakoni atau menjalankan tugasnya bagi kemajuan daerah,” tambahnya lagi.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Prabowo terima kunjungan kenegaraan PM Singapura di Istana Merdeka

    Prabowo terima kunjungan kenegaraan PM Singapura di Istana Merdeka

    sejumlah anak-anak sekolah pun menyambut kedatangan kepala negara dengan mengucapkan “Welcome to Indonesia”Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto menerima kunjungan resmi kenegaraan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong di Istana Merdeka Jakarta, Rabu.

    Iring-iringan kendaraan PM Lawrence telah dimulai sejak pukul 09.50 WIB yang diawali dengan barisan pasukan Nusantara, pasukan berkuda, dan korps musik Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

    Rute iring-iringan kendaraan itu dimulai dari lapangan Monumen Nasional kemudian menuju gerbang Istana Merdeka.

    Saat kendaraan PM Lawrence memasuki kawasan Istana Merdeka Jakarta, sejumlah anak-anak sekolah pun menyambut kedatangan kepala negara dengan mengucapkan “Welcome to Indonesia”.

    Presiden Prabowo pun menyambut PM Lawrence saat keluar dari kendaraan. Prosesi penyambutan kemudian dilanjutkan dengan upacara penyambutan dengan diperdengarkannya lagu kebangsaan kedua negara dan diiringi dentuman meriam sebanyak 19 kali.

    Baca juga: PM Singapura dijadwalkan berkunjung ke Jakarta temui Presiden Prabowo

    Setelah dentuman meriam selesai, Presiden dan PM Lawrence kemudian melakukan inspeksi pasukan kehormatan.

    Kedua pemimpin selanjutnya saling memperkenalkan delegasi dari masing-masing negara yang turut hadir mengikuti upacara.

    Delegasi Indonesia yang hadir antara lain Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, serta Duta Besar RI untuk Singapura Suryo Pratomo dan Dirjen Asia, Pasifik, dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani.

    Setelah saling memperkenalkan delegasi masing-masing, Presiden Prabowo kemudian mengajak PM Lawrence untuk berfoto bersama dan menandatangani buku tamu kenegaraan di Ruang Kredensial, Istana Merdeka.

    Kedua pemimpin kemudian menuju Ruang Jepara untuk melakukan pertemuan tatap muka (tete-a-tete).

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2024

  • Panen Padi Biosalin, Wali Kota Ungkap Potensi Pertanian Semarang

    Panen Padi Biosalin, Wali Kota Ungkap Potensi Pertanian Semarang

    Jakarta

    Pemkot Semarang bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kelompok Tani Sumber Rejeki melakukan panen padi Biosalin untuk mengoptimalkan lahan pesisir untuk ketahanan pangan. Varietas padi tahan salinitas ini diharapkan meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani pesisir.

    Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut Kota Semarang memiliki potensi lahan persawahan yang cukup luas, khususnya di Kecamatan Tugu, dengan total sekitar 400 hektare.

    Acara panen padi Biosalin ini diadakan di lahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, pada Sabtu (26/10). Penerapan budidaya padi Biosalin yang tahan terhadap salinitas tinggi diharapkan dapat memanfaatkan lahan yang saat ini tidak terpakai.

    Mbak Ita, sapaan akrab Walkot Semarang, menambahkan bahwa di Kota Semarang terdapat 1.600 hektare sawah yang dapat dikembangkan.

    “Demplot padi Biosalin yang kami panen ini akan dijadikan benih. Universitas Diponegoro (Undip) juga akan melakukan uji coba di lahan mereka untuk ditanam di Jepara, dengan harapan menghasilkan sekitar 15 hektare benih yang berkualitas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (31/10/2024).

    Ia melanjutkan bahwa Universitas Diponegoro (Undip) juga mendukung inovasi mereka dengan sistem desalinasi yang mengolah air laut menjadi air bersih untuk kebutuhan pertanian dan air minum bagi masyarakat.

    Keunggulan padi Biosalin sendiri terletak pada produksinya yang tinggi, mampu menghasilkan 6,75 ton per hektar, yang berarti lebih tinggi dari rata-rata produksi nasional.

    “Program ini diarahkan untuk meningkatkan hasil pertanian di pesisir,” tambahnya.

    Amarullah juga menyebutkan bahwa BRIN akan menyiapkan teknologi penyimpanan untuk hasil padi, sehingga petani dapat mengantisipasi fluktuasi harga saat panen raya.

    “Kami berharap semua upaya ini dapat memberikan keuntungan bagi petani dan memperkuat sektor pertanian di Semarang,” jelasnya.

    Dengan inisiatif ini, Pemkot Semarang dan BRIN berupaya untuk menjadikan Kota Semarang sebagai pionir dalam budidaya pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, demi kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di wilayah tersebut.

    (prf/ega)