kab/kota: Hongkong

  • Prabowo panggil Menkes ke Istana bahas kasus COVID-19 di Indonesia

    Prabowo panggil Menkes ke Istana bahas kasus COVID-19 di Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto memanggil Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, guna membahas tren peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

    Menkes Budi Gunadi tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, sekitar pukul 15.40 WIB sambil membawa map. Menkes pun menjawab pertanyaan awak media soal temuan kasus COVID-19 di Indonesia.

    “(Soal) C0VID-19. Lebih ke situ,” kata Menkes menjawab pertanyaan awak media terkait materi pembahasan rapat bersama Presiden di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

    Menkes mengakui bahwa tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara memang naik, namun kasus tersebut berasal dari subvarian Omicron JN.1.

    Menkes menjelaskan bahwa tren kasus COVID-19 di Indonesia ini tidak perlu dikhawatirkan.

    “Memang di luar negeri naik, tetapi itu variannya, subvarian dari Omicron. Jadi, itu sama dengan subvarian kita lihat yang JN.1. Jadi, harusnya tidak usah khawatir,” kata Menkes.

    Pada kesempatan sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes Murti Utami mengatakan bahwa sehubungan dengan peningkatan kasus COVID-19 di beberapa negara di kawasan Asia, seperti Thailand, Hongkong, Malaysia dan Singapura, ada sejumlah hal yang harus dilakukan unit kesehatan serta para pemangku kepentingan.

    Sejumlah hal itu, antara lain dengan memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait kejadian COVID-19 melalui kanal resmi pemerintah dan WHO, serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARI/Pneumonia/COVID-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).

    Kemudian, menggencarkan promosi gaya hidup sehat dan kewaspadaan COVID-19, seperti dengan menerapkan perilaku hidup bersih sehat, cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Neraca Dagang April 2025: AS Sumbang Surplus Terbesar, China Defisit Terdalam

    Neraca Dagang April 2025: AS Sumbang Surplus Terbesar, China Defisit Terdalam

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat Amerika Serikat masih menjadi negara penyumbang surplus perdagangan terbesar dengan Indonesia selama Januari—April 2025. Sebaliknya, China menjadi negara penyumbang defisit perdagangan dengan Indonesia pada periode yang sama.

    Deputi Statistik bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini merincikan AS menyumbang surplus dagang non-migas hingga US$6,42 miliar selama Januari—April 2025.

    “Didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya atau HS 85 [surplus US$1,25 miliar], kemudian alas kaki atau HS 64 [US$838,4 juta], kemudian pakaian dan aksesoris/rajutan atau HS 61 [US$801,4 juta],” jelas Pudji dalam konferensi pers, Senin (2/6/2025).

    Di posisi kedua ada India, yang menyumbang surplus dagang non-migas dengan total US$4 miliar selama Januari—April 2025. Komoditas utama pendorong surplus itu adalah bahan bakar mineral (US$2,03 miliar), lemak dan minyak hewani/nabati (US$805 juta), serta besi dan baja (US$398,4 juta).

    Di posisi ketiga ada Filipina, yang menyumbang surplus dagang non-migas hingga US$2,92 miliar selama Januari—April 2025. Komoditas utama pendorong surplus dagang itu yaitu kendaraan dan bagiannya (US$904,2 juta), bahan bakar mineral (US$751,3 juta), serta lemak dan minyak hewani/nabati (US$326,2 juta).

    Sebaliknya, Pudji juga memaparkan tiga negara penyumbang defisit dagang terbesar dengan Indonesia selama Januari—April 2025. BPS mencatat, China ada di urutan pertama dengan total defisit dagang non-migas hingga US$6,9 miliar.

    “Ini didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS 84 [defisit US$5,72 miliar], mesin dan perlengkapan elektrik serta bagian atau HS 85 [US$5,2 miliar], serta kendaraan dan bagiannya atau HS 87 [US$1,38 miliar],” ujar Pudji.

    Di posisi kedua ada Australia, yang menyumbang defisit dagang non-migas sebesar US$1,57 miliar. Komoditas utama pendorong defisit dagang dengan Australia yaitu bahan bakar mineral (US$441,2 juta), serealia (US$435,1 juta), serta logam mulia dan perhiasan/permata (US$329,8 juta).

    Di posisi ketiga ada Hongkong, yang menyumbang defisit dagang non-migas sebesar US$485,5 juta. Komoditas utama pendorong defisit itu adalah logam mulia dan perhiasan/permata (US$329,4 juta), kain rajutan (US$56,8 juta), serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis (US$49,3 juta).

    Surplus Neraca Perdagangan Terendah sejak Mei 2020

    Adapun secara keseluruhan, BPS mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus US$160 juta per April 2025.

    Pudji menjabarkan bahwa Indonesia mencatatkan ekspor senilai US$20,74 miliar atau naik 5,76% (year on year/YoY). Adapun, nilai impor mencapai US$20,59 miliar. Alhasil, surplus neraca perdagangan April 2025 susut jadi US$160 juta.

    “Pada April 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$0,16 miliar dan neraca perdagangan indonesia telah mencatat surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Pudji.

    Meskipun mencatatkan rekor 60 bulan berturut-turut, rupanya data April 2025 itu menjadi surplus neraca perdagangan terendah sejak Mei 2020.

    Tidak hanya itu, surplus neraca perdagangan juga berada di bawah proyeksi para ekonom. Berdasarkan konsensus proyeksi 22 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada April 2025 diproyeksikan sebesar US$2,85 miliar.

    Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Maret 2025 senilai US$4,33 miliar.

    Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dengan nominal US$4,69 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini dengan angka US$4 juta.

    Adapun Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan surplus dagang mencapai US$2,7 miliar pada April 2025, menurun dari realisasi US$4,33 miliar pada bulan sebelumnya.

    Asmo mengungkapkan penurunan surplus dagang tersebut sejalan. Dengan moderasi ekspor akibat penurunan harga komoditas.

    “Namun demikian, kami masih memperkirakan bahwa antisipasi pelaku usaha terhadap penundaan tarif resiprokal pada April diperkirakan menjadi faktor utama yang mendorong ekspor tetap tumbuh positif,” jelas Asmo dalam keterangannya.

  • Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Kewaspadaan Lonjakan Covid, Pasca Kasus Naik di Asia

    Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Kewaspadaan Lonjakan Covid, Pasca Kasus Naik di Asia

    Bisnis.com, JAKARTA – Kemenkes menerbitkan surat edaran kewaspadaan peningkatan kasus covid-19.

    Surat edaran itu ditandatangani oleh Plt. direktur jenderal penanggulangan penyakit Murti Utami pada 23 Mei 2025.

    Dalam surat edaran tersebut disebutkan memasuki minggu ke-12 tahun 2025 sampai dengan saat ini, COVID-19 menunjukkan peningkatan di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia maupun Singapura.

    Varian COVID-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hongkong JN.1, dan di Malaysia adalah XEC (turunan JN.1).

    Meski demikian transmisi penularannya masih relatif rendah, dan angka kematiannya juga rendah. Situasi COVID-19 di Indonesia  memasuki minggu ke-20 saat ini menunjukkan tren penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 (positivity rate 0,59%), dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1.

    Surat edaran ini bertujuan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan COVID-19 maupun penyakit potensial KLB/ Wabah lainnya bagi Dinas Kesehatan, UPT Bidang Kekarantinaan Kesehatan, UPT Bidang Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan para pemangku kepentingan.

    Surat edaran tersebut juga memberikan instruksi dan imbauan yang harus dilakukan oleh fasilitas kesehatan di Indonesia menyusul kenaikan kasus tersebut.

    Berikut isi lengkap surat edaran tersebut bisa dilihat di https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/surat-edaran-dirjen-p2-nomor-sr-03-01-c-1422-2025-tentang-kewaspadaan-terhadap-peningkatan-kasus-covid-19/view

  • COVID-19 Varian XEC Ngegas di Thailand, Ini Anjuran Kemlu RI

    COVID-19 Varian XEC Ngegas di Thailand, Ini Anjuran Kemlu RI

    Jakarta – Kementerian Kesehatan RI belum lama ini mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Peningkatan Kasus COVID-19. Sejak minggu ke-12 tahun 2025 hingga saat ini, kasus COVID-19 menunjukkan peningkatan di beberapa negara di Asia seperti Hong Kong, Malaysia, Singapura, hingga Thailand.

    Di Thailand misalnya, tercatat 65.007 kasus baru COVID-19 selama periode 18 hingga 24 Mei Berdasarkan data Center for COVID-19 Situation Administration Thailand (CCSA). Sementara itu, jumlah kumulatif periode 1 Januari hingga 24 Mei 2025 mencapai 204.965 ribu kasus, dengan 51 kematian.

    CCSA menyatakan, 3.544 pasien masih dirawat di rumah sakit, dan 61.463 pasien menjalani pemulihan di rumah.

    Adapun varian COVID-19 yang tersebar di beberapa negara Asia meliputi XEC dan JN.1 di Thailand, LF.7 dan NB.1.8 di Singapura, JN.1 di Hongkong, dan XEC di Malaysia.

    Terkait kondisi tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyampaikan imbauan.

    “Dengan adanya peningkatan kasus COVID-19 di Asia, kami mengimbau Anda yang berencana bepergian ke luar negeri, khususnya kawasan Asia, untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau perkembangan kasus COVID-19 melalui kanal resmi pemerintah setempat atau WHO,” demikian kata Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu), dikutip dari laman resminya, Minggu (1/6/2025).

    Tak hanya itu, Kemlu RI juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan sebagai berikut.

    Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer.Menggunakan masker bagi yang sakit atau jika berada di kerumunan.Segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    (suc/up)

  • Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia

    Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia

    Jakarta – Terjadi peningkatan kasus Covid-19 di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu di Thailand, Hongkong, Malaysia, dan Singapura. Tren kenaikan kasus ini turut menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

    Nah, untuk menyikapi peningkatan ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan terhadap Kasus Covid-19. Dalam surat ini, Kemenkes memberikan gambaran situasi Covid-19 di Indonesia, varian-varian Covid-19 yang mendominasi sejumlah negara saat ini termasuk Indonesia, serta imbauan yang harus dilakukan berbagai pihak.

    (/)

  • Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini

    Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini

    Jakarta – Kementerian Kesehatan Indonesia mengungkap varian Covid-19 yang mendominasi di beberapa negara Asia. Negara yang dimaksud antara lain Thailand, Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

    Varian yang mendominasi berbeda-beda. Varian Covid-19 yang mendominasi Indonesia saat ini adalah MB.1.1.

    (/)

  • Covid-19 Kembali Mengganas di Asia Tenggara, Bagaimana dengan Indonesia?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        1 Juni 2025

    Covid-19 Kembali Mengganas di Asia Tenggara, Bagaimana dengan Indonesia? Nasional 1 Juni 2025

    Covid-19 Kembali Mengganas di Asia Tenggara, Bagaimana dengan Indonesia?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kasus penyebaran
    Covid-19
    di negara-negara Asia Tenggara kembali menjadi sorotan setelah terus mengalami peningkatan sejak awal Mei 2025.
    Pada pertengahan Mei 2025,
    Malaysia
    sempat mengeluarkan peringatan waspada karena peningkatan kasus tersebut.
    Peringatan ini dikeluarkan Menteri Kesehatan Malaysia, Dzulkefly Ahmad, merespons tingginya penularan Covid-19 di Singapura dan Thailand.
    “Malaysia mencatat rata-rata sekitar 600 kasus per minggu, jauh di bawah ambang batas kewaspadaan nasional,” tulisnya di media sosial X, Sabtu (17/5/2025).
    Ia juga menegaskan, tidak ada laporan kematian akibat Covid-19 di Malaysia sepanjang 2025 sejauh ini.
    Situasi berbeda terlihat di negara tetangga. Thailand melaporkan lebih dari 16.600 kasus baru dan enam kematian dalam periode 4-10 Mei.
    Sementara itu, Singapura mengalami lonjakan kasus menjadi 14.200 selama 27 April-3 Mei, naik dari 11.100 kasus pada pekan sebelumnya. Tercatat ada 133 pasien yang dirawat di rumah sakit.
    Sejak awal tahun ini hingga 10 Mei, Malaysia mencatat total 11.727 kasus Covid-19. Angka tertinggi tercatat pada awal tahun, kemudian menurun dan stabil dalam beberapa minggu terakhir.
    Pemerintah “Negeri Jiran” pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala, serta melindungi kelompok rentan.
    Indonesia baru bicara soal peningkatan kasus Covid-19 ini sepekan setelah Malaysia.
    Pada 23 Mei 2025,
    Kementerian Kesehatan
    (Kemenkes) RI mengeluarkan surat edaran imbauan waspada penyebaran Covid-19 dengan dasar tren kasus yang meningkat di negara-negara tetangga.
    “Surat edaran ini bertujuan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan Covid-19 maupun penyakit potensial kejadian luar biasa atau wabah lainnya,” bunyi surat edaran yang ditandatangani Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan, Murti Utami.
    Dalam surat ini juga dijelaskan, varian Covid-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hongkong JN.1, dan di Malaysia adalah XEC (turunan J.1).
    Dalam surat tersebut, Kemenkes mengeklaim transmisi penularan Covid-19 dan angka kematian masih rendah.
    “Dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 (positivity rate 0,59%) dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Kemenkes.
    Edaran ini juga memberikan arahan kepada seluruh fasilitas kesehatan untuk mewaspadai penularan Covid-19 yang semakin merebak tersebut.
    Dalam edarannya, Kemenkes menyampaikan arahan antara lain kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Kekarantinaan Kesehatan, RS, Puskesmas, dan fasilitas pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan.
    Berikut daftar arahan Kemenkes kepada fasilitas layanan kesehatan:
    1. Memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait kejadian Covid-19 melalui kanal resmi pemerintah dan WHO.
    2. Meningkatkan pelaporan ILI/SARI/Pneumonia/
    COVID-19
    melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) melalui link https://skdr.surveilans.org dan/atau surveilans sentinel ILI-SARI.
    3. Jika terjadi peningkatan kasus potensial KLB, segera melapor dalam waktu kurang dari 24 jam ke dalam laporan Surveilans Berbasis Kejadian/Event Based Surveillance (EBS) di aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) di nomor Telp./WhatsApp 0877-7759-1097.
    4. Melaporkan hasil pemeriksaan spesimen Covid-19 melalui aplikasi All Record Tc-19 (https://allrecord-tc19.kemkes.go.id).
    5. Memperkuat kewaspadaan standar dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.
    6. Meningkatkan kemampuan pelayanan rujukan pada rumah sakit jejaring pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging.
    7. Meningkatkan promosi kesehatan kewaspadaan Covid-19 di masyarakat.
    8. Memastikan pelaksanaan deteksi dan respons kasus sesuai dengan ketentuan.
    9. Tetap menjaga kesehatan bagi seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ekspor Ikan Kerapu dari Natuna ke Hongkong-China Terhenti: Nelayan Teriak, KKP Beri Penjelasan

    Ekspor Ikan Kerapu dari Natuna ke Hongkong-China Terhenti: Nelayan Teriak, KKP Beri Penjelasan

    Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas ekspor ikan kerapu dan napoleon dari Natuna dan Anambas, Kepulauan Riau menuju Hongkong, China terhenti sejak Maret 2025. Penghentian ekspor ikan konsumsi bernilai tinggi disebut sebagai akibat pengawasan ketat yang diterapkan Pemerintah China terhadap barang masuk lewat jalur laut setelah meningkatkan eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat.

    Kepala Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Batam Semuel Sandi Rundupadang menjelaskan pengetatan pengawasan tersebut dipicu oleh ketegangan akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

    “Informasi yang kami dapatkan, salah satu penyebabnya karena Pemerintah Beijing memperketat pengawasan masuknya barang ke Hongkong lewat laut sejak terjadinya perang dagang antara Amerika dan China,” kata Semuel kepada Antara, Sabtu (31/5/2025) di Batam.

    Akibatnya, kapal-kapal asal Hongkong tidak lagi datang ke pelabuhan muat di Natuna dan Anambas untuk mengambil ikan-ikan ekspor. Situasi serupa juga telah lebih dulu dialami wilayah Bitung, Makassar, Tarakan, dan Manado.

    Sebagian pelaku usaha beralih menggunakan jalur udara untuk tetap mengekspor ikan, khususnya jenis kerapu berkualitas tinggi seperti Kerapu Sunu. Namun, biaya pengiriman udara jauh lebih mahal yakni sekitar Rp35.000 per kilogram dari Makassar ke Hongkong. Untuk satu kargo seberat 25 koli, hanya sekitar 8 kilogram berisi ikan, sementara sisanya adalah air.

    “Kalau pesawat itu biaya kargo pengiriman mahal. Dikhawatirkan kalau tetap memaksakan kirim, ongkosnya tidak tertutup, pelaku usaha akan rugi,” jelasnya.

    Berbeda dengan Kerapu Sunu, jenis kerapu macan dan kerapu kertang yang dibudidayakan nelayan Natuna dan Anambas memiliki nilai jual yang lebih rendah, sehingga tidak ekonomis jika dikirim lewat udara.

    Semuel menyebut, kondisi ini tidak hanya merugikan nelayan dan pelaku usaha, tetapi juga pemerintah yang kehilangan potensi pendapatan dari aktivitas ekspor lewat jalur laut.

    Pihaknya telah melaporkan persoalan tersebut ke pemerintah pusat, karena penyelesaiannya memerlukan kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Pemerintah China.

    “Kami telah melaporkan situasi ini ke pusat. Penyelesaian persoalan ini menjadi domain pemerintah pusat karena melibatkan dua negara,” tegas Semuel.

    Sementara itu, sejumlah nelayan pembudidaya di Natuna dan Anambas mengaku resah akibat tidak beroperasinya kapal pengangkut dari Hongkong yang biasa menjemput hasil budidaya mereka.

    Nelayan Mengeluh

    Dalam kesempatan terpisah, Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kepulauan Riau (DPD HNSI Kepri) menyurati Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkong (RRT) menyampaikan permohonan terkait terhentinya aktivitas ekspor ikan hidup dari Natuna, Anambas dan Bintan.

    Ketua HNSI Kepri Eko Prihananto dihubungi Antara, mengatakan surat permohonan tersebut dikirimkan secara langsung ke kantor Kedubes China yang ada di Jakarta pada awal pekan ini.

    “Betul, kami mengirimkan surat permohonan itu tanggal 26 Mei 2025,” kata Eko.

    Dia menjelaskan pengiriman surat permohonan itu sebagai respon HNSI Kepri terhadap keresahan yang dialami nelayan pembudidaya ikan ekspor hidup yang ada di Natuna, Anambas dan Bintan. Dia menjelaskan sejak Maret 2025 hingga kini, kapal-kapal pengangkut ikan ekspor hidup dari Hongkong tak lagi datang ke sentra budidaya di wilayah tersebut. 

  • Kemenkes Sebut MB.1.1 Varian Dominan COVID-19 di Indonesia, XEC di Thailand-Malaysia

    Kemenkes Sebut MB.1.1 Varian Dominan COVID-19 di Indonesia, XEC di Thailand-Malaysia

    Jakarta – Surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga mengungkap beberapa varian COVID-19 yang dominan saat ini. Di tiap negara, varian yang mendominasi berbeda-beda.

    Di Thailand, ada dua varian yang mendominasi kasus COVID-19 yakni XEC dan JN.1. Sementara itu, LF.7 dan NB.1.8 dominan di Singapura, keduanya merupakan turunan JN.1.

    Varian yang mendominasi COVID-19 di Hongkong dan Malaysia dilaporkan adalah XEC, sama seperti di Thailand. Varian ini juga masih berkerabat dengan varian JN.1.

    Di beberapa wilayah Asia tersebut, Kemenkes RI melaporkan, tercatat ada peningkatan kasus pada minggu ke-12 2025 hingga saat ini. Sementara itu, Indonesia mengalami penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 dengan positivity rate 0,59 persen.

    “Dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19 tertanggal 23 Mei 2025 tersebut.

    Apa itu varian MB.1.1?

    Belum banyak informasi tersedia tentang varian MB.1.1, varian yang disebut dominan saat ini di Indonesia. Nextrain.org mencatat, MB.1.1 adalah nama lain atau Unaliased Pango Lineage untuk BA.2.86.1.1.49.1.1.1 dengan nama clade 24A yang masih berkerabat dengan varian Omicron.

    Dikutip dari dashboard pencatatan WHO, varian ini tidak secara spesifik tercantum dalam daftar Variants of Interest (VOIs) per 2 Desember 2024. Hanya ada varian JN.1 di daftar ini, dengan pengecualian sublineage yang tercantum pada Variants Under Monitoring (VUMs).

    Daftar varian yang masuk VUMs pada 23 Mei 2025 adalah:

    KP.3KP.3.1.1LB.1XECLP.8.1NB.1.8.1

    (up/up)

  • Rilis Edaran soal COVID-19, Ini Pesan Kemenkes RI soal Masker dan Hand Sanitizer

    Rilis Edaran soal COVID-19, Ini Pesan Kemenkes RI soal Masker dan Hand Sanitizer

    Jakarta – Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan COVID-19 yang kasusnya tengah meningkat di beberapa negara Asia. Edaran untuk sejumlah pihak ini juga memuat anjuran untuk disampaikan ke masyarakat.

    Di antaranya kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi maupun Kabupaten dan Kota, Kemenkes memberi arahan untuk meningkatkan promosi kesehatan kewaspadaan COVID-19. Kewaspadaan tersebut meliputi:

    Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabut (CTPS) atau menggunakan hand sanitizerMenggunakan masker bagi masyarakat yang sakit atau jika berada di kerumunanSegera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala infeksi saluran pernapasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Kekarantinaan Kesehatan, Kemenkes minta agar pelaku perjalanan melalui operator alat angkut mendapat imbauan sebagai berikut:

    Menggunakan masker jika sedang sakit seperti batuk, pilek, atau demam.Menerapkan pola hidup bersih seperti selalu mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menerapkan etika batuk/bersin untuk menghindari penularan kepada orang lain; danJika mengalami sakit selama perjalanan agar menyampaikan kepada awak atau personel alat angkut maupun kepada petugas kesehatan di pelabuhan/bandar udara/PLBN setempat.

    Dalam edaran tertanggal 23 Mei 2025 tersebut, Kemenkes menyampaikan sejumlah update tentang situasi COVID-19 saat ini. Sejak minggu ke-12 2025, peningkatan COVID-19 terjadi di sejumlah negara di kawasan Asia seperti Thailand, Hongkong, Malaysia, dan Singapura.

    “Varian COVID-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hongkong JN.1, dan di Malaysia adalah XEC (turunan JN.1),” tulis edaran tersebut.

    Transmisi penularan disebut masih relatif rendah, begitu juga angka kematian. Di Indonesia, terjadi penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus di minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 dengan positivity rate 0,59 persen.

    “Varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis edaran tersebut.

    (up/up)