kab/kota: Jember

  • Pemkab Jember Dituding Caplok Lahan untuk Destinasi Wisata Sejak 1982

    Pemkab Jember Dituding Caplok Lahan untuk Destinasi Wisata Sejak 1982

    Jember (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur, dituding mencaplok lahan warga untuk destinasi wisata pemandian di Desa Patemon, Kecamatan Tanggul sejak 1982.

    Renal Shendra Hermawan, pendamping keluarga ahli waris mengatakan, penguasaan lahan oleh Pemkab Jember itu tanpa dasar hukum jelas. “Tidak pernah ada peralihan hak sampai dengan sekarang,” katanya, Senin (19/5/2025).

    Pemkab Jember menguasai lahan pemandian sekitar 2,7 hektare. Warga mengklaim lahan pintu masuk seluas 1.740 meter persegi adalah milik Pak Suha, Sementara di bagian dalam pemandian, ada persil atas nama Mbah Kacung seluas 1,2 hektare. Ada 33 orang ahli waris yang saat ini mengklaim lahan tersebut.

    Tidak jelas benar bagaimana tiba-tiba lahan tersebut dikuasai Pemkab Jember. Tidak ada bukti transaksi jual-beli lahan sejauh ini. Sementara itu, ahli waris mengantongi bukti petok, bukti pembayaran pajak, dan gambar bidang obyek tanah dari Badan Pertanahan Nasional yang menunjukkan bahwa tanah itu belum bersertifikat.

    Selama puluhan tahun, ahli waris tidak pernah menerima kompensasi maupun bagi hasil pendapatan dari destinasi wisata tersebut. “Padahal dana yang dihasilkan dari pemandian tersebut selama puluhan tahun masuk ke dalam kas negara,” kata Renal.

    Mengantongi data kepemilikan lahan, keluarga ahli waris ingin hak kepemilikan atas tanah dikembalikan kepada mereka. “Kami dari pihak keluarga membuka diri untuk permasalahan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” kata Renal.

    Mereka sudah berjuang melakukan pendekatan kepada Pemkab Jember selama bertahun-tahun. Hasilnya nihil. “Kami dipingpong,” kata Renal.

    Tak heran jika pihak keluarga ahli waris siap bertarung di pengadilan jika tidak ada kata sepakat soal lahan tersebut. “Kami ada tim kuasa hukum,” kata Renal.

    Komisi B DPRD Jember sempat menjadi mediator pada 2022. “Tapi tidak menemukan titik temu. Disampaikan pada saat itu oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, nanti akan ada pengukuran tanah melibatkan BPN. Tapi bagaimana kita berbicara pengukuran, kecuali ini mau dikonversi dari petok ke sertifikat,” kata Renal.

    Pemandian mata air Patemon sudah menjadi bagian dari masa kecil Adi Bambang Sugianto, salah satu ahli waris. “Ada cerita dari kakek, dari nenek, bahwa bahwa pemandian itu masih milik kakek dan nenek,” kata pensiunan guru berusia 69 tahun ini.

    Belakangan, pada 1990-an, Bambang memperoleh berkas dokumen kepemilikan lahan pemandian atas nama Pak Suha dari sang bibi.

    Bambang tidak menutup mata atas semua usaha Pemkab Jember di atas lahan pemandian tersebut. “Tapi kalau memang Pemkab Jember memahami, kembalikan hak atas tanah itu kepada ahli waris,” katanya.

    “Kalau memang itu sudah kembali ke ahli waris, langkah berikutnya kan enak. Dibicarakan lagi, apakah Pemkab Jember ini apa mau meneruskan pemandian ini? Kalau mau meneruskan, ini akan menjadi asetnya. Kan berarti membeli,” kata Bambang.

    Menghadapi sengketa tersebut, Dicky Giantara, staf fungsional Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Jember, mengatakan, pihaknya harus mengumpulkan bukti bahwa tanah tersebut memang dimiliki Pemkab Jember. “Kalau secara fisik memang dikuasai oleh Pemkab,” katanya.

    Obyek pemandian Patemon tercatat dalam KIB (Kartu Inventaris Barang) A Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember.

    Namun Dicky mengakui jika Pemkab Jember belum memiliki sertifikat tanah lahan tersebut. “Kami sudah melakukan pengajuan atas objek tersebut, yang nantinya akan di-SHP-kan (SHP adalah Sertifikat Hak Pakai) atas nama Pemkab Jember pada 2021-2022,” katanya.

    Upaya Pemkab Jember tersebut terganjal keterangan dari pemerintah desa. Pemerintah Desa Patemon tidak berani menerbitkan surat keterangan, karena tanah pemandian tersebut berstatus tanah yasan.

    “Ada penolakan dari desa, kami tidak berani maju, karena ujung-ujungnya nanti kan pasti ada gugatan,” kata Dicky.

    BPKAD Jember berusaha mempertemukan ahli waris dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember. “Prosedurnya kan memang kita harus melakukan rapat koordinasi. Mungkin minimal melalui sekretaris daerah atas perintah sekretaris daerah. Sampai saat ini kami tunggu itu. Jadi pihak ahli waris juga nunggu bagaimana kelanjutannya,” kata Dicky. [wir]

  • Warga Protes Pencemaran Limbah Tambak di Pesisir Jember

    Warga Protes Pencemaran Limbah Tambak di Pesisir Jember

    Jember (beritajatim.com) – Warga Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur memprotes pelanggaran aturan oleh PT Berjaya Anugerah Sejahtera (BAS), Perusahaan tambak udang vaname di kawasan pesisir.

    Ada dua pelanggaran yang dilakukan PT BAS, yakni pencemaran limbah dan hak guna usaha (HGU). Warga menuntut agar izin usaha tambak perusahaan itu dicabut.

    Limbah dibuang di kawasan sandar kapal. Banyak nelayan yang terkena gatal-gatal dan air beberapa sumur warga di sekitae tambak BAS berubah warna menjadi hijau.

    Berdasarkan inspeksi dadakan yang dilakukan Komisi A dan Komisi B DPRD Jember, Sabtu (17/5/2025), diketahui bahwa tambak yang saat ini dikelola PT BAS mulai beroperasi pada 1989.

    “Namun izin IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) baru mereka urus sekarang dan itu belum keluar. Sementara tambak sudah beroperasi,” kata Alfan Yusfi, anggota Komisi A DPRD Jember, Sabtu (17/5/2025).

    Menurut Alfan, seharusnya izin IPAL keluar sebelum pengusahaan tambak beroperasi. Bahkan izin IPAL merupakan salah satu syarat pengajuan izin usaha.

    Leonardo John Tilaar, perwakilan PT BAS, mengatakan, izin IPAL baru diurus setelah mengambil alih tambak dari perusahaan lain pada 2013.

    “Pengolahan limbahnya selama ini tidak ada masalah. Kami beli ya sudah seperti ini,” katanya.

    Menurut Leonardo, Dinas Lingkungan Hidup Jember sudah meninjau lokasi.

    “Ini sedang proses. Kami juga ingin secepatnya selesai,” katanya.

    Hal ini yang bikin kecewa warga.

    “Ini kan sama saja orang sudah punya anak tapi surat nikah baru diurusi,” sindir Heri Suryata, warga sekitar.

    Selain urusan limbah, Alfan menilai PT BAS melanggar aturan soal HGU. Setelah memperoleh dua HGU masing-masing seluas empat hektare dan 9,9 hektare pada 14 September 2016, mereka melakukan kerja sama operasional delapan tahun kemudian dengan pengusaha lain tanpa izin.

    “HGU tidak boleh dialihkan atau dikerjasamakan dengan siapapun tanpa izin instansi terkait,” kata Alfan.

    Temuan ini membuat warga semakin mantap menuntut penghentian usaha PT BAS. “Kami berharap HGU mereka dicabut,” kata Heri. Apalagi di atas sebagian lahan itu akan dibangun pelabuham untuk nelayan.

    Kepala Dinas Perikanan Jember Indra Tri Purnomo mengatakan, persoalan IPAL adalah kewenangan Dinas Lingkungan Hidup Jember.

    “Standarisasi IPAL yang tahu Dinas LH,” katanya

    Namun Indra menyebut keluhan warga soal limbah sudah tepat karena pengurusan IPAL PT BAS belum kelar. “In progress. Saya tekankan agar semuanya diurusi,” katanya.

    Kewenangan Dinas Perikanan saat ini sangat terbatas. Perizinan usaha tambak diurus melalui OSS (Online Single Submission) yang langsung ditangani pemerintah pusat.

    “Kami tidak bisa memantau. Tidak ada notifikasi ke dinas,” kata Indra.

    Setelah sidak, Komisi A, B, dan C akan melakukan rapat gabungan untuk membahas persoalan ini. “Kami coba mendalami hal ini,” kata Alfan. [wir/aje]

  • Patriot Pangan Jatim Dikukuhkan, Gus Ubaid: Dukung Program Prabowo-Gibran

    Patriot Pangan Jatim Dikukuhkan, Gus Ubaid: Dukung Program Prabowo-Gibran

    Surabaya (beritajatim.com) – Tokoh muda NU, Ubaidillah Amin (Gus Ubaid) mengatakan, pengukuhan Patriot Pangan Jawa Timur menunjukkan bahwa GP Ansor sebagai gerakan muda NU sangat mendukung program pemerintahan Prabowo-Gibran.

    Acara pengukuhan ini dihadiri langsung Kasatkornas Banser, Gus Syafiq sekaligus Kasatgas Ketahanan Pangan GP Ansor, Gus syafril dan beberapa pengurus pusat serta Jawa Timur.

    “Kami sebagai Ketua Dewan Pembina Relawan Gibran BerKopyah (GBK) sangat senang dan mendukung apa yang dilaksanakan oleh GP Ansor. Ini karena mayoritas anggota Relawan GBK adalah anak muda NU dan tergabung dalam GP Ansor,” tegas Gus Ubaid, Jumat (16/5/2025).

    “Kami melihat sangat tepat sekali apa yang dilakukan oleh Ansor Jatim dengan melaunching dan dikukuhkannya patriot ketahanan pangan Jatim di Kabupaten Jember. Ini karena kami melihat Jember sebagai kabupaten yang surplus di bidang pertanian, baik itu padi, edamame, tembakau, jagung, dan lainnya. Dan, kami menyaksikan langsung saudara Denny Prasetia (promotor ketahanan pangan GP Ansor Jember) ini anak muda yang sudah lama sekali sangat konsen bergerak di bidang kemandirian pangan, seperti tanaman tebu, pisang kavendis, perikanan gurami,” imbuhnya.

    Bahkan, lanjut Gus Ubaid, Denny telah mengajak anak-anak muda di sekitar Jember yang putus sekolah ataupun tidak memiliki pekerjaan jelas, yang dahulunya ikut geng motor, kenakalan remaja, diajak berkebun dan bertani.

    “Dan, hari ini kita ke Kabupaten Bondowoso untuk memanen tanaman kopi ijen arabica, bersama masyarakat LMDH dan Perhutani. Yang mayoritas masyarakat LMDH ini teman-teman muda GP Ansor dan juga relawan Gibran BerKopyah. Kami mendukung penuh visi misi Bapak Presiden Prabowo terkait ketahanan pangan dan swasembada pangan, karena para relawan kami bukan memulai tapi sdh melaksanakan bertahun-tahun. Dan, dengan adanya komitmen pemerintahan Prabowo-Gibran, kami semacam mendapatkan angin surga untuk menghidupkan kembali jiwa muda petani Indonesia,” pungkasnya. [tok/aje]

  • Nelayan Hilang di Perairan Gending Ditemukan Meninggal Dunia

    Nelayan Hilang di Perairan Gending Ditemukan Meninggal Dunia

    Probolinggo (beritajatim.com) – Setelah dinyatakan hilang selama tiga hari, nelayan bernama Abdul Holis (45), warga Dusun Pesisir, Desa Randuputih, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo akhirnya ditemukan. Korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia oleh nelayan sekitar perairan Gending.

    Proses pencarian dilakukan sejak Senin (12/5/2025) oleh tim SAR gabungan yang terdiri dari berbagai unsur. Komandan Regu Basarnas Jember, Jefri, mengatakan pihaknya telah mengerahkan 35 personel dalam upaya pencarian korban.

    “Kami mengerahkan 35 personel untuk pencarian sejak hari pertama dan bersyukur hari ini korban sudah ditemukan,” ujar Jefri saat diwawancarai di lokasi, Selasa (14/5/2025). Penemuan korban menjadi hasil dari kerja keras seluruh unsur SAR yang terlibat.

    Menurut Jefri, korban ditemukan pada hari ketiga pencarian sekitar pukul 10.35 WIB. Lokasi penemuan berada sekitar 6 nautical mile atau sekitar 11 kilometer dari titik jatuhnya korban.

    “Korban ditemukan di arah 149 derajat dari LKP, tepatnya di sebelah timur Pulau Gili Ketapang,” jelasnya. Pihaknya menyebut, keberhasilan pencarian ini tidak lepas dari peran aktif masyarakat dan nelayan sekitar.

    Nelayan yang menemukan jasad korban segera menginformasikan ke posko SAR di darat untuk dilakukan proses evakuasi. Tim gabungan yang sudah siaga langsung menuju lokasi dan mengevakuasi jenazah ke rumah duka.

    “Korban pertama kali ditemukan oleh nelayan dan langsung kami evakuasi tanpa kendala berarti,” imbuh Jefri. Ia juga menyebut bahwa koordinasi dengan masyarakat sekitar berjalan sangat baik.

    Hingga proses evakuasi, cuaca di sekitar perairan Gending cukup bersahabat dan tidak mengganggu pencarian. “Alhamdulillah saat penemuan cuaca mendukung, tidak ada kendala dalam proses evakuasi,” ujar Jefri.

    Setelah dievakuasi, jenazah Abdul Holis langsung disemayamkan di rumah duka di Desa Randuputih. Pihak keluarga menerima dengan tabah dan mengucapkan terima kasih atas kerja keras tim SAR gabungan.

    Jefri menyampaikan apresiasi tinggi kepada semua unsur yang terlibat, mulai dari TNI AL, Polair, BPBD Probolinggo, hingga potensi SAR dan masyarakat nelayan. “Sinergi yang kuat antar unsur membuat operasi SAR berjalan lancar dan membuahkan hasil,” pungkasnya. (ada/ian)

  • DPRD Jember: Awas, Camat Intervensi Koperasi Desa Merah Putih!

    DPRD Jember: Awas, Camat Intervensi Koperasi Desa Merah Putih!

    Jember (beritajatim.com) – Candra Ary Fianto, Ketua Komisi B DPRD Jember, Jawa Timur, menengarai adanya intervensi dari camat dalam pembentukan Koperasi Desa Merah Putih.

    “Camat memerintahkan kepala desa dan lurah agar membawa nama calon-calon pengurus yang terindikasi tim sukses maupun titipan dari salah satu partai politik,” kata Candra, Rabu (14/5/2025).

    Candra sebenarnya tidak keberatan ada personel tim sukses kepala daerah maupun partai politik yang masuk dalam kepengurusan. “Sepanjang memenuhi kapasitas dan kemampuannya memadai, punya dasar-dasar perkoperasian, saya pikir itu satu hal yang lumrah,” katanya

    Namun Candra menekankan, pembentukan Koperasi Desa Merah Putih harus berdasarkan musyawarah khusus di desa dan kelurahan. “Musyawarah itu dilaksanakan di tiap desa atau tiap kelurahan, bukan di tiap-tiap kecamatan yang menjadi titik simpul pertemuan,” katanya.

    Candra meminta Dinas Koperasi dan UMKM mengikuti Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025. “Pendirian Koperasi Merah Putih ini untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dan memang asasnya koperasi adalah gotong royong, musyawarah, mufakat dan mampu membawa kemanfaatan bagi masyarakat,” katanya/

    Komisi B meminta Dinas Koperasi dan UMKm Jember tak hanya melakukan sosialisasi, namun juga mengawasi dan memantau pembentukan Koperasi Merah Putih. “Kami imbau agar Dinas Koperasi melaksanakan tugas tersebut tidak hanya secara administratif, tapi juga proses pembentukan dan kapabilitas maupun kemampuan pengurus dalam mengelola,” kata Candra.

    Candra juga meminta Dinas Koperasi dan UMKM untuk memperhatikan benar anggaran sosialisasi. “Ada anggaran sosialisasi yang melekat Rp 5 juta per desa, Rp 2,5 juta di antaranya untuk pembentukan badan hukum dan Rp 2,5 juta sisanya untuk konsumsi dan honor sosialisasi,” katanya.

    “Hari ini DPRD belum mendapatkan dokumentasi hasil penjabaran APBD 2025. Maka kami imbau agar Dinas Koperasi berhati-hati dalam menggunakan anggaran tersebut, karena jumlahnya tidak sedikit,” kata Candra.

    Candra meminta proses pembentukan badan hukum Koperasi Desa Merah Putih melibatkan notaris-notaris sesuai peraturan dan kebijakan yang ada. Pemkab Jember diminta memperhatikan nota kesepahaman antara Ikatan Notaris Indonesia Indonesia dan Menteri Koperasi.

    Nota kesepahaman itu, menurut Candra, hendaknya diacu agar tidak gaduh. “Tolong dikomunikasikan yang baik dengan para notaris yang sudah terdaftar dalam MOU tersebut,” katanya.

    Masalah finansial juga jadi perhatian Komisi B. “Koperasi Merah Putih ini akan mendapatkan pinjaman dari Himbara (Himpunan Bank Negara) dengan jumlahnya tidak sedikit,” kata Candra.

    Candra meminra Dinas Koperasi dan UMKM Jember mengambil langkah antisipasi dan mitigasi, agar persoalan Kredit Usaha Tani (KUT) yang macet dan menyeret ribuan pengurus koperasi di seluruh Indonesia pada era awal Reformasi 1999 tidak terjadi lagi.

    Saat ini Koperasi Desa Merah Putih sudah terbentuk di 202 desa dan 19 kelurahan di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tinggal 24 desa dan tiga kelurahan yang belum memiliki koperasi tersebut.

    Koperasi tersebut dibentuk berdasarkan musyawarah khusus di masing-masing desa dan kelurahan. “Kami tidak mendampingi, kecuali ada satu dua desa yang minta pendampingan, karena takut salah menyampaikan. Itu saja,: kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jember Sartini.

    Itu pun, lanjut Sartini, kehadiran Dinas Koperasi dan UMKM Jember bukan mengintervensi pembentukan. “Kami hanya meluruskan,” katanya. [wir]

  • Sidak, Wabup Jember Dorong Media Center Desa Sidomulyo Lebih Transparan

    Sidak, Wabup Jember Dorong Media Center Desa Sidomulyo Lebih Transparan

    Jember (beritajatim.com) – Wakil Bupati Djoko Susanto melakukan kunjungan mendadak ke kantor Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu (14/5/2025).

    Djoko mengunjungi kantor Desa Sidomulyo setelah menghadiri acara panen kopi petani. Dalam kunjungan itu, Djoko meninjau layanan publik di kantor tersebut.

    Djoko tidak ditemui Kepala Desa Kamiluddin, namun tiga orang perangkat desa. “Kalau secara fisik, (kondisi kantor Desa Sidomulyo) okelah. Tadi disampaikan pelayanan lancar,” katanya.

    Djoko justru tertarik dengan ruang media center. “Penggunaan hardware-nya sudah cukup canggih. Di ruangan saya saja gak ada. TV saja masih TV analog,” katanya tertawa.

    Namun Djoko mengapresiasi pelayanan publik dan media cemter di Kantor Desa Sidomulyo. “Cuma media center tadi nanti kita dorong lebih memenuhi asas transparansi publik. Tidak sekadar menampilkan kolom-kolom, tapi aktivitas apa,” katanya.

    Desa Sidomulyo adalah adalah pemekaran dari Desa Garahan sejak 1990. Sidomulyo menjadi desa definitif empat tahun kemudian. Kini desa itu menjadi salah satu desa wisata pinus.

    Deswita (Desa Wisata) Sidomulyo menyajikan berbagai macam wisata berupa edukasi, industri, seni, dan alam, seperti wisata edukasi kopi, edukasi raja domba, wisata membatik khas Sidomulyo, wisata kerajinan rumah akar, wisata sendang Tirto Gumitir, dan Cafe Sawah. [wir]

  • Beroperasi 19 Mei, Dua Bupati Tinjau Dapur MBG di SLB Jember

    Beroperasi 19 Mei, Dua Bupati Tinjau Dapur MBG di SLB Jember

    Jember (beritajatim.com) – Bupati Muhammad Fawait dan Muhammad Zainal Abidin Djalal, bupati Jember periode 2005-2015, meninjau dua dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sekolah Luar Biasa Kabupaten Jember, Jawa Timur, sepekan sebelum dibuka pada 19 Mei 2025.

    Dua dapur tersebut dibiayai dan dikelola Achmad Sudiyono, mantan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, berlokasi di Jalan Branjangan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang.

    Fawait menyebut dapur MBG itu spesial. “Spesialnya yang meninjau bukan hanya bupati hari ini, tapi bupati legend, Pak MZA Djalal, mendampungi kita,” katanya, di sela-sela peninjauan, Senin (12/5/2025).

    Fawait menyebut kehadiran dua dapur MBG ini sebagai peristiwa bersejarah. “Jember siap bersinergi dengan pemerintah pusat dan menyukseskan program Presiden Prabowo,” katanya.

    Selain membuka lapngan pekerjaan, Dapur MBG juga memperbaiki gizi anak-anak dan menggerakkan ekonomi. “Ini yang disebut multiplier effect. Ada yang memproduksi tempe, tahu, beras, telur, semuanya bergerak,” kata Fawait.

    “Ini cita-cita besar Pak Prabowo menuju Indonesia Emas 2045. Anak Indonesia gizinya terjaga, perputaran ekonomi tersebar ke seluruh pelosok Indonesia termasuk desa-desa,” kata Fawait.

    Pembangunan dapur-dapur MBG di Jember terus berproses. “Karena ini sebuah kebijakan yang besar dengan terobosan luar biasa. Tapi yang jelas Jember on the track. Insyallah kami akan support siapapun untuk kesuksesan kebijakan nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo,” kata Fawait.

    Sementara itu Achmad Sudiyono mengatakan, dua dapur ini akan memproduksi 3.682 makanan siap saji. “Kapasitas terendahnya tidak boleh kurang dari tiga ribu siswa,” katanya.

    Distribusi MBG ini dilakukan bertahap. Pukul setengah sembilan pagi diperuntukkan siswa taman kanak-kanak. Siswa kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar akan mendapat jatah pada pukul setengah sepuluh pagi. Sementara kelas 4-6 SD hingga sekolah menengah atas dimulai pada pukul sebelas siang.

    Sudiyono menegaskan, sajian makan itu memperhatikan keseimbangan kandungan gizi berdasarkan usia siswa. “Ada protein, larbohidrat, dan serat,” katanya.

    Bahan dasar makanan disuplai dari pihak-pihak yang menyediakan langsung. “Kami tidak beli di mall dan tengkulak besar, supaya menggerakkan sektor ekonomi. Persyaratannya sangat ketat,” kata Sudiyono.

    Salah satu kendaraan yang digunakan untuk mengantarkan MBG adalah mobil APV yang merupakan hibah dari Pemkab Jember. “Mobil itu mampu mengantarkan 800-900 porsi makanan,” kata Soediyono. [wir]

  • Urusan Asmara, Siswa SMA Anak Fungsionaris PDIP Jember Diduga Dikeroyok

    Urusan Asmara, Siswa SMA Anak Fungsionaris PDIP Jember Diduga Dikeroyok

    Jember (beritajatim.com) – Gara-gara urusan asmara, seorang siswa sekolah menengah atas negeri berinisial F, anak salah satu fungsionaris Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kabupaten Jember, Jawa Timur, diduga dikeroyok teman sekolahnya sendiri.

    Anak lelaki yang duduk di kelas XI ini dua kali mengalami penganiayaan. Penganiayaan pertama terjadi pada 22 April 2025 di ruang kelas F. Penganiayaan berikutnya terjadi pada 9 Mei 2025 di dekat Hotel Bintang Mulia, Jalan Jl. Nusantara, Kelurahan Kaliwates Kidul, Kecamatan Kaliwates.

    Peiristiwa penganiayaan ini terungkap setelah F berubah sikap setelah penganiayaan kedua. “Dia takut bersekolah, tidak mau makan dan selalu mengurung diri dalam kamar,” kata Candra Ary Fianto, legislator PDIP di DPRD Jember yang mendampingi orang tua F mengurus persoalan tersebut, Rabu (14/5/2025).

    Bahkan, F meminta pindah sekioah ke Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso. Saat ini dia sudah tidak tinggal di rumah orangtuanya di Kelurahan Gebang, Jember, tapi di rumah neneknya di Grujugan.

    Ditanya orangtuanya , F mengaku dianiaya oleh kawannya sendiri. Candra pun menemui Kepala SMAN tempat F bersekolah untuk mencari tahu dugaan penganiayaan itu.

    Candra sempat memimta agar pihak sekolah memutar rekaman CCTV untuk mengetahui benar-tidaknya dugaan penganiayaan di ruang kelas. “Ternyata CCTV di ruang kelas tersebut error sejak 10 April 2025. Jadi kejadian di sana sudah tidak terekam dan tersimpan,” katanya.

    Hal ini mau tak mau membuat Candra kecewa. Dia menganggap pihak sekolah tidak terlampau kooperatif.

    Kini hatapan Candra tinggal pada CCTV dekat Hotel Bintang Mulia. F dikeroyok tiga orang setelah usai salat Jumat. Sebelum dianiaya, F sempat dijemput oleh teman perempuan yang masih satu sekolah dengannya untuk menemui tiga orang yang mengeroyoknya.

    Orang tua F tidak bisa terima dengan penganiayaan dialami sang anak. “Orang tua sebenarnya meminta dilakukan verifikasi dulu, karena kita juga harus obyektif melihat permasalahan ini. Tidak boleh menerima laporan hanya dari satu pihak saja,” kata Candra.

    Candra menduga penganiayaan tak lepas dari urusan asmara. Setelah situasi terang-benderang, orang tua F berencana melaporkan kejadian ini ke kepolisian. “Kejadian ini harus dselesaikan dengan adil,” kata Candra. [wir]

  • 14 Ribu Tiket Terjual, Sound Horeg Adventure Bondowoso Sukses Menarik Perhatian

    14 Ribu Tiket Terjual, Sound Horeg Adventure Bondowoso Sukses Menarik Perhatian

    Bondowoso (beritajatim.com) – Sebanyak 14 ribu tiket terjual dalam gelaran Sound Horeg Adventure yang berlangsung di Lapangan Tembak Markas Yonif 514 Raider, Bondowoso, pada Minggu-Senin (11-12/5/2025) malam. Acara spektakuler ini berhasil menarik perhatian ribuan penonton dari dalam dan luar daerah, menjadikannya salah satu hiburan massal yang paling sukses di kawasan tersebut.

    Gelaran yang digelar berkat sinergi antara Batalyon Infanteri (Yonif) 514 Raider dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso ini tak hanya berhasil menyuguhkan hiburan menarik, tetapi juga menjadi bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun Divisi 2 Kostrad. Antusiasme masyarakat pun sangat tinggi, terlihat dari kemacetan panjang yang mengular hingga kilometer menuju lokasi acara.

    Penonton yang datang dari berbagai daerah, termasuk Bondowoso, Jember, Probolinggo, hingga Banyuwangi, memadati lokasi pertunjukan. Tidak hanya parade dentuman bass, acara ini juga diramaikan dengan kehadiran stan UMKM, ketahanan pangan, dan industri kreatif lokal, yang memberikan suasana yang lebih meriah dan bervariasi.

    Nama-nama besar dalam dunia sound horeg Jawa Timur, seperti ARG, Brewok, dan Blizzard, tampil memukau ribuan penonton dengan suguhan audio yang spektakuler, membuat acara ini sangat dinikmati terutama oleh kalangan muda.

    Ketua panitia sekaligus penggagas acara, Arief Zainurrohman, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Danyonif 514 Raider yang memberikan dukungan penuh, baik dari segi tempat maupun pengamanan, sehingga acara ini dapat berlangsung dengan sukses. “Tanpa dukungan dari Danyon Raider 514, acara ini tidak mungkin terselenggara dengan sukses. Ini bukti bahwa TNI dekat dengan rakyat,” ujar Arief.

    Arief juga menekankan bahwa Sound Horeg Adventure menjadi contoh nyata bahwa hiburan rakyat bisa digelar secara tertib dan kondusif, sekaligus mempromosikan wisata daerah. Ia berharap acara ini bisa menghapus stigma negatif yang sering melekat pada sound horeg yang identik dengan tawuran. “Justru acara ini membuktikan bahwa sound horeg bisa menjadi hiburan positif dan sehat bagi masyarakat,” tegasnya.

    Selain itu, Arief membuka kemungkinan untuk menyelenggarakan acara serupa berskala nasional di Bondowoso di masa depan. Hadir dalam acara tersebut Danyon 514 Raider, perwakilan Bupati Bondowoso dari Disparbudpora dan Diskoperindag, Wakil Ketua DPRD Ady Kriesna, Ketua Komisi II DPRD Tohari, serta sejumlah tokoh masyarakat.

    Acara yang berlangsung aman dan tertib hingga akhir ini, mencatatkan sejarah baru dalam dunia hiburan rakyat di Bondowoso dan memberikan kesan mendalam bagi semua pihak yang terlibat. [awi/beq]

  • Peringatan Waisak di Jember Rayakan Cinta Kasih

    Peringatan Waisak di Jember Rayakan Cinta Kasih

    Jember (beritajatim.com) – Peringatan Trisuci Waisak 2569 Buddhist Era (BE) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, adalah perayaan cinta kasih umat manusia dan sesama makhluk di bumi.

    Perayaan cinta kasih ini ditandai dengan pelepasan sejumlah burung perkutut atau disebut Abhaya Dana oleh jemaat umat Buddha, di Vihara Dhamma Metta, Senin (12/5/2025).

    “Abhaya Dana berarti memberi kesejahteraan bagi makhluk lain. Kita membebaskan diri kita dari kebencian,” kata Samanera Uggadharo, seorang bikkhu muda.

    Pandita Muda Sutarno mengatakan, pembebasan makhluk berdasarkan cinta kasih. “Dengan cinta kasih ini kita memberi kebebasan makhluk lain untuk menghirup udara segar. Yang tadinya dikerangkeng, akhirnya dilepas ke alam bebas,” katanya.

    Sebenarnya detik-detik waisak jatuh pada pukul 23.55 WIB. Namun Vihara Dhamma Metta memajukan acara peribadatan pada pukul 08.15 WIB untuk mengakomodasi jemaat yang berdomisili jauh. “Tidak memungkinkan kalau kami tengah malam mengajak umat ke vihara,” kata Sutarno.

    Waisak tahun ini menekankan tema kebijaksanaan dasar keluhuran bangsa. “Keluhuran suatu bangsa tidak ditentukan oleh kekuatan militer atau kekayaan yang dimiliki negara tersebut. Tapi bagaimana kita sebagai masyarakat bertindak sesuai ajaran agama yang kita yakini,” kata Samanera Uggadharo.

    Kebijaksanaan dalam ajaran Buddha diperoleh melalui praktik sila dan meditasi. “Umat memiliki lima aturan kemoralan yang harus dijalani dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong, dan tidak minum minuman keras,” kata Samanera Uggadharo. [wir]