kab/kota: Jagakarsa

  • 10
                    
                        Cerita Korban yang Berhasil Kabur dari Penyekapan di Pondok Aren
                        Megapolitan

    10 Cerita Korban yang Berhasil Kabur dari Penyekapan di Pondok Aren Megapolitan

    Cerita Korban yang Berhasil Kabur dari Penyekapan di Pondok Aren
    Tim Redaksi
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Dessi Juwita masih ingat betul dengan momen pelariannya dari sebuah rumah di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin (13/10/2025) dini hari.
    Wanita ini merupakan salah satu korban penyekapan modus jual beli mobil di Pondok Aren, Tangerang Selatan.
    Selain Dessi, suaminya Indra alias Riky, dan dua rekannya, Nurul alias Ibenk serta Ajit Abdul Majid, ikut menjadi korban penyekapan di Pondok Aren sejak Sabtu (11/10/2025) malam.
    Dessi bercerita, sebelum kabur suasana di rumah penyekapan yang biasanya mencekam mendadak sunyi. Empat orang yang menjaga Dessi terlelap dalam tidur. Melihat kesempatan, Dessi memberanikan diri untuk kabur.
    “Waktu subuh sekitar jam 04.50 WIB mendapati yang penjaga saya sudah tidur. Empat orang, satu cewek, laki-laki ada tiga, sudah terlelap. Saya mengendap-endap untuk keluar pintu rumah,” kata dia kepada wartawan, Kamis (16/10/2025).
    Beruntung, pintu kamar tempat Dessi disekap tidak terkunci. Dengan hati-hati, Dessi membuka pintu secara perlahan dan melangkah keluar.
    Namun, saat tiba di gerbang, langkahnya sempat terhenti. Pintu pagar bangunan dua lantai itu tak bisa dibuka.
    “Lalu saya pindah ke samping rumahnya yang (ada) pagar besi, saya naik dari situ, nekat, lompat sampai celana saya robek,” ucap dia.
    Begitu kakinya menjejak tanah di luar pagar, Dessi langsung berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh ke belakang.
    Napasnya terengah, kakinya gemetar, tapi tekad untuk menyelamatkan diri jauh lebih kuat dari rasa takutnya.
    Di ujung jalan, Dessi bertemu seorang pria tua yang kemudian menolongnya menggunakan sepeda motor.
    “Saya tanya, ‘Ini daerah apa, Pak?’ Katanya Taman Mangu, Pondok Aren. Dari situ saya dibantu sampai ke jalan raya,” ujar Dessi.
    Dewi Fortuna tengah berada di pihaknya. Seorang sopir taksi turut membantu Dessi bertolak dari Pondok Aren menuju wilayah Cibubur, ke rumah ibu mertuanya.
    Dari situlah pelarian Dessi menjadi pintu bagi upaya penyelamatan suaminya dan dua rekannya yang masih berada di lokasi penyekapan di Pondok Aren.
    “Saya langsung telepon adik saya lewat telepon mamah mertua saya. Terus, (juga) telepon kakak saya yang di Bandung,” ucap Dessi.
    Atas saran keluarganya, Dessi hari itu juga mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polda Metro Jaya.
    Laporan polisi (LP) itu juga langsung dilimpahkan ke Unit III Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
    “Itu langsung saya diantar ke TKP. Alhamdulillah, semua lancar, berjalan sangat cepat,” kata dia.
    Sejauh ini, polisi telah menangkap sembilan pelaku yang terdiri delapan laki-laki dan satu perempuan pada Senin (13/10/2025). Mereka adalah MAM (41), NN (52), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39).
    Dari penangkapan ini juga, Indra, Nurul alias Ibenk, dan Ajit Abdul Majid berhasil diselamatkan polisi dari lokasi penyekapan.
    Berdasarkan video yang diterima
    Kompas.com
    berdurasi tujuh menit dua detik, rekaman mulanya memperlihatkan penangkapan terhadap Nunung dan pelaku pria lainnya.
    Keduanya disergap polisi saat berada di dalam mobil di salah satu apartemen kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Polisi pun meminta mereka keluar.
    Dalam interogasi singkat, polisi meminta pelaku pria memberitahu siapa saja yang menunggu di lokasi penyekapan.
    Dua orang itu langsung diikat menggunakan kabel ties berwarna merah lalu di bawa ke tempat kejadian perkara (TKP) penyekapan di Pondok Aren.
    Rekaman video berlanjut di lokasi penyekapan di Pondok Aren. Beberapa polisi langsung memasuki sebuah kamar di lantai satu.
    Di dalam kamar tersebut, Nurul alias Ibenk ditemukan sedang tidur di atas kasur dengan selimut berwarna biru. Saat itu, korban bersama dua pria lain.
    Polisi langsung menanyakan nama mereka. Petugas juga menanyakan keberadaan Indra dan Ajit Abdul Majid yang masih disekap.
    Setelah mendapat jawaban, mereka segera berlari ke lantai atas untuk menyelamatkan korban. Polisi kemudian mengetuk pintu berwarna cokelat yang terkunci rapat. Dari balik jendela, seseorang tampak membuka tirai.
    “Ini ya, dikunci dari luar,” kata seorang petugas sebelum akhirnya mendapatkan kunci kamar tersebut.
    Usai terbuka, terdapat Indra dan Ajit Abdul Majid yang tengah ketakutan. Polisi bertanya nama mereka untuk memastikan informasi yang diterima dari Desi.
    Polisi kemudian meminta keduanya membalikkan badan di atas tempat tidur dan melepaskan baju mereka.
    Sejumlah luka dan memar bekas cambukan pun terlihat pada punggung dua korban.
    “Hei, kau diapakan?” tanya polisi.
    “Disiksa, dicambukin, pakai selang, pakai gantungan (hanger),” jawab Ajit.
    Polisi meminta kedua korban mengenakan pakaian, kemudian membawa mereka ke lantai bawah untuk selanjutnya dibawa ke Polda Metro Jaya guna pemeriksaan lebih lanjut.
    Keduanya juga diminta agar tidak meninggalkan barang-barang pribadi, seperti dompet, ponsel, dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
    “Iya, (hanya) kami berdua (di kamar lantai dua), teman saya di bawah,” ujar Ajit.
    Usai menurunkan tangga, terlihat polisi telah menangkap beberapa pelaku lainnya lalu turut membawa mereka ke Polda Metro Jaya.
    Di akhir video, tiga korban mengungkapkan apa yang mereka alami selama dua hari terakhir sejak disekap pada Sabtu (11/10/2025) malam.
    “Saya dipukul, pakai cambuk,” kata Nurul alias Ibenk.
    “Saya dipukul kepala, belakang habis (dicambuk) pakai kabel, pakai selang, dijejek, dipukul sampai patah gigi juga,” ucap Indra sambil menunjukkan gigi.
    “Saya juga sama, dipukulin, ditendang, terus pakai cambuk, pakai hanger saya. Pakai rokok disundutin. Ah pokoknya sakit,” tutur Ajit.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, peristiwa bermula saat empat korban hendak bertemu Nunung di sebuah angkringan di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Sabtu (11/10/2025) pukul 22.30 WIB.
    “Apa maksud tujuan pertemuan mereka? adalah jual beli Mobil, sebuah mobil ya tahun 2021. Kemudian korban Itu membayar DP (Down Payment) Rp 49 juta dengan cara transfer ke rekening tersangka N,” kata Ade Ary di Polda Metro Jaya, Kamis (16/10/2025).
    Saat memesan makanan, Nunung datang bersama pelaku lainnya. Mereka tiba-tiba merampas ponsel dan tas milik para korban.
    “Tersangka N dan beberapa tersangka lainnya berteriak, ‘kooperatif! kooperatif!”, sambil langsung memasukkan keempat korban ke dalam mobil,” ujar dia.
    Dalam hal ini, Ade Ary tidak menjelaskan apakah transfer tersebut dilakukan saat pertemuan atau sebelumnya. Ia juga tidak mengungkapkan alasan para pelaku tiba-tiba menculik korban.
    Saat berada di dalam mobil menuju rumah di Pondok Aren, mata para korban ditutup dengan kain hitam.
    “Setibanya di sana, dibuka tutup matanya oleh para pelaku, kemudian dimasukan ke kamar di lantai dua,” ucap dia.
    Namun, Dessi justru diperintahkan keluar. Dari luar kamar, ia mendengar rintihan suaminya yang seperti sedang dicambuk oleh para pelaku.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Metro Jaya tangkap sembilan tersangka penyekapan di Tangsel

    Polda Metro Jaya tangkap sembilan tersangka penyekapan di Tangsel

    Jakarta (ANTARA) – Polda Metro Jaya berhasil menangkap sembilan orang tersangka dalam kasus penyekapan dan penganiayaan terhadap empat orang di kawasan Tangerang Selatan, Banten.

    Kabid Humas Polda Metro Jaya, Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi menjelaskan sembilan tersangka tersebut berinisial MAM (41), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39) semuanya pria dan satu wanita berinisial NN (52).

    “Jadi korban itu sebenarnya empat, nah salah satu korban berhasil melarikan diri kemudian membuat laporan pada Senin (13/10) ke Polda Metro Jaya,” katanya.

    Ade Ary menjelaskan peristiwa tersebut berawal saat korban bersama istrinya dan dua orang rekannya itu bertemu dengan tersangka berinisial NN pada Sabtu (11/10) di sebuah tempat makan di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

    “Tujuan mereka melakukan pertemuan yaitu transaksi jual beli mobil, kemudian korban membayar uang muka senilai Rp49 juta dengan transfer ke rekening tersangka NN,” katanya.

    Kemudian saat memesan makanan, tersangka NN dan beberapa tersangka lainnya itu datang ke TKP langsung merampas handphone dan tas milik korban.

    “Ada empat orang korban tadi, dirampas sambil mereka berteriak. Namun, tersangka NN dan beberapa tersangka lainnya berteriak ‘kooperatif, kooperatif’, sambil langsung memasukkan keempat korban ke dalam mobil,” ucap Ade Ary.

    Kemudian di dalam mobil mata para korban ini ditutup dengan kain hitam. Kemudian para korban dibawa ke daerah Tangerang Selatan, dibawa ke rumah tersangka lain berinisial MA.

    “Setibanya disana penutup matanya dibuka oleh para pelaku, kemudian empat orang korban dimasukkan ke kamar di lantai 2. Salah satu korban wanita diperintahkan keluar dari kamar dan mendengar suara bahwa suaminya seperti sedang dicambuk,” kata Ade Ary.

    Namun, pada Senin (13/10) pukul 05.00 WIB, istri korban ini berhasil kabur melalui pintu depan karena penjaga sedang tertidur, sehingga istri korban ini kabur dengan menumpang motor yang melintas.

    “Istri korban pun melanjutkan perjalanan menggunakan taksi hingga menuju ke SPKT Polda Metro Jaya untuk membuat laporan,” kata Ade Ary.

    Kasus ini masih terus dilakukan pengembangan oleh Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

    Sebelumnya beredar sebuah video viral di media sosial Instagram melalui akun @wargajakarta.id yang memperlihatkan para korban sedang duduk sambil mengobati luka yang diduga bekas cambukan oleh pelaku.

    “Sejumlah orang diduga menjadi korban penyekapan dan penganiayaan oleh sekelompok pria di sebuah rumah kawasan Pondok Aren, Tangsel, pada Sabtu (11/10),” tulis akun tersebut.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mengintip Saringan Sampah Besar di TB Simatupang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Mengintip Saringan Sampah Besar di TB Simatupang Megapolitan 16 Oktober 2025

    Mengintip Saringan Sampah Besar di TB Simatupang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Di balik pagar hijau dan oranye di tepi Jalan TB Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, terdapat sebuah area yang sibuk menangani tumpukan barang bekas berukuran besar.
    Bukan sekadar tempat pembuangan, lokasi ini menjadi pusat pengelolaan sampah besar (
    bulky waste
    ) dari berbagai penjuru Jakarta.
    Tempat yang dikenal dengan nama Saringan Sampah TB Simatupang (SSTBS) ini menjadi titik penting dalam sistem baru penanganan limbah berukuran besar oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.
    Fasilitas ini mulai beroperasi penuh sejak Agustus 2023, meski telah dibangun dua tahun sebelumnya.
    Pengamatan Kompas.com, jenis sampah yang ditangani beragam, mulai dari sofa, kasur, meja, hingga lemari.
    Sebelum masuk ke proses pencacahan, setiap mobil yang datang membawa muatan wajib melewati jembatan timbang berwarna biru di pintu masuk.
    Setelah ditimbang, sampah-sampah besar itu diarahkan ke area penampungan terlebih dahulu.
    Setelah dari proses penampungan, barulah sampah-sampah tersebut dicacah dengan mesin canggih berbasis remote control asal Jerman yang digunakan untuk menghancurkan material menjadi potongan kecil.
    Dari proses ini, sebagian material diolah menjadi
    Refuse-Derived Fuel
    (RDF), yaitu bahan bakar alternatif, sedangkan sisanya dimanfaatkan sebagai kompos.
    Koordinator Pengawas SSTBS, Adhitya Oktabery mengatakan bagi warga yang ingin menggunakan layanan pembuangan
    bulky waste
    ini bisa mengakses melalui website resmi DLH DKI Jakarta di lingkunganhidup.jakarta.go.id.
    “Warga, dia harus mengisi formulir pemjemputan bulky waste. Di mana dia harus membuka website atau aplikasi dari Dinas Lingkungan Hidup. Nanti di sana, di dalam webnya itu ada layanan penjemputan bulky waste,” ujar Adhitya saat ditemui Kompas.com, Kamis (16/10/2025).
    Di sana, tersedia formulir untuk diisi dalam mengajukan penjemputan
    bulky waste
    , lengkap dengan kolom data diri, alamat, jenis barang, serta foto benda yang akan dibuang.
    “Pertanyaan-pertanyaannya baik dari nama, asalnya dari mana, jenis barang yang mau dibuangnya apa, gambar barang yang mau dibuang harus diupload juga,” kata Adhitya.
    Setelah pengajuan diverifikasi, tim Satuan Pelaksana (Satpel) dari kecamatan akan datang untuk menjemput barang.
    Semua sampah kemudian dibawa menuju fasilitas SSTBS untuk diproses lebih lanjut.
    “Nanti dari pihak Dinas Lingkungan Hidup akan mengecek, layak nggak sih barang ini untuk dijemput,” ujar dia.
    Menariknya, tak semua barang berakhir di mesin pencacah.
    Menurut Adhitya, beberapa perabot yang masih utuh dan layak pakai seperti kursi atau meja kayu kerap disisihkan untuk dimanfaatkan kembali oleh petugas.
    “Jadi ada beberapa memang contoh halnya kita misalkan melihat ada kursi atau sofa yang memang masih layak untuk digunakan oleh petugas. Ya itu terkadang kami manfaatkan,” kata dia.
    “Ataupun misalkannya ada jenis-jenis yang sekiranya bisa kita jadikan pot untuk tanaman atau apa, ya itu biasa kita manfaatkan,” sambung dia.
    Selain itu, Adhitya menegaskan, untuk memastikan operasional berjalan lancar, SSTBS menerapkan dua sistem kerja.
    Namun, kegiatan penanganan sampah berlangsung setiap hari mulai pukul 07.30 hingga 16.00 WIB.
    “Ada dua jam operasional. Yang pertama, jam operasional penanganan sampah. Yang kedua, jam operasionalnya yaitu pengolahan sampah,” ujar Adhitya.
    Ia menambahkan, seluruh layanan ini diberikan tanpa biaya. Adhitya menegaskan bahwa warga tak dipungut sepeser pun untuk proses penjemputan maupun pengolahan bulky waste.
    Ia juga mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan jalur resmi agar data pembuangan tercatat dengan baik dan mencegah praktik pungutan liar.
    “Kan kadang ada nih masyarakat yang masih, oh apaan, itu kemarin aja saya ngasih apa namanya, atau bayar gitu?,” ungkap dia.
    “Silakan aja catat nama petugasnya siapa yang minta pembayaran. Karena memang program ini benar-benar gratis,” tambah dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kronologi Penyekapan di Pondok Aren: Korban Dibawa dari Jagakarsa Usai Transfer Rp 49 Juta
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Kronologi Penyekapan di Pondok Aren: Korban Dibawa dari Jagakarsa Usai Transfer Rp 49 Juta Megapolitan 16 Oktober 2025

    Kronologi Penyekapan di Pondok Aren: Korban Dibawa dari Jagakarsa Usai Transfer Rp 49 Juta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Polda Metro Jaya mengungkapkan kronologi sementara peristiwa penyekapan dan pemerasan terhadap empat orang di sebuah rumah di Jalan Eboni 2, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
    Sebab, sejauh ini penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih memeriksa sembilan tersangka secara intensif terkait hubungan, motif tindak pidana, dan lain-lain.
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, peristiwa bermula saat sepasang suami istri bersama dua rekannya bertemu dengan salah satu tersangka berinisial NN (52) di sebuah angkringan wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Sabtu (11/10/2025) pukul 22.30 WIB.
    “Apa maksud tujuan pertemuan mereka? Adalah jual beli mobil, sebuah mobil ya tahun 2021. Kemudian korban Itu membayar DP (
    Down Payment
    ) Rp 49 juta dengan cara transfer ke rekening tersangka N,” kata Ade Ary di Polda Metro Jaya, Kamis (16/10/2025).
    Saat memesan makanan, N datang bersama pelaku lainnya. Mereka tiba-tiba merampas ponsel dan tas milik para korban.
    “Tersangka N dan beberapa tersangka lainnya berteriak, ‘kooperatif! kooperatif!”, sambil langsung memasukkan keempat korban ke dalam mobil,” tegas dia.
    Dalam hal ini, Ade Ary tidak menjelaskan apakah transfer tersebut dilakukan saat pertemuan atau sebelumnya. Ia juga tidak mengungkap alasan para pelaku tiba-tiba menyekap korban.
    Saat berada di dalam mobil menuju rumah di Pondok Aren, mata para korban ditutup dengan kain hitam.
    “Setibanya di sana, dibuka tutup matanya oleh para pelaku, kemudian dimasukan ke kamar di lantai dua,” jelas dia.
    Namun, salah satu korban yang merupakan seorang perempuan justru diperintahkan keluar. Dari luar kamar, ia mendengar rintihan suaminya yang seperti sedang dicambuk oleh para pelaku.
    “Pada jam 05.00 WIB, istri korban ini berhasil kabur melalui pintu depan karena yang menjaga mereka ini sedang tidur sehingga istri korban ini kabur dengan menumpang motor yang lewat,” ujar Ade Ary.
    Setelah itu, korban melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taksi hingga menuju SPKT Polda Metro Jaya untuk membuat laporan polisi pada Senin (13/10/2025).
    “Nah itu langsung ditindaklanjuti oleh tim, mengecek TKP, mengejar pelaku, berhasil diamankan dan berhasil menolong korban (tiga orang),” ujar Ade Ary.
    Sejauh ini, polisi telah menangkap sembilan orang yang terdiri dari delapan laki-laki dan satu perempuan.
    Mereka adalah MAM (41), NN (52), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39).
    Para tersangka dijerat dengan Pasal 333 KUHP dan/atau Pasal 368 KUHP dengan ancaman pidana 9 tahun penjara.
    Penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih memeriksa para tersangka secara intensif terkait hubungan hingga motif tindak pidana.
    Sebelumnya, media sosial dihebohkan dengan video viral yang memperlihatkan tiga pria tanpa baju duduk saling membelakangi.
    Mereka tampak mengoleskan cairan yang disebut balsem ke punggung masing-masing, sementara di tubuh mereka terdapat luka-luka.
    Unggahan akun Instagram
    @
    wargajakarta menyebutkan, peristiwa itu berawal dari sepasang suami istri (pasutri) yang berniat membeli mobil di wilayah Pondok Aren.
    Sang suami mengajak dua rekannya untuk menemani transaksi.
    Namun, bukannya bertemu penjual, mereka justru dibawa ke sebuah rumah dan disekap oleh sekelompok pria.

    Di lokasi itu, tiga pria korban mengalami penganiayaan, sementara sang istri berhasil melarikan diri setelah dua hari disekap oleh para pelaku,”
    tulis akun tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Peran 9 Orang yang Ditangkap Terkait Kasus Penyekapan di Pondok Aren
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Oktober 2025

    Peran 9 Orang yang Ditangkap Terkait Kasus Penyekapan di Pondok Aren Megapolitan 16 Oktober 2025

    Peran 9 Orang yang Ditangkap Terkait Kasus Penyekapan di Pondok Aren
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya menangkap sembilan orang terkait kasus penyekapan dan pemerasan dengan modus jual beli mobil di Pondok Aren, Tangerang Selatan.
    Mereka adalah MAM (41), NN (52), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39).
    Kabid Humas Polda Metro Jaya Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi menjelaskan, MAM berperan sebagai koordinator lapangan, perencana, eksekutor, penyedia mobil, dan memeras korban.
    “Saudari NN itu perannya sebagai koordinator lapangan, kemudian memancing agar korban mau ikut, kemudian memeras korban,” ujar Ade Ary saat ditemui di Polda Metro Jaya, Kamis (16/10/2025).
    Ketiga, VS memerintahkan salah satu tersangka untuk merekam kejadian tersebut, yang videonya kini viral di berbagai akun media sosial. Selain itu, VS juga bertugas menjaga korban agar tidak melarikan diri serta menyediakan rumah sebagai tempat penyekapan.
    “Kemudian tersangka yang keempat adalah HJE, 25 tahun. Perannya itu ikut menyiksa korban. Kelima, tersangka S, 35 tahun, sebagai eksekutor, menyiksa korban dan juga menyediakan rumah,” ungkap Ade Ary
    Keenam, APN sebagai tersangka yang merekam video dan turut membawa empat korban dari wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
    Ketujuh, Z berperan menyiksa korban. Sementara, I sebagai eksekutor, koordinator lapangan, menyediakan mobil, dan juga menyiksa korban.
    “Kemudian yang kesembilan, saudara MA ini usianya 39 tahun. Perannya menyediakan rumah,” kata dia.
    Sejauh ini penyidik Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya masih memeriksa para tersangka secara intensif terkait hubungan hingga motif tindak pidana.
    Para tersangka dijerat dengan Pasal 333 KUHP dan/atau Pasal 368 KUHP dengan ancaman pidana 9 tahun penjara.
    Sebelumnya, media sosial dihebohkan dengan video viral yang memperlihatkan tiga pria tanpa baju duduk saling membelakangi.
    Mereka tampak mengoleskan cairan yang disebut balsem ke punggung masing-masing, sementara di tubuh mereka terdapat luka-luka.
    Unggahan akun Instagram @wargajakarta menyebutkan, peristiwa itu berawal dari sepasang suami istri (pasutri) yang berniat membeli mobil di wilayah Pondok Aren.
    Sang suami mengajak dua rekannya untuk menemani transaksi.
    Namun, bukannya bertemu penjual, mereka justru dibawa ke sebuah rumah dan disekap oleh sekelompok pria.
    “Di lokasi itu, tiga pria korban mengalami penganiayaan, sementara sang istri berhasil melarikan diri setelah dua hari disekap oleh para pelaku,” tulis akun tersebut.
    Adapun kronologi yang beredar di media sosial tersebut belum merupakan versi resmi dari kepolisian.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Viral Maling HP Nyebur ke Kali Keruh di Jaksel Cari Barbuk yang Dibuang

    Viral Maling HP Nyebur ke Kali Keruh di Jaksel Cari Barbuk yang Dibuang

    Jakarta

    Viral di media sosial (medsos) diduga maling HP nyebur ke kali keruh di Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel). Pelaku disuruh mencari HP yang dia curi setelah dibuang ke kali.

    Kapolsek Jagakarsa Kompol Nurma Dewi menjelaskan peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (11/10) pukul 20.00 WIB. Lokasi kejadian berada di Jalan Kahfi II, Jagakarsa, Jaksel.

    “Itu ada seorang yang di dalam kali, bukan tercebur, tapi mencari barang bukti yang diduga melakukan hal kriminal,” kata Nurma saat dimintai konfirmasi wartawan, Selasa (14/10/2025).

    Pelaku ketahuan mencuri HP kemudian membuang barang buktinya ke kali. Setelah aksinya ketahuan warga, pelaku kemudian diminta mencari HP yang dibuang ke kali. Polisi yang berada di lokasi melakukan pengawalan saat pelaku mencari barang bukti hasil curiannya.

    “Untuk yang di dalam kali itu dikawal oleh polisi yang berbaju preman. BB tersebut diduga dibuang oleh yang diduga melakukan di dalam kali di depan pom bensin,” lanjut dia.

    “Kalau itu berkoordinasi dengan Polres Depok tentunya. Untuk sementara ini nanti kita koordinasi dengan Polres Depok ya,” jelasnya.

    Setelah pencarian barang bukti selesai, pelaku langsung diamankan Polisi untuk menghindari amukan massa.

    (idn/idn)

  • Menikmati Wajah Baru Ragunan di Bawah Cahaya Malam
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Oktober 2025

    Menikmati Wajah Baru Ragunan di Bawah Cahaya Malam Megapolitan 12 Oktober 2025

    Menikmati Wajah Baru Ragunan di Bawah Cahaya Malam
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Taman Margasatwa Ragunan (TMR) resmi membuka jam operasional malam perdananya melalui program “Night at The Ragunan Zoo”, Sabtu (11/10/2025).
    Antusiasme pengunjung sudah terlihat bahkan sebelum gerbang dibuka.
    Beragam kelompok usia tampak penasaran ingin merasakan pengalaman baru menjelajahi kebun binatang di malam hari — sebuah program yang digagas Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.
    Dalam pembukaan perdana ini, hanya beberapa satwa yang ditampilkan kepada pengunjung.
    Di antaranya mamalia kecil, harimau Sumatera, kuda nil, serta sejumlah reptil yang diberikan makan dalam atraksi
    feeding time
    oleh para zookeeper.
    Untuk menyaksikan atraksi tersebut, sebagian pengunjung menyewa
    buggy car
    untuk berkeliling menembus jalanan Ragunan yang masih minim pencahayaan.
    Di kawasan mamalia kecil, petugas memperkenalkan dua ekor binturong bernama Fitri dan Ranti.
    “Ini mereka (binturong) tidak akan terganggu dengan cahaya lampu karena nokturnal, ini termasuk kelompok musang,” ujar seorang
    zookeeper
    .
    Aktivitas satwa nokturnal di bawah langit malam menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung.
    Meski antusias, sejumlah pengunjung mengeluhkan minimnya penerangan di beberapa titik kawasan Ragunan.
    Menurut Mia (32), pengunjung asal Jagakarsa, area berkumpul pengunjung masih cukup gelap meskipun sudah ada tambahan lampu.
    “Tadi cahaya ada dari yang lampu jalan sama yang di area pejalan kaki, sisanya tuh dari
    booth
    yang jual makanan. Jadi masih terlalu gelap sih,” ujar Mia kepada
    Kompas.com.
    Ia berharap pencahayaan dapat ditambah agar aktivitas pengunjung di malam hari lebih nyaman.
    “Di sini kan luas, jadi biar enggak rabun melihat ke jarak yang jauh,” katanya.
    Hal serupa disampaikan Kiki (27), pengunjung asal Jatipadang yang rutin berolahraga di Ragunan. Ia menilai penerangan yang ada hanya sekitar 10 persen dari ekspektasinya.
    “Pas ditutup juga sedikit kecewa sih, pencahayaannya kurang banget. Tadi merasa masih gelap, hampir ketabrak anak-anak juga,” ungkap Kiki.
    Kiki juga menyayangkan ditutupnya
    jogging track
    selama wisata malam berlangsung, sehingga pelari harus berbagi jalur dengan pejalan kaki.
    “Sekarang kan terbatas (rute larinya). Disayangin banget sih, ya. Soalnya
    track
    larinya itu kan benar-benar enak buat lari,” ujarnya.
    Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Fajar Sauri, menjelaskan bahwa penerangan memang sengaja dibatasi demi menjaga kenyamanan satwa yang beristirahat di malam hari.
    “Memang ada beberapa area yang tidak boleh diterangkan karena menyangkut lingkungan area satwa yang tidak aktif di malam hari. Kami takut mengganggu,” jelas Fajar di lokasi.
    Humas Taman Margasatwa Ragunan, Wahyudi Bambang, mengatakan evaluasi tersebut akan menjadi prioritas dalam pelaksanaan berikutnya karena pencahayaan menjadi faktor penting untuk kenyamanan pengunjung sekaligus kesejahteraan satwa.
    “Sudah pasti (kami evaluasi), dari beberapa kali kami lakukan simulasi, penerangan pun jadi satu hal prioritas ya,” ujar Bambang.
    Menurut Bambang, penambahan cahaya hanya dimungkinkan di area publik seperti lapangan, taman, dan area piknik.
    Namun, pengaturan penerangan tetap harus memperhatikan kenyamanan satwa, terutama agar tidak terlalu banyak menerima paparan cahaya yang dapat mengganggu aktivitas mereka.
    Ia menuturkan, intensitas cahaya di sekitar area pengunjung saat ini sudah diukur dan berada dalam batas aman bagi satwa di kandang terdekat.
    Fajar menambahkan, pelaksanaan perdana Night at The Ragunan Zoo akan menjadi bahan evaluasi bagi Pemprov DKI.
    Salah satunya terkait ketersediaan
    buggy ca
    r yang jumlahnya masih terbatas dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang mencapai 3.635 orang.
    “Memang
    buggy car
    -nya itu terbatas, karena untuk melihat satwa harus pakai buggy car. Kalau kita jalan kaki terlalu jauh,” kata Fajar.
    Selain fasilitas, Pemprov juga akan mengevaluasi perilaku satwa yang terlibat dalam atraksi malam hari. Para
    zookeeper
    diminta melaporkan kondisi satwa pasca acara untuk memastikan kesejahteraannya.
    “Apakah satwa itu stres atau tidak? Itu akan kami evaluasi. Atau secara perilaku, perilakunya berubah atau tidak (itu harus kami lihat lagi),” ujar Fajar.
    Menurut dia, pemerintah akan melakukan inventarisasi ulang terhadap jenis satwa yang benar-benar aktif di malam hari dan aman dikunjungi.
    “Evaluasi dalam waktu cepat setelah malam ini. Besok kami data, kami evaluasi, dan ke depan kami akan buka lagi,” kata Fajar.
    Program Night at The Ragunan Zoo dijadwalkan kembali dibuka pada Sabtu (18/10/2025) dengan jam operasional pukul 18.00–22.00 WIB.
    (Penulis: Dinda Aulia Ramadhanty)

    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Warga: Kami Enggak Pernah Tanam
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Oktober 2025

    Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Warga: Kami Enggak Pernah Tanam Megapolitan 5 Oktober 2025

    Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Warga: Kami Enggak Pernah Tanam
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Pasangan suami istri, Asmat (60 tahun) dan Marsiah (55) mengaku tidak pernah menanam bunga bangkai jenis Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) yang tumbuh di rumahnya di Jalan Srengseng Sawah, RT 003 RW 009, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
    Asmat menyebutkan, bunga tersebut tumbuh secara alami dan kini sedang mekar sehingga menyedot perhatian warganet.
    “Kita enggak pernah nanam. Tanah di sini bekas kebun ayah, dari dulu subur. Waktu pandemi banyak tanaman lain juga, kayak cabai, jambu, sama alpukat,” ujar Asmat saat ditemui
    Kompas.com
    , Minggu (5/10/2025).
    Bunga suweg di rumah Asmat dan Marsiah itu tumbuh hingga tingginya sekitar 60 sentimeter.
    Bamun, bunga itu kini mulai layu, bagian kelopaknya mengering dan tidak lagi berbau menyengat seperti saat mekar pada Jumat (3/10/2025).
    Asmat bercerita, ini bukan kali pertama bunga tersebut muncul dan mekar di rumahnnya.
    Bunga serupa pernah tumbuh di halaman yang sama pada tahun 2012, meski saat itu tidak mekar sempurna.
    “Dulu pernah juga tumbuh, tapi kehalang tembok jadi cuma setengah mekar. Kalau yang kemarin bagus banget, mekar penuh,” ujar dia.
    Marsiah menambahkan, bunga muncul begitu saja dari tanah yang memang tidak pernah dibangun sejak dulu.
    “Awalnya kami enggak tahu itu bunga apa. Bentuknya kayak merdung, belum jelas bunga. Baru pas kuncupnya muncul tiga mingguan kemudian, kelihatan besar. Saya cari di Google, ternyata namanya bunga suweg, bukan Rafflesia,” kata Marsiah.
    Marsiah juga menjelaskan bunga tersebut mengeluarkan aroma menyengat pada sore hari sebelum mekar sempurna.
    “Baunya kuat banget, dari sore sampai pagi. Tapi cuma sehari aja, habis itu hilang sendiri,” ujar dia.
    Fenomena ini sempat menarik perhatian warga sekitar, bahkan tidak sedikit yang datang ke rumah Asmat dan Marsiah untuk melihat langsung bunga tersebut.
    “Saya cuma kirim fotonya ke grup warga, enggak niat buat viral. Tapi banyak yang datang mau lihat bunga bangkai,” ujar Marsiah.
    Bunga bangkai suweg termasuk spesies dari genus Amorphophallus, satu keluarga dengan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum).
    Tanaman ini kerap tumbuh liar di lahan subur atau kebun yang jarang digarap.
    Mekarnya ditandai dengan munculnya spadix (tongkol) berwarna gelap dan aroma busuk untuk menarik serangga penyerbuk.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Warga: Kami Enggak Pernah Tanam
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Oktober 2025

    Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Sempat Keluarkan Bau Tak Sedap Megapolitan 5 Oktober 2025

    Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Sempat Keluarkan Bau Tak Sedap
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Bunga bangkai jenis suweg (Amorphophallus paeoniifolius) mekar di halaman belakang rumah pasangan suami-istri Asmat (60) dan Marsiah (55) di Jalan Srengseng Sawah No. 62 RT 03 RW 09, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
    Pantauan
    Kompas.com
    pada Minggu (5/10/2025), bunga yang sempat menarik perhatian warga itu kini sudah tak lagi berair, bagian kelopak mulai mengering, dan tidak lagi mengeluarkan bau menyengat.
    “Awalnya kami enggak tahu itu bunga apa. Bentuknya dulu kayak merdung, belum jelas bunga. Baru pas kuncupnya muncul dua mingguan kemudian, kelihatan besar,” kata Marsiah saat ditemui
    Kompas.com
    di rumahnya, Minggu.
    Bunga yang tumbuh di rumah Asmat dan Marsiah menjadi perhatian warganet setelah akun
    Instagram
    @jagakarsa_update mengunggah momen saat bunga tersebut mekar sempurna pada Jumat (3/10/2025) sekitar pukul 18.30 WIB.
    Unggahan itu memperlihatkan bunga dengan tinggi sekitar 60 sentimeter yang tumbuh dan langsung menyebarkan aroma khas menyengat.
    Marsiah sempat mencari tahu melalui internet dan menemukan bahwa bunga tersebut adalah jenis suweg, bukan Rafflesia arnoldii seperti yang banyak dikira warganet.
    “Katanya, untuk bisa mekar umbinya harus berat dan usianya puluhan tahun. Jadi wajar kalau sekarang baru tumbuh lagi, karena tanahnya memang dari dulu subur dan belum pernah digali,” ujar dia.
    Marsiah mengatakan, bunga serupa pernah tumbuh di lokasi yang berjarak tiga meter pada tahun 2012, namun tidak mekar sempurna.
    “Dulu kehalang tembok, jadi cuma setengah mekar. Kalau sekarang bagus banget, warnanya merah jingga. Tingginya kira-kira 60 sentimeter,” kata dia.
    Mekarnya bunga tersebut sempat mengundang perhatian warga sekitar.
    Beberapa di antaranya bahkan datang dari luar daerah setelah unggahan soal bunga itu beredar di media sosial.
    “Saya cuma kirim fotonya ke grup warga, enggak niat buat viral. Tapi ternyata banyak yang datang, katanya mau lihat bunga bangkai,” ujar Marsiah sambil tersenyum.
    Menurut Asmat, bunga suweg di halaman rumahnya itu tumbuh alami tanpa ditanam secara sengaja.
    “Kita enggak pernah nanam. Tanah di sini bekas kebun, dari dulu subur. Waktu pandemi banyak tanaman lain juga, kayak cabai, jambu, sama alpukat,” ujar dia.
    Asmat mengaku sempat mencium bau menyengat sejak sore sebelum bunga itu mekar.
    “Baunya kuat banget, dari sore sampai pagi. Tapi cuma sehari saja, setelah itu hilang sendiri,” katanya.
    Asmat menambahkan, di sekitar lokasi tumbuhnya bunga itu masih ada banyak batang suweg lain yang belum mekar.
    “Yang jadi daun saja ada puluhan. Mungkin nanti ada lagi yang mekar di tempat lain,” kata Asmat.
    “Cuma kan untuk jadi bunga atau mekar itu pasti enggak semuanya. Rata-rata jadi pohon atau daun yang nanti isinya umbian,” ujar dia.
    Marsiah dan Asmat juga memperlihatkan bahwa jika bibit bunga tersebut tidak tumbuh jadi bunga, akan menjadi batang daun biasa.
    “Kebanyakan enggak tumbuh jadi bunga, tapi ini ada yang jadi daun, kita biarkan bisa tinggi banget sampai 3 meter,” tutur Asmat sambil menunjuk batang daun.
    Dari hasil pengamatan, bunga yang tumbuh di rumah Asmat dan Marsiah tergolong dalam genus Amorphophallus, famili talas-talasan (Araceae).
    Jenis ini dikenal dengan nama Suweg (Amorphophallus paeoniifolius), kerabat dekat bunga bangkai raksasa Amorphophallus titanum yang menjadi ikon Kebun Raya Bogor.
    Bunga Suweg memiliki struktur khas berupa spadix (tongkol bunga) yang menjulang di tengah dan spathe (seludang) berwarna gelap, sering kali merah hati atau ungu kecokelatan di bagian luar, dengan bagian dalam kekuningan.
    Meski baunya menyengat seperti bangkai, ukuran Suweg relatif lebih kecil, umumnya setinggi 30–70 sentimeter.
    Bunga ini dikenal langka karena memiliki siklus hidup panjang dan hanya mekar sekali dalam beberapa tahun.
    Di sejumlah daerah di Indonesia, kemunculan bunga suweg sering dikaitkan dengan pertanda datangnya musim hujan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kelakuan 6 Pria Minta Uang Kebersihan di Lenteng Agung
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Oktober 2025

    Kelakuan 6 Pria Minta Uang Kebersihan di Lenteng Agung Megapolitan 5 Oktober 2025

    Kelakuan 6 Pria Minta Uang Kebersihan di Lenteng Agung
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sebanyak enam pria tertangkap basah meminta uang kepada warga dengan berpura-pura menjadi petugas kebersihan di kawasan RW 08, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).
    Aksi keenam pria itu sempat direkam warga dan diunggah ke akun Instagram @lentengagungterkini hingga akhirnya viral.
    Mereka mendatangi rumah-rumah warga, menyapu halaman, dan meminta uang dengan alasan “uang kebersihan”.
    Berdasarkan video yang beredar, terlihat seorang pria tengah mendatangi salah satu rumah warga.
    Saat ditanya asalnya, ia menjawab dengan santai bahwa dirinya sedang meminta sumbangan.
    “Ih viral gue ini mah. Minta uang ini, sumbangan,” jawab pria tersebut sambil menatap kamera.
    Perekam video kemudian menanyai asal organisasi dan izin mereka. “Bapak dari mana? Udah bilang ke pengurus RW belum?” tanya perekam.
    Pria itu lantas menyebut nama organisasi “Rempah” dan mengaku belum melapor.
    “Rempah. Belum bilang,” jawabnya.
    Dalam video lain, pria itu tampak memanggil rekannya yang lain agar ikut direkam.
    “Tuh, viral enggak nih? Sini, Yan, masuk TikTok, dah,” katanya sambil tertawa.
    Namun, ketika kamera beralih ke pria lain, salah satu di antaranya menolak direkam.
    “Saya enggak mau direkam. Privasi saja ini mah, privasi,” ujarnya.
    Aksi mereka pun mengundang perhatian warga setempat hingga akhirnya enam pria tersebut diamankan.
    Menurut Ketua RT 08 RW 08 Lenteng Agung, Dede, keenam pria itu mendatangi rumah-rumah warga dengan berpura-pura memungut sampah dan menyapu halaman. Mereka bahkan menggunakan sapu milik warga.
    “Enggak bawa sapu, ngambil saja yang ada, sambil bawa karung,” kata Dede.
    Setelah berpura-pura bekerja, mereka mengetuk pintu dan meminta uang dengan alasan “uang kebersihan”.
    “Dia masuk rumah, ketok-ketok pintu, ‘Pak, saya petugas kebersihan. Tuh saya sudah bersih-bersih. Kasih saja pak, seikhlasnya.’ Nanti kalau enggak dikasih diulang terus saja sampai diusir,” jelas Dede.
    Dede, mengatakan keenam pria itu sebelumnya sudah menyisir tujuh RT di kawasan RW 08.
    Mereka baru berhenti setelah warga mengepung mereka di jalan buntu di perbatasan RW 08 dan RW 09.
    “Jadi dia jalan tuh ada tujuh RT mungkin, terus dia kan enggak tahu kalau ini jalan buntu. Jadi dia jalan terus sampai akhirnya dikepung warga,” ujar Dede kepada Kompas.com, Jumat (3/10/2025).
    Menurut Dede, para pria itu tampak linglung dan pasrah saat diamankan. Mereka diduga sedang dalam pengaruh obat-obatan.
    “Kayaknya sih memang mabuk dia. Enggak kecium bau alkohol, soalnya kayaknya mabuknya obat tuh dia,” ujar Dede.
    Setelah diamankan warga, Ketua RW 09, Karsim, menghubungi Babinsa dan Satpol PP setempat.
    “Saya enggak tahu kejadiannya gimana, tapi karena sudah masuk wilayah saya, kemaren saya yang telfon Babinsa-nya,” kata Karsim.
    Dede memastikan bahwa enam pria tersebut bukan warga Lenteng Agung. Saat diperiksa, KTP mereka menunjukkan alamat berbeda-beda.
    “Mereka itu kan bukan warga sini. Waktu dicek KTP-nya itu dari Jakarta Barat,” kata Dede.
    Beberapa di antaranya tercatat sebagai warga Tambora, satu dari Kalideres, satu dari Gambir, dan satu dari Banyumas, Jawa Tengah.
    Dede menduga karena bukan warga sekitar, mereka tidak mengetahui wilayah Lenteng Agung dengan baik. Bahkan, salah satu dari mereka sudah pernah tertangkap sebelumnya oleh Babinsa yang sama.
    “Mungkin ya namanya dia bukan orang sini ya. Sehingga dia enggak tahu ini ternyata masih satu kelurahan,” ujar Dede.
    Personel Babinsa yang menangkap mereka disebut sempat marah karena pelaku pernah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
    “Jadi dia itu sudah dua kali rupanya tuh ketangkepnya sama si Babinsa itu. Makanya Pak Babinsa itu marah banget,” ungkap Dede.
    Dari aksi itu, mereka mengumpulkan uang sekitar Rp152.000. Rata-rata warga memberikan Rp5.000.
    “Rata-rata ngasihnya Rp5.000,” kata Dede.
    Ketua RW 09, Karsim berharap para pelaku tak langsung dijatuhi hukuman penjara, melainkan dibina agar tidak mengulangi perbuatannya.
    “Nanti yang ada kalau sudah bebas, diulangi lagi. Makanya bagusnya diberi pelatihan, biar skill-nya terasah,” ujar Karsim.
    Senada, Dede menilai pembinaan dan pelatihan akan lebih efektif dibanding hukuman.
    “Memang dia pelaku. Tapi kalau dibantu, ada yang ajak mengembangkan diri dia mungkin mau. Nah itu tanggung jawab negara,” kata Dede.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.