kab/kota: Gunungkidul

  • Profil Veda Ega Pratama, Pebalap Gunungkidul yang Menang di Sirkuit Mugello

    Profil Veda Ega Pratama, Pebalap Gunungkidul yang Menang di Sirkuit Mugello

    Jakarta

    Veda Ega Pratama jadi buah bibir usai jadi pemenang Red Bull Rookies Cup 2025 di Sirkuit Mugello, Italia. Dia memenangkan dua balapan sekaligus, lagu Indonesia Raya secara berurutan diputar saat Veda podium. Lantas, siapa sih Veda Ega Pratama?

    Veda Ega Pratama jadi juara pertama dalam balapan Red Bull Rookies Cup 2025. Ini kemenangan perdana bagi rider asal Gunungkidul itu. Makin terasa spesial, sebab dia bisa menang dua kali.

    Pada saat race pertama Mugello, Sabtu (21/6/2025), Veda Ega finis tempat pertama dengan torehan waktu 26 menit 31,484 detik. Dia unggul 0,071 detik dari David Gonzalez yang menjadi runner up.

    Veda kembali beraksi dengan epik pada race kedua di Mugello, Minggu (22/6/2025), dia merebut posisi pertama dari pebalap asal Malaysia, Hakim Danish dengan menggunakan slipstream. Pada akhir balapan, Veda Pratama yang menyentuh garis finis lebih dulu. Selisihnya 0,011 detik, sangat tipis!

    Veda Ega Pratama, pebalap Indonesia di ajang Red Bull Rookies Cup 2025. Foto: dok.Red Bull Rookies Cup 2025

    Atas hasil sempurna itu, Veda Ega Pratama saat ini mengisi posisi tiga klasmeen sementara Red Bull Rookies Cup 2025. Dia sudah mengemas 92 poin, posisi pertama Hakim Danish (Malaysia) sudah mengumpulkan 148 poin dan Brian Uriarte (Spanyol) mencetak 116 poin.

    Profil Veda Ega Pratama

    Veda Ega Pratama lahir pada 23 Novembr 2008. Pebalap berusia 16 tahun ini memulai karier balapnya dari siswa AHRS (Astra Honda Racing School), lalu menapaki berbagai level kompetisi seperti Honda Dream Cup, Asia Talent Cup, Asia Road Racing Championship hingga saat ini bersaing di Red Bull Rookies Cup dan FIM JuniorGP World Championship.

    Veda mencatat sejarah sebagai pebalap Indonesia pertama yang mengibarkan bendera merah putih pada podium tertinggi secara beruntun di kedua race di ajang kejuaraan junior internasional kompetitif di dunia yaitu Red Bull Rookies Cup.

    Veda Ega Pratama juara di Sirkuit Mugello Foto: Red Bull Rookies Cup

    Sebelum menapaki karier di kelas dunia, Veda sudah mengantongi gelar juara. Yang paling bergengsi ialah Asia Talent Cup 2023, Veda juga jadi orang pertama yang juara dalam ajang tersebut.

    Veda Ega Pratama merupakan putra Darmono yang merupakan mantan pebalap yang saat ini bekerja sebagai seorang pengusaha. Semua bakat Veda Pratama didukung oleh ayahnya.

    “Semuanya dimulai ketika saya berusia 6 tahun. Saya suka balapan karena saya sering melihat ayah saya berlatih dan balapan. Ayah saya membalap di kelas Super Sport 600 di Kejuaraan Nasional,” kata Veda Pratama dikutip dari laman Red Bull Rookies Cup.

    Ayah Veda Ega Pratama, Sudarmono, saat ditemui di bengkelnya Wonosari, Gunungkidul, Senin (19/8/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

    “Semua keluarga saya mendukung karir saya, terutama ayah saya. Ayah saya memberikan saya sebuah Mini GP ketika saya berusia 5 tahun, dan mulai mengenalkan saya pada dunia balap,” tambah dia.

    Tidak hanya sepeda motor, Veda punya hobi lain, yakni memancing dan bersepeda. Soal pebalap idola, Veda Ega merupakan penggemar Casey Stoner, pebalap MotoGP legendaris yang telah memenangkan 2 kali juara dunia.

    “Saya ingin menjadi pebalap MotoGP Indonesia pertama dan menjadi juara dunia. Saat tidak mengendarai motor, saya suka memancing dan bersepeda, di sekolah saya suka olahraga,” kata dia.

    Berikut ini sederet prestasi balap Veda Ega Pratama:

    – 2016: Top 4 National Motocross 50 cc
    – 2017: Top 15 National Motocross 65 cc
    – 2018: 1st Honda Dream Cup – Honda Sonic 150R
    – 2018: 1st Motoprix Championship – Honda Sonic 150R
    – 2018: Top 15 Motoprix Championship, MP6 Class, Honda Blade 125
    – 2019; 1st One Prix Championship – Beginner Class- Honda Sonic 150R
    – 2021: Indonesia One Prix Championship Top 10 – Honda Supra GTR150
    – 2022: 1st Indonesia One Prix Championship – Rookie Class – Honda Supra GTR150
    – 2023: 1st Asia Talent Cup – Honda NSF25-R
    – 2023: 3rd Asia Road Racing Championship – Honda CBR250RR
    – 2024: 8th Red Bull Rookies Cup (hasil terbaik posisi tiga race 2 di Spielberg)
    – 2025 masih berlangsung: 3rd klasemen sementara Red Bull Rookies Cup (hasil terbaik juara pertama race 1 dan race 2 di Mugello, Italia)

    Perjuangan Veda dalam Red Bull Rookies Cup 2025 belum usai. Ia masih harus melangsungkan balapan di Sirkuit Sachsenring, Red Bull Ring, dan terakhir di Misano. Bersama Veda, turut berlaga seorang pebalap muda Indonesia lain, Kiandra Ramadhipa.

    Tonton juga “Veda Ega Pratama Menang Lagi di ATC Mandalika” di sini:

    (riar/dry)

  • Spek Motor yang Digeber Veda Ega, Bikin Indonesia Raya Berkumandang 2 Kali di Mugello

    Spek Motor yang Digeber Veda Ega, Bikin Indonesia Raya Berkumandang 2 Kali di Mugello

    Jakarta

    Veda Ega Pratama menorehkan prestasi dalam ajang Red Bull Rookies Cup 2025. Rider asal Gunungkidul itu dua kali juara di Sirkuit Mugello, Italia. Praktis Indonesia Raya berkumandang setiap Veda naik podium di negeri yang dikenal sebagai jantung peradaban barat ini.

    Tahun ini merupakan musim kedua Veda Ega mengikuti Red Bull Rookies Cup. Musim lalu hasil terbaik Veda Pratama adalah finis ketiga saat race 2 di Spielberg, Austria. Veda juga finis ke-8 pada klasemen akhir 2024.

    Performa Veda Pratama semakin membaik tahun 2025. Pebalap binaan Astra Honda Racing Team ini sekarang menghuni posisi tiga klasemen sementara Red Bull Rookies Cup 2025.

    Tahun ini merupakan musim ke-13 Red Bull Rookies Cup dengan spesifikasi Moto3 KTM RC 250 R 4-tak. Sebelumnya pada tahun 2013, para jebolan kompetisi ini memakai KTM RC 125 2-tak selama 6 musim pertama.

    Jadi semua pebalap memakai KTM RC 250 R. Red Bull Rookies menyebut RC 250 R merupakan motor dengan spesifikasi yang sama dalam ajang Moto3. Meskipun merupakan kategori terkecil di kejuaraan dunia balap, motor itu dapat melaju dari titik nol hingga 100 kilometer per jam dalam waktu kurang dari tiga detik. Lalu mencapai kecepatan tertinggi hingga 235 kpj!

    Di atas kertas, mesin DOHC empat langkah, 250cc, silinder tunggal berpendingin cairan itu bisa menyemburkan tenaga 37 kW atau sekitar 49,6 horse power (hp) di 12.500 rpm.

    Motor KTM 250 R Foto: Red Bull Rookies

    Dari sektor pengereman dipasok oleh Brembo. Pengereman depan terdiri dari dua baja cakram yang dikendalikan oleh piston ganda dan satu cakram di roda belakang.

    Dengan penyesuaian sana-sini, bobot motor ini terbilang ringan. Berat keringnya cuma 85 kilogram!

    Berlanjut ke sektor kaki-kaki, KTM RC 250 R ini menggunakan besutan WP, anak perusahaan dari KTM. Suspensi depan mengadopsi model upside down dengan diameter 35 mm, dan monoshock pada bagian belakang yang bisa disetel. Sementara untuk rodanya, KTM RC 250 R ini memakai OZ forged aluminium dengan lebar 2,5 inch dan diameter 17 inch.

    Red Bull Rookies Cup telah melepas bintang-bintang baru ke dunia balap Grand Prix. Mantan Rookies kini bersaing di semua kelas, nama-nama beken itu antara lain Pedro Acosta, Brad Binder, Johann Zarco, Joan Mir, dan Jorge Martin.

    (riar/dry)

  • Spek Motor yang Digeber Veda Ega, Bikin Indonesia Raya Berkumandang 2 Kali di Mugello

    Pebalap Asal Gunungkidul Menang Lagi, 2 Kali Indonesia Raya Berkumandang di Italia

    Jakarta

    Veda Ega Pratama menang dalam race 8 Red Bull Rookies Cup 2025 di Sirkuit Mugello, Italia, Minggu (22/6/2025). Veda berhasil back to back setelah sebelumnya juga menang dalam race tujuh di Sirkuit yang sama. Lagu Indonesia Raya kembali berkumandang.

    Veda Pratama mengawali balapan dari start kedua. setelah mencatatkan waktu 1 menit 59,926 detik pada sesi kualifikasi yang digelar Jumat (20/6).

    Torehan waktu balap 16 tahun itu hanya terpaut 0,109 detik dari peraih pole position Brian Uriarte asal Spanyol.

    Pebalap asal Gunungkidul ini punya suntikan semangat setelah juara dalam race 7 Red Bull Rookies Cup 2025 di Sirkuit Mugello, Sabtu (21/6/2025).

    Dalam race 8 di Sirkuit Mugello kali ini, Minggu (22/6/2025). Veda Pratama berhasil memanfaatkannya dengan baik.

    Saat awal balapan, Veda sempat merosot ke posisi tiga. Dia disalip pebalap Spanyol dan Amerika Serikat.

    12 laps tersisa, Veda merosot ke posisi 8. Jarak antar pebalap sangat tipis. Dia turun enam posisi dari start.

    Empat lap tersisa, Veda masih berada di luar tiga besar. Namun perlahan pebalap asal Gunungkidul itu mulai melakukan serangan.

    Kristian Daniel dan Kerman Tinez, dua pebalap yang berada di depan Veda. Namun tiga lap tersisa, Veda Ega Pratama berhasil menyalip kedua pebalap tersebut di tikungan terakhir.

    Balapan di akhir putaran terbilang sengit, Veda disalip oleh pebalap Jerman, Sullivan Mounsey dan Spanyol, Benat Fernandez. Veda harus rela turun ke posisi tiga.

    Sebelum bendera kotak-kotak berkibar, Veda berhasil merengsek masuk ke posisi pertama. Dia mendapat perlawanan sengit saat di trek lurus dari Hakim Danish.

    Veda menyentuh garis pertama duluan. Dia keluar sebagai pemenang. Finis di depan Hakim Danish, pebalap asal Malaysia dan Alejandra Fernandez, rider asal Spanyol yang melengkapi podium.

    (riar/mhg)

  • Covid-19 Mengintai, DIY dan Gunungkidul Siaga Hadapi Potensi Lonjakan Kasus

    Covid-19 Mengintai, DIY dan Gunungkidul Siaga Hadapi Potensi Lonjakan Kasus

    Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kasus baru dilaporkan kembali muncul pada akhir Mei 2025 di wilayah kerja Puskesmas Danurejan, Kota Yogyakarta. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengonfirmasi temuan tersebut.

    Pasien terkonfirmasi positif meskipun dengan kategori ringan, cukup menjalani isolasi mandiri di rumah dan telah dinyatakan sembuh. Kondisinya stabil dengan nilai CT (Cycle Threshold) di atas 30, menunjukkan tingkat infeksi yang rendah.

    “Pasien dengan CT Value dibawah 30 artinya kondisi cukup baik, dan saat ini sudah sembuh,” jelas Pembajun.

    Ia juga mengungkapkan bahwa kasus serupa pernah ditemukan di Kabupaten Sleman pada awal tahun ini, dengan pasien yang juga dinyatakan sembuh. Meski demikian, Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) kembali diaktifkan untuk mendeteksi dan merespons potensi kemunculan kasus baru secara cepat.

    “Kita lakukan mitigasi dengan SKDR. Kalau ada gejala influenza yang melonjak, itu jadi perhatian kami,” ungkap Pembajun.

    Dinkes DIY juga telah mengingatkan pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat kembali penerapan protokol kesehatan, termasuk edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dinilai mulai diabaikan masyarakat.

    “Saat ini tidak banyak lagi tempat-tempat yang menyediakan cuci tangan. PHBS sudah mulai dilupakan. Padahal, cuci tangan pakai sabun dan penggunaan masker tetap penting, terutama saat sakit atau di kerumunan,” papar Pembajun.

    Lebih lanjut, Seluruh fasilitas layanan kesehatan di DIY, baik milik pemerintah maupun swasta, diminta untuk menyiapkan infrastruktur penanganan. Mereka juga diminta melaporkan data ketersediaan tempat tidur untuk isolasi dan keterisiannya setiap hari melalui Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE).

    “Semua ini dilakukan dalam rangka kewaspadaan dan upaya memproteksi masyarakat dari kemungkinan penularan kembali,” pungkas Pembajun.

  • BMKG: Cuaca Indonesia di Sejumlah Kota Besar Diprediksi Hujan Selasa 17 Juni 2025 – Page 3

    BMKG: Cuaca Indonesia di Sejumlah Kota Besar Diprediksi Hujan Selasa 17 Juni 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di sejumlah kota-kota besar di Indonesia pada umumnya bakal diguyur hujan pada hari ini, Selasa (17/6/2025).

    “Di pulau Jawa, hujan ringan hingga sedang berpotensi di Serang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Adapun Bandung berpotensi hujan lebat disertai kilat,” ujar Prakirawan BMKG Sekar Anggraeni dalam siaran prakiraan cuaca di Jakarta, melansir Antara, Selasa (17/6/2025).

    Ada pun, lanjut dia, cuaca di wilayah Sumatera, wilayah yang berpotensi diguyur hujan ringan hingga yakni di Medan, Pekanbaru, Tanjung Pinang, dan Palembang, sedangkan Aceh berpotensi cerah berawan.

    “Sementara Padang, Jambi, Bengkulu, Pangkal Pinang, dan Bandar Lampung berpotensi diguyur hujan lebat yang disertai kilat. Untuk Kota Denpasar, Kupang, dan Mataram diprediksi berawan,” papar Sekar.

    Selanjutnya, kata dia, di Pulau Kalimantan yang berpotensi diguyur hujan lebat disertai kilat yakni Tanjung Selor. Ada pun, menurut Sekar, Pontianak, Samarinda, Palangkaraya, dan Banjarmasin diprakirakan hujan ringan.

    “Berpindah ke wilayah Sulawesi, Palu, Mamuju, Gorontalo, dan Kendari diprakirakan diguyur hujan ringan hingga sedang. Manado hujan petir dan Makassar berawan tebal,” terang Sekar.

    Dia mengatakan, di wilayah Indonesia Timur pada umumnya berpotensi diguyur hujan ringan hingga sedang seperti di Ambon, Nabire, Jayawijaya, Jayapura, Merauke, Ternate, Sorong, dan Manokwari.

    “Bagi yang ingin mengetahui cuaca secara khusus yang diperbaharui setiap tiga jam dapat memantau di aplikasi BMKG,” tandas Sekar.

     

    Cuaca ekstrem melanda sebagian wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY. Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan sejumlah fasilitas umum rusak, hingga atap bangunan roboh menimpa kendaraan.

  • Dari Kulit Kurban Jadi Rezeki: Cerita Perajin Kerupuk Sodo Gunungkidul

    Dari Kulit Kurban Jadi Rezeki: Cerita Perajin Kerupuk Sodo Gunungkidul

    Pasar kerupuk kulit sendiri cukup menjanjikan, terutama menjelang musim liburan atau hajatan. Camilan gurih berbahan dasar kulit sapi ini masih digemari berbagai kalangan, bahkan menjadi ikon khas di beberapa daerah. Menariknya, kerupuk kulit produksi Kalurahan Sodo kini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat lokal atau wilayah DIY saja. Pasarnya telah merambah ke berbagai kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, bahkan sampai ke luar Pulau Jawa seperti Lampung, Palembang, Pontianak, hingga Makassar. “Biasanya lewat pengepul atau pesanan toko oleh-oleh. Tapi ada juga yang dikirim langsung lewat ekspedisi. Permintaan dari luar Jawa justru makin naik dalam beberapa tahun terakhir,” terang Susilo.

    Menurutnya, konsumen dari luar daerah menyukai kerupuk rambak produksi Gunungkidul karena teksturnya yang renyah, rasa gurih yang khas tanpa terlalu banyak tambahan penyedap, dan kualitas bahan baku yang masih terjaga. Sebagian pengrajin bahkan mulai menjalin kerja sama dengan reseller dan toko oleh-oleh di luar daerah. Beberapa telah memanfaatkan media sosial dan e-commerce untuk menjangkau pasar lebih luas. Namun demikian, belum semua pelaku UMKM di Kalurahan Sodo memiliki akses atau kemampuan untuk promosi digital secara optimal. “Kalau ada pelatihan online marketing atau bantuan kemasan modern, kami yakin rambak dari Sodo bisa bersaing dengan produk dari daerah lain. Sekarang saja banyak yang repeat order dari pelanggan luar Jawa,” tambahnya.

    Meski demikian, tantangan tetap ada. Selain keterbatasan tenaga kerja dan alat produksi, perubahan cuaca yang tak menentu bisa mengganggu proses penjemuran. Di sisi lain, kebutuhan akan alat pengering modern seperti oven atau dehydrator skala besar menjadi salah satu aspirasi utama pelaku usaha.

    Tak hanya Susilo, beberapa pengrajin lain di wilayah Sodo dan sekitarnya juga mengalami hal serupa. Bahkan menurut keterangan beberapa perajin kerupuk kulit setempat, jumlah produksi kerupuk meningkat hampir dua kali lipat dibanding bulan biasa. “Ini memang masa panen bagi kami. Tapi juga masa paling sibuk,” ujar salah satu anggota kelompok.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa perayaan keagamaan seperti Iduladha tidak hanya membawa berkah spiritual, tapi juga berkah ekonomi bagi pelaku usaha kecil seperti pengrajin kerupuk rambak.

    Namun, untuk benar-benar bisa memanfaatkan momen ini, diperlukan kesiapan dari sisi produksi, penyimpanan, hingga distribusi. Jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Kalurahan Sodo bisa dikenal lebih luas sebagai sentra produksi kerupuk kulit sapi khas Gunungkidul, sekaligus membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal. “Harapan kami, ada perhatian dari pemerintah juga untuk bantu pelatihan, alat, atau bahkan pemasaran. Supaya usaha kecil seperti kami bisa lebih maju,” pungkasnya.

  • Menguak Kisah dan Filosofi Pawon, Dapur Tradisional Jawa

    Menguak Kisah dan Filosofi Pawon, Dapur Tradisional Jawa

    Liputan6.com, Gunungkidul – Dalam harmoni budaya Jawa, rumah bukan sekadar tempat bernaung, melainkan ruang hidup yang penuh makna. Dari sekian banyak sudut, pawon (dapur) menjadi salah satu bagian yang paling kaya cerita dan nilai. Meski terkesan sederhana, ruangan ini adalah denyut nadi yang menghidupi seisi rumah.

    Menurut, Heri Nugroho, Angggota DPRD yang juga Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Gunungkidul, Pawon bukan hanya dapur dalam pengertian teknis, melainkan juga tempat menyimpan, menyambung, dan merawat kehidupan. Secara bahasa, “pawon” berasal dari akar kata “awu” yang berarti abu. Dari kata ini terbentuk kata “pa-awu-an”, atau tempat abu, yang kemudian disingkat menjadi “pawon”. “Makna ini mencerminkan fungsinya yang paling dasar tempat membakar kayu untuk memasak, menghasilkan api dan abu, serta menghangatkan rumah,” kata Heri.

    Namun, seperti halnya banyak konsep dalam budaya Jawa, pawon menyimpan makna yang jauh lebih dalam dari sekadar tempat api menyala. Pawon dalam rumah tradisional Jawa biasanya terletak di bagian belakang rumah. Ruangan ini dibangun tanpa plester, dengan dinding bata merah atau anyaman bambu, serta lantai tanah atau semen kasar. Atapnya sering kali terbuat dari genteng tanah liat, dan di dalamnya nyaris tak ada pembatas. Ini adalah ruang terbuka, tidak sekadar fisik, tetapi juga sosial.

    Di dalam pawon, Heri menyampaikan, terdapat tungku tanah liat atau kadang anglo dari besi, tempat kayu bakar disusun rapi untuk menyalakan api. Di atasnya dipasang wajan besi atau panci tanah liat, yang digunakan untuk memasak nasi, sayur lodeh, atau membuat jenang.

    Pada sudut ruangan, ada tempat menyimpan lading, wajan, cobek, dan uleg-uleg, hingga peralatan memasak tradisional yang masih digunakan hingga kini. Langit-langit pawon sering digunakan sebagai tempat menggantung hasil panen, seperti jagung, ketela pohon, cabai, atau daun tembakau. Di tempat ini, bahan makanan dijemur perlahan oleh panas dari api yang terus menyala, sekaligus disimpan untuk masa-masa sulit. Pawon menjadi semacam lumbung mikro, simbol ketahanan pangan di level rumah tangga.

    Namun lebih dari itu, lanjutnya, pawon adalah ruang kehidupan. Setiap pagi, aroma kayu terbakar dan kopi tubruk menyeruak dari pawon, mengiringi langkah anggota keluarga yang hendak memulai hari. Di sinilah, ibu-ibu memasak sambil berbincang dengan anak-anaknya. “Di sini pula, tetangga kerap datang, bukan untuk urusan penting, tetapi sekadar numpang menggoreng tempe atau menyeruput kopi,” ungkap Heri.

    Dalam tradisi Jawa, pawon juga dipercaya sebagai tempat yang sakral. Beberapa mitos berkembang dari generasi ke generasi. Salah satu kepercayaan menyebut bahwa pawon adalah tempat yang dihuni oleh leluhur, sehingga harus dijaga kebersihannya dan tidak boleh digunakan sembarangan.

    Bahkan, dalam keadaan tertentu, pawon dijadikan tempat menyiapkan air doa atau membuat jamu yang dipercaya membawa berkah. Letak pawon yang berada di belakang rumah bukan tanpa alasan. Ini mencerminkan nilai kerendahan hati. Api sebagai simbol energi dan kehidupan diletakkan di tempat tersembunyi, tidak dipamerkan. “Dalam falsafah Jawa, kekuatan yang sejati justru berada di balik layar, tidak memerlukan sorotan,” terang Heri.

    Heri menambahkan, sebagai ruang sosial, pawon memainkan peran penting dalam membangun kebersamaan. Saat hajatan desa, pawon menjadi dapur umum tempat ibu-ibu bergiliran memasak. Mereka datang bukan hanya membawa bahan makanan, tetapi juga cerita, tawa, bahkan kadang keluh kesah. “Kebersamaan itu dibangun dari uap panas yang mengepul, dari kepulan asap yang membumbung bersama rasa gotong royong,” ujarnya.

    Meski begitu, keberadaan pawon kini mulai tergerus zaman. Gaya hidup modern menggantikan pawon dengan dapur bersih, kompor listrik, dan peralatan instan. Anak muda kota lebih mengenal microwave daripada tungku. Pawon, dalam bentuk fisiknya, semakin langka pada saat ini. Heri menuturkan bahwa, hilangnya pawon bukan sekadar bergantinya alat memasak, melainkan bergesernya cara hidup, dari yang komunal menjadi individual, dari yang terbuka menjadi tertutup.

    Namun harapan belum padam. Di beberapa desa wisata seperti Nglanggeran atau Bejiharjo, Gunungkidul, pawon dihidupkan kembali sebagai bagian dari atraksi budaya. Wisatawan diajak memasak dengan tungku, mengiris daun singkong, menanak nasi dalam kendil tanah liat. “Kegiatan ini bukan hanya pelestarian, tapi juga pembelajaran tentang nilai hidup yang terkandung dalam kesederhanaan, tapi lebih dari itu, pawon adalah tempat hidup menyala, merekatkan keluarga, menghidupi masyarakat, dan menyimpan nilai-nilai kebudayaan yang tak lekang oleh waktu,” pungkasnya.

  • Ini Penjelasan Ilmiah di Balik Pesona Pasir Putih Pantai Gunungkidul

    Ini Penjelasan Ilmiah di Balik Pesona Pasir Putih Pantai Gunungkidul

    Liputan6.com, Gunungkidul – Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta telah lama dikenal sebagai surga bagi pecinta pantai. Deretan pantai berpasir putih yang memukau, seperti Indrayanti, Kukup, Baron, dan Pok Tunggal, selalu berhasil menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya. Namun, pernahkah timbul pertanyaan mengapa pantai-pantai di wilayah ini memiliki karakteristik pasir putih yang begitu indah dan berbeda dari kebanyakan pantai di pesisir selatan Jawa lainnya?

    Menurut Hari Sukmono, Kepala Dinas Lingkungan Hidup yang banyak mendalami geologi dan budaya Gunungkidul, keindahan pasir putih ini bukan sekadar kebetulan, melainkan hasil dari proses geologis yang panjang dan unik. “Pantai-pantai di Gunungkidul ini istimewa karena pasir putihnya yang bersih dan halus, Ini adalah ciri khas yang membedakan mereka dari pantai-pantai lain di selatan Jawa yang cenderung berpasir hitam atau abu-abu,” ujar Hari.

    Hari menjelaskan bahwa rahasia di balik pasir putih Gunungkidul terletak pada formasi geologi karst yang mendominasi wilayah ini. Jutaan tahun lalu, daerah Gunungkidul merupakan dasar laut yang kaya akan terumbu karang dan organisme laut bercangkang.

    Ketika terjadi pengangkatan daratan akibat pergerakan lempeng tektonik, terumbu karang dan cangkang-cangkang ini kemudian mengering dan membentuk batuan kapur. Batuan kapur ini, yang kita lihat sebagai bukit-bukit karst yang khas di Gunungkidul, adalah ‘bahan baku’ utama pasir putih kita.

    “Ketika batuan kapur ini mengalami erosi oleh angin, air hujan, dan gelombang laut selama ribuan bahkan jutaan tahun, mereka pecah menjadi partikel-partikel kecil berwarna putih. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai pasir putih,” terang Hari.

    Selain itu, keberadaan ekosistem purba juga memiliki andil. Organisme laut seperti foraminifera dan moluska dengan cangkang kalsium karbonat yang melimpah di masa lalu, setelah mati, cangkangnya ikut terakumulasi dan kemudian terfragmentasi menjadi butiran-butiran pasir putih.

  • Rasulan, Antara Sakral dan Tontonan: Suara Luruh dari Gunungkidul

    Rasulan, Antara Sakral dan Tontonan: Suara Luruh dari Gunungkidul

    Liputan6.com, Gunungkidul – Bicara tentang Rasulan di Gunungkidul, sebuah tradisi yang telah mengakar kuat di tanah karst sebelah barat kota Yogyakarta, menjadi penanda rasa syukur atas hasil panen dan pengingat akan hubungan manusia dengan alam, sesama, dan Sang Pencipta.

    RM. Kukuh Hertriyasning, seorang kerabat Keraton Yogyakarta yang sejak lama menaruh perhatian pada pelestarian budaya Jawa. Dalam diskusi dengan Liputan6.com di lapangan, ia mengingatkan bahwa budaya bukanlah sekadar pesta rakyat atau objek wisata yang ditonton lalu ditinggalkan. Rasulan di Gunungkidul adalah cermin. Cermin yang memantulkan wajah budaya kita hari ini, apakah masih jernih seperti niat para leluhur, atau mulai buram oleh gemerlap panggung dan gemuruh tepuk tangan.

    Rasulan itu menurutnya, sesungguhnya adalah laku spiritual dan sosial. Ini bukan hanya soal kirab, pentas reog, atau bazar. Ini tentang bagaimana masyarakat mengikat diri dalam harmoni, menghargai bumi yang memberi, dan menyambung silaturahmi. “Tetapi sekarang, banyak yang lupa. Budaya hanya jadi tontonan, bukan lagi tuntunan,” ucap Kukuh dengan nada prihatin.

    Fenomena “budaya sebagai tontonan” memang bukan hanya terjadi di Gunungkidul. Di berbagai daerah, festival-festival budaya kerap menjadi ajang pamer, jauh dari ruh asli tradisinya. Pemerintah desa, atas nama promosi pariwisata, sering kali lebih mengutamakan kemasan daripada isi.

    Hal ini tentu dilematis, di satu sisi ekonomi desa tumbuh, tapi di sisi lain ruh budaya perlahan terkikis. Ia mencontohkan bagaimana Rasulan kini lebih banyak dipoles demi menarik wisatawan atau pejabat, namun tanpa pembacaan nilai yang mendalam oleh masyarakatnya sendiri. “Kalau hanya jadi tontonan, budaya akan habis. Tapi kalau maknanya terus ditanamkan, meskipun bentuknya berubah, rohnya tetap hidup,” katanya.

    Menurut Kukuh Hertriyasning, pelestarian budaya seharusnya dilakukan dengan dua kaki, satu di panggung atraksi, satu lagi di ruang pendidikan dan pembacaan makna. Hingga perlunya pemahaman bagi pemangku kepentingan tentang hal tersebut.

  • Iduladha Bikin UMKM Kerupuk Kulit Gunungkidul Panen 5 Ton

    Iduladha Bikin UMKM Kerupuk Kulit Gunungkidul Panen 5 Ton

    Gunungkidul, Beritasatu.com – Iduladha 1446 H/2025 M membawa berkah besar bagi para pelaku UMKM kerupuk kulit sapi di Kelurahan Sodo, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta. Pasokan kulit sapi dari hewan kurban melimpah, membuat produksi kerupuk rambak melonjak hingga 5 ton dalam sepekan terakhir atau naik dua kali lipat dari hari biasa.

    “Ini benar-benar berkah tahunan. Kulit sapi banyak masuk, dan harganya lebih murah,” kata Susilo (35), perajin kerupuk kulit dari Padukuhan Sidorejo kepada Beritasatu.com, Jumat (13/6/2025).

    Harga kulit sapi basah yang biasanya Rp 30.000 per kilogram turun drastis menjadi Rp 8.000 – Rp 10.000. Penurunan ini bukan karena kualitas buruk, melainkan karena pasokan yang sangat tinggi setelah Iduladha.

    Namun, perajin harus bekerja ekstra cepat karena kulit sapi tidak bisa disimpan lama. Jika tak segera diolah, kulit akan membusuk.

    Pembuatan kerupuk kulit cukup panjang, mulai dari pembersihan, perebusan, penjemuran, pengirisan, penggorengan, hingga pengemasan. Dalam kondisi ideal, semua tahapan bisa selesai dalam beberapa hari, tetapi tergantung juga pada cuaca.

    Kerupuk kulit asal Kalurahan Sodo tak hanya laris di Yogyakarta, tetapi juga telah merambah kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Bahkan juga luar Pulau Jawa, seperti Lampung, Palembang, Pontianak, dan Makassar. Tekstur renyah dan rasa gurih jadi daya tarik utamanya.

    “Permintaan dari luar Jawa justru meningkat dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Susilo.

    Beberapa perajin telah bermitra dengan reseller dan toko oleh-oleh, serta mulai memanfaatkan media sosial dan e-commerce. Namun, masih banyak pelaku UMKM yang belum optimal dalam promosi digital.

    Meskipun potensi pasarnya besar, para pelaku usaha masih menghadapi kendala seperti keterbatasan tenaga kerja, peralatan produksi, serta cuaca yang tak menentu. Alat pengering modern, seperti oven atau dehydrator skala besar sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses produksi.

    “Kalau ada pelatihan online marketing atau bantuan kemasan modern, kami yakin rambak dari Sodo bisa bersaing,” tambah Susilo.

    Para perajin berharap adanya dukungan dari pemerintah berupa pelatihan, bantuan alat produksi, hingga strategi pemasaran, agar UMKM kerupuk kulit di Gunungkidul bisa tumbuh lebih kuat dan menjadi penopang ekonomi lokal jangka panjang.