Wamensos: Sekolah Rakyat Jadi Kunci Putus Rantai Kemiskinan Antargenerasi
Tim Redaksi
MAGELANG, KOMPAS.com
– Pemerintah menilai pendidikan sebagai kunci utama untuk memutus mata rantai
kemiskinan antargenerasi
.
Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui Program
Sekolah Rakyat
, yang dirancang untuk memberi akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera.
Wakil Menteri Sosial Agus Jabo mengatakan, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi jalan bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk meningkatkan kualitas hidup dan pada akhirnya membantu keluarganya keluar dari jerat kemiskinan.
“Sekolah itu dimulai dari sekarang. Supaya apa? Supaya anak-anak menjadi pintar. Kalau sudah pintar, mereka bisa bekerja, punya penghasilan, membantu dirinya sendiri dan keluarganya,” ujar Agus Jabo dalam peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Magelang, Sabtu (20/12/2025).
Menurut dia, Sekolah Rakyat dibangun sebagai instrumen negara untuk memastikan kemiskinan tidak terus diwariskan dari orangtua ke anak. Anak-anak dari keluarga miskin, kata dia, tidak boleh otomatis menjalani kehidupan yang sama.
“Pak Presiden membangun sekolah rakyat dalam rangka memutus transmisi kemiskinan.
Nek wong tuo miskin,
anaknya tidak boleh ikut, miskin,” ujarnya.
Agus Jabo menegaskan, program tersebut merupakan bagian dari visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam membangun bangsa Indonesia yang cerdas, sehat, mandiri, dan bermartabat.
Dengan fondasi tersebut, Indonesia diharapkan mampu menjadi bangsa yang kuat, mandiri, serta disegani di dunia.
“Seperti yang pernah dikatakan Bung Karno, Indonesia harus menjadi mercusuar dunia,” katanya.
Selain pendidikan, pemerintah juga menaruh perhatian besar pada pemutakhiran data sosial di tingkat desa.
Para kepala desa diminta aktif mendata warga lanjut usia tunggal, anak yatim piatu, penyandang disabilitas, serta warga dengan kondisi rumah rusak berat yang belum tersentuh bantuan sosial.
Data tersebut selanjutnya akan disinkronkan dengan dinas sosial daerah dan Kementerian Sosial. Namun, Agus Jabo mengingatkan agar bantuan sosial tidak menimbulkan ketergantungan berkepanjangan.
Pemerintah melalui Kementerian Sosial mendorong berbagai program pemberdayaan bagi warga yang masih produktif agar dapat mandiri dan memiliki penghasilan sendiri.
“Ya, jadi nanti kami akan melakukan program-program pemberdayaan agar masyarakat tidak terus menerus tergantung dengan bantuan sosial,” ujarnya.
“Yang masih produktif, bisa berdaya, bisa mandiri, punya pengajilan sendiri sehingga hidupnya bahagia,” tambah dia.
Menurut Agus Jabo, peringatan HKSN menjadi momentum untuk mengingat kembali jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi
gotong royong
dan semangat perjuangan.
Dalam kunjungan tersebut, ia juga berdialog langsung dengan warga, termasuk penyandang disabilitas dan lansia, untuk memastikan program bantuan dan pemberdayaan berjalan tepat sasaran.
Agus Jabo berharap seluruh rangkaian peringatan HKSN dapat berlangsung lancar dan benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
“Mari kita sadar, kita keluar dari program bantuan sosial, supaya bisa digantikan oleh saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan, supaya semua masyarakat
iso gemuyu
,” pungkasnya.
Selain membahas program pengentasan kemiskinan, Agus Jabo juga mengajak masyarakat untuk bergotong royong membantu para korban banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Ia menekankan, kolaborasi antara negara, masyarakat, dan sektor swasta akan mempercepat proses pemulihan pascabencana.
“Saya hampir lima hari di sana, suasananya sedih. Kondisinya sangat berat. Semoga kehidupan di tiga provinsi (terdampak bencana) bisa segera normal, mereka bisa beraktivitas kembali,” cerita dia.
“Jadi mari kita bersolidaritas dan kita doakan bagi saudara-saudara yang meninggal terdampak banjir, mudah-mudahan mendapat tempat terbaik di sisi Gusti Allah,” kata Agus Jabo.
Lebih lanjut, Agus Jabo kembali mendorong para kepala desa agar aktif membantu warga yang membutuhkan akses bantuan sosial. Namun, bagi warga yang dinilai telah meningkat taraf hidupnya, ia menegaskan pentingnya proses graduasi menuju program pemberdayaan.
“Jadi nanti Pak Kepala Desa mendata, terus kemudian dilaporkan ke Dinsos, dan nati Dinsos akan melaporkan ke Kemensos,” tegas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Jati
-

Penghijauan Hulu Bojonegoro, Ribuan Pohon Produktif Ditanam di Kaki Gunung Pandan
Bojonegoro (beritajatim.com) – Upaya penghijauan kawasan perbukitan dan hulu Bojonegoro terus diperkuat. Ribuan pohon produktif dan tanaman keras ditanam secara gotong royong di Dusun Jomblang Jati, Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Jumat (19/12/2025) pagi.
Lokasi penanaman berada di jalur pendakian Gunung Pandan via Banyukuning, kawasan kaki gunung yang dikenal memiliki banyak sumber mata air.
Program penanaman pohon ini dilaksanakan secara partisipatif sejak awal hingga akhir Desember 2025. Warga penggarap lahan hutan atau pesanggem terlibat langsung melalui kemitraan bersama Alas Institute sebagai mitra program Pertamina EP Sukowati Field.
Pola ini dilakukan agar pohon yang ditanam benar-benar hidup, terawat, serta memberi manfaat ekologis dan ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat sekitar hutan.
Field Manager Pertamina EP Sukowati Field, Arif Rahman Hakim, menyampaikan bahwa agenda penghijauan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mendukung program keberlanjutan lingkungan, khususnya di kawasan hulu Bojonegoro.
“Penanaman pohon ini diharapkan memberi manfaat jangka panjang bagi ketahanan alam. Lingkungan yang lestari adalah investasi penting bagi generasi mendatang. Kami mengikhtiarkan program penghijauan secara berkelanjutan di kawasan hulu Bojonegoro,” ujarnya.
Pada tahap awal, lebih dari 4.200 pohon ditanam di kawasan hutan Gondang. Menurut Arif, jumlah tersebut akan dievaluasi perkembangannya pada tahun depan. Jika dinilai berhasil, program akan diperluas dengan skala penanaman yang lebih besar, tetap memperhatikan kualitas bibit dan daya tumbuh tanaman.
“Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Bahkan ada warga yang membeli bibit pohon secara swadaya untuk mencukupi kebutuhan tanam di lahan yang mereka garap,” tambahnya.
Sementara Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Cindy Koeshardini, yang hadir dalam penanaman pohon dengan tema Pertamina Green Action 2025 menyatakan dukungannya terhadap komitmen Pertamina EP Sukowati Field dan kolaborasi lintas pihak dalam upaya konservasi hutan Bojonegoro.
“Kami mengamini komitmen ini sebagai bentuk langkah kolaboratif mitigasi kebencanaan dan upaya konkret konservasi alam, terutama di kawasan hutan dan hulu Bojonegoro,” katanya.
Sementara itu, Administratur Perhutani KPH Bojonegoro, Slamet Juwanto, menyambut baik kegiatan gotong royong tanam pohon yang difokuskan di kawasan hulu hutan. Ia menegaskan kesiapan Perhutani menyediakan lahan bagi masyarakat selama jenis pohon yang ditanam memiliki akar kuat dan bernilai produktif.
“Kami berharap wilayah selatan Bojonegoro ke depan bisa berkembang menjadi kawasan agrowisata buah-buahan di tengah hutan yang rindang. Ini berpotensi menambah pendapatan masyarakat kawasan hutan,” ujarnya.
Apresiasi juga disampaikan Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, yang menilai kegiatan penghijauan ini sebagai contoh sinergi nyata antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam menjaga kelestarian alam.
“Kegiatan ini bukan sekadar menanam pohon, tetapi menanam kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga alam demi masa depan yang lebih baik,” tegas Bupati.
Ia mengajak seluruh pihak untuk memberi perhatian serius pada kawasan hulu Bojonegoro melalui gerakan penanaman pohon secara masif, sebagai upaya meminimalisir bencana banjir, longsor, dan kekeringan. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, lanjutnya, siap mendukung penyediaan bibit pohon dan mendorong gotong royong yang terfokus di wilayah hulu.
“Di Gondang hampir setiap tahun terjadi banjir bandang. Menjaga alam adalah kewajiban kita bersama dan harus ditanamkan kepada generasi muda agar kesadaran ekologis terus berkelanjutan,” pungkasnya.
Kegiatan penghijauan ini dihadiri Bupati Bojonegoro, manajemen PT Pertamina EP Sukowati Field Zona 11, Administratur Perhutani KPH Bojonegoro, perwakilan SKK Migas Jabanusa, Forkopimcam Gondang, para kepala desa se-Kecamatan Gondang, warga pesanggem, Alas Institute dan Lingkar Pandan, serta pelajar SMP, tokoh masyarakat, dan perwakilan pemuda. [lus/ted]
-

Geram Sering Kemalingan, Warga Sedati Sidoarjo Hakimi 6 Terduga Pencuri Kayu Jati Pintu Air Tambak hingga Tewas
Sidoarjo (beritajatim.com) – Sebanyak enam orang terduga pelaku pencurian kayu pintu air tambak dihakimi massa di Dusun Dadapan, Desa Segoro Tambak, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, pada Kamis (19/12/2025).
Aksi main hakim sendiri tersebut mengakibatkan dua orang terduga pelaku dilaporkan meninggal dunia, sementara empat lainnya dalam kondisi kritis.
Para terduga pelaku berhasil dievakuasi oleh aparat kepolisian setelah tidak berdaya akibat menjadi sasaran amuk warga di kawasan pertambakan. Saat ini, para korban luka telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis intensif.
Aksi massa ini dipicu oleh keresahan warga pemilik tambak yang kerap kehilangan kayu pintu air atau yang biasa disebut “laban”. Kayu tersebut berfungsi krusial untuk mengatur sirkulasi air pada tambak budidaya ikan bandeng dan udang.
Intan, salah satu warga setempat, menjelaskan bahwa komponen pintu air tersebut memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Menurutnya, satu unit kayu pintu air bisa bernilai hingga jutaan rupiah karena menggunakan material berkualitas.
“Kayu pintu air atau laban tambak itu kebanyakan terbuat dari kayu jati, kayu besi. Itu kalau dijual, nilainya jutaan. Sedangkan setiap laban pintu air, jumlah kayunya bertumpuk sampai 10 bijian, lihat kedalaman pintu air yang ada,” ucapnya.
Warga Dusun Dadapan sengaja melakukan pengintaian secara beramai-ramai lantaran kasus kehilangan kayu pintu air ini sudah sering menimpa pemilik tambak. Upaya pengintaian tersebut akhirnya membuahkan hasil saat para terduga pelaku melancarkan aksinya.
“Dugaan pencurinya rombongan orang dari kawasan selatan Sidoarjo. Mereka datang berombongan satu perahu dan merusak pintu tambak warga. Melihat kenyataan itu, warga beramai-ramai menangkap dan menghajarnya hingga dua seperti meninggal, dan empat terduga pelaku, kritis,” ungkap Intan.
Selain merusak pintu air, komplotan ini diduga menggunakan metode ekstrem dalam menjalankan aksinya. Berdasarkan pengakuan beberapa warga di lokasi kejadian, para pelaku disinyalir membawa bahan peledak untuk membongkar konstruksi pintu air yang kokoh.
“Warga tadi ada yang teriak-teriak pelaku sepertinya membawa dinamit. Keenam pelaku yang tertangkap, diikat sama warga sampai dibawa ke dekat jembatan perbatasan Kecamatan Waru dengan Kecamatan Sedati itu,” urai wanita berjilbab tersebut.
Pihak kepolisian yang menerima laporan warga segera mendatangi lokasi kejadian untuk meredam situasi. Aparat langsung mengamankan keenam orang tersebut menggunakan mobil patroli dan ambulans guna menghindari eskalasi massa yang lebih besar.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi terkait kronologi mendalam maupun identitas pasti para terduga pelaku pencurian kayu jati dan besi sirkulasi air tersebut. Penyelidikan masih terus dilakukan untuk mendalami keterlibatan para pelaku dalam jaringan pencurian aset pertambakan di wilayah Sidoarjo. [isa/ian]
-
/data/photo/2025/12/18/69440b756d90b.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pakar: Serangga Berpotensi Jadi Sumber Protein Masa Depan Indonesia
Pakar: Serangga Berpotensi Jadi Sumber Protein Masa Depan Indonesia
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Sejumlah serangga di Nusantara, seperti belalang, jangkrik, dan ulat sagu dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber protein alternatif yang efisien, bergizi, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber protein hewani konvensional.
Di tengah tantangan ketahanan pangan, perubahan iklim, serta keterbatasan sumber daya alam, pemanfaatan serangga sebagai pangan dinilai layak dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi diversifikasi pangan nasional.
Hal itu mengemuka dalam
talkshow
“Melacak Jejak
Pangan Nusantara
” yang digagas Kompasiana di Studio KompasTV, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Pakar entomologi Dadan Hindayana menjelaskan bahwa tidak semua serangga dapat dikonsumsi.
Dalam kajian ilmiah dikenal kelompok
edible insects
, yakni jenis serangga yang aman dan layak dikonsumsi manusia, seperti belalang, jangkrik, ulat jati, dan laron.
“Serangga memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan efisiensi produksi yang jauh lebih baik dibandingkan ternak konvensional. Dari sisi lingkungan, serangga juga jauh lebih ramah,” ujar Dadan, Kamis.
Ia menambahkan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa rasa belalang dan jangkrik kerap dinilai mirip dengan udang karena keduanya sama-sama hewan beruas dan memiliki kedekatan secara evolusi.
Selain protein, serangga juga kaya vitamin dan asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.
Melansir IPB University, Kamis (13/2/2025), Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa serangga yang dapat dimakan mengandung protein berkualitas tinggi, vitamin, serta asam amino esensial yang bermanfaat bagi manusia.
FAO juga menilai serangga berpotensi menjadi solusi alternatif di tengah meningkatnya kebutuhan protein global.
Keunggulan utama serangga terletak pada efisiensi produksinya. Untuk menghasilkan jumlah protein yang sama, jangkrik membutuhkan pakan sekitar enam kali lebih sedikit dibandingkan sapi, empat kali lebih sedikit dibandingkan domba, serta dua kali lebih sedikit dibandingkan babi dan ayam broiler.
Selain itu, serangga juga menghasilkan emisi gas rumah kaca dan amonia yang lebih rendah dibandingkan ternak konvensional.
Dadan menambahkan, dalam praktik global, potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh sejumlah negara.
China, misalnya, telah membudidayakan belalang secara masif sebagai sumber protein dengan lahan relatif sempit dan teknologi sederhana, bahkan dipasarkan hingga ke luar negeri.
Namun, di Indonesia, pemanfaatan serangga sebagai pangan masih didominasi praktik tradisional dan berbasis tangkapan alam. Akibatnya, pasokan belum stabil dan nilai ekonominya belum optimal.
“Tantangan terbesarnya bukan hanya soal teknologi, tetapi soal kebiasaan. Apa yang tidak dibiasakan akan terasa asing. Hal yang sama bisa terjadi pada serangga,” kata Dadan.
Research Director Center for Sustainable Indonesian Food and Agriculture (CS-IFA) Repa Kustipia menilai, serangga sebagai pangan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang sistem pangan Nusantara.
Menurut Repa, gastronomi bukan sekadar urusan rasa atau kuliner, melainkan ilmu yang mempelajari hubungan antara pangan, budaya, dan peradaban manusia.
Dalam konteks Indonesia, jejak pangan terbentuk melalui berbagai fase, mulai dari pemburu dan peramu, pertanian awal, sistem irigasi besar, hingga fase kolonial yang membawa perubahan besar dalam pola konsumsi.
“Pada fase kolonial, banyak
pangan lokal
mengalami pergeseran akibat dominasi perdagangan global dan sistem pangan kolonial. Selera makan tidak lagi semata persoalan lidah, tetapi juga dipengaruhi kekuasaan,” ujar Repa.
Ia menyebut kondisi tersebut sebagai
gustatory politics
atau politik selera, yakni situasi ketika pilihan pangan masyarakat dibentuk oleh kebijakan, struktur ekonomi, dan rantai pasok global.
Dalam konteks ini, diversifikasi pangan, termasuk pemanfaatan serangga, menjadi bagian dari upaya merebut kembali kedaulatan pangan.
Padahal, Indonesia memiliki kekayaan pangan lokal yang luar biasa, termasuk praktik
gastroforaging
, yaitu mencari dan memanfaatkan pangan langsung dari alam.
“Sayangnya, banyak pangan endemik belum terdokumentasi dengan baik sehingga sulit dikembangkan secara berkelanjutan dan bernilai ekonomi tinggi,” jelasnya.
Dari sisi riset, Kepala Riset Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwininta Wika Utami menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya genetik pangan yang sangat besar, mulai dari serealia, umbi-umbian, hingga hortikultura.
Selain padi putih, Indonesia memiliki padi seperti merah, hitam, dan ungu, serta sorgum, sagu, hanjeli, dan berbagai umbi yang berpotensi menjadi alternatif sumber karbohidrat.
Kekayaan genetik ini, menurut Dwininta, merupakan aset negara yang harus dikelola secara kolaboratif.
“Pengelolaan pangan lokal membutuhkan kerja sama antara peneliti, pemerintah daerah, dan masyarakat agar hasil riset tidak berhenti di laboratorium, tetapi bisa dimanfaatkan secara luas,” kata Dwininta.
BRIN, lanjut dia, telah meneliti berbagai komoditas lokal, termasuk talas, ganyong, ubi jalar, sorgum, pisang lokal, hingga tanaman yang selama ini dikenal sebagai tanaman hias, tetapi memiliki potensi pangan dan kesehatan.
“Melalui hilirisasi riset dan kolaborasi pangan alternatif, termasuk serangga, dapat menjadi bagian penting dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan Indonesia di masa depan,” kata Dwininta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Anti Basa Basi, Mentan Amran Borong 40 Ton Cabai Bantu Petani Aceh, Diangkut Hercules ke Jakarta
FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memborong 40 ton cabai petani dari sejumlah sentra di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Amran menyebut langkah sebagai upaya menjaga kelancaran distribusi dan melindungi penghasilan petani di tengah kondisi pascabencana banjir dan tanah longsor Sumatera.
Ia menerangkan sebanyak 15 ton dikirim langsung ke Jakarta menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Sebagiannya diturunkan di Medan dan dikirim ke daerah lainnya.
Pengiriman dilakukan dari Bandara Rembele menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Mentan Amran Sulaiman menegaskan bahwa langkah penyerapan ini merupakan bentuk kehadiran negara agar petani tidak terlalu rugi akibat bencana dan hasil panen mereka tetap terserap pasar.
“Pesan saya satu. Jangan merugikan petani kita. Kalau perlu, naikkan harganya. Supaya petani untung. Yang penting, jangan rugi,” tutur Mentan Amran kepada wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Amran mengungkapkan, langkah ini merupakan tindak lanjut atas arahan Presiden Prabowo Subianto agar setiap pesawat Hercules dan helikopter yang mengangkut bantuan logistik ke Bandara Rembele tidak kembali dalam kondisi kosong, melainkan dimanfaatkan untuk mengangkut hasil panen petani.
“Ini pesawat bolak-balik ke Aceh, angkut bantuan dari pemerintah, maupun bantuan dari saudara-saudara kita. Jadi pulangnya kosong,” ucapnya.
Untuk penyaluran cabai di Jakarta, Kementan berkoordinasi dengan pedagang cabai di Pusat Informasi Pasar Kramat Jati (PIKJ).
-

Wali Kota Kediri dan Forkopimda Dialog Bersama Perguruan Silat, Perkuat Sinergi Jaga Kerukunan
Kediri (beritajatim.com) – Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati dan Forkopimda berdialog bersama perwakilan perguruan silat se-Kota Kediri. Dialog berjalan begitu hangat di Ruang Joyoboyo Balai Kota Kediri, Rabu (17/12/2025). Dialog ini menjadi wadah silaturahmi sekaligus penguatan sinergi dalam menjaga kerukunan di Kota Kediri.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Wali ini menjelaskan di Kota Kediri terdapat 14 perguruan silat. Pencak silat telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Dimana pencak silat mencerminkan identitas, nilai, serta kearifan lokal Bangsa Indonesia. Pengakuan tersebut tentunya bukan hanya sebuah kehormatan melainkan juga amanah dan tanggung jawab. Terlebih untuk menjaga dan melestarikan pencak silat agar hidup dan berkembang di masyarakat.
“Pencak silat itu sendiri tentu tidak hanya mengajarkan teknik bela diri, tetapi juga menanamkan nilai luhur. Seperti, budi pekerti, pengendalian diri, sportivitas, persaudaraan serta penghormatan terhadap sesama dan alam,” jelasnya.
Wali kota termuda ini mengungkapkan IPSI memiliki peran strategis sebagai wadah pembinaan, pelestarian, serta pengembangan dari pencak silat. IPSI tidak hanya bertanggung jawab terhadap prestasi olahraga, tetapi juga pelestarian nilai budaya dan jati diri bangsa. IPSI juga memiliki peran penting sekali dimana sebagai wadah pembinaan generasi muda. Agar ke depan anak-anak bisa jadi atlet berprestasi, dan menghindari kekerasan. Harapannya IPSI juga menanamkan nilai-nilai pancasila di dalam pencak silat. Setiap gerakan pencak silat ini mengandung nilai pancasila.
“Harapannya pencak silat ini bisa mempersatukan generasi muda untuk mejadi generasi yang berdaya saing. Sehingga terwujud Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Menutup dialog, Mbak Wali menyampaikan pesan khusus kepada seluruh perguruan silat dan para pendekar di Kota Kediri. Ia mengajak para pendekar untuk menjadi teladan dalam menjaga persatuan dan kedamaian.
“Saya pernah membaca quote yakni, pendekar yang kuat bukan yang kuat fisiknya tetapi yang paling kuat menjaga persatuan dan kehormatan bangsa. Makna dari quote ini begitu mendalam. Mari kita wujudkan bersama-sama,” pungkasnya.
Turut hadir, Wakil Wali Kota Qowimuddin, Ketua DPRD Firdaus, Kepala Kejaksaan Negeri Raden Roro Theresia, Perwakilan Forkopimda, Kepala Bakesbangpol Didik Catur, Ketua KONI Eko Agus Koko, Ketua IPSI Kota Kediri dan seluruh perguruan pencak silat, serta tamu undangan lainnya. [nm/ted]
-

BPIP Tekankan Pentingnya Penguatan Ideologi Pancasila
Jakarta: Di era disrupsi yang menantang jati diri bangsa, Pancasila tidak lagi boleh dipandang sekadar sebagai teks sejarah yang statis. Ia harus menjadi energi hidup dan fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi saat meresmikan Prasasti Pancasila di Menara 165, Jakarta Selatan.
Menara 165 yang didirikan oleh Ary Ginanjar melalui PT Grha Satu Enam Lima Tbk sejak 1 Juni 2005 itu, sejak awal dirancang sebagai pusat pengembangan karakter, kepemimpinan, dan ideologi kebangsaan.
Pancasila diposisikan bukan hanya sebagai identitas politik, melainkan sebagai kompas moral dalam kepemimpinan dan kehidupan berbangsa.
Peresmian Prasasti Pancasila ini menjadi peneguhan atas visi ESQ dalam menjadikan Pancasila sebagai fondasi pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
Yudian menekankan pentingnya penguatan ideologi ini di lingkungan birokrasi. Sinergi antara pemahaman ideologi dan praktik profesionalisme diharapkan mampu mencetak Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak hanya teknokratis, tetapi juga memiliki jiwa patriotisme yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa.
Fokus utama dalam transformasi SDM yang diusung oleh ESQ adalah bagaimana menginternalisasi setiap sila ke dalam perilaku sehari-hari.
Pancasila harus menjadi landasan bagi setiap pemimpin dan aparatur negara dalam mengambil keputusan. Sinergi ini terlihat jelas dalam kolaborasi antara ESQ dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
“Pancasila adalah nilai dasar kehidupan berbangsa. Menjaga dan menginternalisasi ideologi negara ini adalah tantangan jangka panjang yang harus dijawab dengan langkah nyata,” kata Ary Ginanjar.
Baginya, pembangunan karakter yang kokoh mustahil tercapai tanpa ada penyelarasan antara nilai-nilai agama, moralitas, dan ideologi kebangsaan yang terkandung dalam lima sila.
Upaya memperkuat ideologi ini juga diimplementasikan melalui program konkret bagi para abdi negara. Melalui ACT Consulting International, dilakukan penyelarasan antara Core Values ASN BerAKHLAK dengan Ideologi Pancasila.
Program ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai seperti ‘Keadilan Sosial’ dan ‘Persatuan’ dapat diterjemahkan ke dalam perilaku kerja yang adaptif, kompeten, dan kolaboratif.
Jakarta: Di era disrupsi yang menantang jati diri bangsa, Pancasila tidak lagi boleh dipandang sekadar sebagai teks sejarah yang statis. Ia harus menjadi energi hidup dan fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi saat meresmikan Prasasti Pancasila di Menara 165, Jakarta Selatan.
Menara 165 yang didirikan oleh Ary Ginanjar melalui PT Grha Satu Enam Lima Tbk sejak 1 Juni 2005 itu, sejak awal dirancang sebagai pusat pengembangan karakter, kepemimpinan, dan ideologi kebangsaan.Pancasila diposisikan bukan hanya sebagai identitas politik, melainkan sebagai kompas moral dalam kepemimpinan dan kehidupan berbangsa.
Peresmian Prasasti Pancasila ini menjadi peneguhan atas visi ESQ dalam menjadikan Pancasila sebagai fondasi pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
Yudian menekankan pentingnya penguatan ideologi ini di lingkungan birokrasi. Sinergi antara pemahaman ideologi dan praktik profesionalisme diharapkan mampu mencetak Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak hanya teknokratis, tetapi juga memiliki jiwa patriotisme yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa.
Fokus utama dalam transformasi SDM yang diusung oleh ESQ adalah bagaimana menginternalisasi setiap sila ke dalam perilaku sehari-hari.
Pancasila harus menjadi landasan bagi setiap pemimpin dan aparatur negara dalam mengambil keputusan. Sinergi ini terlihat jelas dalam kolaborasi antara ESQ dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
“Pancasila adalah nilai dasar kehidupan berbangsa. Menjaga dan menginternalisasi ideologi negara ini adalah tantangan jangka panjang yang harus dijawab dengan langkah nyata,” kata Ary Ginanjar.
Baginya, pembangunan karakter yang kokoh mustahil tercapai tanpa ada penyelarasan antara nilai-nilai agama, moralitas, dan ideologi kebangsaan yang terkandung dalam lima sila.
Upaya memperkuat ideologi ini juga diimplementasikan melalui program konkret bagi para abdi negara. Melalui ACT Consulting International, dilakukan penyelarasan antara Core Values ASN BerAKHLAK dengan Ideologi Pancasila.
Program ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai seperti ‘Keadilan Sosial’ dan ‘Persatuan’ dapat diterjemahkan ke dalam perilaku kerja yang adaptif, kompeten, dan kolaboratif.
Cek Berita dan Artikel yang lain diGoogle News
(FZN)
/data/photo/2025/12/20/6946718a98c60.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/18/6943cf522f170.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/6942a74b84a61.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/12/17/6941c743359bf.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)