kab/kota: Indramayu

  • Polisi cegat 120 pelajar terprovokasi medsos ikut demo buruh di DPR

    Polisi cegat 120 pelajar terprovokasi medsos ikut demo buruh di DPR

    Jakarta (ANTARA) – Polisi mencegat sebanyak 120 pelajar yang hendak mengikuti demonstrasi buruh di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis.

    Para pelajar tersebut diduga terprovokasi oleh ajakan yang tersebar di media sosial (medsos).

    “Setidaknya, pukul 08.30 WIB tadi ada 120 pelajar dicegat, dicegah, dijaga dan dilindungi niatnya karena mereka mau bergerak ke gedung DPR untuk ikut melaksanakan aksi penyampaian pendapat dalam bentuk unjuk rasa,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam di kawasan Gedung DPR, Jakarta, Kamis.

    Sebanyak 120 pelajar itu diamankan di sejumlah titik oleh polres di wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, dan sekitarnya.

    Ade menyebutkan Polres Kabupaten Bekasi mengamankan 48 pelajar asal Bekasi, Indramayu, dan Cirebon.

    Kemudian, Polres Metro Kota Bekasi mencegah 29 pelajar yang berasal dari Cirebon dan Purwakarta, sementara Polres Metro Tangerang Kota mengamankan 11 pelajar dari Serang, Banten.

    “Lalu, ada juga dari Depok. Polres Metro Depok mencegah tujuh pelajar yang hendak ikut ke Jakarta,” ucap Ade.

    Selanjutnya, Polres Metro Jakarta Pusat mencegah 25 pelajar asal Indramayu dan Cianjur di tengah perjalanan mereka menuju Gedung DPR.

    “Bisa dibayangkan itu laporan terakhir pukul 08.30 WIB, ya, jam berapa mereka berangkat dari rumahnya masing-masing,” ujar Ade.

    Menurut dia, hasil pemeriksaan awal menunjukkan mayoritas pelajar berangkat setelah mendapat ajakan atau provokasi melalui media sosial.

    “Ini sangat kita sayangkan, karena yang resmi menyampaikan pemberitahuan aksi hanyalah dari serikat buruh KSPI. Pelajar tidak ada kaitan dengan aksi ini, justru rentan dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” jelas Ade.

    Bahkan, sambung dia, pelajar tersebut masih mengenakan seragam sekolah lengkap dan kemungkinan tidak meminta izin terlebih dahulu kepada orang tua mereka atau berniat bolos dari jam pelajaran sekolah.

    Polisi masih melakukan penelusuran guna mengetahui jika ada di antara mereka yang membawa senjata saat hendak bergabung dengan aksi buruh tersebut.

    Saat ini, pihak kepolisian juga melakukan penyisiran untuk mencegah lebih banyak pelajar memasuki area unjuk rasa di sekitar Gedung DPR.

    Aksi unjuk rasa yang diadakan oleh massa buruh yang tergabung dalam Koalisi Serikat Pekerja dan Partai Buruh (KSP-PB) itu diikuti oleh ribuan buruh dari kawasan Jabodetabek. Aksi serupa juga digelar serempak di daerah-daerah lain.

    Aksi tersebut dimulai sekitar pukul 10.00 WIB di depan gerbang utama kompleks parlemen DPR/MPR, Jakarta.

    Dalam aksi tersebut, buruh mengusung enam tuntutan utama. Pertama, hapus outsourcing dan tolak upah murah (HOSTUM). Mereka meminta agar Upah Minimum Tahun 2026 naik sebesar 8,5 sampai 10,5 persen.

    Kedua, stop Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan bentuk Satgas PHK. Ketiga, reformasi pajak perburuhan sekaligus kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp7,5 juta per bulan, hapus pajak pesangon, hapus pajak Tunjangan Hari Raya (THR), hapus pajak Jaminan Hari Tua (JHT), dan hapus diskriminasi pajak perempuan menikah.

    Keempat, sahkan Rancangan Undang-undang (RUU) Ketenagakerjaan tanpa Omnibus law. Kelima, sahkan RUU Perampasan Aset dan berantas korupsi. Keenam, revisi RUU Pemilu untuk redesain sistem Pemilu 2029.

    Sementara itu, Polda Metro Jaya menyiagakan 4.531 personel gabungan untuk mengawal unjuk rasa kelompok buruh di depan Gedung DPR hari ini.

    Ribuan personel itu terdiri dari 2.174 personel Polda Metro Jaya, 1.725 personel bawah kendali operasi (BKO) yang melibatkan unsur TNI AD, Marinir, Brimob Mabes, Den C, Kodim Jakarta, Kogas Sabhara, Satpol PP dan Dishub DKI Jakarta, serta 632 personel dari jajaran Polres.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kesaksian Warga soal Penyamaran AMS, Oknum Polisi yang Bunuh dan Bakar Pacar di Indramayu

    Kesaksian Warga soal Penyamaran AMS, Oknum Polisi yang Bunuh dan Bakar Pacar di Indramayu

    Diketahui, pelarian oknum polisi terduga pelaku pembunuhan terhadap kekasihnya di Indramayu, Jawa Barat, berakhir di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

    Setelah dua pekan buron, terduga pelaku pembunuhan berinisial AMS (23) diringkus tim gabungan Polres Dompu dan Polres Indramayu, pada Sabtu (23/08/2025) di Kecamatan Hu’u.

    Kapolres Dompu, AKBP Sodikin Fahrojin Nur mengungkapkan, AMS adalah terduga pelaku pembunuhan mahasiswi di Kabupaten Indramayu, yang lagi viral. Korban merupakan pacar dari terduga.

    Dijelaskan, AMS diciduk saat duduk di sebuah gubuk di pinggir jalan. Setelah berhasil ditangkap, tersuga langsung dibawa ke Indramayu.

    Sebelum ditangkap, sambung dia, pihaknya melakukan penyelidikan dan pengintaian berhari-hari. Dan tadi malam dilakukan pencarian di wilayah Kecamatan Hu’u.

    Dalam hal ini, Sodikin mengatakan bahwa Polres Dompu hanya membackup tim Polres Indramayu untuk menangkap AMS, karena lokasi kejadian di wilayah hukum Indramayu.

     

  • Pembunuh Wanita Indramayu yang Tewas Penuh Luka Bakar Ditangkap

    Pembunuh Wanita Indramayu yang Tewas Penuh Luka Bakar Ditangkap

    Indramayu

    Kasus pembunuhan wanita bernama Putri Apriani di Indramayu, Jawa Barat, akhirnya terungkap. Polisi menangkap sang pembunuh.

    Informasi penangkapan ini dibenarkan oleh Plh Kabid Humas Polda Jabar Kombes Irfan Nurmansyah. Ia menyebut pembunuh Putri ditangkap di NTB.

    “Ya sudah diamankan (terduga pelaku pembunuhan Putri),” ungkap Irfan dilansir detikjabar, Sabtu (23/8/2025).

    Irfan menyebutkan petugas bersama pelaku masih dalam perjalanan menuju Jawa Barat. “Masih dalam perjalanan ke Polres Indramayu,” katanya.

    Sebelumnya, jasad Putri ditemukan penuh luka bakar di dalam kamar kos di Desa Singajaya, Indramayu, pada Sabtu (9/8/2025).

    Simak selengkapnya di sini

    (isa/isa)

  • Pelarian Polisi yang Bakar Pacar hingga Tewas di Indramayu Berakhir di Dompu

    Pelarian Polisi yang Bakar Pacar hingga Tewas di Indramayu Berakhir di Dompu

    Liputan6.com, Dompu – Pelarian oknum polisi terduga pelaku pembunuhan terhadap kekasihnya di Indramayu, Jawa Barat, berakhir di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

    Setelah dua pekan buron, terduga pelaku pembunuhan berinisial AMS (23) diringkus tim gabungan Polres Dompu dan Polres Indramayu, pada Sabtu (23/08/2025) di Kecamatan Hu’u.

    Kapolres Dompu, AKBP Sodikin Fahrojin Nur mengungkapkan, AMS adalah terduga pelaku pembunuhan mahasiswi di Kabupaten Indramayu, yang lagi viral. Korban merupakan pacar dari terduga.

    Dijelaskan, AMS diciduk saat duduk di sebuah gubuk di pinggir jalan. Setelah berhasil ditangkap, tersuga langsung dibawa ke Indramayu.

    Sebelum ditangkap, sambung dia, pihaknya melakukan penyelidikan dan pengintaian berhari-hari. Dan tadi malam dilakukan pencarian di wilayah Kecamatan Hu’u.

    Dalam hal ini, Sodikin mengatakan bahwa Polres Dompu hanya membackup tim Polres Indramayu untuk menangkap AMS, karena lokasi kejadian di wilayah hukum Indramayu.

    Mengenai status terduga merupakan anggota polisi, Kapolres mengatakan tidak mengetahui persis, namun diakuinya sudah dipecat.

    “Kalau tidak salah sudah dipecat,” ujarnya singkat.

    Seperti diketahui, terduga melarikan diri usai menghabisi nyawa korban Putri Apriyani, pada 9 Agustus lalu, di kamar kosnya di Desa Singajaya, Indramayu.

    Mahasiswi tersebut mengalami luka tusuk dan luka bakar di wajah.

  • Beredar Video Penangkapan Bripda Alvian Sinaga, Polisi Buron Bakar Pacarnya Putri Apriyani

    Beredar Video Penangkapan Bripda Alvian Sinaga, Polisi Buron Bakar Pacarnya Putri Apriyani

    GELORA.CO – Publik tengah dihebohkan dengan beredarnya video detik-detik penangkapan Bripda Alvian Maulana Sinaga, buron kasus pembunuhan sadis terhadap Putri Apriyani. Tersangka yang sempat menghilang selama lebih dari dua pekan itu disebut-sebut berhasil dibekuk tim gabungan kepolisian di wilayah Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (23/8).Dalam video yang beredar, suasana dramatis terlihat saat aparat mendekati sebuah bangunan kayu sederhana di perkampungan sepi. Beberapa polisi berpakaian preman, mengepung seorang pria muda yang tampak gelisah. Pria tersebut diduga kuat adalah Bripda Alvian.

    Detik-detik tegang itu memperlihatkan aparat dengan sigap mengamankan tersangka. Alvian sempat berusaha menghindar, namun langsung digiring dan diborgol. Di akhir video, tampak pemuda asal Medan, Sumatera Utara, itu digelandang menjauh dari lokasi menuju ke sebuah mobil, sementara beberapa warga sekitar terlihat menyaksikan dari kejauhan.

    Informasi yang dihimpun menyebut, Alvian ditangkap saat menunggu angkutan untuk berpindah ke tempat lain. Keberadaannya terendus di sebuah perkampungan terpencil, hingga akhirnya tim kepolisian berhasil menangkap tanpa perlawanan berarti.

    Kabar penangkapan ini disambut meluas oleh warganet. Kolom komentar media sosial dipenuhi apresiasi kepada jajaran Polres Indramayu, Polda Jabar, serta Polsek setempat yang terlibat dalam perburuan panjang ini. Publik menilai, keberhasilan ini menjadi jawaban atas keresahan keluarga korban sekaligus membuktikan keseriusan Polri.

    Namun, sejauh ini belum ada keterangan resmi dari Polres Indramayu maupun Polda Jabar untuk memastikan kebenaran informasi penangkapan tersebut. Meski begitu, sepintas wajah pria dalam video terlihat sangat mirip dengan foto Bripda Alvian yang sebelumnya banyak beredar di media.

    Seperti diketahui, Bripda Alvian menjadi buronan setelah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Putri Apriyani di Indramayu. Tak hanya membunuh, Alvian juga diduga menguras uang Rp 32 juta milik korban. Penangkapan ini, jika benar adanya, akan menjadi akhir dari pelarian yang penuh tanda tanya, sekaligus awal dari proses hukum yang ditunggu-tunggu masyarakat. (*)

  • Jurus LPS Selamatkan Bank dari Kebangkrutan

    Jurus LPS Selamatkan Bank dari Kebangkrutan

    Jakarta

    Selain menjamin uang nasabah di bank, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki besar lainnya. Tugas itu adalah menyelamatkan bank dari jurang kebangkrutan.

    Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono menjelaskan, langkah pertama penyelamatan yang dilakukan adalah saat kondisi bank dilanda kebangkrutan tetapi masih punya aset, direkomendasikan dialihkan ke bank yang sehat bersama simpanan yang dijamin.

    “Jadi bank ini dibelah, good banknya, aset yang masih bagus, masih lancar, sama simpanan yang dijamin, sedapat mungkin dialihkan kepada bank lain yang sehat. Kalau ada bank lain yang sehat, nah selisih antara good aset sama simpanan yang dijamin, let’s say lebih besar simpanan yang dijamin, selisihnya itu akan di top up oleh LPS,” kata di dia dalam Panel Diskusi di LPS Financial Festival 2025, Rabu (20/8/2025).

    Kedua, LPS bisa membuat bank Perantara, bank umum yang didirikan untuk sarana resolusi dengan menerima pengalihan sebagian atau seluruh aset dan kewajiban bank. Bank tersebut selanjutnya akan menjalankan kegiatan usaha perbankan dan akan dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain.

    Ketiga, LPS bisa membantu bank melakukan penjajakan dengan investor. Jadi, bank tersebut bisa dibeli oleh investor untuk diambilalih, sehingga bank tersebut bisa sehat kembali.

    “Jadi pada saat bank dalam penyehatan walaupun masih dalam penanganan OJK, kita bisa mendekati investor untuk mengambilalih bank itu, atau bersama-sama nanti menyelamatkan bank itu. Makanya kita sering saat ini berusaha mendekati investor-investor untuk saat ini masih BPR-BPR yang barangkali bisa kita selamatkan,” ungkapnya.

    Dia contoh kasus yang terjadi pada Bank Perekonomian Rakyat Indramayu Jabar (BIMJ). Bank tersebut diambilalih oleh investornya Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), sebagai langkah penyehatan.

    “Namanya Bank Indramayu Jabar, nah itu kita bisa lakukan istilahnya yang kemarin di Eropa terkenal itu built in. Jadi ada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) punya pinjaman di bank itu, kita dekati untuk dilakukan debt equity swap, akhirnya bank itu menjadi sehat,” tandasnya.

    (kil/kil)

  • LPS Bisa Selamatkan Bank dari Jurang Kebangkrutan, Begini Caranya

    LPS Bisa Selamatkan Bank dari Jurang Kebangkrutan, Begini Caranya

    Jakarta

    Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dapat melakukan penyelamatan terhadap bank yang dilanda kebangkrutan. Hal ini dijelaskan oleh Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono.

    Didik menjelaskan, langkah pertama penyelamatan yang bisa dilakukan LPS adalah saat kondisi bank dilanda kebangkrutan tetapi masih punya aset, direkomendasikan dialihkan ke bank yang sehat bersama simpanan yang dijamin.

    “Jadi bank ini dibelah, good banknya, aset yang masih bagus, masih lancar, sama simpanan yang dijamin, sedapat mungkin dialihkan kepada bank lain yang sehat. Kalau ada bank lain yang sehat, nah selisih antara good aset sama simpanan yang dijamin, let’s say lebih besar simpanan yang dijamin, selisihnya itu akan di top up oleh LPS,” kata di dia dalam Panel Diskusi di LPS Financial Festival 2025, Rabu (20/8/2025).

    Cara kedua, LPS bisa membuat bank Perantara, bank umum yang didirikan untuk sarana resolusi dengan menerima pengalihan sebagian atau seluruh aset dan kewajiban bank. Bank tersebut selanjutnya akan menjalankan kegiatan usaha perbankan dan akan dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain.

    Ketiga, jika bank yang terancam bangkrut akan mengancam stabilisasi sistem keuangan, LPS bisa membantu bank melakukan penjajakan dengan investor. Jadi, bank tersebut bisa dibeli oleh investor untuk diambilalih.

    “Jadi pada saat bank dalam penyehatan walaupun masih dalam penanganan OJK, kita bisa mendekati investor untuk mengambilalih bank itu, atau bersama-sama nanti menyelamatkan bank itu. Makanya kita sering saat ini berusaha mendekati investor-investor untuk saat ini masih BPR-BPR yang barangkali bisa kita selamatkan,” ungkapnya.

    Dia mencontohkan kasus baru saja terjadi yaitu pada Bank Perekonomian Rakyat Indramayu Jabar (BIMJ) yang diambilalih oleh investornya. Hal ini sebagai langkah menyehatkan kembali bank tersebut.

    “Namanya Bank Indramayu Jabar, nah itu kita bisa lakukan istilahnya yang kemarin di Eropa terkenal itu built in. Jadi ada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) punya pinjaman di bank itu, kita dekati untuk dilakukan debt equity swap, akhirnya bank itu menjadi sehat,” tandasnya.

    Tonton juga video “Jurus LPS Kembalikan Kepercayaan Nasabah ke Bank Usai Krismon 1997-1998” di sini:

    (ada/kil)

  • Dedi Mulyadi Respons Hasil Survei soal Lapangan Kerja di Jabar: Ini Kan Baru 6 Bulan

    Dedi Mulyadi Respons Hasil Survei soal Lapangan Kerja di Jabar: Ini Kan Baru 6 Bulan

    Liputan6.com, Bandung – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku senang dengan adanya kritikan mengenai survei ketidakpuasan tentang lapangan pekerjaan yang dikeluarkan oleh Litbang Kompas. Selama 6 bulan memimpin di Jawa Barat, Dedi mengatakan saat ini masih berupaya menuntaskan masalah tersebut.

    Menurut survei Litbang Kompas, Sebanyak 57,6 persen warga Jawa Barat menilai buruk sementara 7,3 persen menilai sangat buruk soal ketersediaan lapangan kerja.

    Dedi mengatakan, kepimimpinannya bersama wakilnya Erwan Setiawan baru berjalan selama enam bulan di Jawa Barat. Menurutnya, masalah lapangan pekerjaan merupakan pekerjaan rumah terbesar yang harus dituntaskan secepat mungkin.

    “Ini kan baru jalan enam nih, baru jalan enam (bulan), surveinya pada bulan kelima. Ya, tetapi itu senang saya. Di 6 bulan ini, kita kan baru mengorkestrasi tentang percepatan layanan perizinan industri. Nah, kita sudah terorkestrasi nih. Kemarin saya menangani satu problem industri, di mana industri itu berarah pada 31.000 tenaga kerja tetapi perizinannya 16.000,” kata Dedi di Sabuga, Kota Bandung, Rabu (20/8/2025).

    Dedi mengaku telah berkomunikasi dengan Menteri Ketenagakerjaan untuk mengatasi jumlah lapangan kerja di Jabar. Sebab menurutnya, penyerapan ribuan tenaga kerja di sektor industri baru bisa terjadi pada tahun 2026 mendatang.

    “Malam sudah saya bereskan dengan Pak menteri, saya bilang pak menteri ini harus segera diubah. Nah, seluruh rangkaian industri yang dibangun itu serapan tenaga kerjanya nanti 2026, kan baru bangun pabriknya, kan enggak bisa serap sekarang. Yang kedua, 2026 itu nanti akan terasa kawasan di Indramayu itu mulai rekrut lebih dari 20.000. Cirebon, kemudian sebagian Majalengka, Subang, Garut, Purwakarta ada satu kawasan hampir 1.200 hektar,” jelas dia.

     

  • Semburan Lumpur di Jalur Pantura Indramayu Gegerkan Warga, Mirip Lapindo?
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        19 Agustus 2025

    Semburan Lumpur di Jalur Pantura Indramayu Gegerkan Warga, Mirip Lapindo? Bandung 19 Agustus 2025

    Semburan Lumpur di Jalur Pantura Indramayu Gegerkan Warga, Mirip Lapindo?
    Editor
    INDRAMAYU, KOMPAS.com
    – Semburan lumpur pekat muncul di sisi Jalur Pantura, Desa Kongsijaya, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, Senin (18/8/2025). Kejadian ini menggegerkan warga sekitar dan viral di media sosial.
    Kekhawatiran pun bermunculan, sebagian warga mengaitkannya dengan tragedi lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
    Seperti diketahui, peristiwa semburan lumpur Lapindo terjadi akibat berbagai faktor, mulai dari kesalahan pengeboran, fenomena alam (mud volcano), hingga aktivitas patahan geologi.

    Meski begitu, semburan lumpur di Indramayu ini dipastikan berbeda.
    Humas PT Titan Energi Abadi, Marsel Hayon menegaskan, semburan lumpur tersebut tidak berbahaya. Lumpur itu muncul seiring dengan proyek pemasangan pipa gas.
    “Jadi ini kita sedang lakukan pengeboran HDD, sedangkan lumpur yang keluar ini namanya freak out,” ujar Marsel dikutip dari Tribun Jabar, Selasa (19/8/2025).
    Ia menjelaskan, fenomena freak out adalah keluarnya lumpur dari pori-pori tanah yang lemah dan hal itu kerap terjadi dalam proses pengeboran.
    “Ini juga sebenarnya lumpur sisaan, dan ini aman,” ucapnya.
    Marsel menyebut, usai semburan muncul pihaknya langsung melakukan pembersihan. Sebagian lumpur memang sempat masuk ke badan jalan dan halaman rumah warga, sehingga alat berat dikerahkan untuk penanganan.
    “Ini langsung kita bersihkan, akan kita selesaikan hari ini,” ujarnya.
    Kapolsek Widasari, AKP Suprapto, memastikan bahwa lumpur yang membuat warga panik itu bukanlah luapan berbahaya.
    “Ini hanya lumpur sisa pengeboran,” kata Suprapto.
    Ia menegaskan warga tidak perlu cemas karena pembersihan sedang dilakukan, dan kondisi jalur Pantura Indramayu kembali normal.
    Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Lumpur Hasil Semburan Genangi Jalan Pantura Indramayu, Polisi Pastikan Bukan Luapan
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10
                    
                        Gaji Rp 100 Juta Wakil Rakyat
                        Nasional

    10 Gaji Rp 100 Juta Wakil Rakyat Nasional

    Gaji Rp 100 Juta Wakil Rakyat
    Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat
    KABAR
    bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat menerima
    take-home pay
    yang menembus angka seratus juta rupiah per bulan, kembali menampar nurani publik.
    Angka itu muncul setelah adanya tambahan tunjangan perumahan yang menggantikan rumah dinas.
    Dengan tambahan puluhan juta rupiah per bulan, penghasilan wakil rakyat disebut bisa menyentuh Rp 100 juta, setara Rp 3 juta per hari.
    Kabar ini segera bergulir menjadi polemik. Media sosial penuh dengan komentar sinis, rakyat berang, dan akademisi geleng kepala.
    Angka itu bukan sekadar soal matematika gaji, melainkan simbol jurang yang kian menganga antara wakil rakyat dan rakyat yang diwakilinya.
    Bagaimana mungkin, di tengah harga beras yang terus melonjak, gizi anak yang masih bermasalah, dan rakyat yang kesulitan mengakses pekerjaan layak, para legislator justru tenang duduk di kursi empuk dengan jaminan penghasilan yang tak masuk akal bagi banyak warga?
    Polemik gaji wakil rakyat bukanlah cerita baru. Sejak era Orde Baru hingga pasca-Reformasi, isu penghasilan pejabat publik kerap menjadi bahan perdebatan.
    Secara resmi, gaji pokok anggota DPR hanya Rp 4,2 juta sesuai PP Nomor 75 Tahun 2000. Angka ini kecil. Namun publik tahu, yang membuat penghasilan mereka gemuk adalah aneka tunjangan: tunjangan jabatan, komunikasi intensif, kehormatan, hingga bantuan listrik dan telepon.
    Dulu, polemik soal rumah dinas sempat merebak. Ada anggota DPR yang tak mau menempati rumah dinas, memilih menyewakan, atau malah membiarkan kosong.
    Akhirnya, kebijakan bergeser: rumah dinas kini diganti dengan tunjangan perumahan, dengan angka fantastis hingga puluhan juta rupiah per bulan. Di sinilah letak lonjakan yang membuat
    take-home pay
    DPR melonjak hingga seratus juta rupiah.
    Kisah ini mencerminkan ironi: gaji pokok memang kecil, tapi tunjangan menjadikannya berlipat. Di situlah sering muncul perasaan tak adil: seolah DPR bukan lagi mewakili rakyat, melainkan mewakili kepentingan kesejahteraan dirinya sendiri.
    Di lapangan, realitas rakyat berbicara lain. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah minimum provinsi 2025 rata-rata nasional hanya Rp 3,5 juta per bulan. Bahkan di banyak daerah, upah minimum masih di bawah angka itu.
    Seorang buruh pabrik, pekerja informal, atau tenaga kontrak harus berjibaku setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian mahal.
    Ketimpangan semakin terasa bila kita menengok ke desa-desa. Seorang petani di Indramayu, misalnya, bisa menghabiskan sebulan penuh hanya untuk menghasilkan Rp 2 juta dari panen padi.
    Nelayan kecil di pesisir utara Jawa hanya memperoleh Rp 1,5 juta sebulan bila cuaca bersahabat.
    Di Nusa Tenggara Timur, banyak keluarga masih kesulitan mengakses air bersih, sementara anak-anak menderita stunting.
    Kontraskah? Sangat. Ketika wakil rakyat bisa menikmati Rp 3 juta sehari, banyak rakyatnya justru tak mampu membeli lauk layak setiap hari.
    Tentu, ada yang membela. Anggota DPR disebut memiliki tanggung jawab besar: menyusun undang-undang, mengawasi pemerintah, memperjuangkan aspirasi rakyat. Mereka bekerja tujuh hari seminggu, dengan beban politik, risiko reputasi, bahkan ancaman keamanan.
    Benar, tanggung jawab mereka besar. Namun, apakah besar tanggung jawab harus dibayar dengan angka yang melampaui batas rasa keadilan publik?
    Sistem demokrasi perwakilan seharusnya menuntut Wakil Rakyat untuk berkorban, bukan berfoya-foya. Tugas legislatif memang berat, tapi ia adalah amanat, bukan ladang penghasilan.
    Ada pula argumen bahwa gaji besar akan mengurangi potensi korupsi. Namun, sejarah membuktikan sebaliknya. Tak sedikit anggota DPR yang tetap tersangkut kasus suap dan korupsi meski penghasilan mereka sudah lebih dari cukup.
    Artinya, masalahnya bukan sekadar besaran gaji, melainkan integritas moral dan mekanisme akuntabilitas.
    Pertanyaan mendasar muncul: apakah para wakil rakyat itu masih bisa merasakan denyut nadi rakyat yang diwakilinya? Empati seolah kian menipis ketika angka-angka fantastis itu diucapkan tanpa beban di ruang publik.
    Publik menuntut wakil rakyat untuk lebih rendah hati. Bukan soal menolak gaji, tetapi soal kepekaan.
    Andai saja pernyataan tentang gaji seratus juta itu disertai refleksi: bahwa angka itu kontras dengan penderitaan rakyat, bahwa legislator harus bekerja keras membuktikan mereka layak menerima itu, mungkin polemik ini tak akan sebesar sekarang.
    Sayangnya, yang terdengar justru pembenaran. Kalimat “cukup bagi kami” melukai nurani rakyat. Bagi rakyat kecil, Rp 100.000 saja bisa menentukan apakah dapur berasap hari itu.
    Filsafat politik mengajarkan, legitimasi kekuasaan lahir bukan hanya dari prosedur, melainkan dari moral. Wakil rakyat yang dipilih sah secara demokratis pun bisa kehilangan legitimasi bila gagal menjaga moralitas publik.
    Moralitas bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan gaji. Ia lahir dari keadilan, kejujuran, dan pengabdian. Bila DPR tak lagi merefleksikan kepentingan rakyat, maka angka seratus juta di kursi mereka hanya akan menjadi simbol keserakahan.
    Negara yang sehat menempatkan etika di atas materi. Namun, Indonesia seakan terjebak dalam paradoks: gaji wakil rakyat terus meningkat, tetapi indeks korupsi, kualitas legislasi, dan kepercayaan publik terhadap DPR justru menurun.
    Apa yang bisa dilakukan? Pertama, DPR harus membuka data penghasilan mereka secara transparan. Komponen gaji, tunjangan, hingga fasilitas harus diungkap tanpa ditutup-tutupi. Transparansi adalah cara untuk mengembalikan kepercayaan publik.
    Kedua, perlu mekanisme pengendali independen—semacam komisi etik atau lembaga audit publik—yang bisa mengukur kewajaran tunjangan DPR. Jangan sampai DPR menetapkan sendiri berapa ia harus dibayar. Itu konflik kepentingan yang nyata.
    Ketiga, DPR harus menyadari bahwa legitimasi mereka ditentukan rakyat. Setiap rupiah yang mereka terima berasal dari pajak rakyat, dari keringat buruh, petani, pedagang, dan nelayan. Uang negara bukan milik negara, melainkan uang rakyat yang dititipkan.
    Apa yang seharusnya menjadi jalan keluar? Polemik gaji DPR ini seharusnya membuka ruang bagi refleksi kolektif: untuk apa seseorang menjadi wakil rakyat?
    Menjadi anggota DPR bukanlah pekerjaan biasa. Ia adalah panggilan. Kursi DPR bukan kursi bisnis, melainkan kursi pengabdian.
    Maka, jalan yang layak ditempuh adalah membangun keseimbangan: gaji dan tunjangan cukup untuk hidup layak, tetapi tidak berlebihan sehingga memutus empati pada rakyat.
    Kita perlu menegaskan bahwa ukuran kesejahteraan wakil rakyat tidak boleh jauh melampaui kesejahteraan rakyat yang diwakilinya. Angka seratus juta terlalu jauh dari realitas. Jika tetap dipertahankan, jarak antara rakyat dan wakilnya hanya akan semakin melebar.
    Sejarah bangsa ini penuh dengan pengorbanan. Para pendiri republik hidup sederhana, bahkan Bung Hatta terkenal menolak hak pensiun. Ia meninggalkan jejak teladan bahwa kekuasaan bukan jalan memperkaya diri, melainkan mengabdi.
    Hari ini, para wakil rakyat kita seolah melupakan ingatan itu. Mereka terjebak dalam kenyamanan kursi dan tunjangan. Padahal, bangsa ini tidak sedang surplus moral. Yang kita butuhkan bukan angka seratus juta, melainkan seratus persen integritas.
    Ingatan akan pengorbanan para pendiri bangsa seharusnya menjadi cermin bahwa kekuasaan tanpa moral hanyalah panggung sandiwara.
    Polemik gaji seratus juta anggota DPR bukan sekadar soal angka. Ia adalah cermin tentang bagaimana republik ini memandang kekuasaan, keadilan, dan pengabdian.
    Rakyat boleh marah, boleh kecewa. Di balik itu, ada harapan: semoga polemik ini menjadi tamparan, agar wakil rakyat kembali ke fitrah tugasnya.
    Agar kursi yang mereka duduki bukan sekadar kursi empuk dengan gaji ratusan juta, tetapi kursi yang penuh tanggung jawab moral untuk membela rakyat.
    Karena pada akhirnya, gaji besar tanpa kepekaan hanyalah angka kosong. Yang membuat wakil rakyat benar-benar mulia bukan seratus juta di slip gaji, melainkan seratus persen keberpihakan kepada rakyat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.