Dari Pemulung karena Tekanan Hidup, Lilis Kini Memimpin Koperasi yang Topang Ribuan Orang
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Perjalanan hidup
Listiarsih
(55), atau yang akrab disapa Lilis, menunjukkan pekerjaan pemulung yang kerap dipandang sebelah mata justru dapat menjadi penopang ekonomi bagi ribuan orang.
Dari keterdesakan hidup, ia kini memimpin
Koperasi Pemulung Berdaya
Tangerang Selatan (Tangsel) di Jalan Cipeucang Raya, Kademangan, Setu, yang menjadi tumpuan bagi pemulung dan bandar kecil di wilayah Jabodetabek.
Lilis menuturkan, perjalanan dimulai pada 2010. Saat itu, suaminya meninggal dan ia harus menghidupi tiga anaknya yang masih kecil.
“Kalau kerja pabrik sudah enggak bisa, jadi pembantu juga enggak cukup. Mulung itu yang paling fleksibel, pagi bisa urus anak dulu,” kata Lilis kepada
Kompas.com.
Berbekal kebutuhan dan keberanian, ia mulai mengumpulkan plastik dan barang bekas dari pasar hingga kawasan wisata.
Pendapatan awalnya sangat kecil, hanya Rp 3.500 per kilogram botol PET. Ia mengaku sempat merasa rendah diri karena profesi pemulung dianggap sebagai pekerjaan rendahan, termasuk oleh keluarga almarhum suaminya.
“Dibanding-bandingin sama keluarga suami tapi saya mikirnya yang penting kerja halal dan anak-anak cukup,” ucapnya.
Lilis menjalani pekerjaan itu perlahan hingga akhirnya beberapa pemulung ingin ikut bekerja bersamanya. Selama setengah tahun memulung sendiri, ia kemudian membuka lapak kecil dan mulai mengelola enam anak buah.
“Ada teman bilang ‘aku mau ikut’, terus ada anak buah adik saya juga diserahin. Ya sudah, mulailah bandar kecil,” jelas dia.
Titik baliknya terjadi pada 2013 ketika ia dan para bandar lain diajak membentuk koperasi oleh pengelola penampungan plastik PET di Maruga. Meski mengaku tak memahami dunia koperasi, Lilis akhirnya bersedia menjadi ketua.
“Semua enggak mau jadi ketua. Ya sudah lah, enggak apa-apa saya. Padahal saya enggak tahu apa-apa juga,” katanya.
Di bawah kepemimpinannya, Koperasi Pemulung Berdaya berkembang menjadi wadah yang menaungi ribuan pemulung di Jabodetabek.
Koperasi ini memiliki lahan operasional seluas 1.800 meter persegi, mempekerjakan pekerja produktif, serta memberdayakan pemulung lansia sebagai pekerja lepas untuk tugas-tugas ringan.
“Kami juga memberdayakan yang sudah usia lanjut, tapi freelance. Kalau enggak kita kasih kerjaan, pendapatannya enggak ada. Tapi enggak bisa diporsir juga, kasihan. Jadi dikasih kerjaan yang ringan saja,” ujar Lilis.
Kini, kondisi berbalik. Selain menghidupi keluarganya, koperasi yang dipimpinnya menjadi penopang ekonomi bagi banyak pemulung dan bandar kecil di wilayah tersebut.
“Sekarang semua sampah itu ada nilainya. Kalau pemulung rajin, pasti cukup. Bahkan keresek pun laku sekarang,” kata dia.
Dengan perjalanan yang dimulai dari memulung seorang diri hingga memimpin koperasi besar, Lilis menegaskan pemulung bukan pekerjaan rendahan, melainkan bagian penting dari rantai
ekonomi sirkular
yang menghidupi banyak orang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Jabodetabek
-
/data/photo/2025/11/24/6923c0e71a224.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dari Pemulung karena Tekanan Hidup, Lilis Kini Memimpin Koperasi yang Topang Ribuan Orang Megapolitan 24 November 2025
-
/data/photo/2025/11/22/69212239a2a1e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Koperasi Pemulung Berdaya di Tangsel Jadi Penopang Hidup 4.000 Pemulung Jabodetabek Megapolitan 24 November 2025
Koperasi Pemulung Berdaya di Tangsel Jadi Penopang Hidup 4.000 Pemulung Jabodetabek
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Koperasi Pemulung Berdaya di Cipeucang, Tangerang Selatan, menjadi tumpuan ekonomi bagi sekitar 4.000 pemulung yang tersebar di wilayah Jabodetabek hingga Pulau Seribu.
Koperasi ini menghimpun botol plastik PET dari ratusan lapak pemulung dan mengolahnya menjadi cacahan plastik yang kemudian dikirim ke pabrik daur ulang di kawasan Tangerang.
Sekretaris
Koperasi Pemulung Berdaya
, Julaeha (35), menjelaskan bahwa koperasi tersebut telah beroperasi sejak 2013 setelah sebelumnya berdiri sebagai unit daur ulang dari program CSR pada 2010.
“Awalnya ini cuma unit daur ulang, namanya RBU. Baru tahun 2013 resmi jadi koperasi,” ujar Julaeha saat ditemui
Kompas.com
di lokasi.
Julaeha menjelaskan, koperasi ini bekerja sama dengan 300 hingga 400 lapak pemulung meski anggota resminya hanya 53 orang. Setiap lapak rata-rata menaungi sekitar 10 pemulung.
“Kalau dijumlahkan, sekitar 4.000 pemulung yang hidupnya tersambung ke koperasi ini,” kata Julaeha.
Para pemulung menjual botol plastik PET hasil temuan harian mereka ke lapak, kemudian memasoknya ke koperasi.
Namun, botol-botol PET itu tidak selalu langsung dijual setiap hari. Kadang mereka mengumpulkannya terlebih dahulu hingga mencapai 10 kilogram sebelum disetorkan ke lapak. Harga jualnya saat ini berada di kisaran Rp 5.000 per kilogram.
“Pemulung yang jalan kaki biasanya dapat 1 sampai 3 kilo per hari. Yang pakai gerobak bisa sampai 10 kilo sekali setor,” ujar dia.
Setelah dibeli dari pemulung, lapak kemudian menjual botol-botol tersebut ke koperasi dengan harga yang sama.
Cara itu dilakukan dari tahun ke tahun hingga kapasitas produksi koperasi terus meningkat.
Dari yang hanya 5 ton per bulan saat awal berdiri, kapasitasnya kini mencapai 150 ton plastik PET per bulan.
“Sehari kita bisa giling 5 sampai 6 ton menjadi cacahan plastik. Kemudian hasil cacahannya pabrik biji plastik di Tangerang. Dikirim dua hari sekali,” jelas dia.
Menurut Julaeha, keberadaan Koperasi Pemulung Berdaya memberikan dampak ekonomi besar bagi pemulung. Sebab, banyak pemulung maupun pekerja harian yang terlibat langsung dalam produksi.
Bahkan, dari pekerjaan itu, banyak pemulung yang mampu menyekolahkan anak mereka hingga menjadi sarjana.
“Ada juga yang bisa bangun kontrakan atau beli sawah,” kata dia.
Namun belakangan, kata Julaeha, koperasi juga menghadapi tantangan, salah satunya menurunnya omzet yang sebelumnya sempat mencapai Rp 1,2 miliar dan kini turun hingga ratusan juta rupiah.
Penyebabnya antara lain tingginya biaya operasional, perawatan mesin, serta fluktuasi harga plastik di pasaran.
“Sebenernya untuk omzet sih kalau pas lagi banyak barang ya, kita bisa Rp 1,2 miliaran, tapi kalau lagi sepi ya paling berapa gitu, enggak sampai segitu,” kata dia.
Julaeha juga menjelaskan bahwa omzet Rp 1,2 miliar itu merupakan pendapatan kotor yang masih harus dibagi untuk berbagai kebutuhan operasional koperasi, yakni gaji karyawan, biaya listrik, perawatan mesin, hingga logistik.
“Jadi belum tentu juga untung. Usaha daur ulang itu kompleks,” imbuh dia.
Untuk membantu perekonomian para pemulung, pihaknya berencana memperluas jenis sampah yang dikelola koperasi.
“Tahun depan insyaallah kita mau ambil karton, HDPE, dan multilayer,” kata dia.
Ia pun berharap keberadaan koperasi dapat membantu lebih banyak pemulung keluar dari ketidakpastian ekonomi.
“Sampah itu bukan tidak berguna. Kalau dipilah benar, nilainya bisa besar,” ucap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Perusahaan Merger Gojek-GRAB Diramal Kuasai 90% Pasar, Tarif Ojol Melambung?
Bisnis.com, JAKARTA — Rumor merger antara Gojek dan Grab Indonesia menjadi sorotan sepekan terakhir. Gabungan kedua perusahaan dikhawatirkan membuat tarif transportasi online melambung karena pangsa pasar yang dimiliki sangat besar.
Pada Juni 2025, dikabarkan tarif Gojek di Jabodetabek atau zona II sebesar Rp2.500-Rp3.400 per kilometer/KM. Tarif minimumnya sekitar Rp14.040-Rp15.525.
Sementara GrabBike biaya per kilometer sekitar Rp2.700-Rp3.500. Biaya minimum sama yaitu Rp14.040-Rp15.525 untuk jarak 5 kilometer pertama.
Tarif berbeda untuk zona I yang meliputi Sumatra, Jawa (diluar Jabodetabek) serta Bali, dan zona III yang meliputi Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Untuk zona I saat ini tarif berkisar Rp1.850-Rp2.300 per kilometer. Sementara itu zona III berkisar Rp2.100-Rp2.600 per kilometer.
Ketua Umum Idiec Tesar Sandikapura mengatakan apabila kedua perusahaan bergabung, mereka akan menguasai pangsa pasar hingga 90%. Sementara 10% sisanya dikuasai Maxim dan lain sebagainya.
Penguasaan pasar yang besar ini dikhawatirkan membuat perusahaan tersebut semena-mena dalam menerapkan tarif ke pengguna.
“Artinya tidak ada lagi kompetitor yang kuat melawan mereka,” kata Tesar kepada Bisnis, dikutip Sabtu (22/11/2025).
Oleh sebab itu, Tesar mengatakan regulator dalam hal ini pemerintah perlu mengatur persoalan tersebut, terutama terkait fee layanan serta skema bagi hasil kepada merchant maupun driver.
Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga mengomentari rencana merger antara Grab dan GOTO, yang dinilai berpotensi menciptakan monopoli karena kedua perusahaan menguasai sekitar 90% pangsa pasar transportasi daring. Kepala Biro Humas dan Kerja Sama KPPU Deswin Nur menjelaskan secara konsentrasi pasar, kepemilikan pangsa di atas 50% sudah dapat dikategorikan sebagai monopoli.
“Monopoli saja tentunya enggak dilarang. Sama seperti sektor-sektor yang dimonopoli lainnya,” kata Deswin kepada Bisnis pada Selasa (11/11/2025).
Karena itu, Deswin menegaskan rencana merger Grab dan GOTO tidak serta-merta dapat dipandang sebagai indikasi pelanggaran. Dia menekankan yang dapat dianggap melanggar adalah perilaku atau praktik yang dilakukan oleh pelaku usaha ketika berada dalam posisi monopoli. Meski begitu, pihaknya tetap memantau perkembangan isu tersebut, terlebih KPPU tahun ini juga sedang mengkaji sektor platform transportasi daring.
“Bisa jadi faktor yang diperhatikan di kajian kami,” ujarnya.
Deswin mengatakan KPPU belum memperoleh informasi resmi mengenai rencana merger tersebut sehingga statusnya masih dianggap sebagai wacana. Namun, dia menjelaskan jika penggabungan dilakukan melalui skema merger atau akuisisi, kedua perusahaan wajib melaporkan transaksi ke KPPU setelah transaksi efektif. Melalui penilaian atas laporan atau notifikasi itu, KPPU dapat menentukan apakah ada potensi pelanggaran dan di titik mana pelanggaran tersebut mungkin terjadi.
“Nanti bisa dikeluarkan syarat-syarat atau remedial yang harus dilaksanakan oleh pihak, yang diawasi pelaksanaannya,” katanya.
Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) mensyaratkan beberapa hal sebelum merger PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan Grab terjadi. Salah satunya, harus sepenuhnya dikuasai oleh negara, yakni BPI Danantara.
Driver ojol menunggu penumpang
Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) Lily Pujiati mengungkapkan, syarat tersebut agar ekonomi platform ini dapat bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Maka untuk menjamin pekerjaan layak tersebut, pemerintah wajib mengakui para pengemudi ojol, taksol dan kurir sebagai pekerja sesuai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
“Pemerintah, baik pusat maupun daerah harus segera mengambil alih perusahaan platform karena ada ancaman halus dari perusahaan platform,” ujarnya.
Lily mengaku, saat ini terdapat ancaman halus bahwa platform penyedia transportasi online tersebut hanya akan menyerap tenaga kerja sebanyak 17% bila status kerja diubah dari mitra menjadi pekerja.
Dirinya berharap, ekonomi platform nasional yang baru ini juga mensyaratkan bisnis transportasi online harus memastikan terpenuhinya hak seluruh rakyat dalam mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai amanat konstitusi.
Perusahaan platform dalam hal tersebut mengambil contoh negara Spanyol. Padahal nyatanya ekonomi platform di Spanyol masih berjalan hingga saat ini dan tidak terjadi pengangguran massal, bahkan sebaliknya para pengemudi mendapatkan kondisi kerja yang lebih layak.
Usai Spanyol mengubah status pengemudi online menjadi pekerja, negara melindungi para pengemudi sehingga mendapatkan hak-hak layaknya pekerja seperti memperoleh kepastian upah minimum, batasan jam kerja serta upah lembur, cuti tahunan dan cuti sakit yang dibayar, asuransi kesehatan, jaminan keselamatan dan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, dan hak lainnya.
“Maka sudah saatnya Presiden segera melindungi pekerja platform seperti pengemudi ojol, taksol dan kurir untuk mengambil alih persoalan ojol ini,” tambah Lily.
-
/data/photo/2025/11/21/691fc91bc5924.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kisah Syarif, Buka Jasa Servis KTP Kilat di Tangerang Tanpa Birokrasi Rumit Megapolitan 22 November 2025
Kisah Syarif, Buka Jasa Servis KTP Kilat di Tangerang Tanpa Birokrasi Rumit
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
– Kelihaian jemari Syarif (47) menjadi penopang hidup dan sumber nafkah bagi dirinya sebagai tukang servis KTP kilat di Jalan Irigasi Sipon, Cipondoh, Kota Tangerang.
Berbekal meja kecil dengan peralatan sederhana, Syarif dengan terampil memperbaiki KTP warga yang rusak.
Dengan meja kecil dan peralatan sederhana, Syarif menawarkan layanan
servis KTP
yang cepat, rapi dan aman. Dia bisa membantu warga memperbaiki kartu identitas rusak tanpa mengubah data asli.
Jemari Syarif bergerak secara hati-hati saat menggosok KTP pelanggan. Tangan kiri menahan kartu agar tak bergeser dan tangan kanan membersihkan noda di lapisan plastik.
Bagi warga yang harus segera mengurus bank, BPJS, sekolah anak, atau sekadar membuktikan identitas diri, layanan cepat seperti yang dijalankan Syarif menjadi penyelamat tanpa birokrasi yang rumit.
Sebelum menggeluti pekerjaan ini, Syarif adalah seorang satpam. Namun, karena faktor usia membuatnya nekat banting setir dan memilih membuka usaha sendiri.
“Umur sudah agak sedikit tua lah ya. Jadi saya pikir mending buka usaha saja,” ujar Syarif saat ditemui di lokasi, Jumat (21/11/2025).
Layanan jasa yang dikerjakannya ini awalnya hanya untuk membantu warga sekitar memperbaiki KTP rusak.
Namun, permintaan pelanggan terus meluas setelah melihat hasilnya memuaskan dan proses begitu cepat.
“Yang penting kami tidak mengubah data, foto, dari Dukcapil langsung, front sesuai KTP. Kita cuma perbaiki yang rusak,” kata Syarif.
Tarif layanannya dimulai dari Rp 15.000 untuk antigores, servis foto dan tulisan Rp 70.000, servis full daerah Rp 150.000, dan servis full Jabodetabek Rp 100.000.
Setelah enam tahun beroperasi, Syarif berhasil membuka cabang usaha di Curug, Pasar Rantu, dan beberapa titik lain di wilayah Jabodetabek.
Pendapatan hariannya bisa menyentuh angka Rp 400.000 di kala sepi dan mencapai Rp 10 juta dalam sebulan. Jerih payah ini didapat lewat layanan yang bisa dilakukannya untuk 4-10 pelanggan per hari.
Keahlian ini tentu dilatih secara giat dan otodidak dengan modal Rp 10 juta. Pada proses belajar itu, Syarif menjelajahi internet untuk menonton tutorial di Google dan YouTube.
Perlahan, Syarif mempelajari dan memahami cara mengekstrak data foto dari chip, mencetak ulang, hingga melapisi kartu.
“Perpindahan dari komputer ke handphone saja, saya belajar tiga hari,” ungkap dia.
Ia memastikan, layanan ini hanya diperuntukkan memperbaiki KTP yang chip-nya masih terbaca.
Setiap menemui KTP dengan chip rusak, Syarif menyarankan pelanggan untuk pergi ke kecamatan. Cara ini juga untuk menghindari kesalahpahaman warga dari dugaan membuat KTP palsu.
Padahal, keamanan data akan selalu menjadi prioritas. Sebelum memulai, Syarif akan menunjukkan chip KTP pelanggan dan menjelaskan proses pengerjaan untuk memberi kepastian tidak ada pengubahan data.
Setelah pengerjaan selesai, semua data dihapus dari perangkat.
“Dulu saya ngalamin sendiri betapa susahnya urus birokrasi. Jadi kalau sekarang bisa bantu orang, ya saya kerjain,” kata Syarif.
Jasa servis KTP milik Syarif juga telah mengantongi sertifikat resmi dari Dinas Perizinan Kota Tangerang.
“Jatuhnya ini perizinan Digital Printing 3G dari satu pintu. Tahun 2022 penerbitan, percetakan di tahun 2023 dari Dinas Perizinan,” ujar Syarif.
Proses ini ia tempuh untuk membantunya mematahkan stigma dan kecurigaan warga pada jasanya.
Apalagi, jasa yang digelutinya ini bergerak di bidang yang bersentuhan langsung dengan identitas dan data pribadi warga.
“Tulisan tangan itu enggak berlaku di birokrasi. Banyak yang datang ke saya karena fotonya ditempel, tulisannya pudar. Itu enggak akan diterima di instansi mana pun,” ujar Syarif.
Syarif menyadari risiko usaha ini bukan sekedar memperbaiki plastik kecil, melainkan identitas paling fundamental bagi warga Indonesia.
Oleh karena itu, selama bergelut pada jasa servis KTP, Syarif memegang prinsip untuk tidak mengotori pekerjaannya dengan menyalahgunakan data pelanggan.
“Banyak data orang yang saya pegang. Tapi enggak ada saya pakai buat kepentingan pribadi. Enggak ada. Ini amanah. Penghasilan saya dari sini, masa saya rusakin usaha saya sendiri,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

/data/photo/2025/11/22/6921211f7d6ce.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/16/69197fd9df0be.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

