kab/kota: Hangzhou

  • Apa Itu DeepSeek, Startup AI China yang Mengguncang Pasar Saham

    Apa Itu DeepSeek, Startup AI China yang Mengguncang Pasar Saham

    Jakarta, Beritasatu.com – DeepSeek, sebuah perusahaan rintisan (startup) yang berbasis di Hangzhou, China, berhasil mencuri perhatian dunia dengan chatbot kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) buatannya. 

    Kemunculannya telah mengguncang indeks utama Wall Street dan membuat Nasdaq anjlok hingga 3,1%. Aplikasi DeepSeek bahkan menduduki posisi teratas di App Store Apple untuk aplikasi gratis, sehingga memicu kekhawatiran akan dominasi teknologi China di sektor AI.

    Dilansir dari AP, Selasa (28/1/2025), model AI generatif DeepSeek, yang disebut lebih hemat biaya dibandingkan ChatGPT milik OpenAI, telah memancing kekhawatiran di industri teknologi AS. Dengan menggunakan cip Nvidia H800 yang tidak dilarang di China, DeepSeek menunjukkan bahwa perangkat keras tercanggih tidak selalu diperlukan untuk inovasi AI.

    Meskipun model AI DeepSeek dinilai fantastis, analis semikonduktor Stacy Rasgon menyebut hype yang mengelilinginya terlalu berlebihan.

    “Mereka tidak menggunakan inovasi yang belum pernah ada sebelumnya,” kata Rasgon.

    Keunggulan DeepSeek
    Didirikan pada 2023, DeepSeek dirintis oleh Liang Wenfeng, mantan pendiri High-Flyer, sebuah dana lindung nilai berbasis AI. DeepSeek merilis model bahasa AI pertamanya pada akhir 2023, dan baru-baru ini meluncurkan model R1 yang disebut mampu melakukan penalaran tingkat lanjut.

    Salah satu keunggulan R1 adalah kemampuannya dalam “test time scaling”, yaitu proses model AI dapat berpikir ulang dan melatih dirinya sendiri tanpa membutuhkan data baru. Hal ini menciptakan efisiensi yang signifikan dalam pengembangan AI.

    DeepSeek menjadi sorotan karena dianggap mampu bersaing dengan perusahaan besar seperti OpenAI dan Google. Meskipun model serupa sudah dikembangkan oleh perusahaan Amerika, ini adalah kali pertama sebuah perusahaan China mendekati level tersebut dalam waktu singkat.

    Keberhasilan DeepSeek juga memicu diskusi di AS tentang bagaimana negara itu harus bersaing dengan China dalam bidang AI. Beberapa pihak, seperti kapitalis ventura Marc Andreessen, menyebut peluncuran R1 sebagai “momen Sputnik AI” yang merujuk pada perlombaan eksplorasi luar angkasa era Perang Dingin.

    Sementara itu, upaya AS untuk membatasi ekspor cip canggih ke China menjadi sorotan. Gregory Allen dari Wadhwani AI Center mengatakan peluncuran AI DeepSeek bertepatan dengan upaya diplomasi China untuk membuktikan bahwa kontrol ekspor AS tidak efektif.

  • Startup AI China DeepSeek, Salip ChatGPT di App Store Apple

    Startup AI China DeepSeek, Salip ChatGPT di App Store Apple

    Bisnis.com, JAKARTA – Aplikasi asisten AI buatan startup asal China, DeepSeek, berhasil menyalip ChatGPT dan meraih posisi sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas di App Store Apple di Amerika Serikat.

    Melansir dari Reuters, Senin (27/1/2025), didukung oleh model AI DeepSeek-V3, aplikasi ini telah menarik perhatian besar di kalangan pengguna AS sejak dirilis pada 10 Januari, menurut data dari firma riset aplikasi Sensor Tower.

    Adapun model AI DeepSeek-V3 diklaim oleh para pengembangnya memimpin papan peringkat di antara model sumber terbuka (open source) dan menyaingi model sumber tertutup (closed source) tercanggih di dunia.

    Pencapaian ini menunjukkan betapa DeepSeek berhasil meninggalkan jejaknya di Silicon Valley, sekaligus meruntuhkan anggapan umum tentang dominasi Amerika Serikat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). 

    Keberhasilan ini juga menguji efektivitas kebijakan kontrol ekspor Washington yang menargetkan chip canggih dan teknologi AI China.

    Model-model AI seperti ChatGPT dan DeepSeek memerlukan chip canggih untuk pelatihan. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memperkenalkan serangkaian pembatasan sejak 2021 yang bertujuan untuk menghentikan ekspor chip tersebut ke China, dengan tujuan mencegah pengembangan model-model AI yang kompetitif dari perusahaan-perusahaan China.

    Namun, peneliti DeepSeek mengungkapkan dalam sebuah makalah bulan lalu bahwa model DeepSeek-V3 menggunakan chip Nvidia H800 untuk pelatihan, dengan biaya yang tercatat kurang dari US$6 juta. 

    Klaim ini memunculkan perdebatan, terutama mengenai penggunaan chip yang dianggap kurang bertenaga dibandingkan dengan produk-produk Nvidia tercanggih yang menjadi sasaran pembatasan ekspor AS. 

    Terlepas dari perdebatan tersebut, biaya pelatihan yang relatif rendah ini telah memicu keraguan di kalangan para eksekutif teknologi AS tentang efektivitas kebijakan kontrol ekspor tersebut.

    DeepSeek sendiri adalah perusahaan rintisan kecil yang didirikan pada 2023 di Hangzhou, China. Meskipun belum banyak yang diketahui tentang perusahaan ini, peluncurannya datang setelah Baidu, perusahaan teknologi terbesar kedua di Tiongkok, merilis model AI bahasa besar pertama di negara itu.

    Sejak saat itu, puluhan perusahaan teknologi Tiongkok, baik besar maupun kecil, telah merilis model AI mereka sendiri. Namun, DeepSeek menjadi yang pertama mendapat pengakuan luas dari industri teknologi AS, karena kinerjanya yang dianggap sejajar atau bahkan melampaui model-model AI mutakhir buatan AS.

  • AI China Bikin Amerika Ketar-Ketir, Ini Bukti Nyatanya

    AI China Bikin Amerika Ketar-Ketir, Ini Bukti Nyatanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh statup Tiongkok, DeepSeek pada hari Senin menyalip saingannya ChatGPT, sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas yang tersedia di App Store Apple di Amerika Serikat (AS).

    Mengutip Reuters, DeepSeek didukung oleh model DeepSeek-V3, yang menurut para kreatornya “memimpin papan peringkat di antara model open source dan menyaingi model sumber tertutup tercanggih secara global.”

    Menurut perusahaan riset data aplikasi Sensor Tower, aplikasi kecerdasan buatan tersebut telah melonjak popularitasnya di kalangan pengguna AS sejak dirilis pada 10 Januari.

    Hal ini menjadi bukti bahwa DeepSeek telah mendobrak kesan di Silicon Valley, mematahkan pandangan umum tentang keunggulan AS dalam AI dan efektivitas kontrol ekspor Washington yang menargetkan chip canggih dan kemampuan AI Tiongkok.

    Adapun model AI dari ChatGPT hingga DeepSeek memerlukan chip canggih untuk mendukung pelatihannya. Pemerintahan Biden sejak 2021 telah memperluas cakupan larangan yang dirancang untuk menghentikan ekspor chip ke Tiongkok yang akan digunakan untuk melatih model AI perusahaan Tiongkok.

    Namun, para peneliti DeepSeek menulis dalam sebuah makalah bulan lalu bahwa DeepSeek-V3 menggunakan chip H800 Nvidia untuk pelatihan, dengan biaya kurang dari US$6 juta.

    Meskipun detail ini telah dibantah, klaim bahwa chip yang digunakan kurang kuat dibandingkan produk Nvidia tercanggih yang ingin dijauhkan Washington dari Tiongkok, serta biaya pelatihan yang relatif murah, telah mendorong para eksekutif teknologi AS untuk mempertanyakan efektivitas kontrol ekspor teknologi.

    Sedikit yang diketahui tentang perusahaan di balik DeepSeek. Perusahaan rintisan kecil yang berbasis di Hangzhou itu didirikan pada tahun 2023, ketika raksasa mesin pencari Baidu merilis model AI LLM pertama di Tiongkok.

    Sejak saat itu, puluhan perusahaan teknologi Tiongkok, baik besar maupun kecil, telah merilis model AI mereka sendiri, tetapi DeepSeek adalah yang pertama dipuji oleh industri teknologi AS karena menyamai atau bahkan melampaui kinerja model-model AS yang canggih.

    (fsd/fsd)

  • Ironis, Sanksi Amerika ke China Malah Munculkan AI Canggih

    Ironis, Sanksi Amerika ke China Malah Munculkan AI Canggih

    Jakarta

    Komunitas AI ramai membicarakan DeepSeek R1, large language model AI asal China yang meski dibuat dengan biaya murah, mampu menandingi produk AI dari Amerika Serikat. Model ini dikembangkan startup DeepSeek, yang mengklaim R1 menyamai bahkan melampaui ChatGPT o1 milik OpenAI tapi beroperasi dengan biaya jauh lebih murah.

    “Ini bisa menjadi terobosan yang sangat bagus bagi para peneliti dan pengembang dengan sumber daya terbatas,” kata Hancheng Cao, asisten profesor sistem informasi di Universitas Emory.

    Keberhasilan DeepSeek lebih luar biasa mengingat kendala yang dihadapi perusahaan AI China terkait kontrol ekspor AS pada chip canggih. Namun, aliih-alih melemahkan kemampuan AI China, sanksi itu malah tampaknya mendorong perusahaan rintisan seperti DeepSeek untuk berinovasi.

    Menurut Zihan Wang, mantan karyawan DeepSeek, untuk membuat R1, DeepSeek harus mengurangi beban pada GPU-nya, jenis GPU yang dirilis Nvidia untuk pasar China yang kinerjanya dibatasi hingga setengah kecepatan produk teratasnya.

    DeepSeek R1 dipuji peneliti karena mampu menangani tugas penalaran rumit, khususnya dalam matematika dan pengodean. Model ini memakai pendekatan berjuluk ‘rantai pemikiran’ mirip dengan ChatGPT o1, memungkinkannya memecahkan masalah dengan memproses kueri langkah demi langkah.

    Dimitris Papailiopoulos, peneliti di lab penelitian AI Frontiers Microsoft, mengatakan hal paling mengejutkan tentang R1 adalah kesederhanaan rekayasanya. “DeepSeek bertujuan untuk jawaban yang akurat, secara signifikan mengurangi waktu komputasi sambil mempertahankan tingkat efektivitas tinggi,” katanya.

    Meski perbincangan seputar R1 sedang hangat, DeepSeek relatif tidak dikenal. Berbasis di Hangzhou, perusahaan ini didirikan Juli 2023 oleh Liang Wenfeng, alumni Universitas Zhejiang dengan latar belakang di bidang informasi dan teknik elektronik. Seperti Sam Altman dari OpenAI, Liang ingin membangun kecerdasan umum buatan (AGI), AI yang dapat menyamai atau bahkan mengalahkan kecerdasan manusia.

    Ada alasan lain mengapa DeepSeek canggih. Jauh sebelum sanksi dari AS, Liang memperoleh persediaan besar chip Nvidia A100, jenis yang sekarang dilarang diekspor ke China. Media China memperkirakan perusahaan tersebut memiliki lebih dari 10.000 stok, tapi Dylan Patel, pendiri SemiAnalysis, memperkirakan mereka punya setidaknya 50.000 unit.

    Menyadari potensi persediaan ini untuk pelatihan AI adalah hal yang mendorong Liang untuk mendirikan DeepSeek, yang dapat menggunakannya dalam kombinasi dengan chip berdaya rendah untuk mengembangkan model AI.

    Liang mengatakan tantangan tambahan yang dihadapi perusahaan China selain sanksi chip adalah teknik rekayasa AI mereka cenderung kurang efisien. “Kami harus mengonsumsi daya komputasi dua kali lipat untuk mencapai hasil yang sama. Tujuan kami adalah terus menutup kesenjangan ini,” katanya. DeepSeek menemukan cara mengurangi penggunaan memori dan mempercepat perhitungan tanpa mengorbankan akurasi secara signifikan.

    Namun, DeepSeek menemukan cara untuk mengurangi penggunaan memori dan mempercepat kalkulasi tanpa mengorbankan akurasi secara signifikan. “Tim senang mengubah tantangan perangkat keras menjadi peluang untuk inovasi,” kata Wang.

    (fyk/hps)

  • AI DeepSeek Milik China Diklaim Lebih Efisien dari OpenAI, AS Ketar-Ketir

    AI DeepSeek Milik China Diklaim Lebih Efisien dari OpenAI, AS Ketar-Ketir

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) asal China, DeepSeek akan menjadi penantang berat bagi AI milik Amerika Serikat (AS). AI buatan China ini diklaim lebih murah dibandingkan OpenAI.

    Melansir dari Global Times, Minggu (26/1/2025), DeepSeek asal China ini berhasil memproduksi sistem AI yang kompetitif, setara dengan o1 OpenAI yang dikembangkan raksasa teknologi AS.

    Namun, perusahaan harus mengatasi pembatasan ketat terkait semikonduktor yang diberlakukan pemerintah AS terhadap China.

    “Model AI murah dan sumber terbuka milik China, DeepSeek menggetarkan para ilmuwan,” tulis laporan Nature.

    Menurut laporan tersebut, kinerja DeepSeek mencakup beberapa tugas dalam kimia, matematika, dan pengkodean setara dengan model o1 milik OpenAI.

    Adapun pada Desember 2024, perusahaan yang berbasis di Hangzhou itu resmi meluncurkan model AI skala besar bernama DeepSeek-V3. Model baru ini dengan cepat menarik perhatian di kalangan penggemar AI. Serta, memicu diskusi yang melampaui batas negara dan menyebar ke platform media sosial internasional serta forum teknologi.

    Menurut pengumuman yang dirilis DeepSeek, perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam kerja sama proyek eksternal, maupun memberikan layanan penerapan privatasi dan dukungan terkait.

    Selain itu, DeepSeek juga menekankan bahwa mereka akan fokus pada penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan model yang lebih canggih.

    Mantan Dekan dari Institut Riset Industri Kecerdasan di perusahaan perangkat lunak AI China, SenseTime, Tian Feng berpendapat bahwa kemampuan DeepSeek dengan biaya pelatihan lebih rendah mendefinisikan ulang aturan dari pengembangan AI.

    Menurut dia, pendekatan yang diambil DeepSeek telah memberi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan AI AS. “Karena kemungkinan akan menarik lebih banyak pengguna dan pengembang global untuk berpartisipasi dalam pengembangan AI kelas atas, yang dapat melemahkan pangsa pasar dan pengaruh perusahaan AI Amerika,“ ujar Feng.

    Sementara itu, Profesor Madya Studi Kecerdasan di Universitas Nanjing Li Baiyang menilai pendekatan teknologi DeepSeek menantang dominasi dan monopoli teknologi AI AS. “Ini membuktikan bahwa pembatasan chip AS tidak efektif,” kata Baiyang.

    Menurutnya, saat ini AS tengah berusaha mempertahankan dominasi di bidang AI melalui berbagai kebijakan dan peraturan administratif, dengan fokus pada perlindungan keunggulannya dalam kemampuan komputasi dan algoritmik.

    Namun, dia menyebut bahwa persaingan sehat antara China dan AS dalam AI bergantung pada sikap AS. Kedua negara ini bersaing di industri AI, namun ada juga ruang signifikan untuk kerjasama, terutama dalam tata kelola AI.

    Teranyar, Presiden AS Donald Trump mengumumkan investasi infrastruktur AI senilai US$500 miliar di AS. Di mana, tiga perusahaan teknologi terkemuka akan membentuk perusahaan baru bernama Stargate untuk mengembangkan infrastruktur AI di AS.

  • Geely Mulai Rakit Mobil di Indonesia Kuartal II 2025

    Geely Mulai Rakit Mobil di Indonesia Kuartal II 2025

    Jakarta

    Geely resmi hadir di Indonesia. Pabrikan asal China ini kembali ke Indonesia dengan semangat membangun ekosistem mobilitas cerdas yang berkelanjutan di Indonesia. Geely juga memperkenalkan tagline lokal untuk pasar Indonesia, yaitu ‘Life Fully Refined’, yang berfokus untuk menyediakan solusi mobilitas, yang tidak hanya memiliki teknologi canggih, tetapi juga dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

    “Kami sangat antusias atas peluncuran Geely di Indonesia. Kami yakin bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat mobilitas pintar dan berkelanjutan. Oleh karenanya Geely hadir untuk menawarkan solusi mobilitas yang mengutamakan teknologi, keberlanjutan, dan pengalaman berkendara yang tak terlupakan,” kata Evin Ye selaku Vice President of Geely Auto International Corporation, di Jakarta (22/1/2025).

    Geely juga memperkenalkan Geely EX5 sebagai model listrik pertama yang diluncurkan buat pasar Indonesia. “Geely EX5 merupakan langkah awal dari komitmen kami dalam menghadirkan kendaraan yang menggabungkan teknologi canggih, dengan mengutamakan kenyamanan dan keselamatan bagi konsumen Indonesia,” ujar Victor Gao, CEO Geely Auto Indonesia.

    Geely menyadari pentingnya inovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen di pasar Indonesia yang terus berkembang. Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Geely berkomitmen untuk menghadirkan kendaraan ramah lingkungan yang didukung oleh teknologi mutakhir guna meningkatkan pengalaman berkendara.

    Teknologi terkini seperti Geely Short Blade Battery dan GEA Architecture diklaim mampu memberikan arti baru pada standar mobilitas di Indonesia. Teknologi baterai canggih ini akan mempercepat transisi Indonesia ke arah kendaraan ramah lingkungan, sementara GEA Architecture menghadirkan desain fleksibel dan modular untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen Indonesia.

    Geely akan merakit mobil di Indonesia mulai kuartal kedua 2025 Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Dukungan pada Lokalisasi dan Ekosistem Otomotif Indonesia

    Geely berencana mendirikan pabrik Knock-Down (KD) untuk produksi kendaraan lokal. Fasilitas ini tidak hanya akan memproduksi kendaraan dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memberikan dampak positif pada ekosistem manufaktur Indonesia.

    Pada tahap awal, Geely akan menggandeng mitra lokal PT Handal Indonesia Motor untuk perakitan mobil pertama mereka di Indonesia, EX5. Geely Auto Indonesia berharap bisa mulai merakit mobil listrik EX5 tersebut mulai kuartal kedua tahun 2025.

    Kolaborasi ini sejalan dengan visi Geely untuk menghadirkan teknologi terkini dan teknik perakitan modern ke operasi lokal, sekaligus meningkatkan standar manufaktur serta rantai pasok otomotif di Indonesia.

    Selama tiga tahun ke depan, Geely mengklaim berencana untuk memperkenalkan lebih banyak tipe kendaraan ramah lingkungan dan berteknologi tinggi yang sesuai dengan preferensi konsumen Indonesia. Komitmen ini sejalan dengan transisi Indonesia menuju solusi mobilitas yang lebih cerdas dan berkelanjutan.

    “Geely akan memasuki pasar Indonesia dengan model listrik murni serta memanfaatkan matriks produk multi-merek kami yang mencakup berbagai kategori dan harga. Dalam tiga tahun ke depan, kami berencana untuk memperkenalkan 5-7 model, termasuk SUV, MPV, BEV, PHEV, dan ICE, guna memenuhi kebutuhan beragam segmen pasar,” kata Victor.

    Visi untuk Pertumbuhan di Pasar Indonesia

    “Indonesia memegang peran penting dalam mewujudkan visi global Geely untuk mendorong mobilitas cerdas yang berkelanjutan. Dengan populasi yang semakin besar dan permintaan pasar terhadap solusi mobilitas modern yang terus meningkat, kami yakin Geely dapat menjadi bagian utama dalam transformasi industri otomotif Indonesia,” sambung Victor.

    Sebagai bagian dari komitmen jangka panjangnya, Geely akan terus berinovasi dan memberikan solusi mobilitas yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. Peluncuran ini menandai awal perjalanan Geely di Indonesia, dengan tujuan menciptakan masa depan mobilitas yang lebih baik. Dengan semangat inovasi yang berfokus pada kebutuhan konsumen, Geely mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama bertransformasi menuju mobilitas cerdas dan berkelanjutan serta See the World in Full.

    Sekadar informasi, Geely Auto merupakan bagian dari Geely Holding Group, salah satu produsen otomotif terbesar di dunia yang berbasis di Hangzhou, China. Didirikan pada tahun 1997, Geely Auto telah menjadi pelopor dalam inovasi teknologi otomotif dengan menawarkan berbagai jenis kendaraan yang memenuhi standar kualitas internasional. Fokus utama Geely adalah keberlanjutan, dengan menghadirkan kendaraan listrik, hybrid, dan mesin pembakaran dalam yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan global. Saat ini, Geely beroperasi di lebih dari 100 negara dan berkomitmen untuk menciptakan mobilitas cerdas dan ramah lingkungan untuk masa depan.

    (lua/dry)

  • Geely Resmi Hadir di Indonesia, Bawa Mobil Listrik EX5

    Geely Resmi Hadir di Indonesia, Bawa Mobil Listrik EX5

    Jakarta

    Bertambah lagi merek mobil listrik China di Indonesia. Merek Geely Auto resmi mengumumkan kehadiran mereka di Indonesia. Merek ini pun langsung memperkenalkan model SUV ramah lingkungan, Geely EX5.

    “Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk mewakili Geely Automobile Group dalam memulal babak baru yang telah ditunggu di Indonesia. Membawa team Leading the Future, illuminating Indonesia,” kata Vice President of Geely Auto International Corporation, Evin Ye, di Jakarta, Rabu (22/1/2025).

    “Kami ingin menyoroti visi Geely dalam memimpin inovasi mobilitas dan berkontribusi pada pengembangan ekonomi serta teknologi di indonesia.

    Peluncuran ini menandai babak baru dalam perjalanan Geely sebagai pemimpin global di bidang intelligent mobility,” sambung Evin.

    “Kehadiran Anda di sini melambangkan awal dari upaya kolaboratif demi masa depan Indonesia dengan teknologi canggih dan solusi berkelanjutan,” katanya lagi.

    Geely EX5 sebelumnya sudah dipasarkan di China dan Eropa. Di China, mobil ini dijual dengan nama Geely Galaxy E5. Model ini juga dipasarkan di Malaysia lewat merek mobil nasional, Proton eMas 7. Diketahui, saham Proton sudah dibeli oleh Geely sejak 2017 lalu.

    SUV ramah lingkungan ini dibangun di atas platform GEA (Geely Electric Architecture) yang dikembangkan oleh pabrikan yang berkantor pusat di Hangzhou, Zhejiang.

    Beralih ke spesifikasi, Geely Indonesia memang belum mengumumkannya secara detail. Tapi berkaca dari model yang sudah dijual di China, mobil ini memiliki panjang 4.615 mm, lebar 1.901 mm, dan tinggi 1.670 mm. Jarak sumbu rodanya 2.750 mm. Mobil ini diklaim punya koefisien drag 0.269.

    Mobil ini dibekali motor listrik tunggal yang memiliki tenaga 218 PS dan torsi 320 Nm. Akselerasi 0-100 km/jam diklaim bisa dilahap dalam waktu 6,9 detik.

    Baterainya yang disematkan merupakan pengembangan dari pabrikan. Baterai bernama Aegis ini diklaim lebih aman dan memiliki masa pakai lebih lama, serta kemampuan pengisian daya cepat, dan kinerja suhu rendah.

    Pada Geely Galaxy E5 yang dijual di China, baterai Aegis tersedia dalam dua opsi yaitu 49,52 kWh yang memiliki jarak tempuh 440 km dalam satu kali pengisian penuh. Selanjutnya opsi kedua punya daya 60,22 kWh yang mampu menempuh jarak hingga 530 km berdasarkan standar pengujian di China.

    Di bagian interior, Geely EX5 memiliki instrumen display berupa layar 10,2 inci dan sistem hiburan layar sentuh yang berukuran 15,4 inci. Sistem hiburannya menggunakan Flyme Auto yang dikembangkan bersama Meizu. Sistem audio tersedia lewat 16 speaker dari Flyme Audio.

    Kehadiran Geely EX5 ini sekaligus menjadi lembaran baru Geely di Indonesia. Untuk diketahui, Geely sebelumnya pernah meramaikan pasar otomotif Indonesia pada 2011 dan mengakhirinya pada 2017.

    Penjualannya pun tak terlalu fantastis. Tahun pertama, Geely bisa menjajakan 1.022 unit mobilnya. Kemudian tahun 2012 penjualan meningkat menjadi 1232 unit. Masuk tahun ketiga, produsen mobil China ini makin merosot. Tahun 2016, Geely tak lagi sanggup menjual mobilnya di Tanah Air.

    (lua/din)

  • TikTok Diblokir, Warga AS Ramai-ramai ‘Mengungsi’ ke China

    TikTok Diblokir, Warga AS Ramai-ramai ‘Mengungsi’ ke China

    Jakarta, CNBC Indonesia – TikTok terancam diblokir di Amerika Serikat (AS). Para pengguna akhirnya berbondong-bondong mengungsi ke aplikasi media sosial buatan China, RedNote.

    Pengguna RedNote pun menyambut pengungsi TikTok dari AS dengan swafoto dan pesan-pesan yang mengatakan “selamat datang pengungsi TikTok”.

    RedNote dikenal di China sebagai Xiaohongshu dan sebagai platform untuk menemukan rekomendasi gaya hidup di berbagai bidang mulai dari kecantikan hingga makanan.

    Aplikasi ini dalam beberapa hari terakhir telah berubah menjadi saluran bilateral yang tak terduga antara pengguna AS-China.

    RedNote tercatat kedatangan lebih dari 700.000 pengguna baru yang didorong oleh ancaman pemblokir aplikasi video pendek TikTok yang digunakan oleh 170 juta orang Amerika karena masalah keamanan nasional.

    Baik pengguna lama atau abru di RedNote saling bertukar foto dan pertanyaan mengenai hewan peliharaan, makanan favorit, dan kehidupan mereka.

    Di antara pengguna yang menyambut pengungsi TikTok AS itu adalah Jacob Hui, seorang penerjemah di kota Hangzhou, China timur. Ia bergabung dengan obrolan langsung yang diselenggarakan bersama oleh influencer Tiongkok dan Amerika di platform tersebut.

    “Tidak banyak kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan orang Amerika di masa lalu,” katanya, dikutip dari Reuters, Kamis (16/1/2025).

    Media pemerintah Cina juga mendukung tren ini, dengan penyiar pemerintah CCTV mengatakan bahwa para pengguna TikTok telah menemukan “rumah baru”.

    Juru bicara kementerian luar negeri Cina, Guo Jiakun, yang ditanya dalam sebuah konferensi pers rutin, mengatakan bahwa penggunaan media sosial adalah pilihan pribadi masing-masing individu.

    “China selalu mendukung dan mendorong penguatan pertukaran budaya dan mempromosikan saling pengertian di antara masyarakat di semua negara,” kata Guo.

    Selama bertahun-tahun China mengendalikan internet merema dengan ketat melalui sensor “Great Fire Wall” dan memblokir jaringan media sosial asing seperti Instagram dan X.

    Sebagian besar platform media sosial China seperti Weibo mengharuskan pengguna memiliki nomor telepon China untuk masuk, sehingga membatasi pengguna hanya untuk warga Tiongkok.

    Sebaliknya, RedNote tidak mengharuskan pengguna memiliki nomor tersebut dan hanya menyediakan satu versi aplikasinya.

    (fab/fab)

  • Dirut Garuda Wamildan Tsani Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Dirut Garuda Wamildan Tsani Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Wamildan Tsani mengungkap pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan produsen pesawat China Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) terkait peluang penggunaan pesawat jet C919. 

    “Saya belum bisa jawab [penggunaan pesawat China oleh Garuda Indonesia], tapi komunikasi sudah mulai, tetapi kalau sampai betul-betul pesawatnya kita operasikan kan itu masih cukup panjang,” kata Wamildan di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024). 

    Lalu produk China yang seperti apa yang dimiliki Comac sehingga garuda membuka komunikasi? Mengutip laman resmi Comac pesawat jet C919 dirancang oleh Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) dengan tata letak kapasitas 158 hingga 192 kursi dan jangkauan 4.075 hingga 5.555 kilometer. Spesifikasi ini diklaim memenuhi standar kelaikan udara internasional dan memiliki hak kekayaan intelektual independen.  

    Diluncurkan pertama kali pada 2 November 2015, C919 berhasil menjalani uji terbang perdana pada 5 Mei 2017. Sertifikat Tipe dari Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) diperoleh pada 29 September 2022, dan pesawat pertama dikirimkan pada 9 Desember 2022. Operasi komersial pesawat ini dimulai pada 28 Mei 2023.  

    Hingga 19 Desember 2024, COMAC telah mengirimkan 14 unit pesawat C919 kepada tiga maskapai besar, yakni China Eastern Airlines (CEA), Air China, dan China Southern Airlines. Sebagai pelanggan peluncuran pertama, CEA telah mengoperasikan sembilan unit C919 di delapan rute domestik, melayani lebih dari 850.000 penumpang dengan total 6.240 penerbangan komersial.  

    Kemudian Air China menggunakan C919 pada empat rute utama dari Beijing ke Shanghai, Hangzhou, Chengdu, dan Wuhan. Sementara itu, China Southern Airlines mengoperasikan pesawat ini pada rute dari Guangzhou ke Shanghai, Chengdu, Hangzhou, dan Haikou. Secara keseluruhan, pesawat C919 telah melayani 15 rute di 10 kota. 

    Comac disebut memiliki peluang besar sebagai pemasok pesawat mengingat GIAA sedang mencari 70 pesawat baru. Keterlambatan pengiriman pesawat, terutama karena masalah rantai pasokan dan mogok kerja di Boeing, meningkatkan peluang Comac untuk memperoleh pesanan dari maskapai.

  • Dirut Garuda Wamildan Tsani Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Dirut Garuda Wamildan Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Wamildan Tsani mengungkap pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan produsen pesawat China Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) terkait peluang penggunaan pesawat jet C919. 

    “Saya belum bisa jawab [penggunaan pesawat China oleh Garuda Indonesia], tapi komunikasi sudah mulai, tetapi kalau sampai betul-betul pesawatnya kita operasikan kan itu masih cukup panjang,” kata Wamildan di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024). 

    Lalu produk China yang seperti apa yang dimiliki Comac sehingga garuda membuka komunikasi? Mengutip laman resmi Comac pesawat jet C919 dirancang oleh Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) dengan tata letak kapasitas 158 hingga 192 kursi dan jangkauan 4.075 hingga 5.555 kilometer. Spesifikasi ini diklaim memenuhi standar kelaikan udara internasional dan memiliki hak kekayaan intelektual independen.  

    Diluncurkan pertama kali pada 2 November 2015, C919 berhasil menjalani uji terbang perdana pada 5 Mei 2017. Sertifikat Tipe dari Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) diperoleh pada 29 September 2022, dan pesawat pertama dikirimkan pada 9 Desember 2022. Operasi komersial pesawat ini dimulai pada 28 Mei 2023.  

    Hingga 19 Desember 2024, COMAC telah mengirimkan 14 unit pesawat C919 kepada tiga maskapai besar, yakni China Eastern Airlines (CEA), Air China, dan China Southern Airlines. Sebagai pelanggan peluncuran pertama, CEA telah mengoperasikan sembilan unit C919 di delapan rute domestik, melayani lebih dari 850.000 penumpang dengan total 6.240 penerbangan komersial.  

    Kemudian Air China menggunakan C919 pada empat rute utama dari Beijing ke Shanghai, Hangzhou, Chengdu, dan Wuhan. Sementara itu, China Southern Airlines mengoperasikan pesawat ini pada rute dari Guangzhou ke Shanghai, Chengdu, Hangzhou, dan Haikou. Secara keseluruhan, pesawat C919 telah melayani 15 rute di 10 kota. 

    Comac disebut memiliki peluang besar sebagai pemasok pesawat mengingat GIAA sedang mencari 70 pesawat baru. Keterlambatan pengiriman pesawat, terutama karena masalah rantai pasokan dan mogok kerja di Boeing, meningkatkan peluang Comac untuk memperoleh pesanan dari maskapai.