kab/kota: Himalaya

  • Ribuan Warga Nepal Tuntut Kembalinya Monarki

    Ribuan Warga Nepal Tuntut Kembalinya Monarki

    Jakarta

    Ribuan demonstran memadati ibu kota Nepal, Kathmandu, menyerukan agar sistem monarki dikembalikan ke negara Himalaya itu setelah dihapuskan pada 2008. Aksi demonstrasi ini berlangsung pada Kamis (29/05).

    Sejak berakhirnya monarki, Nepal telah menjadi negara yang menganut sistem republik yang dipimpin oleh presiden, namun sejumlah masyarakat kini menyerukan agar sistem kerajaan dikembalikan dan menetapkan Hindu sebagai agama resmi negara, di tengah kekecewaan terhadap pemerintahan terpilih saat ini.

    ‘Kami mencintai Raja kami lebih dari nyawa Kami’

    Gyanedra Shah, mantan raja yang kaya raya dan masih menetap di Kathmandu, kini berusia 77 tahun. Sistem Monarki telah berlangsung selama 239 tahun di Nepal sebelum Shah digulingkan.

    “Kembalikan raja ke tahtanya dan selamatkan negara. Kami mencintai raja kami lebih daripada nyawa kami” seru para demonstran.

    Para demonstran tidak hanya merasa frustrasi terhadap para elit politik Nepal, tetapi juga terhadap kondisi ekonomi negara tersebut.

    Banyak masyarakat Nepal mencari peluang lapangan pekerjaan lebih baik ke luar negeri, seperti Uni Emirat Arab, Korea Selatan, dan Malaysia, dan mereka mengirimkan uang hasil kerja mereka kembali ke kampung halaman dalam bentuk remitansi.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Monarki tak mungkin kembali

    Ada juga yang mendukung status Nepal saat ini sebagai Negara Republik dan Perdana Menteri Khadga Prasad Oli di Kathmandu, hanya beberapa meter dari demonstrasi pro-monarki.

    Ratusan polisi pengendali massa dikerahkan untuk memisahkan massa pro-monarki dan pro-republik di ibu kota Nepal. Unjuk rasa serupa yang berlangsung pada Maret kemudian berujung pada kematian beberapa orang.

    Meskipun sebagian masyarakat Nepal menginginkan kembalinya sistem monarki, namun 3 partai politik utama di Nepal yang menguasai sebagian besar kursi di parlemen, menolak ide tersebut.

    Selain itu, Partai Rastriya Prajatantra yang mendukung monarki hanya memiliki 13 kursi dari 275 kursi di parlemen, sehingga memiliki pengaruh yang sangat terbatas dalam arah politik nasional.

    Artikel in pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Ausirio Sangga Ndolu

    Editor: Rahka Susanto

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Panas! PM Modi Ancam Akan Setop Aliran Air India ke Pakistan

    Panas! PM Modi Ancam Akan Setop Aliran Air India ke Pakistan

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mengatakan bahwa air dari India yang pernah mengalir melintasi perbatasan akan dihentikan. Pernyataan Modi beberapa hari setelah menangguhkan perjanjian air utama dengan musuh bebuyutannya Pakistan.

    “Dulu air India mengalir ke luar, sekarang akan mengalir untuk India”, kata Modi dalam pidatonya di New Delhi dilansir AFP, Rabu (7/5/2025).

    “Air India akan dihentikan untuk kepentingan India, dan akan digunakan untuk India.”

    Pakistan telah memperingatkan bahwa merusak sungai-sungainya akan dianggap sebagai “tindakan perang”.

    Modi tidak menyebutkan Islamabad secara khusus, tetapi pidatonya disampaikan setelah New Delhi menangguhkan Perjanjian Perairan Indus yang telah berusia 65 tahun, perjanjian mengatur air sangat penting bagi Pakistan yang gersang untuk konsumsi dan pertanian.

    New Delhi menyalahkan Islamabad karena mendukung serangan mematikan terhadap wisatawan di wilayah India di Kashmir yang disengketakan bulan lalu, yang memicu serangkaian ancaman sengit dan tindakan diplomatik balasan.

    Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (5/5) mengatakan hubungan antara Pakistan dan India telah mencapai “titik didih”, memperingatkan bahwa “sekarang adalah saatnya untuk menahan diri secara maksimal dan mundur dari ambang” perang.

    Islamabad pada Selasa (6/5) menuduh India mengubah aliran Sungai Chenab, salah satu dari tiga sungai yang berada di bawah kendali Pakistan menurut perjanjian yang sekarang ditangguhkan.

    Punjab, yang berbatasan dengan India dan merupakan rumah bagi hampir setengah dari 240 juta warga Pakistan, adalah pusat pertanian negara itu, dan “dampak mayoritas akan terasa di daerah-daerah yang memiliki lebih sedikit rute air alternatif,” Pirzada memperingatkan.

    “Suatu hari aliran sungai normal dan hari berikutnya sangat berkurang,” Pirzada menambahkan.

    Di Kashmir yang dikelola Pakistan, sejumlah besar air dari India dilaporkan diubah pada tanggal 26 April, menurut Institut Jinnah, sebuah lembaga pemikir yang dipimpin oleh mantan menteri perubahan iklim Pakistan.

    “Ini dilakukan agar kita tidak dapat memanfaatkan air,” Pirzada menambahkan.

    Sungai Indus adalah salah satu sungai terpanjang di Asia, yang melintasi garis demarkasi yang sangat sensitif antara India dan Pakistan di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim–wilayah Himalaya yang diklaim sepenuhnya oleh kedua negara.

    Modi, seorang nasionalis Hindu, telah mengancam akan menggunakan air sebagai senjata pada tahun 2016 setelah sebuah serangan di Kashmir yang dikelola India.

    “Darah dan air tidak dapat mengalir bersama,” katanya saat itu.

    Tetapi India juga merupakan negara hilir China–yang mengendalikan hulu sungai Tibet di Brahmaputra, sungai besar yang menjadi kunci timur laut India, dan kemudian mengalir ke Bangladesh.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Konflik Kashmir Kian Memanas, India Kini Berikan Larangan Impor bagi Pakistan – Halaman all

    Konflik Kashmir Kian Memanas, India Kini Berikan Larangan Impor bagi Pakistan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hubungan bilateral antara India dan Pakistan kian memanas usai terjadinya serangan mematikan terhadap turis di wilayah Kashmir yang disengketakan 

    Kebijakan terbaru yang memanaskan hubungan kedua negara adalah langkah India yang melarang impor barang berasal dari atau transit melalui Pakistan.

    Melalui larangan tersebut, India melarang kapal berbendera Pakistan memasuki pelabuhan India mana pun dan kapal berbendera India bersandar di pelabuhan Pakistan.

    Langkah ini diterapkan berdasarkan Pasal 411 UU Pelayaran Niaga Tahun 1958, yang bertujuan melindungi aset, kargo, dan infrastruktur pelabuhan India di tengah meningkatnya ketegangan pasca serangan teror di Pahalgam 

    Dikutip dari Reuters, kebijakan tersebut disampaikan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri India pada Sabtu (3/5/2025) hari ini.

    Di dalam sebuah pemberitahuan yang disampaikan ke publik, pemerintah India menyebutkan bahwa larangan ini sifatnya berlaku sesegera mungkin setelah dimumkan.

    “Restriksi ini diterapkan demi kepentingan keamanan nasional dan kebijakan publik,” demikian pernyataan pihak Dirjen Perdagangan Luar Negeri India.

    Seperti yang diketahui sebelumnya, kelompok teroris bersenjata diduga membunuh sedikitnya 26 turis dalam serangan pekan lalu di destinasi pegunungan kawasan Pahalgam, Lembah Kashmir.

    Menanggapi serangan tersebut, India menuduh pemerintah Pakistan sebagai dalang yang terlibat dalam aksi keji tersebut.

    Klaim tersebut kemudian dibantah oleh Islamabad.

    Pakistan balik menuding India dan menyatakan bahwa mereka memiliki “informasi intelijen terpercaya” yang menyebut India berencana melakukan aksi militer dengan memanfaatkan serangan tersebut.

    Pakistan juga mengumumkan langkah balasan pada Sabtu hari ini, termasuk menghentikan seluruh perdagangan perbatasan, menutup ruang udaranya bagi maskapai India, dan mengusir diplomat-diplomat India.

    Selain itu, Pakistan memperingatkan bahwa upaya apa pun untuk menghentikan aliran air sungai sesuai perjanjian puluhan tahun lalu antara kedua negara akan dianggap sebagai tindakan perang. 

    Sejarah Persengketaan di Kashmir

    Kashmir merupakan wilayah berpenduduk mayoritas Muslim yang selama ini menjadi pusat perseteruan antara India dan Pakistan.

    Kedua negara bertetangga tersebut diketahui saling mengklaim area yang terletak di Himalaya ini sejak tahun 1947 , setelah kemerdekaan kedua negara dari penjajahan Britania.

    Konflik ini bermula karena perjanjian partisi Britania yang membagi subbenua India menjadi dua negara yakni India (berpenduduk mayoritas Hindu) dan Pakistan (berpenduduk mayoritas Muslim).

    Namun demikian, perjanjian tersebut tidak menyelesaikan status wilayah Kashmir, yang saat itu merupakan negara bagian dengan mayoritas penduduk Muslim, tetapi diperintah oleh maharaja Hindu.

    Setelah pemisahan tersebut, Kashmir menjadi sengketa teritorial yang memicu beberapa perang dan konfrontasi bersenjata antara kedua negara, termasuk Perang Indo-Pakistan pada 1947, 1965, dan 1999.

    Hingga kini, wilayah tersebut tetap menjadi titik panas konflik geopolitik dan ideologis serta menjadi lokasi berbagai perang, pemberontakan, dan perseteruan diplomatik.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Pakistan Mengaku Bukan Pihak yang Memulai Ketegangan dengan India

    Pakistan Mengaku Bukan Pihak yang Memulai Ketegangan dengan India

    KARACHI – Pakistan pada Rabu (30/4) menekankan bahwa mereka bukan pihak pertama yang meningkatkan ketegangan, tetapi memperingatkan bahwa negara itu akan merespons “dengan sangat keras” setiap tindakan eskalasi semacam itu oleh India.

    Saat berbicara dalam konferensi pers di Islamabad, Menteri Luar Negeri Ishaq Dar mengatakan angkatan bersenjata Pakistan “dalam kondisi waspada” dan “waspada” terhadap perkembangan yang terjadi setelah serangan 22 April di wilayah Kashmir yang dikelola India, yang menewaskan 26 orang.

    “Para pemimpin dunia.. telah meminta pihak-pihak terkait untuk menahan diri dalam beberapa hari terakhir. Saya telah menjelaskan dengan sangat jelas, atas nama pemerintah dan negara, bahwa Pakistan tidak akan menjadi pihak pertama yang melakukan tindakan eskalasi,” kata Dar.

    “Namun, jika terjadi tindakan eskalasi oleh India, kami akan menanggapinya dengan sangat tegas,” tambah dia.

    Pakistan, katanya lebih lanjut, “tidak ada hubungannya” dengan serangan Pahalgam. “Titik.”

    “Pakistan tidak memiliki hubungan apa pun… dan juga bukan penerima manfaat potensial,” tambahnya.

    Seraya mengecam penangguhan sepihak perjanjian pembagian air yang disponsori Bank Dunia, Perjanjian Perairan Indus oleh New Delhi, Dar menegaskan kembali peringatan Islamabad bahwa tindakan apa pun untuk menghentikan atau mengalihkan pembagian air Pakistan akan diperlakukan sebagai “tindakan perang.”

    Dia menuduh New Delhi menggunakan serangan terbaru tersebut sebagai alasan untuk “menekan perjuangan kemerdekaan yang sah” di Jammu dan Kashmir, dan untuk melancarkan “sentimen Islamofobia yang terang-terangan” terhadap warga Kashmir, seperti dikutip sumber Anadolu.

    Serangan Pahalgam semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Pakistan dan India terkait wilayah Himalaya yang disengketakan.

  • Dubes: Prabowo berbela sungkawa atas serangan teror di India

    Dubes: Prabowo berbela sungkawa atas serangan teror di India

    Jakarta (ANTARA) – Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa dan keprihatinan mendalam atas serangan teror yang terjadi di India.

    Pernyataan ini disampaikan usai dirinya dipanggil oleh Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.

    “Saya dipanggil oleh Bapak Presiden untuk menyampaikan belasungkawa, keprihatinan, serta pandangannya tentang serangan teror di India,” ujar Chakravorty.

    enurut Chakravorty, Prabowo mengatakan bahwa aksi teror tersebut tidak mencerminkan ajaran Islam yang dianut di Indonesia.

    Sebagai pemimpin negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Presiden disebut sangat terkejut dengan kekejaman serangan yang menargetkan wisatawan tak bersalah.

    “Dia sangat tersentuh dengan kekejaman serangan itu, bagaimana turis tak bersalah dibunuh tanpa ampun hanya karena agama mereka. Jadi saya memberi briefing tentang situasi terkini, sejarah hubungan kami, dan juga menindaklanjuti kunjungannya ke India,” ujarnya.

    Selain menyampaikan duka cita, pertemuan tersebut juga membahas tentang kerja sama di bidang investasi, digitalisasi, dan perdagangan. Delegasi Indonesia sebelumnya telah berkunjung ke India untuk membahas kolaborasi di sektor digital.

    “Banyak bidang yang terpengaruh oleh kunjungannya. Ada minat besar dalam kerja sama India – Indonesia. Kami membahas isu perdagangan, Danantara, berbagai topik didiskusikan. Pertemuan ini cukup mendetail,” pungkas dia.

    Diketahui, Presiden Prabowo telah menyampaikan keprihatinan atas serangan teroris yang menargetkan warga sipil di Pahalgam, India.

    “Indonesia mengutuk keras tindakan keji ini dan mendukung rakyat dan Pemerintah India dalam menolak segala bentuk terorisme,” kata Prabowo dalam unggahan pada akun media sosial X @prabowo, Kamis (25/4).

    Prabowo mengatakan kekejaman seperti itu tidak dapat dibenarkan-apa pun motifnya, waktunya, tempatnya, atau pelakunya.

    “Belasungkawa dan simpati yang terdalam saya sampaikan kepada keluarga korban, dan saya mendoakan agar semua yang terluka segera pulih,” kata dia.

    Pada Selasa (22/4), kelompok bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke arah wisatawan di wilayah Kashmir yang dikelola India sehingga menewaskan setidaknya 26 orang tewas.

    Insiden penembakan terjadi di kawasan Baisaran, Pahalgam, sebuah tujuan wisata populer di wilayah selatan Kashmir. Wilayah Himalaya diklaim baik oleh India maupun Pakistan tetapi dikuasai sebagian-sebagian oleh masing-masing negara.

    Wilayah itu telah lama dilanda siklus kekerasan sejak pecahnya pemberontakan bersenjata anti-India pada 1989, tetapi serangan terhadap wisatawan tergolong jarang terjadi.

    India menyebut serangan tersebut sebagai “serangan teror” oleh kelompok dengan jaringan “lintas batas”, sehingga menuduh Pakistan mempunyai andil dalam aksi tersebut.

    Namun, Islamabad membantah terlibat dalam serangan, lantas menyatakan “prihatin” dan berbelasungkawa terhadap keluarga korban.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Memanas, Tentara India-Pakistan Masih Saling Tembak di Kashmir

    Memanas, Tentara India-Pakistan Masih Saling Tembak di Kashmir

    Jakarta

    Tentara India dan Pakistan kembali terlibat saling tembak di wilayah Kashmir untuk malam kelima berturut-turut. Ini terjadi satu minggu sejak serangan yang menargetkan para wisatawan di Pahalgam, Kashmir membuat hubungan kedua negara menjadi kacau.

    Militer India mengatakan tentaranya dan pasukan Pakistan saling tembak pada Senin (28/4) malam waktu setempat di sepanjang Garis Kontrol, perbatasan de facto di Kashmir yang disengketakan, zona pos terdepan Himalaya yang dijaga ketat di dataran tinggi.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (29/4/2025), militer India mengatakan bahwa pada Senin malam hingga Selasa, “Tentara Pakistan menggunakan senjata api ringan tanpa alasan yang melintasi Garis Kontrol”. Disebutkan bahwa saling tembak itu terjadi di daerah yang berseberangan dengan distrik Kupwara dan Baramulla, serta di wilayah Akhnoor.

    Militer India mengatakan pasukannya telah “menanggapi provokasi tersebut dengan cara yang terukur dan efektif”. Tidak ada laporan tentang korban jiwa dalam insiden itu.

    Hubungan antara negara-negara bersenjata nuklir itu telah memburuk setelah India menuduh Pakistan mendukung serangan yang menewaskan 26 turis di Pahalgam, Kashmir pada 22 April lalu. Itu merupakan serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terhadap warga sipil di bagian wilayah Kashmir yang dikelola India.

    Islamabad telah menolak tuduhan itu. Militer kedua negara sejak serangan itu terlibat saling tembak di Kashmir.

    Terbaru, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan bahwa serangan militer oleh negara tetangga India mungkin akan segera terjadi. Hal ini disampaikannya pada hari Senin (28/4) waktu setempat, menyusul serangan militan terhadap para wisatawan di Kashmir.

    Pemerintah India menuduh Pakistan mendukung militansi di Kashmir, wilayah yang diklaim dan telah diperebutkan dalam dua perang.

    “Kami telah memperkuat pasukan kami karena ini adalah sesuatu yang mendesak sekarang. Jadi dalam situasi itu beberapa keputusan strategis harus diambil, jadi keputusan itu telah diambil,” ujar Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif kepada Reuters, Selasa (29/4/2025) dalam sebuah wawancara di kantornya di Islamabad, ibu kota Pakistan.

    Asif mengatakan retorika India meningkat dan karenanya militer Pakistan telah memberi pengarahan kepada pemerintah tentang kemungkinan serangan India. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang alasannya berpikir bahwa serangan akan segera terjadi.

    Asif mengatakan Pakistan kini dalam keadaan siaga tinggi, dan hanya akan menggunakan persenjataan nuklirnya jika “ada ancaman langsung terhadap keberadaan kami.”

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Petaka Abadi di Kashmir di Tengah Ketegangan India-Pakistan

    Petaka Abadi di Kashmir di Tengah Ketegangan India-Pakistan

    Jakarta

    Hanya sedikit wilayah di dunia yang memiliki kepadatan militer dan gejolak yang begitu konstan seperti Kashmir.

    Terletak di pelukan Himalaya, dan berbatasan dengan tiga negara berkekuatan nuklir – India, Pakistan, dan Cina – wilayah yang diperebutkan ini telah lama menjadi medan pertempuran bagi rivalitas regional yang tajam dan ambisi teritorial yang seolah tak terpecahkan.

    Gejolak itu kembali mencuat dengan kekuatan mematikan baru-baru ini.

    Pada hari Selasa (22/04), sekelompok militan menyerang para wisatawan di Kashmir, di bagian di bawah administratif India, menewaskan sedikitnya 26 orang dan melukai puluhan lainnya dalam serangan paling mematikan terhadap warga sipil di wilayah itu dalam bertahun-tahun. India menyebut serangan ini sebagai aksi terorisme.

    Beberapa hari sebelumnya, tiga militan dan seorang tentara India terbunuh dalam serangkaian baku tembak di seluruh wilayah, menandakan bahwa ketegangan di kawasan itu tetap berada di titik yang sangat berbahaya.

    Mengapa Kashmir penting?

    Mencakup luas sekitar 222.200 kilometer persegi, wilayah Kashmir terbagi antara India, Pakistan, dan Cina – namun diklaim sepenuhnya oleh India dan Pakistan.

    Wilayah ini dihuni sekitar 20 juta jiwa, dengan sekitar 14,5 juta warga di wilayah yang dikelola India, sekitar enam juta orang di wilayah yang dikelola Pakistan, dan hanya beberapa ribu di wilayah yang dikelola Cina – sebuah daerah yang terletak pada titik pertemuan kepentingan strategis, ekonomi, dan agama yang sangat krusial.

    Apa yang kini dikenal sebagai wilayah persatuan India Jammu dan Kashmir- bagian dari wilayah Kashmir yang lebih luas – pada masa itu dipimpin oleh Maharaja Hindu Hari Singh, yang pada awalnya menolak untuk bergabung dengan kedua negara tersebut.

    Namun, keadaan berubah setelah pejuang gerilya Pakistan mencoba merebut wilayah tersebut dan menggulingkan kekuasaan di sana.

    Akibatnya, terjadi perang India-Pakistan yang pertama, ketika Maharaja memohon bantuan India untuk mengusir para penyerang dan sebagai imbalannya, ia menyetujui untuk mengalihkan wilayah negara bagian utamanya kepada New Delhi – memperkuat pembagian de facto Kashmir yang hingga kini masih ada.

    Kini, India menguasai bagian paling padat penduduk di wilayah tersebut, yang mencakup Lembah Kashmir, Jammu, dan Ladakh.

    Pakistan menguasai sebagian Kashmir utara, termasuk Azad Jammu dan Kashmir (AJK) serta Gilgit-Baltistan.

    Sementara itu, Cina mengelola wilayah Aksai Chin yang jarang penduduknya di bagian timur laut, yang juga diklaim India, serta Lembah Shaksgam, di mana India tidak mengakui kekuasaan Cina.

    Klaim Pakistan terhadap Kashmir berakar pada keyakinan bahwa wilayah yang mayoritas penduduknya muslim ini seharusnya menjadi bagian dari Pakistan sejak saat pemisahan negara.

    India, di sisi lain, bersikeras bahwa Instrumen Akses 1947 yang ditandatangani oleh Hari Singh menjadikan klaim India atas wilayah tersebut sah dan final.

    Namun, para ahli hukum mempertanyakan keabsahan dokumen yang ditandatangani di bawah tekanan tersebut.

    Perbedaan ini telah memicu berbagai perang, pemberontakan, dan dekade-dekade ketegangan diplomatik.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Klaim ketiga: Cina

    Meskipun India dan Pakistan mendominasi narasi Kashmir, Cina juga memegang peran strategis yang tidak kalah penting.

    Di bagian timur laut wilayah tersebut, Lembah Shaksgam dan Aksai Chin dikelola oleh Cina, namun diklaim oleh India.

    Meskipun Lembah Shaksgam hampir tidak berpenghuni karena kondisi alamnya yang keras, Aksai Chin memiliki kepentingan vital bagi Cina dalam hal konektivitas darat antara Tibet dan Xinjiang.

    Cina mengambil alih Aksai Chin pada tahun 1950-an dengan membangun jalan strategis yang menghubungkan Xinjiang dan Tibet, sebuah rute yang melewati wilayah yang diklaim oleh India.

    India menentang kehadiran Cina di kawasan tersebut, yang akhirnya memicu perang singkat namun sengit antara Cina dan India pada 1962.

    Setelah konflik yang berlangsung singkat itu, Cina tetap menguasai Aksai Chin dan terus mengelolanya hingga kini.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah memperluas kehadiran militernya sepanjang Garis Pengendalian Aktual (LAC) yang memisahkan perbatasan Cina dan India, menyebabkan sering terjadinya ketegangan antara pasukan kedua belah pihak.

    Pentingnya wilayah ini bagi Cina bukan hanya dari segi strategis, namun juga ekonomi.

    Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC), yang merupakan salah satu pilar Inisiatif Sabuk dan Jalan Beijing, melintasi Gilgit-Baltistan yang dikelola Pakistan.

    Hal ini menjadikan stabilitas Kashmir sebagai isu yang tidak hanya terkait dengan geopolitik, tetapi juga finansial bagi Beijing.

    Lanskap yang terbentengi kuat

    India diperkirakan memiliki lebih dari 750.000 tentara yang ditempatkan di seluruh Jammu dan Kashmir, sebagian besar terkonsentrasi di Lembah Kashmir yang mayoritas muslim.

    Pakistan, di sisi lain, menempatkan hingga 120.000 personel keamanan di sepanjang Garis Kontrol (LoC) yang memisahkan wilayah yang dikelola Pakistan dengan India, termasuk pasukan khusus seperti Mujahid Force, serta 230.000 tentara di wilayah tersebut.

    Kedua belah pihak saling menuduh pihak lawan melebih-lebihkan jumlah pasukan yang mereka tempatkan, dan tidak ada yang memublikasikan angka yang tepat.

    Namun, para analis sepakat bahwa kepadatan militer di wilayah ini, terutama jika dibandingkan dengan jumlah penduduk sipilnya, sejajar atau bahkan melampaui kepadatan yang ada di Semenanjung Korea.

    Kelompok pemberontak menambah lapisan kompleksitas lainnya

    Pemberontakan bersenjata di Kashmir yang dikelola India, yang dimulai pada akhir 1980-an, dipicu oleh campuran ketidakpuasan lokal dan dukungan eksternal.

    India menuduh Pakistan menyokong kelompok militan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Islamabad.

    Selama beberapa dekade, kelompok-kelompok seperti Hizbul Mujahideen, Jaish-e-Mohammed, dan Lashkar-e-Taiba telah melancarkan serangan di wilayah ini.

    Apakah ini akan memicu krisis baru?

    Sebagai respons atas serangan terhadap wisatawan tersebut, India telah mengambil sejumlah langkah terhadap Pakistan, termasuk merendahkan hubungan diplomatik, menutup perbatasan darat dan udara, serta menangguhkan Perjanjian Indus Waters 1960 yang mengatur pembagian air dari sistem Sungai Indus.

    Pakistan sebelumnya telah memperingatkan bahwa setiap gangguan terhadap perjanjian tersebut akan dianggap sebagai “aksi perang.”

    Kini, spekulasi tentang potensi eskalasi militer semakin mengemuka, mengingat ketegangan serupa yang terjadi pada 2019, ketika serangan bom bunuh diri di Pulwama menewaskan 40 tentara paramiliter India.

    India membalas dengan serangan udara ke Pakistan, mendorong kedua negara tersebut hampir ke ambang perang.

    Tahun yang sama, India mencabut Pasal 370 dari konstitusinya, yakni otonomi khusus Jammu dan Kashmir.

    Langkah ini, yang dikutuk oleh Pakistan, memicu kerusuhan di wilayah tersebut. Sejak itu, ketegangan terus meningkat, meskipun perhatian global mulai memudar. Di wilayah yang penuh gejolak ini, di mana berbagai konflik telah berlangsung, risiko terjadinya perang lain tetap sangat nyata.

    *Artikel ini diperbarui pada 25 April 2025, dengan angka terbaru mengenai wilayah dan populasi yang membentuk kawasan Kashmir yang lebih luas, jumlah pasukan yang dikerahkan, dan kontroversi mengenai perjanjian akses 1947 yang masih dipertanyakan.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kehidupan di Muzaffarabad di Tengah Meningkatnya Ketegangan India dan Pakistan

    Kehidupan di Muzaffarabad di Tengah Meningkatnya Ketegangan India dan Pakistan

    PIKIRAN RAKYAT – Muzaffarabad, ibu kota Azad Jammu dan Kashmir (AJK), yang terletak di wilayah yang dikelola Pakistan, tetap tenang dan teratur pada hari Minggu, 27 April 2025 kemarin meskipun ketegangan antara India dan Pakistan semakin meningkat. Ketegangan ini dipicu oleh serangan mematikan yang terjadi di wilayah Kashmir yang dikelola India, yang menewaskan 26 orang pada hari Selasa. Serangan tersebut semakin memperburuk hubungan antara dua negara yang terlibat dalam sengketa wilayah di pegunungan Himalaya.

    Serangan yang terjadi di daerah wisata Pahalgam, di Kashmir yang dikelola India, menciptakan ketegangan yang lebih besar dalam hubungan yang sudah tegang antara Pakistan dan India. Namun, meskipun ketegangan meningkat, kehidupan di Muzaffarabad tetap berjalan normal.

    Pusat-pusat bisnis di kota ini tetap beroperasi, dan warga kota melanjutkan rutinitas sehari-hari mereka tanpa menunjukkan tanda-tanda kepanikan atau ketakutan. Mereka tetap berbelanja dan berkumpul di pasar utama yang penuh aktivitas.

    Muzaffarabad, yang dikelilingi oleh pegunungan hijau subur dan dihuni oleh lebih dari 710.000 orang, merupakan pusat komersial utama di wilayah Azad Kashmir. Ketika ditanya tentang ketenangan yang terasa meski situasi semakin tegang, Muhammad Saeed, seorang penjaga toko muda di pasar utama, menyatakan bahwa situasi ini bukanlah hal baru bagi warga setempat.

    “Ketegangan antara Pakistan dan India telah berlangsung selama beberapa dekade. Kami sudah terbiasa dengan situasi ini,” katanya.

    Saeed menambahkan bahwa keberadaan militer Pakistan yang berada di sepanjang Garis Kontrol (LoC) memberikan rasa aman kepada warga.

    “Tentara Pakistan selalu siap di LoC, sehingga masyarakat merasa aman,” tuturnya menambahkan.

    Perang Nuklir Tak Menjadi Pilihan

    Analis politik Shaukat Iqbal turut menyoroti situasi ini. Menurutnya, warga Kashmir telah hidup dalam ketegangan selama lebih dari 75 tahun.

    “Ini bukan pertama kalinya warga di wilayah ini menghadapi ketegangan. Itu sebabnya warga bersikap tenang, dan Anda tidak melihat ketakutan yang meluas di sini,” ucap Iqbal menjelaskan. Ia juga menambahkan bahwa karena kedua negara adalah kekuatan nuklir, kemungkinan terjadinya perang skala penuh relatif rendah.

    “Pakistan dan India memahami bahwa perang nuklir bukanlah pilihan yang bijak, karena dampak yang menghancurkan yang akan ditimbulkan pada seluruh kawasan,” kata Iqbal.

    Namun, ia juga mengingatkan bahwa meskipun perang besar tampaknya tidak mungkin, masih ada kemungkinan terjadinya pertempuran kecil di sepanjang Garis Kontrol. Iqbal berharap bahwa negara-negara besar akan turut campur tangan untuk mencegah eskalasi yang lebih lanjut. Meskipun ketegangan semakin tinggi, kedua negara diperkirakan tetap akan berusaha menghindari konfrontasi langsung yang bisa berujung pada perang besar.

    Perhatian pada Perjanjian Perairan Indus

    Salah satu isu yang muncul di tengah ketegangan ini adalah kekhawatiran mengenai Perjanjian Perairan Indus, yang mengatur pembagian sumber daya air antara Pakistan dan India. Beberapa ahli mengungkapkan kekhawatiran mengenai kemungkinan India mengambil langkah sepihak untuk menangguhkan atau mengalihkan aliran sungai yang mengalir dari Kashmir yang dikelola India ke Pakistan.

    Majid Hussain Awan, seorang pengacara senior yang berbasis di Muzaffarabad, memperingatkan bahwa India tidak dapat secara sepihak membatalkan perjanjian yang telah ditengahi oleh Bank Dunia pada tahun 1960 ini.

    “Orang-orang sangat khawatir tentang kemungkinan India menghentikan atau mengalihkan sungai yang mengalir dari Kashmir yang dikelola India ke Pakistan melalui Azad Kashmir,” kata Awan.

    Ia menekankan bahwa, secara hukum, India tidak dapat mengubah perjanjian tersebut tanpa persetujuan bersama, karena hal ini melibatkan hak dan kewajiban kedua negara dalam pengelolaan enam sungai yang berada di Cekungan Sungai Indus.

    Solidaritas Politik di Azad Kashmir

    Di sisi politik, partai-partai di Azad Kashmir menunjukkan dukungan kuat terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Islamabad dalam menghadapi India. Mereka menyatakan solidaritas penuh terhadap pemerintah Pakistan, termasuk langkah-langkah balasan seperti penangguhan perdagangan bilateral dengan India dan penutupan wilayah udara Pakistan untuk maskapai penerbangan India.

    “Para pemimpin dan anggota parlemen dari semua partai politik membahas situasi terkini di Majelis Legislatif Azad Jammu dan Kashmir dan kami dengan suara bulat mengutuk tindakan dan tuduhan India terhadap Pakistan,” ucap Chaudhry Latif Akbar, juru bicara Majelis Legislatif. Ia menilai langkah-langkah tersebut sebagai respons yang diperlukan dari pemerintah Pakistan.

    Sementara itu, pemerintah India menyebut serangan yang terjadi di Kashmir sebagai ‘serangan teroris’ yang melibatkan elemen lintas batas, yang langsung menyalahkan Pakistan. Namun, Islamabad membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut dan menyatakan keprihatinan atas serangan itu, serta menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

    Meskipun ketegangan antara India dan Pakistan terus meningkat, kehidupan di Muzaffarabad tetap tenang. Warga setempat yang sudah terbiasa dengan ketegangan ini menunjukkan ketahanan mereka, sementara pemerintah dan analis politik berharap untuk melihat penyelesaian damai yang dapat menghindari konflik lebih lanjut antara kedua negara dengan senjata nuklir.

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Heboh Penampakan Hewan Mirip Dinosaurus di Kongo

    Heboh Penampakan Hewan Mirip Dinosaurus di Kongo

    Jakarta

    Semakin banyak orang di Afrika Tengah mengaku telah melihat makhluk misterius yang dikenal sebagai Mokele mbembe atau dinosaurus Kongo. Apakah makhluk itu spesies yang belum diketahui atau ada hal lain yang terjadi?

    Mokele mbembe adalah makhluk legendaris yang konon menghuni hutan terpencil, rawa, dan sungai di Cekungan Kongo, hutan hujan terbesar kedua di planet ini dan ekosistem yang penting di Afrika Tengah.

    Nama itu sendiri berarti seseorang yang menghentikan aliran sungai dalam bahasa Lingala. Ia digambarkan menyerupai sauropoda, dinosaurus berleher panjang dan diperkirakan berukuran seperti gajah, kuda nil, atau badak.

    Kisah Mokele mbembe pertama kali diceritakan kepada penjelajah Eropa awal abad ke-20 seolah ada dinosaurus yang telah lama hilang hidup di hutan lebat benua tersebut.

    Meski sempat ada antusiasme pada dinosaurus aneh Kongo itu, laporan penampakannya jadi semakin jarang sepanjang abad terakhir. Namun, hal ini tampaknya berubah. Menurut National Geographic, orang-orang yang tinggal di cekungan tersebut belakangan mengaku melihat makhluk misterius itu lebih sering.

    Kemungkinan itu terkait perubahan lingkungan. Karena penggundulan hutan dahsyat di Cekungan Kongo berlanjut (kehilangan 23 juta hektar antara tahun 2000 dan 2016), hewan-hewan keluar dari habitatnya dan lebih sering bertemu manusia. Dan manusia cenderung membuat kesalahan identifikasi atau menambahkan imajinasi ke yang mereka lihat, terutama jika cerita lokal membuat mereka percaya pada sesuatu.

    Ini bukan berarti hutan Kongo bukan rumah bagi spesies hewan baru, tapi prospek dinosaurus masih ada di sana sangat tak mungkin. Masih banyak area Bumi belum dijelajahi, jadi kemungkinan menemukan beberapa spesies tak dikenal masih ada, walau bukan dinosaurus yang sudah lama punah.

    Cumi-cumi raksasa, komodo, platipus, dan bahkan gorila dulu pernah dianggap desas-desus sebelum dipastikan eksis. Namun, kasus untuk makhluk terkenal seperti Big Foot dari Amerika Utara, Monster Loch Ness di Skotlandia, Chupacabra dari Amerika Latin, dan Yeti dari Himalaya, makin tidak mungkin seiring berjalannya waktu dengan tidak ada apa pun selain penampakan dan foto-foto kabur untuk mendukungnya.

    Entitas misterius ini dapat dianggap contoh cerita rakyat di dunia modern. “Di pemukiman yang lebih besar di mana habitat didorong masuk dan orang-orang tidak terbiasa melihat hewan besar, mereka tiba-tiba menjumpainya sepanjang waktu,” kata Laura Vlachova, seorang konservasionis asal Ceko.

    (fyk/fyk)

  • Memanas, Tentara India-Pakistan Masih Saling Tembak di Kashmir

    Kian Panas! Pasukan Pakistan-India Saling Tembak di Kashmir

    Jakarta

    Kian panas! Pasukan dari Pakistan dan India terlibat saling tembak di sepanjang Garis Kontrol di Kashmir yang disengketakan. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu untuk menahan diri menyusul penembakan mematikan di wilayah tersebut.

    Hubungan kedua negara kini berada di level terendah dalam beberapa tahun, dengan India menuduh Pakistan mendukung “terorisme lintas batas,” setelah penembakan yang menewaskan 26 turis di Kashmir.

    Syed Ashfaq Gilani, seorang pejabat pemerintah di bagian wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan, mengatakan kepada AFP, bahwa pasukan saling tembak di sepanjang Garis Kontrol (LOC) yang memisahkan kedua negara.

    “Tidak ada penembakan terhadap penduduk sipil,” tambahnya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (25/4/2025).

    Militer India mengonfirmasi telah terjadi penembakan senjata ringan dalam jumlah terbatas, yang dikatakannya “dimulai oleh Pakistan”, seraya menambahkan bahwa penembakan itu telah “direspons secara efektif”.

    Sebelumnya pada hari Kamis (24/4), juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan di New York, bahwa masalah antara kedua negara “dapat dan harus diselesaikan secara damai melalui keterlibatan bersama yang bermakna”.

    “Kami sangat mengimbau kedua pemerintah… untuk menahan diri secara maksimal, dan memastikan bahwa situasi dan perkembangan yang telah kita lihat tidak memburuk lebih jauh,” katanya.

    Perdana Menteri India Narendra Modi telah berjanji untuk memburu orang-orang bersenjata yang bertanggung jawab atas pembunuhan 26 warga sipil di lokasi wisata populer Pahalgam di Kashmir. Kepolisian India mengidentifikasi dua dari tiga orang bersenjata yang melarikan diri sebagai warga Pakistan.

    “Saya katakan kepada seluruh dunia: India akan mengidentifikasi, melacak, dan menghukum setiap teroris dan pendukungnya,” kata Modi, dalam pidato pertamanya sejak serangan hari Selasa lalu di wilayah Himalaya tersebut.

    “Kami akan mengejar mereka sampai ke ujung Bumi,” tandasnya.

    Menanggapi itu, pemerintah Pakistan menyangkal keterlibatan apa pun. Islamabad menyebut upaya untuk mengaitkan Pakistan dengan serangan Pahalgam adalah “sepele”, dan berjanji untuk merespons setiap tindakan India.

    “Setiap ancaman terhadap kedaulatan Pakistan dan keamanan rakyatnya akan ditanggapi dengan tindakan balasan yang tegas di semua bidang,” kata pemerintah Pakistan dalam sebuah pernyataan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini