kab/kota: Jati

  • Sebanyak 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Sebanyak 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Warga membersihkan rumahnya saat banjir merendam kawasan permukiman di Kramat Jati, Cawang, Jakarta, Senin (7/7/2025). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat pada Senin (7/7) pukul 06.00 WIB sebanyak 109 rukun tetangga (RT) masih terendam banjir yang berangsung surut di wilayah Jakarta Barat, Timur, Pusat, dan Selatan akibat tingginya intensitas hujan dan meluapnya sejumlah aliran sungai di Jakarta. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/bar

    Sebanyak 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 08 Juli 2025 – 08:12 WIB

    Elshinta.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 35 rukun tetangga (RT) masih tergenang air hingga Selasa pukul 05.00 WIB, imbas dari hujan intens dan pasang air laut maksimum sejak Senin (7/7).

    Kondisi ini dipicu oleh kombinasi cuaca ekstrem dan peringatan dini banjir pesisir (rob) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akibat fase Bulan Baru dan Perigee yang memperkuat pasang maksimum air laut.

    BPBD DKI mencatat genangan tersebar di empat wilayah kota, dengan rincian terbanyak berada di Jakarta Selatan sebanyak 25 RT. Sementara Jakarta Barat mencatatkan 7 RT terdampak, Jakarta Utara 2 RT, dan Jakarta Timur 1 RT.

    Di Jakarta Selatan, kelurahan yang terdampak paling parah adalah Duren Tiga dengan genangan setinggi 130 cm akibat luapan Kali Mampang, disusul Kuningan Barat (95 cm), Jati Padang (85 cm), dan Pela Mampang (60 cm).

    Sementara itu, di Jakarta Barat, genangan mencapai 50 cm di Kedaung Kali Angke akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Cengkareng.

    Jakarta Utara juga mengalami genangan setinggi 65 cm di Kelurahan Kapuk Muara, yang disebabkan oleh kombinasi hujan dan rob.

    Sebanyak enam titik pengungsian telah disiapkan untuk menampung warga terdampak. Di antaranya adalah Masjid Al Mujahidin di Kelurahan Jati Padang yang saat ini menampung 140 jiwa, serta Mushola Al Inayah di Pejaten Barat yang menampung 60 jiwa.

    Tiga ruas jalan di Jakarta Barat juga masih tergenang, yakni Jl. Adi Karya (40 cm), Jl. Bojong Indah Raya (30 cm), dan Jl. Raya Daan Mogot KM 11 (20 cm), yang turut mengganggu mobilitas warga.

    Meski demikian, BPBD juga melaporkan genangan sudah surut di sejumlah wilayah, termasuk 40 RT di Kelurahan Petogogan, serta di Kelurahan Kebon Jeruk, Cipete Utara, Jagakarsa, dan Cilandak Timur.

    Beberapa ruas jalan yang sebelumnya tergenang juga sudah dinyatakan kering, seperti Jl. H.R. Rasuna Said (Kel. Guntur), Jl. Gaya Motor Raya dan Jl. Gaya Motor 2 (Kel. Sungai Bambu), serta Jl. Perumahan Green Garden (Kel. Kedoya Utara).

    BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel ke seluruh wilayah terdampak untuk memantau kondisi dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Gulkarmat guna melakukan penyedotan air serta memastikan saluran air berfungsi normal.

    “Penanganan kami lakukan secara terpadu bersama lurah, camat, dan instansi terkait. Genangan ditargetkan surut dalam waktu cepat,” tulis keterangan resmi BPBD.

    BPBD mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi genangan dan segera melapor ke layanan darurat 112 yang beroperasi 24 jam tanpa biaya.

    Sumber : Antara

  • 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 35 rukun tetangga (RT) masih tergenang air hingga Selasa pukul 05.00 WIB, imbas dari hujan intens dan pasang air laut maksimum sejak Senin (7/7).

    Kondisi ini dipicu oleh kombinasi cuaca ekstrem dan peringatan dini banjir pesisir (rob) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akibat fase Bulan Baru dan Perigee yang memperkuat pasang maksimum air laut.

    BPBD DKI mencatat genangan tersebar di empat wilayah kota, dengan rincian terbanyak berada di Jakarta Selatan sebanyak 25 RT. Sementara Jakarta Barat mencatatkan 7 RT terdampak, Jakarta Utara 2 RT, dan Jakarta Timur 1 RT.

    Di Jakarta Selatan, kelurahan yang terdampak paling parah adalah Duren Tiga dengan genangan setinggi 130 cm akibat luapan Kali Mampang, disusul Kuningan Barat (95 cm), Jati Padang (85 cm), dan Pela Mampang (60 cm).

    Sementara itu, di Jakarta Barat, genangan mencapai 50 cm di Kedaung Kali Angke akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Cengkareng.

    Jakarta Utara juga mengalami genangan setinggi 65 cm di Kelurahan Kapuk Muara, yang disebabkan oleh kombinasi hujan dan rob.

    Sebanyak enam titik pengungsian telah disiapkan untuk menampung warga terdampak. Di antaranya adalah Masjid Al Mujahidin di Kelurahan Jati Padang yang saat ini menampung 140 jiwa, serta Mushola Al Inayah di Pejaten Barat yang menampung 60 jiwa.

    Tiga ruas jalan di Jakarta Barat juga masih tergenang, yakni Jl. Adi Karya (40 cm), Jl. Bojong Indah Raya (30 cm), dan Jl. Raya Daan Mogot KM 11 (20 cm), yang turut mengganggu mobilitas warga.

    Meski demikian, BPBD juga melaporkan genangan sudah surut di sejumlah wilayah, termasuk 40 RT di Kelurahan Petogogan, serta di Kelurahan Kebon Jeruk, Cipete Utara, Jagakarsa, dan Cilandak Timur.

    Beberapa ruas jalan yang sebelumnya tergenang juga sudah dinyatakan kering, seperti Jl. H.R. Rasuna Said (Kel. Guntur), Jl. Gaya Motor Raya dan Jl. Gaya Motor 2 (Kel. Sungai Bambu), serta Jl. Perumahan Green Garden (Kel. Kedoya Utara).

    BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel ke seluruh wilayah terdampak untuk memantau kondisi dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Gulkarmat guna melakukan penyedotan air serta memastikan saluran air berfungsi normal.

    “Penanganan kami lakukan secara terpadu bersama lurah, camat, dan instansi terkait. Genangan ditargetkan surut dalam waktu cepat,” tulis keterangan resmi BPBD.

    BPBD mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi genangan dan segera melapor ke layanan darurat 112 yang beroperasi 24 jam tanpa biaya.

    Pewarta: Muhammad Ramdan
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Titik Banjir di Jakarta Meluas Jadi 56 RT dan 6 Ruas Jalan

    Titik Banjir di Jakarta Meluas Jadi 56 RT dan 6 Ruas Jalan

    Jakarta

    BPBD DKI Jakarta masih terus memperbaharui perkembangan terkait genangan banjir se DKI Jakarta. Kini, ada 56 RT yang masih tergenang banjir.

    Informasi ini dibagikan oleh BPBD DKI Jakarta, Selasa (8/7/2025). Saat ini dilaporkan masih ada sejumlah wilayah di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan yang tergenang banjir.

    Adapun data wilayah terdampak sebagai berikut:

    Jakarta Barat

    8 RT yang terdiri:

    Kel. Semanan : 1 RT
    Ketinggian: 30 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi Dan Luapan Kali Semanan

    Kel. Sukabumi Utara : 2 RT
    Ketinggian: 40 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi

    Kel. Kamal : 1 RT
    Ketinggian: 40 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi

    Kel. Joglo : 1 RT
    Ketinggian: 40 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi Dan Luapan Kali Gebyuran

    Jakarta Pusat

    1 RT yang terdiri:

    Kel. Bendungan Hilir : 1 RT
    Ketinggian: 40 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi Dan Luapan Kali Krukut

    Jakarta Selatan

    44 RT yang terdiri:

    Kel. Jagakarsa : 1 RT
    Ketinggian: 25 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi Dan Luapan Kali Lengong

    Kel. Jati Padang : 3 RT
    Ketinggian: 80 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi Dan Luapan PHB GG saiman

    Kel. Petogogan : 44 RT
    Ketinggian: 60 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi Dan Luapan Kali Krukut

    Jakarta Timur

    1 RT yang terdiri:

    Kel. Balekambang : 1 RT
    Ketinggian: 30 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi

    Jakarta Utara

    2 RT yang terdiri:

    Kel. Kapuk Muara : 2 RT
    Ketinggian: 25 s.d 35 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi dan ROB

    Jalan Tergenang terdapat 6 Ruas Jalan yang terdiri dari:
    1. Jl. Adi Karya, Kel. Kedoya Selatan, Jakarta Barat Ketinggian: 30 cm
    2. Jl. Perumahan Green Garden ( MCD), Kel. Kedoya Utara, Jakarta Barat Ketinggian: 10 cm
    3. Jl. Bojong Indah Raya, Kel. Rawa Buaya, Jakarta Barat Ketinggian: 10 cm
    4. Jl. Gaya motor Raya, Kel. Sungai Bambu, Jakarta Utara Ketinggian: 20 cm
    5. Jl. Gaya motor 2, Kel. Sungai Bambu, Jakarta Utara Ketinggian: 30 cm
    6. Jl. Taman Mangga, Kel. Tugu Utara, Jakarta Utara Ketinggian: 15 cm

    (maa/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Siaga

    BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Siaga

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta pemerintah daerah untuk bersiaga dalam sepekan ke depan terkait dengan adanya potensi cuaca ekstrem. Dia menyebut fenomena tersebut bisa bergeser hingga ke Indonesia Tengah dan Timur. 

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut fenomena cuaca ekstrem yang kini tengah terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan Jawa Barat, berpeluang terjadi juga di Indonesia Tengah dan Timur. Dia memperkirakan hal itu bisa terjadi setelah 8 Juli 2025. 

    “Oleh karena itu mohon pemerintah daerah itu tetap berjaga-jaga, bersiaga gitu ya. Bukan hanya sekadar waspada, bersiaga caranya bagaimana, terus memonitor perkembangan informasi cuaca dari BMKG,” terangnya kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025). 

    Dwikorita menyebut lembaganya selalu berjejaring dengan pemerintah maupun aparat di setiap daerah. Bahkan, komunikasi antar lembaga dan instansi langsung dilakukan melalui WhatsApp Group. 

    Pada jejaring itu, BMKG akan selalu memberikan peringatan dini terhadap beberapa fenomena cuaca yang diperkirakan terjadi. Peringatan akan diberikan sepekan sebelum perkiraan waktu terjadinya fenomena tertentu. 

    Peringatan itu akan disampaikan juga kepada pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Balai Wilayah Sungai (BWS) serta Basarnas. 

    “Katakan peringatan dini untuk cuaca ekstrem kemarin mulai keluar tanggal 28 Juni. Diulang lagi 3 Juli, tapi berlaku mulai 4 Juli sampai 11 Juli. Jadi diulang lagi, nah kemudian setiap 3 hari diulang lagi,” tutur Dwikorita. 

    Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat melaporkan bahwa terdapat 50 titik di Jakarta tergenang banjir, Minggu (6/7/2025). Ratusan orang akhirnya mengungsi akibat situasi tersebut. 

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari menyebut, curah hujan yang tinggi sejak Sabtu telah memicu kenaikan tinggi muka air di sejumlah pintu air. Terdapat pula pengaruh fenomena pasang air laut di pesisir utara Jakarta. 

    “Adapun, wilayah terdampak di Jakarta Selatan mencakup 20 RT yang tersebar di Kelurahan Tanjung Barat, Pengadegan, Rawa Jati, Pejaten Timur, Kebon Baru, dan Manggarai,” katanya dalam keterangan resmi. 

    Lebih lanjut, sebanyak 30 RT lainnya berada di Jakarta Timur, meliputi Kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Bale Kambang, Cawang, dan Cililitan. Ketinggian muka air bervariasi antara 40 hingga 270 sentimeter.

  • Dua RT di Jakarta Masih Terendam Banjir Sore Ini
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Juli 2025

    Dua RT di Jakarta Masih Terendam Banjir Sore Ini Megapolitan 7 Juli 2025

    Dua RT di Jakarta Masih Terendam Banjir Sore Ini
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Dua rukun tetangga (RT) di Jakarta masih terendam
    banjir
    pada Senin (7/7/2025) sore.
    “BPBD mencatat saat ini genangan terjadi di 2 RT,” ucap Kepala Pelaksana
    BPBD Jakarta
    Isnawa Adji saat dikonfirmasi, Senin.
    Wilayah terdampak itu di antaranya, satu RT Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.
    Ketinggian air di lokasi tersebut masih sekitar 30 sentimeter yang disebabkan karena curah hujan tinggi dan meluapnya Kali Angke.
    Kemudian, satu RT lagi berada di Kelurahan Jati Padang, Jakarta Selatan.
    Ketinggian air di wilayah ini sekitar 50 sentimeter yang disebabkan karena curah hujan yang tinggi dan luapan PHB Sarua.
    Sementara beberapa wilayah yang sudah surut, sebagai berikut:
    Diberitakan sebelumnya, banjir merendam sejumlah titik di Jakarta sejak Minggu, (6/7/2025) sore, hingga Senin, (7/7/2025) pagi.
    Update informasi kondisi banjir di Jakarta per Senin pukul 07.00 WIB, BPBD mencatat masih terjadi genangan di 102 RT dan 3 Ruas Jalan.
    Titik yang terendam banjir tersebut tersebar di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, serta Jakarta Barat.
    Ketinggian banjir di sejumlah titik tersebut antara 30-150 cm.
    BPBD DKI Jakarta juga telah menyediakan posko banjir atau lokasi pengungsian bagi warga yang terdampak.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Diterjang Banjir, Tembok Mushala di Jati Padang Sudah 7 Kali Jebol
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Juli 2025

    Diterjang Banjir, Tembok Mushala di Jati Padang Sudah 7 Kali Jebol Megapolitan 7 Juli 2025

    Diterjang Banjir, Tembok Mushala di Jati Padang Sudah 7 Kali Jebol
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Tembok Mushala Sabili di Jati Padang,
    Jakarta
    Selatan sudah tujuh kali jebol selama berdiri imbas diterjang
    banjir
    . Terakhir, tembol mushala itu jebol pada Minggu (6/7/2025).
    Warga bernama Fatimah (52), mengatakan, tembok mushala itu jebol karena hujan deras dan mengakibatkan air Kali Pulo meluap.
    “Jadi memang musibah sih kami sudah sering mengalami ya, karena memang kami dulu tuh sudah enam kali, tujuh kali malah ini jebolnya itu,” ujar wanita yang juga istri Ketua RT 003, Jati Padang, saat ditemui di lokasi, Senin (7/7/2025).
    Di samping mushala, terdapat tembok yang menjulang tinggi. Tembok itu dibangun pada 2018 untuk mengantisipasi meluapnya Kali Pulo.
    “Temboknya ini kan baru dibangun 2018, kalau dulu sebentar-sebentar hujan, langsung banjir,” jelas Fatimah.
    Setelah tembok itu dibangun, frekuensi banjir yang masuk ke rumah warga mulai menurun. Saat hujan, banjir hanya menggenangi jalan di depan rumah warga.
    “Dari situ sudah mulai jarang banjir yang parah. Paling cuma genangan-genangan saja,” kata Fatimah.
    Pada Minggu kemarin debit air yang meningkat kembali membuat tembok masjid jebol lagi.
    Saat hujan deras pada Minggu sore, aliran air di Kali Pulo tak bisa mengalir dengan optimal karena ukuran sungai yang kian mengecil.
    Sehingga, air yang hampir mencapai langit-langit mushala mendorong tembok yang sudah retak.
    Maka dari itu, warga meminta agar pemerintah dapat menambah lebar sungai agar air tak lagi meluap ke permukiman warga.
    Selain itu, warga juga berharap agar bangunan yang berdiri di atas Kali Pulo ditertibkan agar tidak menghambat aliran air.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jaktim gencarkan pengerukan kali untuk atasi banjir

    Jaktim gencarkan pengerukan kali untuk atasi banjir

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Timur menggencarkan pengerukan kali atau sungai untuk mengatasi banjir akibat hujan di wilayah tersebut.

    “Hari ini Kali Irigasi Bekasi Tengah, Cakung, Jakarta Timur. Sebenarnya sudah kerja dua kali, waktu itu di Cakung Barat. Alhamdulillah,” kata Wali Kota Jakarta Timur Munjirin usai meninjau pengerukan di Kali Irigasi Bekasi Tengah, Cakung, Jakarta Timur, Senin.

    Pengerukan dilakukan untuk memperlancar aliran air guna meminimalisasi risiko banjir, terutama saat musim hujan.

    Pekerjaan ini merupakan bagian dari program normalisasi yang dikoordinasikan bersama Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta.

    “Dilanjutkan dengan Dinas SDA Jakarta. Mudah-mudahan bisa selesai semua dari ujung ke ujung sesuai yang ditargetkan dinas SDA,” katanya.

    Selain itu, Munjirin mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi secara teknis dengan Dinas SDA Jakarta untuk mencari solusi banjir.

    “Kalau kita lebih banyak berkoordinasi secara teknis dengan Dinas SDA. Tapi kami sudah kasih masukan penyebabnya a, b, c. Mudah-mudahan bisa ditindaklanjuti Dinas SDA untuk dicarikan solusi,” ujar Munjirin.

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo meminta kepada Dinas SDA Jakarta untuk memprioritaskan penanganan pengerukan kali di pinggir kota guna mengatasi banjir.

    “Saya sudah memutuskan untuk penanganan pengerukan (kali) di pinggir-pinggir Jakarta ini segera dilakukan karena ini menjadi prioritas utama,” kata Pramono.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan bahwa hingga pukul 14.00 WIB sebagian besar wilayah banjir sudah surut atau terdata hanya tinggal dua Rukun Tetangga (RT).

    Dua RT itu berada di Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat, dengan ketinggian air 30 centimeter (cm) dan satu RT di Kelurahan Jati Padang, Jakarta Selatan, dengan ketinggian 50 cm.

    Dari data BPBD DKI Jakarta, banjir sempat merendam 141 RT di Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Banjir kali ini disebabkan hujan intensitas tinggi dan meluapnya sejumlah sungai.

    Bahkan banjir sempat merendam rumah warga dengan titik terdalam hingga tiga meter di Cawang, Jakarta Timur.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tembok Mushala di Jati Padang Jebol, Warga Cuci Uang Kotak Amal yang Terendam Banjir
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Juli 2025

    Tembok Mushala di Jati Padang Jebol, Warga Cuci Uang Kotak Amal yang Terendam Banjir Megapolitan 7 Juli 2025

    Tembok Mushala di Jati Padang Jebol, Warga Cuci Uang Kotak Amal yang Terendam Banjir
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Setelah tembok Mushala Sabili di Jatipadang,
    Jakarta
    Selatan, jebol, sejumlah warga terlihat membersihkan uang dari kotak amal yang terendam
    banjir
    pada Senin (7/7/2025) pagi.
    Istri ketua RT 003/RW 006, Fatimah (52), bersama beberapa warga lainnya mencuci lalu menjemur uang kertas itu. Fatimah menjelaskan, uang itu sempat berlumuran lumpur saat ditemukan.
    “Ini uang dari mushala, dari kotak amal, tadi kena lumpur, jadi kami cuci. Jadi ini benar-benar
    cuci uang
    ya, terus dijemur,” kata Fatimah saat ditemui di sekitar lokasi, Senin.
    Mereka menyusun lembaran uang dengan hati-hati. Sesekali, Fatimah memeriksa lembaran uang lainnya yang sudah dijemur sejak tadi.
    Hingga pukul 12.00 WIB, warga sudah mengeringkan uang sebanyak dua kantong plastik putih.
    “Kami sudah dari jam 10.00 kali ya tadi kayak begini. Ini sudah ada dua kresek yang kering,” jelasnya.
    Sambil menunggu kering, mereka juga terus mengawasi uang-uang itu agar tidak terbang terbawa angin. Setelah kering, rencananya uang-uang itu akan disetrika sebelum disimpan lagi.
    “Nanti habis ini disetrika lagi biar rapi juga,” kata Fatimah.
    Uang dari nilai Rp 2.000 hingga Rp 20.000 dipajang di teras rumah salah seorang warga yang berhadapan dengan masjid.
    Meja kayu, kursi, kotak amal, gagang pengki, ember, hingga kotak laci dijadikan tempat untuk menata uang-uang itu.
    Sebelumnya diberitakan, tembok Mushala Sabili jebol karena tak bisa mengalirkan air hujan dengan optimal pada Minggu (6/7/2025) sore.
    Akibatnya, air dari Kali Pulo tumpah ke dalam mushala bersama sampah-sampah. Air itu dengan cepat merendam pemukiman warga hingga ketinggian satu meter.
    Beberapa warga masih sempat mengungsi ke Masjid Al Ridwan di lokasi lebih tinggi atau rumah tetangga yang memiliki dua tingkat.
    Warga lainnya yang tidak sempat mengevakuasi diri karena terkepung banjir pun akhirnya mengungsi ke lantai dua Mushala Sabili.
    Senin siang, petugas Sudin Sumber Daya Air (SDA)
    Jakarta Selatan
    sudah berupaya menahan limpahan air dengan menumpuk kantong pasir di depan tembok.
    Namun, masih tampak air yang merembes dari ujung tembok ke dalam mushala.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Jakarta, pukul 14.00 WIB sebagian besar telah surut

    Banjir Jakarta, pukul 14.00 WIB sebagian besar telah surut

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan bahwa hingga pukul 14.00 WIB sebagian besar wilayah banjir, sudah surut atau terdata hanya tinggal dua rukun tetangga (RT).

    “Hingga pukul 14.00 WIB, kami mencatat saat ini banjir masih terjadi di dua RT,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Senin.

    Menurut dia, dua RT itu berada pada satu RT Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat, dengan ketinggian air 30 sentimeter (cm) dan satu RT di Kelurahan Jati Padang, Jakarta Selatan, ketinggian 50 cm.

    “Sementara untuk sisanya dipastikan telah surut,” katanya.

    Dari data yang banjir sempat merendam 141 RT di Jakarta Barat, Timur, Pusat, dan Selatan. Banjir kali ini disebabkan hujan intensitas tinggi dan meluapnya sejumlah sungai.

    Bahkan banjir sempat merendam rumah warga dengan titik terdalam hingga tiga meter.

    Ia menambahkan bahwa warga juga sudah mulai kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan material yang terbawa arus banjir.

    “Untuk lokasi pengungsi kini hanya ada di Masjid Al Ridwan dan Mushalla Sabili Kelurahan Jati Padang, dengan jumlah 75 jiwa,” ujarnya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Biografi Pangeran Diponegoro dan Kisahnya Memimpin Perang Jawa

    Biografi Pangeran Diponegoro dan Kisahnya Memimpin Perang Jawa

    Bisnis.com, JAKARTA – Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan nasional paling dihormati di Indonesia karena keberaniannya memimpin Perang Jawa (1825-1830) melawan penjajah Belanda. Ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang religius, tegas, dan membela hak rakyat kecil.

    Kisah perjuangannya menjadi inspirasi bagi gerakan perlawanan kolonial di Nusantara. Dengan mengenal biografi Pangeran Diponegoro, kita dapat memahami lebih dalam nilai-nilai patriotisme, keteguhan iman, serta perjuangan melawan ketidakadilan.

    Biografi Pangeran Diponegoro

    Pangeran Diponegoro, yang memiliki nama lahir Raden Mas Ontowiryo, dilahirkan pada 11 November 1785 di lingkungan Keraton Yogyakarta. Ia merupakan anak tertua dari Sri Sultan Hamengkubuwono III, namun karena ibunya bukan seorang permaisuri, ia tidak dimasukkan dalam jalur utama pewaris takhta.

    Hal ini justru membentuk pandangannya tentang keadilan dan ketimpangan sosial. Daripada terlibat dalam kehidupan istana yang penuh intrik politik, Diponegoro lebih memilih hidup sederhana dan tinggal di Tegalrejo.

    Di sana, ia menumbuhkan kedekatan dengan rakyat dan memperdalam ilmu agama, menjadikannya sebagai sosok religius yang dihormati. Karakter ini kemudian menguatkan perannya sebagai pemimpin spiritual dan simbol perjuangan rakyat Jawa dalam melawan kolonialisme Belanda.

    Profil Pangeran Diponegoro

    Nama Lengkap: Raden Mas Ontowiryo, dikenal sebagai Pangeran Diponegoro
    Tempat & Tanggal Lahir: Yogyakarta, 11 November 1785, di lingkungan Kesultanan Yogyakarta
    Tanggal Wafat: 8 Januari 1855, dalam pengasingan di Makassar
    Tempat Pemakaman: Kompleks Makam Pangeran Diponegoro, Benteng Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan
    Gelar Kehormatan: Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 1959 melalui Keputusan Presiden
    Kontribusi Sejarah: Tokoh sentral dalam Perang Jawa (1825–1830), pemimpin spiritual rakyat Jawa, simbol perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, dan penulis naskah autobiografi Babad Diponegoro yang diakui dunia internasional

    Latar Belakang dan Silsilah Keluarga

    Pangeran Diponegoro lahir dari keluarga bangsawan Kesultanan Yogyakarta, sebagai putra tertua dari Sri Sultan Hamengkubuwono III. Meski demikian, karena ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, bukan seorang permaisuri, statusnya di lingkungan istana tidak sama dengan anak-anak dari istri resmi raja.

    Situasi ini menumbuhkan kesadaran sosial dalam dirinya sejak dini dan mendorongnya untuk mencari jati diri di luar lingkungan keraton. Alih-alih terlibat dalam kehidupan istana yang penuh kemewahan dan politik, Diponegoro justru memilih menetap di wilayah Tegalrejo bersama neneknya.

    Di sana, ia tumbuh dalam lingkungan religius dan sederhana. Ia dibesarkan dengan pendidikan Islam yang kuat dan nilai-nilai budaya Jawa yang luhur. Sikapnya yang konsisten dalam menjunjung prinsip keadilan, ketakwaan, dan kesederhanaan membuatnya dihormati oleh masyarakat sekitar sebagai sosok yang bijak dan berpihak pada rakyat kecil.

    Latar belakang keluarganya turut membentuk identitas Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan yang merakyat dan penuh integritas.

    Masa Kecil dan Pendidikan Pangeran Diponegoro

    Sejak usia muda, Pangeran Diponegoro sudah menunjukkan kecenderungan untuk hidup sederhana dan menjauhi kemewahan istana. Ia memilih tinggal bersama neneknya di daerah Tegalrejo, sebuah tempat yang memberinya ruang untuk tumbuh dalam lingkungan spiritual dan dekat dengan rakyat. Di sana, ia mulai mempelajari agama Islam secara mendalam dan menunjukkan minat besar terhadap ajaran tasawuf dan etika moral.

    Diponegoro mendapatkan pendidikan dari para ulama lokal yang mengajarkannya Al-Qur’an, ilmu fikih, filsafat Islam, dan budaya serta sastra Jawa. Proses pembelajaran ini membuatnya tumbuh menjadi sosok yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

    Ia menyaksikan langsung kesulitan hidup masyarakat di bawah tekanan kolonialisme, dan pengalaman ini menjadi fondasi penting dalam pembentukan idealismenya sebagai pemimpin yang kelak dikenal karena keberanian dan integritasnya.

    Pendidikan religius dan kedekatannya dengan rakyat membentuk karakter Diponegoro sebagai pemimpin spiritual sekaligus pembela kaum tertindas.

    Kehidupan Pribadi Pangeran Diponegoro

    Pangeran Diponegoro dikenal sebagai tokoh yang menjunjung tinggi kesederhanaan dalam kehidupannya. Meskipun lahir dari keluarga bangsawan, ia memilih untuk hidup bersama masyarakat di pedesaan ketimbang menetap di lingkungan istana yang penuh kemewahan.

    Gaya hidupnya yang bersahaja mencerminkan nilai-nilai spiritual yang ia pegang teguh, menjadikannya sosok yang dekat dengan rakyat dan disegani oleh para pengikutnya.

    Diponegoro juga dikenal memiliki ketajaman batin dan keyakinan religius yang kuat. Ia sering kali mengambil keputusan penting setelah melakukan perenungan mendalam dan ibadah, yang diyakininya sebagai bentuk petunjuk dari Tuhan.

    Salah satu peninggalan penting dari dirinya adalah autobiografi berjudul Babad Diponegoro, sebuah karya tulis tangan yang menggambarkan pandangan pribadinya tentang perjuangan, agama, dan kolonialisme.

    Karya tersebut kini telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Memory of the World karena nilai sejarah dan budayanya yang sangat tinggi.

    Kisah Perlawanan dan Perang Jawa (1825-1830)

    Perang Jawa dimulai ketika pemerintah kolonial Belanda secara sepihak membangun jalan yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap tradisi dan kehormatan keluarga bangsawan Jawa, serta menjadi simbol pelanggaran terhadap kedaulatan lokal.

    Ketegangan pun memuncak, dan pada tahun 1825, Diponegoro mengangkat senjata sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan kolonial. Diponegoro memimpin gerakan perlawanan rakyat dengan mengusung semangat keagamaan dan nasionalisme.

    Ia mengorganisir pasukan yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, santri, petani, tokoh adat, hingga bangsawan lokal. Strategi gerilya yang diterapkannya membuat pasukan Belanda kewalahan, karena serangan dilakukan secara cepat, tersebar, dan tak terduga.

    Komunikasi antar pejuang dilakukan melalui jaringan desa dan tempat ibadah, menjadikan perjuangan ini memiliki karakter spiritual dan sosial yang kuat.

    Perang Jawa berlangsung selama lima tahun dan menjadi salah satu konflik terbesar serta paling merugikan secara ekonomi bagi Belanda sepanjang masa penjajahannya di Indonesia.

    Ribuan nyawa melayang dan kerugian materi mencapai angka luar biasa. Namun lebih dari itu, perang ini menandai babak penting dalam sejarah perlawanan rakyat Nusantara dan mengukuhkan Diponegoro sebagai simbol perjuangan yang melampaui batas waktu dan wilayah.

    Penangkapan dan Pengasingan

    Setelah lima tahun melakukan perlawanan sengit, Pangeran Diponegoro akhirnya ditangkap oleh pihak kolonial Belanda pada 28 Maret 1830 di Magelang. Penangkapan ini terjadi dalam sebuah pertemuan yang awalnya dikemas sebagai negosiasi damai, namun ternyata merupakan strategi Belanda untuk menjebaknya.

    Kejadian ini menandai berakhirnya Perang Jawa dan menjadi pukulan besar bagi perlawanan rakyat. Usai penangkapannya, Diponegoro diasingkan ke Manado dan kemudian dipindahkan ke Makassar.

    Di tempat pengasingan terakhirnya, Benteng Rotterdam, ia menjalani sisa hidupnya dalam kondisi pengawasan ketat. Meski terbatas secara fisik, semangat dan intelektualitasnya tetap menyala. Ia terus menulis dan berdakwah kepada masyarakat sekitar.

    Diponegoro tidak pernah kembali ke tanah Jawa dan wafat dalam pengasingan pada usia 69 tahun.

    Wafatnya Pangeran Diponegoro

    Pangeran Diponegoro menghembuskan napas terakhirnya pada 8 Januari 1855 di Benteng Rotterdam, Makassar, setelah lebih dari dua dekade menjalani masa pengasingan oleh pemerintah kolonial Belanda.

    Wafatnya terjadi dalam kondisi jauh dari kampung halaman dan keluarga besar di Yogyakarta, sebuah akhir yang mencerminkan penderitaan panjang sebagai tahanan politik.

    Jenazahnya dimakamkan di halaman rumah pengasingannya yang terletak di kawasan Benteng Rotterdam, dan hingga kini lokasi tersebut telah dijadikan sebagai situs cagar budaya dan tempat ziarah sejarah.

    Kompleks makamnya tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap jasa-jasanya dalam Perang Jawa, tetapi juga menjadi destinasi edukatif untuk mengenang nilai-nilai patriotisme, spiritualitas, dan keteguhan hati seorang Pahlawan Nasional yang tidak pernah menyerah terhadap kolonialisme.

    Warisan dan Penghargaan Nasional

    Pangeran Diponegoro secara resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1959 sebagai bentuk penghormatan atas jasanya dalam memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

    Gelar ini diberikan melalui Keputusan Presiden dan menempatkan namanya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

    Nama Diponegoro kini diabadikan dalam berbagai institusi dan fasilitas publik seperti jalan protokol, sekolah, universitas, museum, hingga patung peringatan di berbagai kota besar.

    Salah satu warisan intelektualnya yang paling berharga adalah naskah otobiografi Babad Diponegoro, yang ditulis sendiri oleh sang pangeran selama masa pengasingannya.

    Karya ini bukan hanya menjadi dokumen sejarah berharga, tetapi juga diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Memory of the World. Dalam dunia pendidikan, kisah perjuangan Diponegoro menjadi materi penting dalam kurikulum sejarah nasional yang bertujuan membentuk karakter kebangsaan generasi muda.

    Trivia Pangeran Diponegoro

    Pangeran Diponegoro merupakan tokoh yang dikenal karena keteguhan imannya dan pendirian yang tidak mudah goyah, terutama terhadap praktik kolonialisme serta kebijakan istana yang menurutnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

    Sikapnya yang idealis sering kali membuatnya bersitegang dengan kerabat dalam lingkungan keraton, terutama ketika terjadi perbedaan prinsip dan pandangan politik.

    Meski dianggap keras dan tidak kompromi, integritas Diponegoro justru menjadikannya panutan di mata rakyat. Ia tidak hanya dihormati karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga karena keteladanannya dalam menjalankan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

    Salah satu peninggalan intelektual paling penting darinya adalah naskah Babad Diponegoro, yang ditulis tangan selama masa pengasingannya. Naskah tersebut kini menjadi warisan dokumenter dunia dan telah masuk dalam daftar Memory of the World oleh UNESCO sebagai karya sastra historis yang mencerminkan perjuangan, kebudayaan, dan jiwa nasionalisme Nusantara.

    Referensi Resmi:

    Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.