kab/kota: Gunungkidul

  • Mengenal Nasi Tiwul Ayam Lodho, Kuliner Menarik Ketika Berlibur di Trenggalek

    Mengenal Nasi Tiwul Ayam Lodho, Kuliner Menarik Ketika Berlibur di Trenggalek

    Liputan6.com, Bandung – Makanan tradisional Indonesia sudah sangat beragam jenisnya dan salah satunya adalah Sego Tiwul atau Nasi Tiwul. Makanan ini memiliki bahan dasar berupa tepung gaplek yaitu singkong yang telah dikeringkan dan diolah menjadi butiran menyerupai nasi.

    Makanan ini memiliki tekstur yang khas yaitu sedikit kenyal dengan rasa yang sedikit manis. Sego tiwul sering dijadikan makanan pokok pengganti nasi terutama pada masa lalu ketika beras sulit diperoleh.

    Hidangan ini biasanya disajikan dengan lauk-pauk sederhana seperti ikan asin, sambal, sayur daun ketela, dan urap, sehingga menciptakan rasa yang kaya dan menggugah selera. Sego tiwul berasal dari daerah Jawa.

    Diketahui makanan ini ditemukan khususnya di wilayah pesisir selatan seperti Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan, hingga Trenggalek. Makanan ini erat kaitannya dengan sejarah panjang masyarakat yang dahulu menghadapi keterbatasan bahan pangan.

    Pada masa penjajahan dan masa-masa sulit lainnya masyarakat di daerah pegunungan dan pesisir selatan Jawa mengandalkan tiwul sebagai sumber karbohidrat utama karena singkong lebih mudah tumbuh di lahan yang tandus dibandingkan padi.

    Di Trenggalek, sego tiwul menjadi salah satu kuliner yang tetap bertahan hingga kini dan bahkan masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu alasan utama mengapa makanan ini tetap lestari di Trenggalek adalah karena kondisi geografisnya.

    Selain faktor geografis, budaya masyarakat Trenggalek yang masih menjaga kearifan lokal juga berperan dalam melestarikan sego tiwul. Banyak masyarakat yang masih menikmati makanan ini sebagai sarapan atau makanan sehari-hari.

    Adapun ketika mengunjungi Trenggalek terdapat tempat Sego Tiwul yang bisa dikunjungi yaitu Nasi Tiwul Ayam Lodho.

  • Cerita Sandi Mudik Gunakan Sepeda dari Cikarang ke Gunungkidul, Tempuh Perjalanan 4 Hari
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        29 Maret 2025

    Cerita Sandi Mudik Gunakan Sepeda dari Cikarang ke Gunungkidul, Tempuh Perjalanan 4 Hari Yogyakarta 29 Maret 2025

    Cerita Sandi Mudik Gunakan Sepeda dari Cikarang ke Gunungkidul, Tempuh Perjalanan 4 Hari
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Kayuhan sepeda
    Sandi Setyawan
    agak sedikit tersendat saat naik di Bundelan Hills, Ngawen,
    Gunungkidul
    , DI Yogyakarta, Sabtu (29/3/2025) siang.
    Sandi sudah bersepeda dari
    Cikarang
    menuju rumah mertuanya di Jurang Jero, Ngawen, selama 4 hari, 4 malam.
    Setelah melewati tanjakan, ia langsung turun ke kanan melewati jalan kecil di kanan kiri lahan persawahan padi.
    Sepeda dengan tulisan “mudik santai ke-6
    Cikarang

    Gunungkidul
    ” di depan dan belakang akhirnya sampai ke rumah sederhana dengan pemandangan yang indah.
    Di sana, mertua, istrinya, dan anak sudah menunggu.
    Setelah melepas lelah sejenak, Sandi bercerita kepada awak media.
    “Saya berangkat Selasa (25/3/2025) selepas maghrib, dan sampai hari ini, jam 14.30 WIB,” kata Sandi saat ditemui di Ngawen, Sabtu.
    Sandi mengatakan, dirinya berangkat melalui jalur Pantai Utara Jawa melewati Cirebon, Pemalang, Semarang, Boyolali, Cawas, menuju Ngawen.
    Pria yang memiliki hobi bersepeda ini memilih bersepeda untuk mudik, sementara anak dan istrinya menggunakan mobil.
    Selama perjalanan, ia memilih untuk bersepeda di malam hari.
    Siangnya digunakan untuk mencuci pakaian, istirahat, dan mengisi ulang aki yang digunakan untuk penerangan dan alat pemutar lagu di sepedanya.
    Sepeda berwarna hitam itu dipenuhi lampu, baik di frame hingga di helmnya yang juga diberikan lampu.
    Untuk isi tas, ia membawa pakaian, alat pembenahan sepeda, dan peralatan mandi.
    “Jadi bajunya itu dicuci kering lalu disimpan, dan besok digunakan lagi. Jadi cuci kering pakai,” kata Sandi.
    Dalam perjalanan, ia mengaku bahwa yang paling berat adalah di wilayah Semarang, Jawa Tengah, karena di sana banyak tanjakan ekstrem.
    Selama perjalanan empat hari empat malam, dirinya hanya menghabiskan uang kurang dari Rp 400.000.
    “Kalau makan hanya 2 kali sehari, paling banyak untuk minum,” kata dia.
    Sandi mengatakan, dirinya mudik bersepeda sejak 2016 lalu, sempat berhenti selama 3 tahun. Total sudah 6 kali dirinya mudik menggunakan sepeda dengan jarak tempuh sekitar 600 kilometer.
    “Kalau siang atau hujan, istirahat. Karena kalau pakai jas hujan, di luar basah, di dalam kering, itu bahaya untuk kesehatan,” kata dia.
    “Nanti pulangnya pada 5 April 2025, sepedanya dipaketin, pulang naik mobil,” kata Sandi.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemudik Naik Sepeda dari Bekasi ke Gunungkidul, Gowes 4 Hari 5 Malam – Halaman all

    Pemudik Naik Sepeda dari Bekasi ke Gunungkidul, Gowes 4 Hari 5 Malam – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mudik merupakan tradis yang dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Lebaran, tak terkecuali Sandi Setiawan, warga Gunungkidul, Yogyakarta.

    Uniknya, Sandi menempuh perjalanan mudik Lebaran 2025 dari Bekasi, Jawa Barat menuju Gunungkidul menggunakan sepeda.

    Ini bukan kali pertama Sandi mengayuh sepeda dari Bekasi ke Gunungkidul saat mudik Lebaran.

    Sejak 2016, Sandi selalu mudik mengayuh sepeda.

    Meski harus memakan Waktu lama, namun ia mengaku menikmati perjalanannya.

    “Saya mudik pakai sepeda gowes, pertama karena hobi, kedua karena ekonomis,” kata Sandi saat tiba di Jalan Pantura, Kota Tegal, Jawa Tengah, Kamis (27/3/2025), dilansir TribunJateng.com.

    Jika menggunakan bus rute Bekasi-Gunungkidul, Sandi harus merogoh kocek Rp550 ribu sampai Rp600 ribu.

    Namun, dengan mengayuh sepeda, biaya yang dikeluarkan Sandi untuk perjalanan mudiknya tidak sampai menyentuh nominal tersebut.

    Untuk menekan biaya, Sandi memilih beristirahat  di masjid karena gratis. Di sana ia bisa menumpang mandi dan mencuci baju.

    “Jadi saya bawa bekal baju untuk cuci kering pakai. Istirahat di masjid karena umum dan keamanan terjamin,” ungkapnya.

    Disebutkannya, perjalanan mudik dari Bekasi ke Gunungkidul menggunakan sepeda membutuhkan waktu selama 4 hari 5 malam.

    “Alhamdulillah sepanjang jalan lancar, jalannya juga halus,” katanya.

    Untuk keamanannya selama di perjalanan, Sandi membawa sejumlah perlengkapan, di antaranya helm, sarung tangan, kacamata, dan masker.

    Ia juga memasang lampu depan dan belakang di sepeda, serta di bagian helm.

    Selama perjalanan ia juga memakai kaus lengan Panjang untuk melindungi tubuhnya dari sengatan matahari.

    Ia sendiri lebih senang perjalanan malam, karena tidak panas.

    “Yang terpenting adalah niat dan tekad, saya sendiri istirahat tiap satu jam sekali. Per jam, minum 10 menit lalu jalan lagi, dan itu terus kontinyu,” terangnya, dikutip dari TribunBanyumas.com.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sosok Sandi Setiawan Mudik dari Bekasi ke Gunung Kidul Pakai Sepeda Gowes, Ini Alasannya dan di TribunBanyumas.com dengan judul Kecanduan Mudik Kayuh Sepeda, Sandi Nikmati Perjalanan dari Bekasi ke Gunung Kidul 4 Hari 5 Malam

    (Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJateng.com, TribunBanyumas.com/Fajar Bahruddin Achmad)

  • Pawai Ogoh-ogoh di Gunungkidul Jadi Simbol Toleransi Beragama

    Pawai Ogoh-ogoh di Gunungkidul Jadi Simbol Toleransi Beragama

    Gunungkidul, Beritasatu.com – Umat Hindu di Gunungkidul, Yogyakarta, turut merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947 dengan menggelar pawai ogoh-ogoh pada Jumat (28/3/2025). 

    Pawai ogoh-ogoh di Gunungkidul ini menarik perhatian banyak warga, baik dari umat Hindu maupun agama lain, yang tumpah ruah di sepanjang jalan kabupaten untuk menyaksikan arak-arakan empat ogoh-ogoh yang diiringi kesenian budaya setempat.

    Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gunungkidul menyampaikan, setelah upacara tawur agung di Candi Prambanan, umat Hindu di Kapanewon Ngawen langsung menggelar pawai adat ogoh-ogoh. Tradisi ini telah menjadi bagian dari agenda kebudayaan yang rutin diadakan di Gunungkidul setiap menjelang Nyepi.

    “Ini adalah momen luar biasa. Toleransi beragama terjaga dengan baik. Umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian, sementara umat muslim menjalani ibadah puasa. Esensi keduanya sama, yakni untuk mendapatkan kesucian jiwa,” ujar Ketua PHDI Gunungkidul, Purwanto.

    Kapolres Gunungkidul AKBP Ary Murtini juga menyoroti pentingnya kebersamaan dan solidaritas antarumat beragama di wilayah ini.

    “Pawai ogoh-ogoh di Gunungkidul ini bukan hanya untuk umat Hindu, tetapi menjadi simbol keberagaman yang dirayakan bersama. Semakin beragam, semakin kuat semangat Bhinneka Tunggal Ika,” kata Ary Murtini.

  • Jelang Lebaran 2025, Puluhan Rumah di Gunungkidul Terendam Banjir

    Jelang Lebaran 2025, Puluhan Rumah di Gunungkidul Terendam Banjir

    Gunungkidul, Beritasatu.com –  Beberapa hari menjelang Lebaran 2025, puluhan rumah di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terendam banjir setelah hujan deras yang melanda sejak Jumat (28/3/2025) siang. Air sungai di wilayah Munggi, Kecamatan Semanu, meluap hingga memasuki permukiman warga dan menyebabkan arus lalu lintas terhambat, dengan ketinggian air mencapai 20 sentimeter.

    Selain Kecamatan Semanu, banjir juga melanda beberapa kawasan lain di Gunungkidul, seperti di Kalurahan Wiyoko, Kecamatan Playen. Empat warga terpaksa dievakuasi karena akses jalan keluar tertutup oleh arus air yang cukup deras. Warga dievakuasi menggunakan tali agar dapat menyeberangi aliran sungai.

    Menurut kepolisian, banjir ini merupakan dampak dari cuaca ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung hingga 31 Maret 2025. Oleh karena itu, kawasan bantaran sungai menjadi perhatian khusus pihak kepolisian di Gunungkidul, terlebih menjelang Lebaran 2025.

    “Kami bersama petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),  pemadam kebakaran (Damkar), dan petugas kesehatan telah menuju dua lokasi untuk mengevakuasi empat warga yang terjebak banjir di dalam rumah,” ujar Kapolres Gunungkidul AKBP Ary Murtini kepada Beritasatu.com, Sabtu (29/3/2025) dini hari.

    Hingga Jumat (28/3/2025) malam, Polres Gunungkidul mencatat terdapat puluhan rumah terendam banjir, di antaranya di Kecamatan Wonosari (22 rumah), Kecamatan Semanu (4 rumah), Kecamatan Playen (5 rumah), dan Kecamatan Paliyan (19 rumah). Selain itu, di Kecamatan Patuk, terjadi tanah longsor yang menutup akses jalan antar Padukuhan.

    Masyarakat di sekitar Gunungkidul pun diimbau untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung hingga tiga hari mendatang yang dikhawatirkan akan kembali banjir menjelang Lebaran 2025.

  • Daftar Tarif Bus PO Puspa Jaya, Gunung Mulia, Tunggal Dara untuk Arus Mudik Lebaran 2025 – Halaman all

    Daftar Tarif Bus PO Puspa Jaya, Gunung Mulia, Tunggal Dara untuk Arus Mudik Lebaran 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut informasi mengenai tarif bus untuk angkutan Lebaran 2025.

    Sejumlah Perusahaan Otobus (PO) telah merilis tarif yang akan berlaku selama Hari Raya Idul Fitri 1446 H.

    Beberapa PO bus yang telah merilis tarif Lebaran 2025, yakni PO Puspa Jaya, Gunung Mulia Royal, dan Tunggal Dara Putera.

    Untuk lebih lengkapnya, simak daftar tarif bus untuk angkutan Lebaran 2025.

    Mengutip dari Instagram @puspajaya.transport, Perusahaan Otobus yang berbasis di Lampung ini telah merilis tarif untuk arus mudik Lebaran 2025.

    Tarif arus mudik PO Puspa Jaya dibedakan berdasarkan tujuan penumpang.

    Adapun rincian tarif PO Puspa Jaya untuk angkutan Lebaran 2025:

    *) Keberangkatan dari Lampung tanggal 21 Maret s/d 10 April 2025 dengan tujuan:

    – Tegal, Semarang, Magelang, Yogyakarta Rp 600.000

    – Kebumen, Purworejo, Yogyakarta Rp 600.000

    – Solo, Karanganyar, Sragen Rp 600.000

    – Ngawi, Madiun Rp 655.000

    – Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Blitar Rp 675.000

    Catatan:

    – Tiket yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan

    – Tarif di atas juga berlaku untuk arah sebaliknya

    – Harga bisa berubah sewaktu-waktu

    – Pembelian tiket bisa dilakukan secara online atau melalui agen bus terdekat.

    Kemudian PO Gunung Mulia Royal juga telah mengumumkan tarif untuk angkutan Lebaran 2025.

    Tarif Lebaran 2025 PO Gunung Mulia Royal yakni sebagai berikut:

    *) Keberangkatan dari Jakarta tujuan Solo, Sukoharjo Wonogiri via Semarang, Salatiga, dan Boyolali

    – 21 s/d 24 Maret 2025 Rp 420.000

    – 25 s/d 30 Maret 2025 Rp 510.000

    – 31 Maret s/d 1 April 2025 Rp 420.000.

    *) Keberangkatan dari Jakarta tujuan Yogyakarta hingga Gunungkidul

    – 21 s/d 24 Maret 2025 Rp 420.000

    – 25 s/d 30 Maret 2025 Rp 510.000

    – 31 Maret s/d 1 April 2025 Rp 420.000.

    Catatan:

    – Tiket yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan

    – Tarif di atas juga berlaku untuk arah sebaliknya

    – Harga bisa berubah sewaktu-waktu

    – Pembelian tiket bisa dilakukan secara online atau melalui agen bus terdekat.

    3. PO Tunggal Dara Putera 

    Kemudian PO bus yang berbasis di Wonogiri, Jawa Tengah yakni Tunggal Dara Putera juga telah merilis tarif arus mudik Lebaran 2025.

    Tarif Lebaran PO Tunggal Dara Putera berlaku dari Jakarta tujuan Solo hingga Wonogiri.

    Adapun rincian tarif Lebaran PO Tunggal Dara Putera sebagai berikut;

    – 17 s/d 22 Maret 2025 Rp 350.000

    – 23 s/d 26 Maret 2025 Rp 500.000

    – 27 s/d 31 Maret 2025 Rp 560.000

    – 1 s/d 6 April 2025 Rp 500.000

    – 7 s/d 13 April 2025 Rp 450.000.

    Catatan:

    – Tiket yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan

    – Tarif di atas juga berlaku untuk arah sebaliknya

    – Harga bisa berubah sewaktu-waktu

    – Penukaran tiket BDB tidak berlaku selama angkutan Lebaran 2025.

     

    (Tribunnews.com/David Adi)

  • BPBD DIY Imbau Pemudik Waspada Cuaca Ekstrem Saat Lebaran 2025

    BPBD DIY Imbau Pemudik Waspada Cuaca Ekstrem Saat Lebaran 2025

    Yohyalarta, Beritasatu.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengimbau pemudik dan wisatawan yang melewati Yogyakarta saat Lebaran 2025 agar waspada terhadap cuaca ekstrem. Potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, petir, dan angin kencang, masih tinggi selama masa libur Lebaran.

    Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmat, menyebutkan periode libur Lebaran akhir Maret hingga awal April masih berada dalam puncak musim penghujan.

    “Kami mengingatkan pemudik dan wisatawan untuk berhati-hati, terutama di jalur rawan bencana seperti daerah perbukitan dan sungai,” ujarnya, Kamis (20/3/2025).

    Sejumlah kejadian akibat cuaca ekstrem telah terjadi di Yogyakarta. Salah satunya, longsor di tebing ruas jalan Clongop, Gedangsari, Gunungkidul, pada 17 Maret 2025, yang menutup total akses jalan antara Kabupaten Klaten dan Gunungkidul. Selain itu, pada 11 Maret 2025, hujan es disertai angin kencang melanda tiga kabupaten/kota di DIY, menyebabkan ratusan pohon tumbang dan belasan rumah rusak.

    BPBD DIY mencatat, kejadian longsor paling sering terjadi di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo, serta beberapa titik di Bantul dan Sleman. Jalur rawan longsor umumnya berada di daerah perbukitan dengan tanah labil yang minim vegetasi penahan serta belum dilengkapi sistem pengamanan longsor.

    Berdasarkan kajian BPBD DIY dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, seluruh kabupaten/kota di DIY masih dalam status Siaga Darurat Hidrometeorologi selama masa libur Lebaran 2025. Status ini kemungkinan diperpanjang hingga 8 April 2025 karena potensi cuaca ekstrem akibat bibit siklon di Samudera Hindia, selatan Yogyakarta.

    “Pemudik dan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan. Potensi cuaca ekstrem masih tinggi, terutama di jalur-jalur rawan bencana,” tambah Noviar Rahmat.

    Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, sejumlah daerah di DIY telah melakukan mitigasi lebih terstruktur. Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, misalnya, telah mendirikan posko siaga bencana hidrometeorologi hingga tingkat kalurahan atau desa.

    Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto, menegaskan kesiapan sarana dan prasarana tanggap bencana harus terus ditingkatkan.

    “Yogyakarta menghadapi tiga situasi darurat selama libur Lebaran ini, yaitu bencana hidrometeorologi, aktivitas erupsi Gunung Merapi yang masih berstatus Siaga (Level III), serta potensi kecelakaan dan kemacetan lalu lintas,” ujarnya.

    Sementara itu, Subdirektorat Keamanan dan Keselamatan (Subditkamsel) Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda DIY memastikan akan menerapkan Operasi Ketupat Progo 2025 selama 17 hari, mulai 23 Maret hingga 8 April, guna memastikan kelancaran arus mudik dan balik.

    BPBD DIY mengimbau masyarakat untuk selalu memperbarui informasi cuaca ekstrem dan lalu lintas, serta mengikuti arahan petugas di lapangan demi keselamatan bersama.

  • Muncul Retakan, Gunungkidul Berpotensi Dilanda Longsor Susulan

    Muncul Retakan, Gunungkidul Berpotensi Dilanda Longsor Susulan

    Gunungkidul, Beritasatu.com – Muncul retakan sepanjang 15 meter di atas tebing sekitar jalan baru penghubung Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pasca bencana tanah longsor yang memutus jalan tersebut beberapa waktu lalu. Retakan tersebut dianggap sebagai indikasi adanya lapisan tanah yang berpotensi menyebabkan longsor susulan.

    Kapolsek Gedangasari AKP Suryanto mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan mitigasi atas temuan tersebut. Sebagai langkah antisipasi, polisi memasang garis polisi dan membuat jarak aman jika terjadi longsor susulan di Gunungkidul.

    “Di atas tebing yang longsor ada retakan sekitar 20 centimeter dan panjangnya sekitar 15 meter. Kami sudah berkoordinasi dengan pemilik lahan untuk tanahnya diselamatkan supaya tidak membahayakan pengguna jalan,” kata Suryanto, Rabu (19/3/2025).

    Sementara itu, sebuah alat berat diturunkan di lokasi kejadian untuk membersihkan material longsor.

    Namun, karena terkendala lokasi di atas bukit dan tanjakan tajam, eksavator yang rencananya akan diturunkan belum tiba di lokasi.

    “Yang dikirim baru kendaraan roller untuk pendorong, nanti ke depan tetap harus meenggunakan ekskavator karena pakai roller tidak bisa,” ujarnya.

    Sebelumnya, hujan deras yang disertai angin kencang  melanda kawasan Gedangsari, Gunungkidul pada Senin (17/3/2025) sore, menyebabkan tebing setinggi 30 meter di tanjakan Clongop longsor.

    Akibatnya, jalan yang  menghubungkan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Klaten terputus akibat tertimbun material longsor.

  • Pantai Ngobaran Jadi Lokasi Upacara Melasti Umat Hindu Jelang Nyepi

    Pantai Ngobaran Jadi Lokasi Upacara Melasti Umat Hindu Jelang Nyepi

    Gunungkidul, Beritasatu.com – Ratusan umat Hindu dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, dan berbagai daerah lainnya berkumpul di Pura Segoro Wukir, Pantai Ngobaran, Kalurahan Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul, Yogyakarta, untuk melaksanakan upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi.

    Upacara Melasti di Pantai Ngobaran ini merupakan bentuk penyucian diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu. Selain untuk menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, upacara ini juga bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara sesama manusia dan alam.

    Ratusan umat Hindu dari berbagai daerah berkumpul di Pura Segoro Wukir, Pantai Ngobaran, Gunungkidul untuk melaksanakan upacara Melasti menjelang Nyepi. – (Beritasatu.com/Olena Wibisana)

    Pura Segoro Wukir dipilih sebagai lokasi pelaksanaan upacara Melasti karena di kawasan tersebut terdapat Candi Kejawan atau Mojodipo. Candi ini merupakan tempat dharma yang didirikan oleh Agung Riyadi, keturunan Bondan Kejawan, yang juga merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya.

    Sebagai kawasan dengan destinasi wisata religi bagi umat Hindu, Pantai Ngobaran juga dilengkapi dengan sebuah masjid dan pura. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi antarumat beragama di lokasi tersebut terjaga dengan baik.

    “Keberagaman umat beragama di sini sangat terjalin dengan baik dan mendapat perhatian langsung dari Kementerian Agama,” ujar Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, kepada Beritasatu.com, Sabtu (15/3/2025).

    Menjelang Hari Raya Nyepi, sejumlah umat Hindu menggelar upacara Melasti. – (Beritasatu.com/Olena Wibisana)

    Upacara Melasti di Pantai Ngobaran ini memiliki daya tarik tersendiri dan selalu dinantikan oleh warga sekitar. Bahkan, wisatawan dari luar Gunungkidul pun hadir untuk menyaksikan upacara tersebut, meskipun umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa karena bertepatan dengan Ramadan 2025.

  • Warung Sate Kambing ini Hanya Buka di Malam Kliwon

    Warung Sate Kambing ini Hanya Buka di Malam Kliwon

    Liputan6.com, Gunungkidul – Penanggalan kalender Jawa di dalamnya dikenal ada yang namanya hari pasaran, satu di antaranya adalah Kliwon. Bagi sebagian masyarakat Jawa penganut suatu kepercayaan, malam Kliwon menjadi malam sakral untuk melaksanakan ritual atau peribadatan tertentu.

    Warung sate kambing milik Panijem ini juga hanya buka di malam pasaran Kliwon, 5 hari sekali. Mulai melayani pembeli sejak jam 9 pagi sebelum Kliwon, sampai malam dan dini hari, buka 24 jam. Tutup sekitar jam 9 atau 10 pagi di hari berikutnya.

    Selama malam Kliwon, warung sate kambing ini terus melayani pembeli yang datang dari berbagai daerah.

    Menurut Panijem, warung sate kambing miliknya didirikan pada sekitar 1998. Setiap buka, nyaris tidak pernah sepi pengunjung, baik yang makan di tempat, maupun yang bungkus.

    Selain harga yang terhitung sangat murah, menu yang disediakan juga lengkap, tidak hanya sate, tetapi juga ada tongseng dan gulai kambing. Biarpun murah, tetapi rasanya enak dan porsinya banyak.

    “Untuk kondisi sekarang, selama 24 jam buka, menghabiskan sekitar 1 ekor kambing ditambah daging yang beli dari penyedia daging kambing,” ujarnya.

    Warung sate kambing milik Panijem ini berlokasi di dalam komplek pasar kambing Trowono, dalam wilayah Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

    Pasar kambing yang buka tiap pasaran Kliwon hari apa saja, menjadi strategi marketing andalan untuk Panijem, sehingga warung satenya hanya buka di pasaran kliwon saja.

    Apalagi jika masuk pagi, pasaran kambing Kliwonan mulai dibuka, maka warung sate kambing milik Panijem ini pengunjungnya sampai membludak. Mulai dari blantik, pedagang kambing, dan para pembeli menyempatkan singgah untuk menikmati berbagai menu yang disediakan.

    Bagi yang tidak cocok dengan daging kambing, warung milik Panijem ini juga menyediakan nasi rames, lele goreng, dan berbagai menu masakan ikan laut.

    Tidak hanya Panijem, di sebelahnya juga ada warung lain milik Suti, menyediakan nasi rames, gudangan, juga penganan tradisional seperti puli tempe dan bermacam aneka gorengan.

    Jadi kalau sudah masuk pasaran kliwon, jangan lupa menyempatkan diri untuk meluncur menikmati kuliner malam di komplek pasar kambing Trowono.

    Penulis: Arief Muhammad