kab/kota: Jati

  • 34 Acara di Jakarta Sabtu 28 Juni 2025, Ada Konser STAYC hingga Fan Meeting Lee Do Hyun

    34 Acara di Jakarta Sabtu 28 Juni 2025, Ada Konser STAYC hingga Fan Meeting Lee Do Hyun

    PIKIRAN RAKYAT – Jakarta, sebuah megapolitan yang tak pernah tidur, kembali mempersembahkan akhir pekan yang luar biasa. Tepat hari ini, Sabtu, 28 Juni 2025, Ibu Kota dipenuhi dengan gemerlap 34 acara yang siap memanjakan setiap selera, dari penggemar budaya tradisional hingga pencinta K-Pop garis keras.

    Ini adalah hari di mana setiap sudut kota berdenyut dengan energi, menawarkan beragam pilihan hiburan, edukasi, dan pengalaman tak terlupakan.

    Grup idola K-Pop STAYC akan mengguncang Istora Senayan dengan konser Tour [Stay Tuned] in Jakarta. Siapkan diri Anda untuk sing-along dan fanchant bersama Sumin, Sieun, Isa, Seeun, Yoon, dan J.

    Penggemar drama Korea pasti tak mau melewatkan ini. Aktor tampan Lee Do Hyun akan menyapa para penggemarnya di Jakarta dalam acara fanmeeting bertajuk ‘Re Do Hyun’. Kesempatan langka untuk berinteraksi langsung dengan idola Anda.

    34 Acara di Jakarta Sabtu 28 Juni 2025

    1. Catur Kultur pada Wastra Indonesia

    Museum Tekstil
    08.00 WIB-15.00 WIB
    Berbayar

    2. Festival Ondel-Ondel Tahun 2025

    Taman Mini Indonesia Indah
    14.00 WIB
    Berbayar

    3. Pameran Sunting, Jejak Perempuan Penggerak Perubahan

    Museum Nasional
    08.00 WIB – 20.00 WIB
    Berbayar

    4. Pameran Seni Rupa Perempuan ‘The Heat is Ours’

    Area Concourse Stasiun MRT Dukuh Atas
    08.00 WIB – 20.00 WIB
    Gratis

    5. Immersive Fantasia

    Museum Mandiri
    09.00 WIB – 15.00 WIB
    Berbayar

    6. Jakarta Fair 2025

    JIEXPO Kemayoran
    15.00 WIB-23.00 WIB
    Berbayar

    7. Monas Week

    Monumen Nasional
    19.30 WIB
    Gratis

    8. Musikal Keluarga Cemara

    Ciputra Artpreneur
    19.30 WIB
    Berbayar

    9. Jakarta Provoke!

    Pos Bloc Jakarta
    Gratis

    10. Semasa Piknik

    Lapangan Banteng
    Gratis

    Ilustrasi. Arti kata skena dan kalcer.

    11. Pekan Raya Skena

    Taman Literasi Martha Christina Tiahahu
    Gratis

    12. Kumpul Bocah

    Taman Mini Indonesia Indah
    Berbayar

    13. Pameran Kecil Itu Keren

    Galeri Cipta 1 & 2, Taman Ismail Marzuki
    Gratis

    14. Mommy and Me 9th Edition

    Jakarta International Convention Center

    15. Festival Humanoid

    Kota Tua Jakarta
    Gratis

    16. Pameran

    ‘Kei Imazu: The Sea is Barely Wrinkled’

    ‘Pointing to the Synchronous Windows’

    ‘Yayoi Kusama: Infinity Mirrored Room-Brilliance of the Souls’

    Museum MACAN
    10.00 WIB – 18.00 WIB
    Berbayar

    17. Flying Trapeze Show

    Pondok Indah Mall 2
    13-29 Juni 2025
    Gratis

    18. Lego Playground

    Gandaria City

    19. Festival Jakarta Great Sale (FJGS)

    100 Mall di Jakarta

    20. Gudang Buku Keliling

    Mall Cipinang Indah

    21. Juneventure

    Mall Atrium Senen

    22. Gebyar Pembauran Kebangsaan ‘Festival Seni Budaya dan Bazar Etnik Nusantara’

    Tamini Square

    23. Pameran Lukisan Perupa Samadi Alam

    Lobby Graha Ali Sadiki, Pendopo Balai Agung

    24. Alien Zone Escape Room

    Puri Indah Mall 1
    Berbayar

    25. Festival Palang Pintu 2025

    Taman Mini Indonesia Indah
    14.00 WIB
    Berbayar

    26. Pergelaran Kesenian Budaya Tradisional

    Amohiteater Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
    14.00 WIB
    Gratis

    Lokasi wisata TMII Jakarta dipadati pengunjung di libur lebaran 2021

    27. Literasi Park Fest

    Taman Literasi Martha Christina Tiahahu
    15.00 WIB
    Gratis

    28. Sanggar Oplet Robet ‘Kampung Becek’

    Galeri Indonesia Kaya
    15.00 WIB & 19.00 WIB
    Gratis

    29. Pertunjukan Warang Orang ‘Rajah Norontoko’

    Gedung Pertunjukan Wayang Orang Bharata
    20.00 WIB
    Berbayar

    30. Sunset di Kebun TMII

    Taman Mini Indonesia Indah
    Berbayar

    31. Mobile Legends Offline Tournament

    Lippo Plaza Kramat Jati

    32. STAYC Tour [Stay Tuned] in Jakarta

    Istora Senayan
    Berbayar

    33. Lee Don Hyun Fanmeeting ‘Re Do Hyun’

    The Kasablanka
    Berbayar

    34. Pameran Temporer Pesisir Jakarta Utara Tempo Dulu

    Situs Marunda Rumah Si Pitung

    Dengan 34 acara yang tersebar di seluruh penjuru kota, Sabtu, 28 Juni 2025, adalah hari yang sempurna untuk menjelajahi Jakarta.

    Pastikan Anda merencanakan kunjungan Anda dengan cermat, terutama untuk acara yang berbayar atau yang membutuhkan reservasi.

    Manfaatkan transportasi umum untuk menghindari kemacetan dan nikmati setiap momen yang ditawarkan Ibu Kota.

    Dari gemerlap konser K-Pop, kehangatan tradisi Betawi, hingga kedalaman seni kontemporer, Jakarta siap menyambut Anda dengan pengalaman yang tak terlupakan. Selamat menjelajahi dan menikmati hari Sabtu Anda!***

  • Polisi ungkap penyebab pria tewas dalam indekos di Cengkareng

    Polisi ungkap penyebab pria tewas dalam indekos di Cengkareng

    Ilustrasi. (ANTARA/HO)

    Polisi ungkap penyebab pria tewas dalam indekos di Cengkareng
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 27 Juni 2025 – 11:40 WIB

    Elshinta.com – Kepolisian mengungkapkan bahwa seorang pria berinisial BO (43) yang tewas dalam kamar indekosnya di Jalan Kapuk Kalipasir, Cengkareng, Jakarta Barat karena komplikasi penyakit.

    “Diduga meninggal karena komplikasi penyakit. Korban ditemukan pemilik kos pada Kamis (26/6) pagi kemarin,” kata Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, Parman Gultom dilansir dari ANTARA, Jumat.

    Gultom menyebutkan bahwa sekujur badan korban sudah hitam lebam ketika ditemukan karena mayat pria malang itu diduga sudah empat hari membusuk di dalam kamarnya.

    “Badannya sudah hitam itu. Kayaknya sudah empat hari (membusuk di dalam kamar),” ujar Gultom.

    Berdasarkan keterangan dari para saksi di lokasi, kata Gultom, korban baru keluar dari rumah sakit beberapa bulan lalu.

    Korban yang merupakan pengangguran itu memilih tinggal seorang diri, namun memiliki kerabat di Jakarta.

    “Enggak tinggal sama kerabatnya. Tinggal sendiri di kosan itu,” kata Gultom.

    Kini, jasad korban telah telah dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. “Sudah dibawa ke RS Polri untuk proses autopsi,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Asal-usul di Balik Nama Daerah Cawang, Cakung, dan Bintaro
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 Juni 2025

    Asal-usul di Balik Nama Daerah Cawang, Cakung, dan Bintaro Megapolitan 27 Juni 2025

    Asal-usul di Balik Nama Daerah Cawang, Cakung, dan Bintaro
    Editor
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    — Nama-nama tempat di Jakarta dan sekitarnya sering kali terdengar biasa di telinga kita.
    Namun, di balik kata-kata yang terucap harian seperti
    Bintaro
    ,
    Cakung
    , atau
    Cawang
    , tersimpan kisah panjang tentang alam, kolonialisme, hingga tokoh-tokoh yang nyaris terlupakan sejarah.
    Dikutip dari buku “Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta” karya Rachmat Ruchiat (2018), penamaan wilayah di Jakarta Timur dan Selatan ini bukan semata penunjuk lokasi, tapi juga jejak peradaban yang melibatkan cerita rakyat, bahasa lokal, hingga kekuasaan kolonial.
    Bintaro bukan sekadar kawasan elit di perbatasan Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.
    Nama itu diambil dari tanaman Cerbera manghas, sejenis perdu yang banyak ditemukan di Asia Tenggara dan kawasan tropis lainnya.
    Tanaman ini berdaun mengilap, berbentuk mata tombak, dan bunganya putih serta harum.
    Namun di balik keindahannya, Bintaro menyimpan racun mematikan.
    Buahnya berbentuk bundar telur, sementara bijinya mengandung odolin, senyawa yang berasa pahit dan bersifat toksik.
    Bahkan, kulit kayunya mengandung glukosida serbesin yang cukup berbahaya.
    Meski demikian, hampir seluruh bagian tanaman ini dipakai dalam pengobatan tradisional.
    Nama Bintaro yang lekat dengan racun dan obat, kini menjelma jadi kawasan pemukiman dan komersial modern.
    Ironi menarik dari sejarah yang membaur dengan masa kini.
    Nama Cakung berasal dari nama sungai yang melintasi wilayah itu: Kali Cakung.
    Dalam bahasa Sunda, ”
    cakung
    ” berarti sejenis katak pohon atau katak terbang (Rhacophorus) yang mampu menempel di daun dan batang karena perekat alami di kakinya.
    Namun kisah Cakung tak berhenti di situ. Pada masa kolonial, wilayah ini menjadi
    tanah partikelir
    yang berpindah tangan dari satu elit VOC ke elit lainnya.
    Tahun 1686, Cakung tercatat sebagai milik Johannes Cops, pejabat tinggi VOC.
    Kemudian, kepemilikan beralih kepada janda Kapten Johan Ruys, Elisabeth, lalu ke tangan pejabat militer Jawa bernama Soedjar, hingga terakhir tercatat atas nama Kauw Tieng Tjoan pada 1881.
    Setelah Indonesia merdeka dan sistem partikelir dihapus pada 1942, status tanah Cakung berubah.
    Namun jejak sejarah tanah itu tetap tertanam dalam struktur sosial dan tata ruang kawasan.
    Cawang, kelurahan di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, menyimpan asal-usul dari nama seorang tokoh Melayu.
    Enci Awang, seorang letnan yang mengabdi pada Kompeni, bermukim di daerah itu bersama pasukannya.
    Dari sebutan Enci Awang itulah, nama Cawang lahir, hasil transformasi bahasa dan lidah masyarakat setempat.
    Enci Awang adalah bawahan Kapten Wan Abdul Bagus, pemimpin pasukan yang bermukim di wilayah yang kini dikenal sebagai Kampung Melayu, Jatinegara.
    Pada pertengahan abad ke-18, Cawang sempat tercatat sebagai milik Pieter van den Velde, tuan tanah yang menguasai berbagai wilayah lain seperti Tanjung Timur dan Cililitan.
    Cawang juga menjadi perbincangan publik awal abad ke-20 karena menjadi tempat tinggal pesilat aliran kebatinan bernama Sairin, alias Bapak Cungok.
    Sosok ini dituduh oleh Belanda sebagai dalang kerusuhan Tangerang tahun 1924 serta terlibat dalam pemberontakan Entong Gendut di Condet pada 1916—wilayah yang kala itu masih bagian dari tanah partikelir Tanjung Timur.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Martin Maulia, dari Pegawai Kantoran Menjadi Penjaga Budaya Betawi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 Juni 2025

    Kisah Martin Maulia, dari Pegawai Kantoran Menjadi Penjaga Budaya Betawi Megapolitan 27 Juni 2025

    Kisah Martin Maulia, dari Pegawai Kantoran Menjadi Penjaga Budaya Betawi
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Dari sebuah ruang kecil di Jalan Jati 11, RT.03/RW.09, Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Martin Maulia (35) mengubah tumpukan limbah menjadi karya budaya.
    Berbekal tekad dan rasa cintanya terhadap
    Betawi
    , dia membangun
    Sanggar Rifki Albani
    , sebuah sanggar seni yang kini dikenal hingga ke luar negeri.
    Semuanya dia mulai sendiri, tanpa guru, tanpa modal, hanya bermodal semangat dan kasih kepada anaknya yang diberi nama Rifki Albani, yang kemudian diabadikan sebagai nama sanggar.
    Berawal pada tahun 2008. Saat itu, Martin masih kerja di Kementerian Perdagangan, sebagai IT freelance, di lantai 9, Direktorat Impor Daglu, Jakarta Pusat.
    Lokasi tempatnya bekerja tidak jauh dari ikonnya ibu kota Jakarta, sehingga setiap istirahat selalu menyempatkan datang ke Monas.
    “Kebetulan kalau lagi jam istirahat kerja, saya tuh kadang ke Monas. Nah, terinspirasi mulai dari situ,” ujar Martin kepada Kompas.com, Jumat (26/6/2025).
    Martin selalu memakai waktu istirahatnya untuk ke Monas. Namun di sana, dia heran lantaran tidak ada satu pun penjual yang memajang ikon budaya Jakarta, Ondel-ondel.
    Justru yang terlihat hanya ada miniatur Monas atau Wayang Golek. Tak ada yang dari para penjual itu memajang Ondel-ondel untuk ditawarkan ke pembeli.
    Dari rasa penasaran itu, Martin akhirnya mencoba untuk membuat miniatur ondel-ondel sendiri. Menggunakan bahan sederhana, dia bereksperimen dengan botol plastik dan fiberglass.
    Semuanya itu, dikerjakan sendiri dari rumah. Tanpa bantuan siapapun.
    Hasil karyanya dipasarkan melalui situs rifkialbani.com, yang dibuatnya sendiri dari kemampuannya di bidang IT.
    Lambat laun, usahanya berkembang. Permintaan miniatur Ondel-ondel meningkat. Bahkan, dia tak menyangka, hasil karya tangannya itu bisa terjual hingga ke luar negeri.
    “Pesanannya tuh sampai ke Frankfurt, Jerman; Canberra, Australia; Singapura, bahkan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, kita ada galeri, kerja sama galeri dengan Plaza Bali,” kata dia dengan bangga.
    Setelah melihat hasil usahanya berkembang, Martin memutuskan untuk membuka Sanggar Rifki Albani dengan karya utamanya adalah miniatur Ondel-ondel.
    Akhirnya, pada 2010 Martin memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya.
    Keputusannya itu mendapat penolakan dari keluarganya. Pasalnya, pihak keluarga kecewa, Martin yang sudah memiliki pekerjaan yang bagus, justru memilih
    resign
    .
    Namun, dia tidak menggubrisnya dan memilih fokus pada usahanya saja. Martin yakin usahanya akan terus berkembang.
    Hal itu dia buktikan. Permintaan meningkat, dan Martin mulai kewalahan menerima pemesanan miniatur Ondel-ondel. Akhirnya, dia merekrut anak-anak muda di sekitar Meruya.
    Pelan-pelan dan sabar, dia mulai mengajarkan kepada anak-anak muda itu cara membuat miniatur ondel-ondel.
    Hasil penjualan dipakai untuk membayar rekan-rekan yang direkrutnya serta melebarkan sayap sanggar besutannya ke bidang musik khas Betawi.
    Bagi Martin, sanggar bukan hanya tempat produksi miniatur Ondel-ondel. Ia mulai menjajaki dunia musik daerah dengan alat musik tradisional.
    Tanpa modal besar, Martin menyiasati biaya dengan menjual hasil karyanya dalam sistem lelang.
    Keuntungan dari penjualan miniatur diputar kembali untuk membeli alat musik tradisional seperti gambang dan kromong, yang juga dipelajari secara otodidak.
    “Gambang itu saya beli dari hasil lelang miniatur, harganya Rp 4,5 juta. Kromong Rp 10 juta. Saya pelajari sendiri karena nggak tahu harus cari guru ke mana,” kenang dia.
    Satu per satu alat musik tradisional khas Betawi itu dipelajari. Mulai dari tehyan, kongahyan, hingga gambang kromong.
    Alat musiknya Martin dapati dengan cara jual beli. Misal, alat musik pertama yang dibeli adalah Gambang.
    Setelah itu, dia mempelajari alat musik Gambang. Jika sudah menguasai, alat musik Gambang dijual untuk membeli alat musik tradisional khas Betawi lainnya.
    Satu per satu alat musik itu dia pelajari. Hasilnya, dia salurkan ke anak-anak Sanggar Rifqi Albani.
    Bahkan, beberapa dari mereka kini menjadi pemain tetap sanggar untuk pertunjukan musik Betawi dan pengiring lenong.
    “Kita jalan sambil belajar. Saya bikin sistem: yang jago main ondel-ondel bisa naik kelas ke gambang kromong. Belajarnya langsung di jalan, tapi dibayar juga,” kata Martin sambil tertawa.
    Tak hanya miniatur dan musik, sanggar ini juga memproduksi alat musik sendiri dari limbah.
    Martin bahkan menciptakan cetakan topeng ondel-ondel khas yang kini banyak ditiru di jalanan Jakarta, dan dia mengaku tidak keberatan, justru bangga karena produknya menjadi acuan.
    Kini, meski produksi ondel-ondel sudah banyak ditiru dan pesaing makin banyak, Martin justru melihatnya sebagai keberhasilan.
    Ia tidak merasa tersaingi, malah saling bantu, bahkan jadi
    reseller
    bagi pengrajin lain.
    “Kalau saya nggak bisa produksi, tinggal ambil dari teman-teman. Saya jualin lagi. Semua jadi jalan rezeki,” tutur dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Peduli pada Bumi Sekaligus Tampil Cantik dengan Menggunakan Produk Lokal yang Jadi Harapan Baru bagi Iklim

    Peduli pada Bumi Sekaligus Tampil Cantik dengan Menggunakan Produk Lokal yang Jadi Harapan Baru bagi Iklim

    PIKIRAN RAKYAT – Semakin banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang semakin ramah terhadap bumi sebagai salah satu aksi peduli akan bumi yang masih terus mengalami krisis. Tak terkecuali, produk fashion dan kecantikan lokal. 

    Berdasarkan data PBB, industri fashion bertanggung jawab atas sekitar 8-10% emisi global, lebih tinggi daripada gabungan antara industri penerbangan dan shipping. 

    Menurut Global Fashion Agenda and Mckinsey, pada 2018 industri fashion di seluruh dunia menghasilkan lebih dari 2 miliar ton emisi gas rumah kaca.

    Angka emisi yang fantastis ini menggerakkan industri fashion dan kecantikan untuk berinovasi menghasilkan produk yang ramah terhadap bumi. 

    Sebagian perusahaan di bidang tersebut menciptakan ekonomi restoratif, yang tidak hanya mendorong kesejahteraan komunitas lokal dan masyarakat adat yang hidup di sekitar hutan, melainkan juga memulihkan hutan dan alam sekitarnya. 

    Dengan kesadaran yang meningkat di industri fashion dan kecantikan, saat ini pilihan produk yang lebih baik untuk lingkungan makin banyak tersedia. Anda bisa tetap tampil glowing dan keren tanpa melukai alam, sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. 

    Beberapa produk tersebut, misalnya:

    Sabun Citronella Sigi

    Citronella atau sereh wangi tampaknya memang sedang naik daun. Selain dibuat sebagai minyak atsiri untuk aroma terapi, tanaman ini juga bisa digunakan sebagai bahan dasar produk anti-nyamuk, serta produk perawatan kulit dan rambut. Sereh wangi ini pulalah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Sigi untuk membuat berbagai produk perawatan kulit. 

    Sereh wangi ditanam oleh masyarakat sebagai bagian dari penguatan ekonomi lokal program restorasi lahan pasca banjir bandang di Desa Pulu, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi. 

    “Tanaman sereh wangi dipilih karena memiliki masa panen yang relatif singkat, yaitu setiap empat bulan sekali, sehingga bahan bakunya mudah diperoleh dan berkelanjutan,” kata Nedya Sinintha Maulaning, Ketua Gampiri Interaksi Lestari, yang salah satu fokus kegiatannya adalah sebagai inkubator bisnis lokal.

    Skincare inovatif dari alam Kalimantan Barat  

    Seluruh produk kecantikan serta perawatan kulit dan rambut yang diproduksi oleh Arcia menggunakan bahan dasar alami yang diambil dari tanah Kalimantan Barat. 

    Salah satunya adalah tanaman endemik di daerah tersebut, yaitu tengkawang (Shorea spp.), yang dibuat menjadi mentega untuk bahan dasar produk kecantikan. 

    Di samping itu mereka juga menggunakan minyak kemiri, minyak kelapa murni, dan lidah buaya dalam pembuatan produknya. 

    “Semua bahan tersebut banyak ditemukan di Kalimantan Barat dan dapat diolah. Skincare ini tidak menggunakan campuran bahan kimia sintetis. Karena, pada awalnya masyarakat daerah ini tidak menggunakan skincare seperti sekarang, melainkan langsung mengoleskan bahan baku yang telah diolah secara tradisional pada kulit dan rambut,” kata Yenni Angreni, pendiri Arcia.  

    Essential oil beraroma Bali

    Minyak atsiri ini dipasarkan dalam dua bentuk, yaitu minyak atsiri murni untuk kebutuhan aromaterapi dan formulasi lanjutan, dan produk turunan berupa produk kecantikan dan perawatan tubuh. 

    “Pendekatan ini memungkinkan kami menjangkau berbagai segmen pasar, mulai dari konsumen yang menginginkan bahan alami murni hingga mereka yang mencari produk jadi dengan manfaat langsung,” kata Eka Maulana Nugraha Putra, Business Director Conservana, perusahaan yang memproduksi produk Foresta.

    Minyak atsiri dibuat dari tanaman yang dibudidayakan melalui rustic agroforestry system di kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat. Dalam model ini, tanaman atsiri, seperti sereh wangi, nilam, dan palmarosa, ditanam sebagai tanaman sela oleh petani hutan. 

    Selain untuk meningkatkan pendapatan petani, tanaman tersebut juga berperan sebagai pengikat tanah yang sangat efektif, terutama pada kontur perbukitan, sehingga berkontribusi langsung terhadap pencegahan tanah longsor dan peningkatan biodiversitas hutan. 

    Tenun ikat Dayak Iban 

    Dikenal sebagai tenun yang halus dengan pewarna alam yang cantik, tenun ini melukiskan keragaman, baik dari segi teknik, motif, hingga karakter warna. Hingga kini beberapa teknik tradisional yang masih lestari dan dipraktikkan, seperti teknik sidan, ikat, sungkit, pileh selam, dan pileh amat. 

    Hardiyanti, peneliti independen Mahakarya Tenun, bercerita, bagi suku Dayak Iban yang tinggal di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menenun bukan sekadar keterampilan. 

    Ini adalah jalan untuk mengenal dan mengukuhkan jati diri. Dalam setiap helai benang, mereka menemukan warisan leluhur dan kekuatan sebagai perempuan muda Iban yang diberkahi bakat alami menciptakan keindahan. 

    “Karya-karya indah yang dihasilkan menjadi sumber penghidupan, menopang kebutuhan pendidikan dan keperluan pribadi. Lewat tenun, mereka belajar mandiri, membuktikan bahwa pelestarian budaya tak harus tertinggal, melainkan bisa melangkah sejajar dengan harapan dan masa depan,” kata Hardiyanti. 

    Tas rajut noken khas Papua

    Dulu, noken terlihat dalam bentuk yang biasanya serupa. Kini, tas tradisional dari serat kulit kayu khas Papua ini hadir dalam model. 

    Meskipun, Anda juga bisa menemukan koleksi tas rajut noken dengan model yang tradisional. Warnanya pun tak melulu warna asli serat kayu, melainkan bermain dalam spektrum warna yang cerah. 

    Tas yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage ini bisa digunakan di berbagai kegiatan, mulai dari kuliah hingga pesta. 

    Naomi Waisimon, co-owner Ki.Basic, menguraikan, brand-nya mengembangkan produk dengan mengangkat cerita dan sumber lokal, sekaligus berbagi tentang budaya dan perjalanan pembuatan koleksi tersebut. 

    “Contohnya, koleksi noken tradisional diberi nama KBO, yang dalam bahasa Namblong berarti noken. Kami sama sekali tidak mengubah bentuk noken itu, tradisional sehingga kami menamainya dengan sebutan asli orang Namblong,” kata Naomi, yang bekerja sama dengan brand dan penjahit lokal di Papua. 

    Dompet kain kulit kayu Sigi

    Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) di Sigi, Sulawesi Tengah, berinovasi mengembangkan produk aksesori fashion, seperti tas dan dompet dari kain yang berbahan dasar kulit kayu. 

    Harapannya, kain kulit kayu tidak hanya dikenal sebagai simbol budaya lokal, melainkan sebagai komoditas bernilai ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. 

    “Sebab, saat ini penggunaan kain kulit kayu masih bersifat sakral dan terbatas pada kegiatan adat atau upacara besar masyarakat setempat. Kain ini belum digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari” kata Nedya. (*)

  • Terjadi Lagi, Anak Aniaya Ibu di Bekasi Pakai Pisau hingga Luka Parah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 Juni 2025

    Terjadi Lagi, Anak Aniaya Ibu di Bekasi Pakai Pisau hingga Luka Parah Megapolitan 26 Juni 2025

    Terjadi Lagi, Anak Aniaya Ibu di Bekasi Pakai Pisau hingga Luka Parah
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com – 
    Seorang anak menganiaya ibu kandungnya kembali terjadi di
    Kota Bekasi
    . Kali ini pria berinisial L (28) menganiaya ibunya MI (58) di kediaman, RT 03/RW 03, Kecamatan Jatiasih, pada Jumat (21/6/2025) malam.
    Ketua RT setempat, Sanin menjelaskan, peristiwa tersebut terkuak ketika korban berteriak meminta tolong sembari kabur dari dalam rumahnya usai dianiaya sang anak.
    Teriakan tersebut kemudian terdengar oleh petugas keamanan wilayah lingkungan yang saat itu tengah piket.
    Petugas keamanan dan warga langsung mendatangi lokasi.
    “Linmas nelpon saya dan saya dari rumah langsung ke lokasi kejadian,” kata Sanin kepada wartawan, Kamis (26/6/2025).
    Saat di lokasi kejadian, Sanin melihat korban berdarah akibat luka tusukan pisau di sejumlah tubuh.
    Mengetahui hal itu, Sanin langsung menghubungi pihak kepolisian.
    Pada saat bersamaan, pihaknya juga membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan medis.
    Tak lama, petugas tiba di lokasi dan langsung menangkap pelaku tanpa perlawanan.
    Saat penangkapan, pelaku menunjukkan gelagat tidak bersalah karena diduga mengalami depresi.
    “Mungkin depresi,” ujarnya.
    Saat ini, pelaku tengah menjalani tes kejiwaan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
    Terpisah, Humas Polres Metro Bekasi Kota, AKP Suparyono membenarkan peristiwa tersebut. Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani petugas.
    “Kasus tersebut masih ditangani Unit PPA Polres Metro Bekasi Kota,” kata Suparyono.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Puluhan PMKS terjaring saat Operasi Bina Tertib Praja 2025 di Jaktim

    Puluhan PMKS terjaring saat Operasi Bina Tertib Praja 2025 di Jaktim

    Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Timur menjaring Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) saat Operasi Bina Tertib Praja 2025 di Jakarta Timur, Rabu (25/6/2025). ANTARA/HO-Pemerintah Kota Jakarta Timur.

    Puluhan PMKS terjaring saat Operasi Bina Tertib Praja 2025 di Jaktim
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Kamis, 26 Juni 2025 – 13:03 WIB

    Elshinta.com – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Timur menjaring sebanyak 44 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) saat Operasi Bina Tertib Praja 2025 di 10 kecamatan.

    “Jumlah yang terjaring saat melakukan Operasi Bina Tertib Praja 2025 total sebanyak 44 PMKS pada 10 kecamatan,” Kepala Satpol PP Jakarta Timur Budhy Novian saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

    Operasi dilakukan dalam rangka menjaga ketertiban umum dan ketentraman bersama Suku Dinas (Sudin) Sosial Jakarta Timur, Sudin Perhubungan, dan jajaran TNI/Polri. Operasi berlangsung pada Selasa (24/6) sampai Rabu (25/6). Budhy menyebut, Kecamatan Kramat Jati menjadi wilayah terbanyak ditemukan PMKS, yakni sebanyak 13 PMKS. Dari jumlah tersebut 11 PMKS  dilakukan pendataan, sedangkan pedagang kecil mandiri (PKM) lainnya diberi sanksi kartu kuning.

    Lalu, Kecamatan Matraman sebanyak dua PMKS dan sudah diserahkan ke Panti Sosial Cipayung. Kecamatan Pulogadung tiga PMKS dengan rincian satu pengamen diserahkan ke Panti Sosial Cipayung, dan dua pedagang asongan lainnya diberikan surat pernyataan.

    Kecamatan Jatinegara sebanyak lima PMKS, terdiri dari dua gelandangan dan tiga pengamen. Kecamatan Pasar Rebo ada lima PMKS yang diberikan imbauan karena berjualan di atas trotoar jalan. Kecamatan Cakung empat PMKS, Duren Sawit enam PMKS, Ciracas dua PMKS, Makasar satu PMKS, dan Cipayung tiga PMKS. Sebanyak 16 PMKS dari lima kecamatan tersebut langsung diserahkan ke Panti Sosial Cipayung.

    Adapun Operasi Bina Tertib Praja 2025 dilaksanakan berdasarkan dasar hukum Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

    “Kami laksanakan kegiatan penjangkauan PMKS serta penegakan sebagaimana Perda/Perkada, Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat Satpol PP Jakarta Timur di 10 kecamatan,” jelas Budhy.

    Lebih lanjut, Budhy menyebut, selama operasi penertiban dilakukan pihaknya juga melakukan edukasi kepada para pelanggar tentang Perda 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

    “Kami lakukan edukasi, dan kami pastikan selama operasi penertiban PMKS dilakukan dengan cara humanis,” ucap Budhy.

    Terdata sementara, dalam Operasi Bina Tertib Praja 2025, jajaran Satpol PP DKI Jakarta tengah menjaring sebanyak 16 PPKS untuk kemudian dilakukan pembinaan di Panti Sosial Kedoya. Lalu 19 pedagang kaki lima (PKL) diberikan imbauan agar tidak berjualan di atas trotoar, dan 10 kendaraan roda dua ditindak saat operasi cabut pentil serta dua juru parkir liar turut diamankan.

    Sumber : Antara

  • Program Sekolah Swasta Gratis di Depok Tahun Ini Hanya untuk Siswa Kelas 7
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 Juni 2025

    Program Sekolah Swasta Gratis di Depok Tahun Ini Hanya untuk Siswa Kelas 7 Megapolitan 25 Juni 2025

    Program Sekolah Swasta Gratis di Depok Tahun Ini Hanya untuk Siswa Kelas 7
    Tim Redaksi
    DEPOK, KOMPAS.com
    – Wali Kota
    Depok
    Supian Suri menekankan, program
    sekolah swasta gratis
    akan diberlakukan khusus untuk murid baru kelas 7 terlebih dahulu di tahun ajaran 2025-2026.
    “Ini karena kita sebut rintisan (sekolah swasta gratis), kita hanya menggratiskan untuk kelas 7 (tahun ini),” ucap Supian setelah dikonfirmasi, Rabu (25/6/2025).
    Nantinya, program sekolah swasta gratis ini akan diberlakukan secara bertahap selama dua tahun ke depan untuk murid kelas 8 dan 9.
    “Tahun depan murid kelas 7-nya kan naik ke kelas 8, berarti kita bertanggung jawab untuk kelas 7 dan kelas 8. Lalu di tahun berikutnya lagi berarti sudah semuanya kita gratiskan, ya dimulai dari sekarang,” ungkap Supian.
    Mulai tahun ajaran baru ini, sebanyak 33 SMP swasta akan mendukung program sekolah gratis dan tidak akan membebankan biaya operasional terhadap murid.
    Nantinya, Pemkot Depok akan memberi subsidi Rp 3 juta setahun kepada para penerima manfaat.
    “Kedepan, memang tidak ada lagi uang pembangunan dan yang lainnya. Artinya, anak-anak yang masuk sekolah swasta gratis ini tidak ada lagi beban apa-apa yakni. Benar-benar semua dibiaya oleh pemerintah,” ucap Supian.
    “Dan kita tidak mengizinkan sekolah swasta ini untuk pemungutan apapun di luar itu, tidak ada lagi,” lanjut dka.
    Perlu diketahui, kebijakan ini dapat dilakukan setelah agenda penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Wali Kota Depok Supian Suri dan perwakilan yayasan masing-masing sekolah pada Selasa (24/6/2025).
    Supian memastikan, bentuk kerjasama Pemkot Depok dan puluhan SMP swasta ini telah tersebar di seluruh kecamatan.
    “Kalau tersebar di 11 kecamatan memang sudah, tetapi belum tersebar di seluruh kelurahan. Artinya, ada satu kelurahan yang ada dua sekolah ini, tapi juga ada satu kecamatan yang masih sangat terbatas jumlah sekolah yang melakukan MoU,” ungkap Supian.
    Adapun dengan tambahan 33 sekolah swasta gratis ini, kini Depok memiliki total 67 SMP yang digratiskan, terdiri dari 34 SMP negeri dan 33 sekolah swasta. Seluruh biayanya ditanggung oleh Pemkot.
    Berikut daftar 33 sekolah swasta penerima program tersebut:
    1. SMPIT Darul Barokah (Jati Mulya)
    2. SMP Gelora Depok (Grogol)
    3. SMP Pelita Dua Depok (Pancoran Mas)
    4. SMPIT Al-Yusufiyah (Pengasinan)
    5. SMP Islam Al Hasanah (Pancoran Mas)
    6. SMP Tarbiyah Islamiyah (Beji)
    7. SMP Tirta Jaya (Tirta Jaya)
    8. SMP Islam Nusantara (Pancoran Mas)
    9. SMP Bina Adzkia (Serua)
    10. SMP Islam Cakra Nusantara (Limo)
    11. SMPIT As Shof (Kalimulya)
    12. SMP Sholihin (Cilangkap)
    13. SMP Islam Nurul Hayat (Bojong Pondok Terong)
    14. SMP Islam Darul Qur’an (Bedahan)
    15. SMPIT Al Muawwanah (Cimpaeun)
    16. SMP La Royba Islamic School (Grogol)
    17. SMPIT Misbaahussuduur (Jati Mulya)
    18. MTS YPPD ((Depok)
    19. SMP Cahaya Bangsa Nurul Huda (Tapos)
    20. SMP Permata (Pancoran Mas)
    21. SMP Islam Hidayatul Islam (Pasir Putih)
    22. SMP 20 Mei Raudlatussaadah (Tugu)
    23. SMPIT Maulana Abbasyiah (Bojong Pondok Terong)
    24. SMP Fajar Plus (Cipayung)
    25. SMP PGRI Depok Jaya (Depok Jaya)
    26. SMP Islam Arrihlah (Duren Seribu)
    27. SMPIT Darus Sholihin (Bedahan)
    28. SMP Tunas Bangsa (Kalibaru)
    29. MTS Al Hidayah Arco (Duren Seribu)
    30. SMP Musa Bhakti (Pengasinan)
    31. SMP Karya Putra Bangsa (Cimpaeun)
    32. SMP Said Yusuf (Rangkapan Jaya Baru)
    33. SMP Hidayatul Athfal (Cinere).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tiga Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pemuda di Bekasi Ditangkap
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 Juni 2025

    Tiga Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pemuda di Bekasi Ditangkap Megapolitan 25 Juni 2025

    Tiga Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pemuda di Bekasi Ditangkap
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Polisi menangkap tiga terduga pelaku
    tawuran
    yang menewaskan seorang pemuda di Jalan Raya Kodau, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota
    Bekasi
    , Rabu (25/6/2025) dini hari.
    Namun polisi belum bisa membuka identitas ketiga terduga pelaku dengan alasan masih dalam proses penyidikan.
    “Namanya masih dirahasiakan,” kata Kapolsek Jatiasih AKP Marganda Siahaan, Rabu.
    Peristiwa ini bermula ketika dua kelompok pemuda bernama Geng Serigala Pondok Gede dan Geng Rawa Bogo Jatiasih janjian tawuran melalui Instagram.
    Keduanya kemudian sepakat menggelar aksi tawuran di Jalan Raya Kodau.
    Setelah bersepakat, Geng Rawa Bogo Jatiasih meluncur ke lokasi yang disepakati.
    Sesampainya di lokasi sekitar pukul 03.30 WIB, Geng Rawa Bogo Jatiasih langsung disambut Geng Serigala Pondok Gede yang lebih dulu tiba di lokasi.
    Keduanya langsung terlibat aksi saling serang. Dalam aksinya, masing-masing kelompok membekali diri dengan berbagai jenis senjata tajam untuk melukai lawan.
    Satu pemuda atas nama Ferry Febrian dari Geng Rawa Bogo Jatiasih tewas di lokasi kejadian akibat luka sabetan senjata tajam di sejumlah tubuhnya.
    “Lukanya bacok di perut, kening sebelah kanan, dan kedua kaki, meninggal di lokasi kejadian,” ungkap Marganda.
    Petugas yang tiba di lokasi kemudian membawa jasad pemuda tersebut ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk diotopsi.
    Hingga kini, jenazah korban masih dalam penanganan tim medis Rumah Sakit Polri.
    Sementara itu, seorang saksi mata, Najala Kurniawan (24) menuturkan bahwa para pelaku tawuran berjumlah puluhan orang yang dilengkapi dengan senjata tajam.
    “Mereka bawa sajam,” ungkap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Waruga, Makam Batu Para Leluhur Minahasa yang Menyimpan Jejak Sejarah dan Keagungan Budaya

    Waruga, Makam Batu Para Leluhur Minahasa yang Menyimpan Jejak Sejarah dan Keagungan Budaya

    Selain itu, keberadaan waruga juga menunjukkan tingginya rasa hormat masyarakat Minahasa terhadap leluhur mereka. Ritual-ritual penyucian dan penghormatan masih sering dilakukan di sekitar lokasi waruga, membuktikan bahwa hubungan antara dunia yang terlihat dan yang tak kasat mata masih erat dalam kehidupan masyarakat lokal.

    Namun, di balik kemegahan dan nilai budaya tinggi yang dimiliki waruga, peninggalan ini juga sempat menghadapi masa-masa penuh tantangan. Pada masa kolonial dan setelah masuknya ajaran Kristen ke Minahasa, praktik pemakaman dengan waruga dianggap bertentangan dengan ajaran agama baru.

    Pemerintah kolonial Hindia Belanda bahkan mengeluarkan larangan penggunaan waruga sebagai tempat penguburan pada awal abad ke-19, karena dianggap tidak higienis dan berpotensi menyebarkan penyakit.

    Akibatnya, banyak waruga yang ditinggalkan, dirusak, atau dipindahkan dari lokasi aslinya. Meski begitu, semangat masyarakat Minahasa dalam melestarikan warisan leluhur mereka tidak pernah padam.

    Kini, waruga-waruga yang tersisa menjadi situs sejarah yang dilindungi dan menjadi daya tarik budaya yang mengundang wisatawan, peneliti, hingga spiritualis dari berbagai penjuru dunia untuk menyaksikan langsung jejak peradaban kuno Minahasa yang tak ternilai harganya.

    Keberadaan waruga yang tersebar di beberapa daerah seperti Sawangan, Airmadidi, dan Rap-Rap bukan hanya memperkaya narasi sejarah Indonesia, tetapi juga menegaskan bahwa setiap budaya lokal memiliki cara unik dan penuh makna dalam memaknai kehidupan dan kematian.

    Dalam dunia yang semakin modern dan serba cepat ini, waruga hadir sebagai pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya dan mengenang akar sejarah yang membentuk jati diri bangsa. Karena pada akhirnya, sebagaimana jenazah dalam waruga yang kembali dalam posisi janin, manusia akan selalu kembali ke asalnya dan budaya adalah benang yang menyatukan perjalanan tersebut.

    Penulis: Belvana Fasya Saad