Khofifah Sebut Perlu Jalur Penyelamatan di Akses Menuju Bromo
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut, akses ke Gunung Bromo perlu dibuat jalur penyelamatan.
Hal ini disampaikan Khofifah merespons kecelakaan bus di akses menuju Bromo yang menewaskan delapan orang.
Khofifah mengaku sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) menanyakan kemungkinan pemberian jalur penyelamatan di jalan menuju tempat wisata Gunung Bromo.
Biasanya, kata dia, tanjakan atau turunan terdapat opsi jalur penyelamatan ketika ada hal yang tak dinginkan terjadi, seperti rem blong.
“Maka mobil diarahkan ke jalur penyelamatan itu,” kata Khofifah saat menjenguk para korban kecelakaan di Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember, Senin (15/9/2025).
Jalan yang menjadi TKP kecelakaan itu adalah jalur umum yang biasa dilalui wisatawan dan untuk mobilitas warga setempat.
Namun, kata dia, semuanya masih menunggu hasil investigasi tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Ia memastikan tim KNKT segera memeriksa kondisi bus yang kecelakaan di lereng Bromo.
“Kami menunggu hasil KNKT besok atau lusa yang akan turun,” katanya.
Menurutnya, hasil investigasi KNKT juga akan menjadi dasar untuk mengungkap penyebab kecelakaan maut itu.
Kecelakaan lalu lintas bus pariwisata itu terjadi di jalan turunan di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Minggu (14/9/2025) siang.
Rombongan bus tersebut pulang rekreasi dari Taman Nasional Gunung Bromo dalam rangka tasyakuran kelulusan S1 Keperawatan.
Dari 53 korban dalam peristiwa nahas tersebut, 29 orang adalah karyawan RSBS.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Jember
-
/data/photo/2025/09/15/68c7fbd139ae5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Khofifah Sebut Perlu Jalur Penyelamatan di Akses Menuju Bromo Surabaya 15 September 2025
-

Tragedi Bus Maut di Bromo, Senator Lia Istifhama Ingatkan Keselamatan Penumpang dan Disiplin Ramp Check
Jakarta (beritajatim.com) – Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama menyampaikan duka cita yang mendalam atas kecelakaan bus pariwisata di jalur Gunung Bromo, Minggu (14/9/2025), yang menewaskan delapan orang penumpang. Korban termasuk tenaga kesehatan RS Bina Sehat (RSBS) Jember.
“Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk para korban, khususnya keluarga besar RS Bina Sehat Jember,” ujar Ning Lia, sapaannya, Senin (15/9/2025).
Dia pun menegaskan, pentingnya pengawasan ketat terhadap operasional bus pariwisata. Menurutnya, tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan penumpang harus menjadi prioritas utama dalam setiap perjalanan wisata.
“Keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama. Tragedi di Bromo harus menjadi momentum untuk memperkuat langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang,” katanya.
Ning Lia juga mendorong, pengelola transportasi wajib disiplin. Selain itu, Pemerintah daerah, pemilik bus, hingga masyarakat harus bekerja sama memastikan angkutan umum, terutama bus pariwisata, dalam kondisi layak jalan.
Doktoral Ekonomi Islam UINSA Surabaya juga mengungkap langkah Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Timur yang telah mengeluarkan imbauan ramp check bus pariwisata. Namun ia menekankan, aturan tersebut harus benar-benar dipatuhi.
“Dishub Jatim sebenarnya sudah proaktif dengan imbauan ramp check. Tapi pemilik bus dan pengelola wisata harus disiplin memeriksakan kendaraan, terutama sistem rem, sebelum beroperasi. Jangan sampai ada bus yang berangkat tanpa jaminan keamanan,” jelas putri KH Maskur Hasyim itu.
Sebelumnya, tragedi ini bermula saat Bus Hino IND’S 88 bernopol P-7221-UG yang mengangkut 52 penumpang karyawan RSBS Jember mengalami gagal rem di jalan menurun Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.
Bus oleng menabrak pembatas jalan dan sebuah sepeda motor. Akibatnya, delapan orang meninggal dunia, termasuk satu keluarga, yakni Hendra Pratama bersama istri dan anaknya. Puluhan penumpang lainnya luka berat dan ringan, kini dirawat di beberapa rumah sakit Probolinggo.
Beberapa waktu lalu, Kepala Dishub Jatim, Nyono, menjelaskan pengawasan bus pariwisata non-trayek menjadi tantangan tersendiri karena banyak tidak berangkat dari terminal resmi. Karena itu, pihaknya mendorong agar pemilik bus melakukan pemeriksaan kendaraan di Dishub Kabupaten/Kota sebelum keberangkatan.
Berdasarkan data Dishub Jatim, sepanjang Januari–Agustus 2024 terjadi 14.530 kecelakaan lalu lintas di Jawa Timur. Dari jumlah itu, 1.097 orang meninggal dunia, 762 luka berat, dan 20.812 luka ringan. Jawa Timur menjadi provinsi dengan angka kecelakaan tertinggi kedua setelah Jawa Tengah. [hen/suf]
-
/data/photo/2025/09/15/68c7f12724c67.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
29 Karyawan RSBS Jadi Korban Kecelakaan di Bromo, Para Pegawai Pakai Pita Hitam Surabaya 15 September 2025
29 Karyawan RSBS Jadi Korban Kecelakaan di Bromo, Para Pegawai Pakai Pita Hitam
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Karyawan Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember memasang pita hitam di lengan baju, simbol duka mendalam akibat kehilangan rekan kerjanya.
Pantauan
Kompas.com
, raut wajah para tenaga kesehatan (nakes) masih sangat bersedih di tengah menjalankan tugas pada Senin (15/9/2025).
“Andaikan bisa mewakilkan dengan kata-kata, pasti kami sampaikan dengan kata-kata. Tapi kesediahan ini tidak semua bisa diungkap dan pita ini menunjukkan bahwa kami sedang berduka,” ungkap dr Faida, Direktur Utama RSBS dengan isak tangis.
Ia menyatakan rasa dukacita yang mendalam setelah kehilangan 3 karyawannya dalam kecelakaan bus pariwisata di Lereng Bromo pada Minggu (14/9/2025).
Kesedihan juga terasa ketika melihat puluhan karyawan dan keluarganya mengalami luka-luka.
“Dari 21 orang luka sedang dan berat yang dirawat inap 9 orang memerlukan operasi,” bebernya.
Delapan orang di antaranya melakukan operasi patah tulang dan satu orang operasi bedah saraf akibat cedera kepala berat.
Ada 24 korban yang cukup mendapatkan rawat jalan, sebagian karyawan RSBS.
Satu dari dua korban selamat yang sempat ditinggal di RS M Saleh Probolinggo telah dievakuasi ke RSBS Jember seiring kondisinya yang mulai stabil.
Mantan Bupati Jember itu melaporkan, data terbaru jumlah orang yang ada di dalam bus pariwisata milik PO Inds’88 itu berjumlah 53 orang.
Sebanyak 29 korban di antaranya karyawan RSBS dan 12 anak-anak.
“Dari 29 itu 27 yang merayakan kelulusan S1 Keperawatan, 1
cleaning service
dan 1 istri perawat yang juga karyawan RSBS,” papar Faida.
Insiden nahas itu menewaskan 8 orang dan 3 di antaranya adalah karyawan RSBS.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/09/15/68c7e6569855d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kesaksian Korban Selamat Kecelakaan Bus di Lereng Bromo, Pasrah Sambil Peluk Anak dan Istri Surabaya 15 September 2025
Kesaksian Korban Selamat Kecelakaan Bus di Lereng Bromo, Pasrah Sambil Peluk Anak dan Istri
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Ada yang janggal pada bus berpenumpang 52 orang yang mengalami kecelakaan maut di lereng Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (14/9/2025) siang.
Sebelum bus lepas kendali, Muhammad Zainuri (46), penumpang bus yang selamat ini sempat merasa ada yang tak beres.
Kepanikan mulai menyentaknya ketika beberapa menit bertolak dari Bromo. Bus sempat gagal nanjak dua kali hingga bau gosong menyengat tercium dari bagian belakang.
Sopir mengemudikan bus pelan, sekira 20 kilometer per jam, tapi ia yakin bus harus berhenti sejenak.
Zainuri sontak memperingatkan sopir untuk memeriksa kampas rem. Namun, peringatan itu tak diindahkan.
Sekira 10 menit kemudian, bus meluncur tak terkendali di jalan menurun dan menikung.
Bus mencoba menghindari sejumlah kendaraan di depannya, hingga menyeruduk seorang pemotor di Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.
“Saya pejamkan mata, pasrah. Saya pikir saya akan mati bersama istri dan anak-anak,” kata Zainuri lirih di Jember, Senin (15/9/2025).
Zainuri mendengar seluruh penumpang bus menjerit, yang mulanya tidur sontak ikut berteriak, kepanikan makin menjadi ketika kernet dan pemandu wisata lari ke belakang.
Pria asal Desa Mojosari, Kecamatan Puger, itu tak berani membuka mata sembari mendekap istrinya Evalia Sari dan dua anaknya Zahir serta Azka dari belakang yang berada tepat di belakang kursi sopir.
Sisi kanan bus menghantam pagar besi pembatas jalan lalu kembali menabrak pagar rumah warga dan berhenti.
Pelipis kanannya terkena pecahan kaca jendela.
Istrinya terlempar ke depan bagian kemudi, tubuh anak-anaknya terjepit di antara bangku yang terlipat.
Ia berupaya tenang, mencoba mengevakuasi istri serta kedua anaknya.
“Saya bilang gini, ya Allah dik,
tangane sampeyan kok suwek to dik
(tangannya lamu kok robek),” ucapnya mengehela napas.
Di tengah upaya mengevakuasi anaknya yang terjepit, ia mencoba berdiri dan melihat kondisi para penumpang lainnya.
“Tapi ketika saya berdiri, Masya Allah, ya Allah, kok ada yang mati.
Tadi kan tak bilangi semisal
(tadi saya bilang berhenti dulu) berhenti cek kampas, kopling kan enak, enggak seperti sekarang enggak ada yang mati,” kata Zainuri mengungkapkan kepiluannya siang itu.
Dari yang awalnya tenang saat akan mengevakuasi anaknya, Zainuri menjadi histeris ketika melihat seorang anak bernama Bella.
Wajah yang menurutnya sudah tak berbentuk dan korban lain yang terluka parah. Banyak korban yang terlempar hingga keluar bus.
Masyarakat berdatangan mendekati bus yang ringsek bagian kanannya, beberapa dari mereka membantu evakuasi korban di dalam bus.
Ada yang sengaja memecahkan kaca bus untuk memudahkan mengevakuasi korban.
Sebab, kondisinya pada saat itu kursi berhamburan dan terdorong ke depan, banyak yang terjepit.
Zainuri dibantu warga setempat mengeluarkan Eva, Zahir, dan Azka. Ia ingin membawa mereka menjauh dari bus karena takut meledak.
Ponselnya hilang. Ia meminjam milik sopir ambulans yang mulai berdatangan dan mengabarkan kondisinya kepada kakaknya di Jember.
Ia dan keluarganya seolah mendapatkan keajaiban dari Tuhan.
Korban meninggal mayoritas duduk di sisi kanan, namun Zainuri dan keluarga masih bisa selamat.
Zainuri cedera ringan dan bagian pelipis mata kanan terluka dan harus dijahit. Ia bahkan cukup rawat jalan.
Evalia (37) yang merupakan perawat ICCU di RSBS sejak 2009 mengalami patah tulang tubuh bagian kanan dan telah dioperasi.
Sedangkan Zahir (13) mengalami patah tulang di bagian kaki serta Azka (11) di bagian tangan. Mereka menjalani operasi.
Zainuri adalah karyawan swasta yang sangat paham urusan mengemudi dan permasalahan mesin kendaraan.
Ia berlibur ke Bromo merayakan kelulusan S1 Keperawatan Eva, mereka memutuskan mengajak anak-anaknya.
“Umpamanya ada kejadian ini saya enggak ikut, saya lebih syok. Allah ngasih kesempatan saya selamat,” ungkapnya menangis.
Rombongan bus berangkat dari Jember pada Sabtu (13/9/2025) pukul 22.00 WIB.
Sampai di Bromo menyewa jip menuju Seruni Point menikmati keindahan Bromo saat sunrise, lalu ke Pasir Berbisik, makan bersama, ke Bukit Teletubbies, berswafoto, lalu memutuskan pulang sekira pukul 09.30 WIB hingga akhirnya kecelakaan maut menimpanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Kenangan Sosok Hesty Purba Asal Madiun, Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Probolinggo: Ramah, Pintar, dan Supel Sejak Kecil
Madiun (beritajatim.com) – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar dan warga Desa Bancong, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, setelah kabar duka datang dari Probolinggo.
Salah satu korban meninggal dalam kecelakaan tunggal bus pariwisata rombongan tenaga kesehatan Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember, Minggu (14/9/2025), adalah Hesty Purba Wredhamaya (39).
Jenazah Almarhum tiba di Rumah Duka, Desa Bancong dini hari dan dimakamkan di TPU Desa Bancong. Senin (15/9/2025).
Bagi warga Bancong, sosok Hesty dikenal ramah, pintar, dan supel sejak kecil. Saat kecil, ia tumbuh aktif dalam kegiatan mengaji di Masjid Sabilul Huda.
Sosoknya begitu menonjol dibanding anak-anak lain dalam hal membaca Al-Qur’an. “Hesty itu anaknya ramah, pintar, dan cepat menangkap pelajaran. Waktu ngaji dulu di masjid, memang sudah terlihat kepandaiannya. Dia juga supel, mudah bergaul dengan teman-temannya, sering bercanda, sorak gembira bersama anak-anak lain,” kenang Sugiyono, Ketua RT 03 RW 01 sekaligus guru ngaji Hesty semasa kecil.
Selepas menikah, Hesty pindah dan menetap di Jember bersama keluarga kecilnya. Namun, ia tetap menjaga hubungan dengan kampung halaman.
Bahkan sekitar dua minggu sebelum musibah, ia sempat pulang ke rumah orang tuanya di Desa Bancong. “Terakhir dia ke sini dua minggu lalu, liburan bersama keluarganya. Masih terlihat ceria, kumpul bersama keluarga di kampung,” imbuh Sugiyono dengan nada berat.
Hesty adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kepergiannya menyisakan duka mendalam, terutama bagi keluarga dan mereka yang mengenalnya sejak kecil. “Saya sangat berduka kehilangan sosok yang dulu rajin mengaji dan selalu ceria. Semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya,” ucap Sugiyono lirih.
Kepergian Hesty meninggalkan suami dan seorang anak laki-laki yang masih sekolah SMP di Malang. Kini warga Bancong hanya bisa mengenang Hesty sebagai pribadi yang supel, cerdas, dan penuh keceriaan, yang terlalu cepat dipanggil pulang dalam musibah di jalanan. (rbr/ted)
-

Potensi Cuaca Ekstrem, Pemprov Jatim-BNPB Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca
Surabaya (beritajatim.com) – BMKG Stasiun Juanda telah memberikan peringatan bahwa mulai tanggal 12 sampai 17 September 2025 akan terjadi potensi cuaca ekstrem. Yakni, hujan intensitas sedang hingga deras.
“Maka telah dilakukan koordinasi antara Gubernur Jatim dan Kepala BNPB. Sehingga, hasilnya adalah akan dilaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Jawa Timur mengingat adanya potensi cuaca ekstrem terjadi hujan intensitas sedang hingga deras. Pos operasi sejak tanggal 12 September itu ada di Lanudal Base Ops Juanda menggunakan anggaran APBN BNPB,” kata Sekretaris BPBD Jatim yang juga Plh Kalaksa BPBD Jatim, Andhika Nurrahmad Sudigda, Senin (15/9/2025).
Posko OMC ada di Lanudal Base Ops Juanda ini dalam rangka penanganan darurat Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Jatim Tahun 2025.
Bencana Hidrometeorologi seperti hujan sedang hingga lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, serta hujan es ini melanda 22 dilayah di Jatim.
Dalam rilis BMKG Stasiun Juanda, ada 22 kabupaten/kota yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem selama sepekan ke depan. Daerah-daerah itu yakni di Bondowoso, Jember, Kabupaten Kediri, Jombang, Kota Malang.
Kemudian Kota Batu, Lumajang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Mojokerto, Nganjuk, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Situbondo, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Kabupaten Malang, Pacitan, Bojonegoro, Tuban, Banyuwangi, dan Trenggalek.
Pantauan beritajatim.com di Posko OMC, sejumlah pihak dari BNPB, BMKG Stasiun Juanda, BPBD Jatim, Alkonost (operator penerbangan) dan Puspenerbal sedang menggelar rapat evaluasi pelaksanaan OMC yang sudah dilakukan tiga kali sejak Sabtu (13/9/2025). Yakni, pertama dilakukan di Mojokerto, Tuban, dan Bojonegoro. Kemudian, kedua dilakukan di perairan timur dan selatan Banyuwangi serta ketiga di Tuban dan Lamongan. [tok/aje]
-

8 Nyawa Melayang, Puluhan Terluka
JEMBER – Tujuh dari delapan jenazah korban kecelakaan maut di Jalan Raya Bromo, Kabupaten Probolinggo, yang merupakan rombongan keluarga tenaga kesehatan Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember dimakamkan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu 14 September malam.
Ketujuh jenazah korban yang dibawa ke Jember, yakni Bela Puteri Kayila Nurjati (10), Hendra Pratama (37), Arti Wibowati (34), Wardatus Soleha (35), Aiza Fahrani Agustin (7), Desi Eka Agustini (33), dan Nasha Azkiya Naygara (14), sedangkan jenazah korban Hesti Purba Wredhamaya (39) dimakamkan di Madiun sesuai permintaan keluarga.
“Ada delapan korban yang meninggal dunia. Mereka karyawan RSBS dan keluarganya, tiga diantar nya masih anak-anak,” kata Pemilik RSBS Jember Faida dikutip ANTARA, Senin 15 September.
Tujuh jenazah korban kecelakaan itu dibawa ke halaman parkir RSBS untuk dishalati puluhan karyawan dan keluarga, serta kerabat yang sudah memenuhi rumah sakit milik mantan Bupati Jember Faida itu sejak Minggu (14/9) sore setelah mendengar kabar rombongan karyawan RSBS mengalami kecelakaan di Bromo.
Setelah dishalati, tujuh jenazah tersebut diserahkan kepada keluarganya masing-masing untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) yang berada di sekitar rumah duka korban.
“Untuk korban yang mengalami luka sedang hingga berat sebanyak 17 orang, namun hanya 15 korban yang bisa dibawa untuk dirawat di RSBS, karena dua korban lainnya terpaksa dirawat, karena kondsinya belum stabil dan masih kritis,” tuturnya.
Faida menjelaskan sebagian korban yang mengalami luka berat harus menjalani operasi, sehingga pihak RSBS langsung melakukan tindakan operasi dan melakukan perawatan intensif secara maksimal.
“Kami berharap dua korban yang kritis dirawat di RSUD Tongas dan RSUD dr Moh. Saleh Kota Probolinggo dapat membaik dan bisa dibawa ke RSBS untuk perawatan intensif,” ujarnya.
Saat ditanya terkait dengan kegiatan wisata sejumlah karyawan RSBS dan keluarganya di Gunung Bromo, Faida mengaku tidak tahu, karena kegiatan itu murni inisiatif karyawan RSBS secara mandiri yang merayakan kelulusan setelah wisuda S-1 bersama keluarga masing-masing.
“Jadi, memang dari pihak RSBS tidak tahu keberangkatan mereka ke Gunung Bromo sampai terdengar musibah kecelakaan yang terjadi itu,” katanya.
Dari delapan korban kecelakaan maut yang meninggal tersebut, ada satu keluarga yang menjadi korban, yakni Hendra Pratama bersama istri dan anaknya.
Sebelumnya kecelakaan maut kendaraan bus Hino IND’S 88 Nopol P-7221-UG yang membawa rombongan keluarga karyawan RSBS Jember dikemudikan Al Bahri dengan kernet Mergi membawa penumpang 52 orang turun dari Gunung Bromo.
Tujuh dari delapan jenazah korban kecelakaan maut di Jalan Raya Bromo, Kabupaten Probolinggo, yang merupakan rombongan keluarga tenaga kesehatan Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember dimakamkan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu 14 September malam.
Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Raya Bromo, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, pada saat kondisi jalan menurun dan menikung ke kiri, kendaraan itu mengalami gagal fungsi rem, sehingga laju kendaraan tetap ke kanan menabrak pembatas jalan sebelah kanan, kemudian menabrak sepeda motor nomor polisi N-2856-OE pada Minggu (14/9) sekitar pukul 11.45 WIB.
Akibat dari kecelakaan tersebut sebanyak delapan orang meninggal dunia, sedangkan sisanya mengalami luka berat dan ringan yang dirawat di RSUD Dr Saleh, RSU Ar-Rozy, RSU Tongas, Puskesmas Sukapura, Lumbang, dan Wonomerto.
-

Uji KIR Bus Maut di Jalur Bromo Masih Berlaku, Kok Bisa Rem Blong?
Jakarta –
Kecelakaan maut diduga akibat bus mengalami rem blong lagi-lagi terjadi. Bus pariwisata menabrak rumah di jalur wisata Gunung Bromo, di Probolinggo, Jawa Timur. Kecelakaan ini mengakibatkan 8 orang meninggal dunia.
Dikutip detikJatim, sopir bus bernama Albahri, warga Jember mengatakan bahwa rem bus sempat tidak berfungsi sebelum insiden itu terjadi. Ada dugaan rem bus itu blong hingga sopir tidak bisa mengendalikan kemudi.
“Pada saat turunan, rem sudah blong. Saya banting setir ke kanan, bus menabrak pembatas jalan, meluncur ke bawah hingga menghantam pagar rumah dan motor kurir. Saya sempat membunyikan klakson dan menyalakan lampu karena lalu lintas padat,” ujar Albahri.
Bus yang mengalami kecelakaan adalah bus pariwisata Inds 88 Trans bernopol P 7221 UG yang muat rombongan nakes dari RS Bakti Sehat Jember. Dikutip dari situs resmi Mitra Darat Kementerian Perhubungan, bus dengan pelat nomor P 7221 UG itu terdaftar atas nama PT INDRA JAYA BERSAMA. Bus tersebut masih memiliki izin untuk beroperasional.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, izin angkutan bus tersebut masih berlaku sampai 3 Oktober 2025.
Uji berkala juga lulus. Bus ini terakhir kali diuji berkala di Dishub Kabupaten Jember dengan status lulus. Masa berlaku uji berkala masih panjang, sampai dengan 4 Maret 2026. Kalau uji KIR berlaku 6 bulan, artinya bus ini baru dilakukan uji berkala pada September ini. Tapi kenapa bus itu bisa mengalami rem blong?
Penyebab Kecelakaan Bus Rem Blong
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan maut kendaraan besar seperti bus.
Menurut Wildan, yang pertama kecelakaan rem blong terjadi pada jalan menurun dan memiliki pola yang sama. Beberapa kecelakaan maut dipicu oleh kesalahan pengemudi dalam berkendara di jalan menurun. Banyak dari sopir yang menggunakan gigi tinggi saat melalui jalan menurun, melakukan pengereman berulang, sehingga mengakibatkan rem tidak berfungsi, memindahkan gigi di jalan menurun saat rem tidak berfungsi sehingga menyebabkan gigi masuk ke posisi netral dan berakhir dengan tabrakan hebat karena kecepatan kendaraan bisa mencapai 100 km/jam bahkan lebih karena melaju pada jalan menurun dalam posisi gigi netral.
“Kedua, kecelakaan rem blong yang dipicu rem tidak berfungsi karena mengalami malfunction pada sistem rem. Hal ini disebabkan karena pengemudi tidak melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi (pre-trip inspection),” kata Wildan beberapa waktu lalu.
Ketiga, lanjutnya, kecelakaan masuk jurang atau terguling akibat pengemudi tidak memahami jalan yang disebabkan minimnya informasi terkait kondisi jalan dan lingkungannya. Keempat, kecelakaan yang disebabkan pengemudi mengalami microsleep (tidur saat mengemudi) yang dipicu akibat mengemudi lebih dari 12 jam tanpa istirahat atau mengemudi dalam kondisi sakit dan mengkonsumsi obat.
Cara Nyetir di Turunan
Wildan menerangkan, seharusnya pada saat memasuki jalan menurun panjang sopir sudah menggunakan gigi rendah. Penggunaan gigi rendah akan menghindari penggunaan rem pedal secara berulang-ulang.
“Risiko rem blong berkurang. Apa pun yang terjadi jangan memindahkan gigi (di jalan menurun). Memindahkan gigi di jalan menanjak atau menurun berisiko masuk ke gigi netral,” ujar Wildan.
Jika pengemudi melakukan pengereman berulang maka kampas rem berisiko over heat (kelebihan panas) dan menyebabkan rem blong. Selain itu, juga bisa menyebabkan penurunan tekanan angin secara drastis dan berakibat rem blong.
“Prosedur mengemudi di jalan menurun, gunakan gigi rendah sebelum memasuki jalan menurun. Aktifkan exhaust brake saat RPM mulai mendekati zona merah. Jika RPM tetap naik hingga zona merah, injak pedal rem dan nonaktifkan exhaust brake hingga RPM turun. Lepas pedal rem saat RPM sudah turun. Jika RPM kembali naik, aktifkan kembali exhaust brake. Ulangi langkah ini sesuai kebutuhan,” sebutnya.
(rgr/din)
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348840/original/040761900_1757903351-Untitled.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Isak Tangis Iringi Pemakaman 7 Korban Kecelakaan Maut Bus di Bromo
Saat ditanya terkait dengan kegiatan wisata sejumlah karyawan RSBS dan keluarganya di Gunung Bromo, Faida mengaku tidak tahu, karena kegiatan itu murni inisiatif karyawan RSBS secara mandiri yang merayakan kelulusan setelah wisuda S1 bersama keluarga masing-masing.
“Jadi, memang dari pihak RSBS tidak tahu keberangkatan mereka ke Gunung Bromo sampai terdengar musibah kecelakaan yang terjadi itu,” katanya.
Dari delapan korban kecelakaan maut yang meninggal tersebut, ada satu keluarga yang menjadi korban, yakni Hendra Pratama bersama istri dan anaknya.
Kecelakaan Maut
Sebelumnya kecelakaan maut kendaraan bus Hino IND’S 88 Nopol P-7221-UG yang membawa rombongan keluarga karyawan RSBS Jember dikemudikan Al Bahri dengan kernet Mergi membawa penumpang 52 orang turun dari Gunung Bromo.
Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Raya Bromo, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, pada saat kondisi jalan menurun dan menikung ke kiri, kendaraan itu mengalami gagal fungsi rem, sehingga laju kendaraan tetap ke kanan menabrak pembatas jalan sebelah kanan, kemudian menabrak sepeda motor nomor polisi N-2856-OE pada Minggu (14/9) sekitar pukul 11.45 WIB.
Akibat dari kecelakaan tersebut sebanyak delapan orang meninggal dunia, sedangkan sisanya mengalami luka berat dan ringan yang dirawat di RSUD Dr Saleh, RSU Ar-Rozy, RSU Tongas, Puskesmas Sukapura, Lumbang, dan Wonomerto.
-

Bus Rem Blong Tewaskan 8 Orang di Jalur Bromo, Begini Status Uji KIR-nya
Jakarta –
Kecelakaan maut akibat bus yang diduga mengalami rem blong kembali terjadi. Sebuah bus pariwisata menabrak pagar rumah warga dan sepeda motor di jalur wisata Gunung Bromo, di Jalan Raya Boto, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Probolinggo, Jawa Timur.
Kecelakaan yang diduga akibat bus pariwisata rem blong itu mengakibatkan 8 orang meninggal dunia. Bus yang mengalami kecelakaan adalah bus pariwisata Inds 88 Trans bernopol P 7221 UG yang muat rombongan nakes dari RS Bakti Sehat Jember.
Dikutip detikJatim, sopir bus bernama Albahri, warga Jember mengatakan bahwa rem bus sempat tidak berfungsi sebelum insiden itu terjadi. Ada dugaan rem bus itu blong hingga sopir tidak bisa mengendalikan kemudi.
“Pada saat turunan, rem sudah blong. Saya banting setir ke kanan, bus menabrak pembatas jalan, meluncur ke bawah hingga menghantam pagar rumah dan motor kurir. Saya sempat membunyikan klakson dan menyalakan lampu karena lalu lintas padat,” ujar Albahri.
Kecelakaan ini menewaskan 8 orang penumpang, termasuk seorang anak berusia 7 tahun. Puluhan korban lainnya mengalami luka ringan hingga luka berat.
Dikutip dari situs resmi Mitra Darat Kementerian Perhubungan, bus dengan pelat nomor P 7221 UG itu terdaftar atas nama PT INDRA JAYA BERSAMA. Bus tersebut masih memiliki izin untuk beroperasional.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, izin angkutan bus tersebut masih berlaku sampai 3 Oktober 2025.
Uji berkala juga lulus. Bus ini terakhir kali diuji berkala di Dishub Kabupaten Jember dengan status lulus. Masa berlaku uji berkala masih panjang, sampai dengan 4 Maret 2026. Kalau uji KIR berlaku 6 bulan, artinya bus ini baru dilakukan uji berkala pada September ini.
(rgr/din)