kab/kota: Jember

  • Anak 3 Tahun di Jember Jalani Operasi setelah Ditemukan Cacing di Perut – Halaman all

    Anak 3 Tahun di Jember Jalani Operasi setelah Ditemukan Cacing di Perut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang bocah laki-laki berusia 3 tahun dari Jember, Jawa Timur, harus menjalani operasi darurat di RSD dr Soebandi setelah diketahui perutnya dipenuhi cacing.

    Bocah tersebut, mengalami pembesaran perut dan tidak dapat buang air besar selama satu minggu.

    Kondisi Darurat

    Menurut Direktur RSD dr Soebandi, Dr.dr.I Nyoman Semita, pasien datang dalam kondisi gawat darurat.

    “Dia datang ke IGD RSD dr Soebandi dalam keadaan gawat darurat,” ungkap Nyoman pada Minggu, 13 April 2025, dilansir Kompas.com.

    Gejala yang dialami bocah tersebut termasuk sakit perut hebat, muntah, dan kesulitan bernapas.

    Penanganan Medis

    Tim medis yang terdiri dari empat dokter spesialis—ahli bedah anak, dokter parasitologi klinik, dokter anak, dan dokter anestesi—melakukan diskusi untuk menentukan tindakan yang tepat.

    Hasil diskusi menyimpulkan bahwa ada proses emergency yang harus segera dilakukan operasi.

    Saat operasi, tim dokter menemukan tiga titik sumbatan di usus.

    “Saat operasi dilakukan, tim dokter menemukan adanya tiga titik sumbatan di usus, khususnya di bagian ileum terminal.”

    “Sumbatan di ileum terminal namanya, di 25 senti juga ada sumbatan, total ada tiga sumbatan, semuanya satu gumpal satu gumpal,” jelas Nyoman. 

    Proses Pemulihan

    Setelah mengeluarkan cacing yang memenuhi lubang usus, pasien dirawat hingga kondisinya stabil.

    Rupanya cacing yang terdapat pada tubuh anak tersebut mirip cacing tanah, yakni termasuk jenis cacing ascariasis.

    Pasien kini telah pulang ke rumah dalam keadaan sehat setelah menerima perawatan dan obat cacing.

    Edukasi Kesehatan

    Nyoman menjelaskan, cacing ascariasis dapat masuk ke tubuh manusia jika tidak menjaga kebersihan tangan saat makan.

    “Ini pasti masuknya (cacing) lewat tangan, sehingga perilaku hidup sehat masih menjadi masalah,” ucapnya.
     
    Ia menekankan pentingnya edukasi berkesinambungan mengenai pola hidup sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan dan menjaga kebersihan piring.

    Di sisi lain, Nyoman memaparkan, jika ada pasien yang kembung, tidak bisa buang air besar, hingga muntah, itu, bukan selalu karena tumor. 

    Namun, hal itu, bisa terjadi karena gumpalan yang dibentuk cacing dalam usus.

     

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Awal Mula Temuan Cacing dalam Perut Anak di Jember, Sudah Dioperasi dan Ditangani 4 Dokter – Halaman all

    Awal Mula Temuan Cacing dalam Perut Anak di Jember, Sudah Dioperasi dan Ditangani 4 Dokter – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Awal mula perut seorang anak laki-laki asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, dipenuhi cacing. 

    Bocah berusia 3 tahun tersebut, bahkan harus menjalani operasi darurat di RSD dr Soebandi Jember.

    Tindakan operasi dilakukan setelah perutnya membesar dan tak bisa buang air besar selama satu minggu.

    Menurut Direktur RSD dr Soebandi, Dr dr I Nyoman Semita, pasien datang dalam kondisi darurat.

    Adapun gejala yang dirasakan bocah tersebut, yakni sakit perut hebat, muntah, dan kesulitan bernapas.

    “Dia datang ke IGD RSD dr Soebandi dalam keadaan gawat darurat,” kata Nyoman, Minggu (13/4/2025), dilansir Kompas.com.

    Ada Tiga Titik Sumbatan 

    Penanganan medis dilakukan oleh tim gabungan, terdiri dari empat dokter spesialis, yakni ahli bedah anak, dokter parasitologi klinik, dokter anak, dan dokter anestesi.

    Namun, Nyoman menjelaskan, tim gabungan terlebih dahulu melakukan diskusi mengingat kasus yang sangat langka ini.

    Hingga akhirnya disimpulkan ada proses emergency yang harus segera dilakukan operasi.

    “Saat operasi dilakukan, tim dokter menemukan adanya tiga titik sumbatan di usus, khususnya di bagian ileum terminal.”

    “Sumbatan di ileum terminal namanya, di 25 senti juga ada sumbatan, total ada tiga sumbatan, semuanya satu gumpal satu gumpal,” jelas Nyoman. 

    Selanjutnya, diketahui gumpalan tersebut, ternyata cacing yang menumpuk dan menutup saluran pencernaan.

    “Tim mengerjakan operasi, dibuka ususnya, ternyata lubang ususnya berisi penuh cacing dan dievakuasi keluar semuanya,” tambahnya.

    Sebelumnya, pasien dirawat di rumah sakit.

    Saat dirawat di dalam ruangan, pasien tersebut muntah mengeluarkan cacing. 

    Rupanya, cacing yang terdapat pada tubuh anak tersebut, mirip cacing tanah, yakni termasuk jenis cacing ascariasis.

    Dokter pun mengeluarkan cacing tersebut dan merawat usus pasien hingga sembuh. 

    “Kemudian diberi obat cacing agar sembuh sampai tuntas,” ungkapnya. 

    Kini, pasien kembali sehat dan pulang ke rumahnya.

    Nyoman menjelaskan, pasien datang ke RS sudah cukup lama, lebih sekitar enam bulan lalu.

    Cacing Mirip Cacing Tanah

    Lebih lanjut, Nyoman menjelaskan, cacing ascariasis hidup di alam terbuka.

    Cacing berpotensi masuk ke tubuh manusia jika tidak menjaga kebersihan tangan saat makan.

    “Ini pasti masuknya (cacing) lewat tangan, sehingga perilaku hidup sehat masih menjadi masalah,” ucapnya.
     
    Oleh sebab itu, perlu adanya edukasi berkesinambungan terkait pola hidup sehat. Contohnya, mencuci tangan sebelum makan, minum air masak, menjaga piring yang bersih, dan lain-lain. 

    Di sisi lain, Nyoman memaparkan, jika ada pasien yang kembung, tidak bisa buang air besar, hingga muntah, itu, bukan selalu karena tumor. 

    Namun, hal itu, bisa terjadi karena gumpalan yang dibentuk cacing dalam usus.

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Kompas.com)

  • Pelayanan Lamban di RSUD Bondowoso, Keluarga Pasien Kecelakaan Marah, Baru Ditangani setelah 2 Jam – Halaman all

    Pelayanan Lamban di RSUD Bondowoso, Keluarga Pasien Kecelakaan Marah, Baru Ditangani setelah 2 Jam – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keluarga seorang pasien korban kecelakaan lalu lintas mengeluhkan pelayanan medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Koesnadi Bondowoso pada Sabtu, 5 April 2025.

    Molyadi, paman korban, menyatakan kekecewaannya terhadap penanganan medis yang dianggap lamban, meskipun kondisi keponakannya kritis akibat pendarahan hebat.

    Pasien yang tidak disebutkan namanya tersebut mengalami kesulitan bernapas dan pendarahan di bagian hidung.

    Molyadi mengungkapkan bahwa keponakannya masuk ke IGD sekitar pukul 17.00 WIB.

    Namun, meski dalam keadaan darurat, penanganan intensif baru dilakukan setelah dua jam, tepatnya pada pukul 22.15 WIB, setelah ia mengajukan protes keras kepada petugas.

    “Saya sudah tanya ke petugas karena pasien tak bisa napas dan terus keluar darah. Tapi katanya harus nunggu giliran karena belum kritis,” ungkap Molyadi dengan nada kecewa.

    Menanggapi keluhan tersebut, Direktur RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Yus Priatna, memberikan penjelasan mengenai prosedur yang dijalankan.

    Menurutnya, seluruh langkah di IGD sudah sesuai dengan standar operasional.

    Yus menjelaskan bahwa proses pemeriksaan menjadi lebih lama karena kompleksitas kasus yang dialami pasien.

    “Pasien datang pada pukul 16.23 WIB dan langsung dilakukan pemasangan infus, pemeriksaan laboratorium, EKG, rontgen thorax, dan CT scan. Pada pukul 19.00 WIB, pasien mulai diberikan obat-obatan,” jelas Yus Priatna.

    Ia juga menyebutkan bahwa laporan kondisi pasien diteruskan kepada dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dr Fahriansyah pada pukul 21.32 WIB.

    DPJP kemudian memberikan arahan untuk merujuk pasien ke RS Paru Jember karena keterbatasan fasilitas untuk tindakan rekonstruksi di RSUD dr Koesnadi.

    Proses komunikasi dengan RS Paru Jember dimulai pada pukul 21.46 WIB dan disetujui sekitar pukul 23.56 WIB.

    Menurut Yus Priatna, DPJP kemudian memberikan arahan agar pasien dirujuk ke RS Paru Jember karena di RSUD dr Koesnadi tidak tersedia fasilitas untuk tindakan rekonstruksi yang dibutuhkan pasien.

    “Proses komunikasi dengan RS Paru Jember dimulai pukul 21.46 WIB. Sekitar pukul 23.56 WIB, pihak RS Paru menyetujui rujukan tersebut,” tambahnya.

    (Tribunnews.com/Isti Prasetya)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Java Coffee, Warisan Kopi Arabika Jawa yang Mendunia

    Java Coffee, Warisan Kopi Arabika Jawa yang Mendunia

    Liputan6.com, Yogyakarta – Selama lebih dari tiga abad, kopi Arabika dari Jawa Timur dan Jawa Tengah telah menjadi komoditas global yang dikenal dengan sebutan java coffee. Dibawa oleh VOC sejak abad ke-18, kopi ini memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari varietas kopi lainnya di dunia.

    Mengutip dari berbagai sumber, kopi Jawa pertama kali dibudidayakan secara luas pada masa kolonial Belanda. VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) memulai ekspor kopi Jawa ke Eropa pada awal abad ke-18.

    Hal ini menjadikannya salah satu kopi pertama yang diperdagangkan secara internasional. Nama java kemudian menjadi istilah generik untuk kopi di banyak negara.

    Kopi Arabika Jawa Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan profil rasa yang halus dan beraroma kacang. Asamitasnya rendah, membuatnya mudah dinikmati tanpa rasa yang terlalu tajam.

    Beberapa perkebunan di Jawa menghasilkan kopi dengan sentuhan manis alami. Di Jawa Timur, daerah seperti Malang, Bondowoso, dan Jember dikenal sebagai sentra produksi kopi Arabika.

    Sementara di Jawa Tengah, wilayah Temanggung, Wonosobo, dan Dieng menjadi penghasil kopi berkualitas tinggi. Perkebunan peninggalan Belanda masih beroperasi di beberapa daerah ini.

    Kopi Jawa banyak diproses dengan metode basah (wet process), yang menghasilkan karakter rasa yang bersih. Beberapa produsen juga mengembangkan teknik semi-washed atau honey process untuk menciptakan variasi rasa yang lebih kompleks.

    Beberapa petani juga mulai mengembangkan varietas kopi yang lebih tahan terhadap panas. Ada pula yang memindahkan kebun ke ketinggian lebih tinggi untuk mempertahankan kualitas biji kopi.

    Meski tidak sebesar produsen kopi lain seperti Brasil atau Vietnam, java coffee tetap memiliki pangsa pasar khusus. Kopi ini sering dicari oleh para pecinta kopi yang menyukai karakter klasik dan sejarah panjang di balik setiap bijinya.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • 6
                    
                        Perut Anak di Jember Membesar dan Tak Bisa BAB, Ternyata Penuh Cacing di Ususnya
                        Surabaya

    6 Perut Anak di Jember Membesar dan Tak Bisa BAB, Ternyata Penuh Cacing di Ususnya Surabaya

    Perut Anak di Jember Membesar dan Tak Bisa BAB, Ternyata Penuh Cacing di Ususnya
    Tim Redaksi
    JEMBER, KOMPAS.com
    – Perut seorang anak laki-laki berusia 3 tahun di Kabupaten Jember, Jawa Timur membesar hingga tidak bisa buang air besar (BAB) selama seminggu.
    Bahkan, anak tersebut juga mengalami sakit perut, kesulitan bernapas, dan muntah. Rupanya, usus anak tersebut penuh cacing. 
    Akhirnya, ia dibawa ke RSD dr Soebandi Jember. Direktur RSD dr Soebandi Jember, I Nyoman Semita menyampaikan bahwa anak tersebut memang berasal dari Jember, tetapi tinggal bersama neneknya di Bali.
    “Dia datang ke IGD RSD dr Soebandi dalam keadaan gawat darurat,” kata dia kepada
    Kompas.com
    pada Minggu (13/4/2025).
    Dokter di rumah sakit menduga hal tersebut terjadi karena ada sumbatan pada ususnya sehingga tidak berfungsi maksimal.
    “Kemudian diperiksa
    CT scan
    , memang menggambarkan suatu kondisi yang disebut ileus obstruktif, yaitu buntunya saluran pencernaan akibat sesuatu,” ucap dia.
    Setelah itu, pasien tersebut dirawat di rumah sakit. Saat dirawat di dalam ruangan, pasien tersebut muntah mengeluarkan cacing.
    Karena termasuk kasus yang unik, kata dia, akhirnya empat dokter membahas penyakit ini, mulai dari dokter ahli bedah anak, dokter ahli parasitologi klinik, dan dokter spesialis anak.
    Para dokter tersebut menyimpulkan bahwa ada proses darurat yang harus dilakukan operasi pada anak tersebut.
    “Akhirnya diputuskan untuk operasi karena sudah mengganggu fungsi pencernaan dan pernapasan,” ucap dia.
    Setelah dioperasi, ternyata ada tiga titik sumbatan yang ditemukan oleh dokter dalam usus anak tersebut.
    Tindakan operasi dilakukan dengan membuka usus pasien tersebut.
    Ternyata, di dalam lubang usus anak itu penuh dengan cacing.
    Cacing yang terdapat pada tubuh anak tersebut mirip cacing tanah, yakni termasuk jenis
    cacing ascariasis
    .
    Selanjutnya, dokter mengeluarkan cacing tersebut dan merawat usus pasien hingga sembuh. “Kemudian diberi obat cacing agar sembuh sampai tuntas,” kata dia.
    Sekarang, pasien tersebut sudah kembali sehat dan pulang ke rumahnya. “Pasien datang ke RS sudah cukup lama, sudah lebih sekitar enam bulan lalu,” kata dia.
    Ia menyebut bahwa cacing ascariasis hidup di alam terbuka.
    Jika tidak menjaga kebersihan tangan saat makan, maka cacing berpotensi masuk.
    “Ini pasti masuknya (cacing) lewat tangan, sehingga perilaku hidup sehat masih menjadi masalah,” ucap dia.
    Untuk itu, perlu edukasi yang berkesinambungan terkait dengan
    pola hidup sehat
    , seperti mencuci tangan sebelum makan, minum air masak, menjaga piring yang bersih, dan lain-lain.
    “Tokoh agama dan tokoh masyarakat juga perlu memberikan contoh terkait pola hidup sehat,” tutur dia.
    Dia menyampaikan bahwa karena kasus tersebut unik, sejumlah dokter yang juga berprofesi sebagai dosen mempublikasikan kasus tersebut dalam sebuah jurnal ilmiah.
    “Supaya menjadi pembelajaran di berbagai tempat, berbagai negara,” ucap dia.
    Menurut dia, jika ada pasien yang kembung, tidak bisa buang air besar, hingga muntah, itu bukan selalu karena tumor.
    Namun, bisa terjadi karena gumpalan yang dibentuk oleh cacing dalam usus.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penampakan Cacing Hidup ‘Bersarang’ di Perut Bocah Usia 3 Tahun di Jatim

    Penampakan Cacing Hidup ‘Bersarang’ di Perut Bocah Usia 3 Tahun di Jatim

    Jakarta

    Seorang anak laki-laki (3) di Madura, Jawa Timur, datang ke Rumah Sakit Umum Soebandi dengan keluhan konstipasi atau sembelit dan perut kembung selama tiga hari. Sekitar satu minggu sebelum dibawa ke rumah sakit, anak tersebut sempat mengalami diare dan demam.

    Karena kondisi tersebut, orang tuanya membawanya ke fasilitas layanan kesehatan primer, dan ia didiagnosis mengidap infeksi saluran kemih (ISK).

    Setelah sehari mendapat perawatan, keesokan harinya anak yang tak disebutkan namanya itu mulai menunjukkan gejala ketidaknyamanan berupa perut terasa penuh (kembung) dan sulit buang air besar. Orang tua anak tersebut langsung membawanya ke Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit Umum Soebandi.

    “Di unit gawat darurat, pasien didiagnosis dengan konstipasi. Pada hari pertama observasi di rumah sakit, pasien memuntahkan cacing, dan diagnosis askariasis dipertimbangkan,” demikian laporan kasus yang dipublikasikan di Journal of Medical Case Report, dikutip Minggu (13/4/2025).

    “Berat badan pasien 13 kg, dan tinggi badannya 100 cm. Asupan makanan pasien normal. Tidak ada riwayat penurunan nafsu makan sebelumnya sampai minggu ini,” lanjut laporan kasus.

    Berdasarkan data anamnesis, pasien sebelumnya sempat tinggal di Bali, Indonesia, dan baru saja pindah ke Jember. Di Bali, pasien hampir setiap hari bermain dengan teman-temannya di sungai. Ia jarang memakai sandal atau pelindung kaki saat bermain.

    Sementara di Jember, ia rutin mengikuti kakek-neneknya untuk memunguti sampah di tempat pembuangan sampah. Ia pergi ke tempat pembuangan sampah dan memungut sampah dengan tangannya tanpa pelindung apa pun.

    Ibunya biasanya menyuapi pasien dengan tangan, dan pasien minum air putih yang tidak dimasak dari sumber air.

    “Kemudian, pasien berkonsultasi di divisi bedah anak untuk melakukan laparatomi eksplorasi,” ucap laporan kasus tersebut.

    Cacing yang ditemukan selama operasi diidentifikasi sebagai A. lumbricoides, salah satu sumber infeksi cacing yang paling umum di antara cacing yang ditularkan melalui tanah atau soil-transmitted helminths (STH). Infeksi ini terjadi terutama di negara-negara tropis dan subtropis miskin dengan kebersihan pribadi dan sanitasi yang rendah. Indonesia merupakan salah satu daerah endemis untuk ascariasis.

    Sebuah penelitian oleh Widjana dan Sutisna pada tahun 2000 mengungkapkan bahwa A. lumbricoides merupakan cacing yang ditularkan melalui tanah yang paling umum di Bali dengan persentase 73,7 persen.

    “Setelah operasi, pasien diobati dengan cairan infus, antibiotik, dan 250 mg pirantel pamoat sekali sehari. Pada hari ketujuh setelah operasi, pasien dipulangkan dengan 400 mg albendazole sebagai obat yang dapat dibawa pulang,” lanjutnya.

    (suc/suc)

  • Awal Mula Temuan Cacing Hidup di Perut Bocah Umur 3 di Jatim, Ini Pemicunya

    Awal Mula Temuan Cacing Hidup di Perut Bocah Umur 3 di Jatim, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Seorang bocah berusia 3 tahun asal Madura, Jawa Timur dilarikan ke RSD dr Soebandi, Jember dengan keluhan konstipasi dan perut kembung selama 3 hari. Seminggu sebelum masuk RS, anak tersebut mengeluh diare dan demam, kemudian orang tuanya membawa anaknya ke puskesmas dan didiagnosis infeksi saluran kemih.

    Sehari setelah dirawat, pasien mengeluh perut tidak nyaman dan kembung. Di unit gawat darurat, dia didiagnosis mengalami konstipasi. Pada hari pertama observasi di rumah sakit, pasien muntah cacing dan diagnosis askariasis dipertimbangkan.

    “Asupan makan pasien normal. Tidak ada riwayat penurunan nafsu makan sebelumnya sampai minggu ini,” tulis kasus yang dipublikasikan di Journal of Medical Case Report dikutip Sabtu (12/4/2025).

    Data anamnesis menunjukkan bahwa pasien tinggal di Bali, Indonesia, dan baru saja pindah ke Jember. Di Bali, pasien hampir setiap hari bermain dengan teman-temannya di sungai. Ia jarang memakai sandal atau pelindung kaki saat bermain.

    Di Jember, ia rutin mengikuti kakek dan neneknya memunguti sampah di tempat pembuangan sampah. Ibu pasien biasanya menyuapi pasien dengan tangan, dan pasien minum air putih dari sumber air yang kurang bersih.

    Kemudian pasien berkonsultasi ke bagian bedah anak untuk dilakukan laparotomi eksplorasi. Selama operasi, dokter menemukan tiga lokasi obstruksi usus di sepanjang ususnya. Setelah itu operasi dilakukan untuk mengeluarkan cacing di perutnya.

    Anak laki-laki itu kemudian diberikan resep antibiotik, cairan, dan tablet pyrantel pamoate, pengobatan yang digunakan untuk berbagai infeksi parasit usus termasuk cacing gelang dan cacing tambang. Dia keluar dari rumah sakit seminggu kemudian.

    “Kebersihan dan sanitasi yang buruk dapat mempengaruhi kondisi ini,” ungkap peneliti.

    (kna/kna)

  • Polres Bondowoso Amankan 2 Pengedar Sabu Antarwilayah

    Polres Bondowoso Amankan 2 Pengedar Sabu Antarwilayah

    Bondowoso (beritajatim.com) – Satuan Reserse Narkoba Polres Bondowoso berhasil mengamankan dua orang pengedar sabu lintas wilayah pada Jumat (11/4/2025) dini hari.

    Kedua pelaku berinisial ML dan AF ditangkap saat hendak mengedarkan paket sabu di Jalan Desa Pengarang, Kecamatan Jambesari Darussholah, Kabupaten Bondowoso.

    Kapolres Bondowoso melalui Kasat Resnarkoba, Iptu Nurudin menjelaskan, penangkapan tersebut merupakan tindak lanjut dari informasi masyarakat yang diterima pada Rabu (9/4/2025) terkait dugaan peredaran narkotika jenis sabu di wilayah Bondowoso.

    “Setelah dilakukan penyelidikan, petugas mengamankan dua orang pelaku yang baru saja mengantarkan satu paket sabu ke pembeli dan berencana mengantarkan paket lainnya,” jelas Iptu Nurudin pada BeritaJatim.com, Sabtu (12/4/2025).

    Dari hasil penggeledahan, petugas mengamankan sejumlah barang bukti yang berkaitan langsung dengan tindak pidana tersebut.

    Di antaranya satu potongan sedotan berisi satu klip sabu seberat 0,41 gram, dua unit ponsel merek Xiaomi, satu korek api warna biru, serta satu unit sepeda motor Honda Revo Fit bernopol AG 2506 AZ.

    “Barang haram itu dibeli dari seorang pengedar asal Jember berinisial YG (dalam lidik) seharga Rp1.100.000 untuk dijual kembali di wilayah Bondowoso,” imbuhnya.

    Saat ini kedua pelaku beserta barang bukti telah diamankan di Mapolres Bondowoso untuk proses penyidikan lebih lanjut. (awi/kun)

  • Polres Bondowoso Tangkap Pengedar Pil Koplo di Jambesari Darussholah

    Polres Bondowoso Tangkap Pengedar Pil Koplo di Jambesari Darussholah

    Bondowoso (beritajatim.com) – Satuan Reserse Narkoba Polres Bondowoso kembali mengungkap kasus peredaran pil koplo yang meresahkan masyarakat. Seorang pria berinisial AK (31), warga Dusun Beddian, Desa Jambesari, Kecamatan Jambesari Darussholah, ditangkap usai diduga mengedarkan sediaan farmasi berupa pil berlogo Y dan DMP tanpa izin resmi.

    Kapolres Bondowoso AKBP Harto Agung Cahyono, melalui Kasat Resnarkoba Iptu Nurudin, menyampaikan bahwa pengungkapan ini bermula dari laporan masyarakat yang mencurigai adanya transaksi obat-obatan ilegal di wilayah tersebut.

    “Setelah dilakukan penyelidikan, pada Jumat (11/4/2025) sekitar pukul 15.30 WIB, tersangka AK berhasil diamankan di rumahnya,” ujar Iptu Nurudin pada BeritaJatim.com, Sabtu (12/4/2025).

    Dalam penangkapan itu, polisi menyita barang bukti berupa satu box berisi 92 butir pil logo Y dan 8 butir pil logo DMP.

    Pil tersebut diketahui dibeli AK dari wilayah Kalisat, Jember, lalu diedarkan kembali di Bondowoso untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

    “Pelaku tidak memiliki keahlian atau izin yang sah dalam peredaran sediaan farmasi ini. Murni karena motif ekonomi,” imbuhnya.

    Kini AK telah ditahan di Mapolres Bondowoso untuk menjalani proses hukum. Ia dijerat dengan Pasal 435 jo Pasal 138 ayat (2) subsider Pasal 436 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. (awi/kun)

  • Viral Link Video Dua Sejoli Durasi 32 Menit di Jember, Polisi Langsung Tangkap

    Viral Link Video Dua Sejoli Durasi 32 Menit di Jember, Polisi Langsung Tangkap

    GELORA.CO –  Pasangan kekasih asal Kabupaten Jember, Jawa Timur menjadi sorotan setelah video syur berdurasi 32 menit mereka beredar luas dan viral di media sosial.

    Pihak kepolisian telah mengambil tindakan dengan mengamankan pasangan tersebut dan meminta keterangan lebih lanjut dari mereka.

    Keberadaan video ini menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat, dan pihak berwenang berupaya untuk menyelidiki lebih dalam mengenai kasus ini.

    “Kami telah mengamankan dan memeriksa terduga pelaku. Mereka ditangkap di area Kecamatan Semboro,” ungkap Ajun Komisaris Rangga Riatma, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Jember, pada Rabu (9/4/2025).

    Dua sejoli di Kabupaten Jember, Jawa Timur terpaksa harus diamankan pihak kepolisian lantaran viral di media sosial.

    Pasangan muda-mudi itu mendadak jadi artis di media sosial, bahkan sempat trending di kolom pencarian setelah video mesumnya berdurasi 32 menit beredar dikonsumsi publik.

    Video beradegan dewasa yang diperagakan dengan penuh semangat itu banyak mendapat like dari kalangan netizen anak muda.

    Namun, banyak ibu-ibu yang masih aktif main sosmed merasa resah dan khawatir dengan video mesum yang viral tersebut.

    Atas dasar itu, pihak kepolisian langsung turun tangan mengamankan pasangan muda-mudi yang jadi pemeran pada video mesum tersebut.

    Kedua pemeran dalam video plus plus tersebut ditangkap di wilayah Kecamatan Semboro. Hal itu juga dibenarkan oleh Kasat Reskrim Polres Jember AKP Angga Riatma.

    “Terduga pelaku sudah kami amankan dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan,” kata Angga saat di konfirmasi oleh awak media, beberapa waktu lalu.

    Akan tetapi Angga belum bisa membeberkan secara detail terkait motif dari pasangan muda-mudi tersebut membuat video beradegan panas hingga viral di media sosial.

    “Nanti updatenya kami sampaikan lagi, masih dalam pemeriksaan, berlangsung,” ujarnya.

    Setelah menjalani berbagai pemeriksaan akan dilakukan gelar perkara untuk menentukan kelanjutan penyelidikan kasus itu.