kab/kota: Gunungkidul

  • Gunung Sewu Diakui Dunia, tapi Warganya Masih Bertanya-tanya ‘Apa Itu Geopark?’

    Gunung Sewu Diakui Dunia, tapi Warganya Masih Bertanya-tanya ‘Apa Itu Geopark?’

    Liputan6.com, Gunungkidul –  Di balik perbukitan karst dan goa-goa purba yang membentang di selatan Gunungkidul, tersimpan tanggung jawab besar yang tak hanya bersifat lokal, tapi juga mendunia. Gunung Sewu, kawasan karst yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp), kembali menjadi sorotan dalam Forum Pengelola Gunung Sewu UGGp.

    Forum ini menjadi titik temu penting lintas kabupaten dan provinsi mulai Kabupaten Gunungkidul – Yogyakarta, Wonogiri – Jawa tengah , Pacitan – Jawa Timur ini untuk menilai capaian, mengurai tantangan, serta menyusun strategi menjaga keberlanjutan kawasan yang telah mendapat pengakuan dunia sejak 2015.

    Dalam Revalidasi kedua oleh UNESCO tahun 2023 lalu, kawasan Gunung Sewu berhasil mempertahankan status “green card”, tandanya bahwa pengelolaan geopark masih berada di jalur yang benar. Namun, seperti diungkapkan Kepala Bappeda Gunungkidul, Arif Aldian, prestasi ini sekaligus membawa sejumlah pekerjaan rumah.

    “Keberhasilan ini kabar baik, tetapi baru awal dari perjalanan menuju revalidasi 2027. Kita perlu komitmen nyata dari semua pihak,” ujar Arif.

    UNESCO memberikan sejumlah rekomendasi yang wajib ditindaklanjuti. Mulai dari memasukkan kawasan maritim ke dalam wilayah geopark, peningkatan fasilitas informasi multibahasa, pelatihan pemandu wisata profesional, hingga penyusunan program pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan agenda global.

    “Tak kalah penting, peningkatan kolaborasi dengan jejaring geopark regional Asia Pasifik dan dunia, serta membangun kemitraan berbasis kualitas,” ulasnya.

    Gunungkidul, sebagai wilayah yang menjadi jantung kawasan karst Gunung Sewu, tak tinggal diam. Dalam satu tahun terakhir, berbagai inisiatif dijalankan. Edukasi ke sekolah-sekolah lewat program Geopark Goes to School, pelatihan pemandu lokal, hingga peningkatan fasilitas informasi di berbagai geosite seperti Goa Jomblang, Goa Pindul, dan Pantai Siung terus digencarkan.

    Promosi tak hanya berskala lokal. Tapi juga di panggung internasional, mulai dari Indonesia Geopark Fair hingga Asia Pacific Geopark Network Conference. Ke depan, pembangunan pusat informasi Gunung Sewu, sertifikasi geoguide, integrasi materi geopark dalam kurikulum sekolah, dan pengembangan UMKM berbasis geoproduk menjadi fokus utama.

  • 6
                    
                        Warga Gunungkidul Ditangkap atas Kredit Fiktif Rp 569 Miliar, Uang Rp 1 M Ditemukan di Rumah Saudaranya
                        Regional

    6 Warga Gunungkidul Ditangkap atas Kredit Fiktif Rp 569 Miliar, Uang Rp 1 M Ditemukan di Rumah Saudaranya Regional

    Warga Gunungkidul Ditangkap atas Kredit Fiktif Rp 569 Miliar, Uang Rp 1 M Ditemukan di Rumah Saudaranya
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Kejaksaan Tinggi Daerah Khusus Jakarta menangkap seorang warga Kalurahan Katongan, Nglipar, berinisial SDP, yang menjadi tersangka dalam kasus kredit fiktif senilai Rp 569 miliar di Bank Jatim cabang Jakarta.
    Penangkapan dilakukan di
    Gunungkidul
    , DI Yogyakarta, setelah dilakukan penyergapan pada Minggu (13/7/2025).
    Kepala Seksi Intel Kejaksaan Negeri Gunungkidul, Surya Hermawan, menjelaskan bahwa operasi penangkapan awalnya dilakukan di rumah saudara dari SDP yang terletak di Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan.
    Namun, saat petugas tiba, SDP telah kabur. Dari penggeledahan di rumah tersebut, petugas menemukan uang tunai senilai Rp 1,07 miliar yang disimpan dalam koper, serta perhiasan dan dua mobil.
    “Setelah itu, kami mendapat informasi bahwa SDP berada di Kalurahan Gedangrejo, Karangmojo. Kami berhasil menangkapnya di sana dan menemukan uang tunai Rp 42,2 juta di tangan SDP,” ujar Surya.
    Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Gunungkidul, Alfian Listya Kurniawan, menambahkan bahwa SDP telah dipanggil lima kali oleh pihak kejaksaan namun tidak kooperatif dan memilih melarikan diri.
    Akibatnya, ia ditetapkan sebagai DPO (Daftar Pencarian Orang).
    “SDP sudah ditetapkan sebagai DPO, dan akhirnya berhasil ditangkap,” kata Alfian.
    Setelah penangkapan, SDP dibawa ke Jakarta untuk mengungkap lebih lanjut kasus ini.
    Ketua RT 2 Padukuhan Jeruklegi, Suroto, yang turut mendampingi petugas selama penggeledahan, mengonfirmasi bahwa uang tersebut ditemukan dalam koper.
    “Ditaruh di koper uangnya,” ujar Suroto.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10 SD Negeri di Gunungkidul Tak Dapat Siswa, Zonasi dan Demografi Jadi Sorotan

    10 SD Negeri di Gunungkidul Tak Dapat Siswa, Zonasi dan Demografi Jadi Sorotan

    Liputan6.com, Gunungkidul – Dunia pendidikan dasar di Kabupaten Gunungkidul kembali menghadapi tantangan serius. Dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk tahun ajaran 2025/2026, sebanyak 17 Sekolah Dasar (SD) tercatat tidak memperoleh satu pun peserta didik baru.

    Fenomena ini menjadi catatan kelabu yang memperpanjang deretan persoalan pendidikan di Bumi Handayani. Data dari Dinas Pendidikan Gunungkidul menyebutkan, dari 17 sekolah tersebut, 10 di antaranya merupakan SD negeri, sedangkan sisanya merupakan lembaga pendidikan swasta.

    Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan kelangsungan pendidikan dasar, terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah atau daerah pegunungan. Sekretaris Disdik Gunungkidul, Agus Subariyanta, menjelaskan bahwa proses pendaftaran SPMB telah dibuka sejak awal Mei 2025. Namun, kenyataan di lapangan justru jauh dari ekspektasi.

    “Memang ada SD yang tidak mendapatkan pendaftar dalam SPMB tahun ajaran 2025-2026,” ujar Agus.

    Ia mengungkapkan bahwa ketimpangan antara jumlah lulusan TK dan kuota bangku SD menjadi faktor utama. Tahun ini, terdapat 9.216 kursi disiapkan untuk siswa baru SD, sementara jumlah lulusan TK hanya 7.903 anak.

    Kekosongan murid ini tak hanya terjadi di sekolah negeri, namun juga merembet ke swasta. Beberapa sekolah negeri yang tidak mendapat siswa baru tersebar di berbagai kapanewon, seperti SD Negeri Kropakan dan SD Negeri Puleireng di Tepus, serta SD Negeri Jaten dan SD Negeri Tanjungsari di Playen.

    Sementara itu, sekolah swasta yang terdampak antara lain SD Muhammadiyah Gebang Rongkop, SD Muhammadiyah Wareng, dan SD Swasta Sanjaya Giring Paliyan.

    Namun demikian, pihak Dinas tidak akan langsung menutup sekolah-sekolah tersebut. Menurut Agus, Dinas Pendidikan akan memantau situasi selama tiga tahun. Bila tidak juga mendapatkan siswa, opsi penggabungan dengan sekolah terdekat akan dipertimbangkan.

    “Kami akan terus memantau. Jika selama tiga tahun tidak ada perkembangan, tentu opsi penggabungan sekolah menjadi realistis,” jelasnya.

    Tak hanya itu, di tingkat SMP pun, fenomena serupa juga terjadi. Tercatat, sebanyak 20 SMP swasta tidak mendapatkan siswa baru pada tahun ajaran ini. Agus Subariyanta menegaskan bahwa ini bagian dari dinamika demografi yang memang terus berubah.

    “Kalau ada sekolah kekurangan murid bukan masalah besar, karena jumlah bangku lebih banyak dari jumlah lulusan. Ini wajar terjadi di daerah seperti Gunungkidul,” ujarnya.

     

  • 10 SD Negeri di Gunungkidul Tak Dapat Siswa, Zonasi dan Demografi Jadi Sorotan

    10 SD Negeri di Gunungkidul Tak Dapat Siswa, Zonasi dan Demografi Jadi Sorotan

    Liputan6.com, Gunungkidul – Dunia pendidikan dasar di Kabupaten Gunungkidul kembali menghadapi tantangan serius. Dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk tahun ajaran 2025/2026, sebanyak 17 Sekolah Dasar (SD) tercatat tidak memperoleh satu pun peserta didik baru.

    Fenomena ini menjadi catatan kelabu yang memperpanjang deretan persoalan pendidikan di Bumi Handayani. Data dari Dinas Pendidikan Gunungkidul menyebutkan, dari 17 sekolah tersebut, 10 di antaranya merupakan SD negeri, sedangkan sisanya merupakan lembaga pendidikan swasta.

    Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan kelangsungan pendidikan dasar, terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah atau daerah pegunungan. Sekretaris Disdik Gunungkidul, Agus Subariyanta, menjelaskan bahwa proses pendaftaran SPMB telah dibuka sejak awal Mei 2025. Namun, kenyataan di lapangan justru jauh dari ekspektasi.

    “Memang ada SD yang tidak mendapatkan pendaftar dalam SPMB tahun ajaran 2025-2026,” ujar Agus.

    Ia mengungkapkan bahwa ketimpangan antara jumlah lulusan TK dan kuota bangku SD menjadi faktor utama. Tahun ini, terdapat 9.216 kursi disiapkan untuk siswa baru SD, sementara jumlah lulusan TK hanya 7.903 anak.

    Kekosongan murid ini tak hanya terjadi di sekolah negeri, namun juga merembet ke swasta. Beberapa sekolah negeri yang tidak mendapat siswa baru tersebar di berbagai kapanewon, seperti SD Negeri Kropakan dan SD Negeri Puleireng di Tepus, serta SD Negeri Jaten dan SD Negeri Tanjungsari di Playen.

    Sementara itu, sekolah swasta yang terdampak antara lain SD Muhammadiyah Gebang Rongkop, SD Muhammadiyah Wareng, dan SD Swasta Sanjaya Giring Paliyan.

    Namun demikian, pihak Dinas tidak akan langsung menutup sekolah-sekolah tersebut. Menurut Agus, Dinas Pendidikan akan memantau situasi selama tiga tahun. Bila tidak juga mendapatkan siswa, opsi penggabungan dengan sekolah terdekat akan dipertimbangkan.

    “Kami akan terus memantau. Jika selama tiga tahun tidak ada perkembangan, tentu opsi penggabungan sekolah menjadi realistis,” jelasnya.

    Tak hanya itu, di tingkat SMP pun, fenomena serupa juga terjadi. Tercatat, sebanyak 20 SMP swasta tidak mendapatkan siswa baru pada tahun ajaran ini. Agus Subariyanta menegaskan bahwa ini bagian dari dinamika demografi yang memang terus berubah.

    “Kalau ada sekolah kekurangan murid bukan masalah besar, karena jumlah bangku lebih banyak dari jumlah lulusan. Ini wajar terjadi di daerah seperti Gunungkidul,” ujarnya.

     

  • 2
                    
                        Tak Biasa, SD Swasta di Gunungkidul Ini Gelar MPLS Tanpa Satu pun Murid Baru
                        Yogyakarta

    2 Tak Biasa, SD Swasta di Gunungkidul Ini Gelar MPLS Tanpa Satu pun Murid Baru Yogyakarta

    Tak Biasa, SD Swasta di Gunungkidul Ini Gelar MPLS Tanpa Satu pun Murid Baru
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS
    — Suasana pagi yang cerah mewarnai kegiatan
    Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah
    (
    MPLS
    ) di SD Kanisius Bandung I, Padukuhan Nogosari I, Kalurahan Bandung, Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (14/7/2025).
    Belasan siswa tampak riang bermain di halaman sekolah saat jeda kegiatan. Namun, ada yang tak biasa dari kegiatan MPLS di sekolah itu, karena tidak diikuti satu pun murid kelas 1. 
    MPLS tahun ini hanya diikuti oleh 24 siswa dari kelas 2 hingga kelas 6, karena tidak ada murid baru yang masuk.
    Seorang pendaftar yang semula mendaftar, dialihkan ke sekolah lain dalam satu yayasan.
    “Sebenarnya kami ada pendaftar satu orang, tetapi kami arahkan ke sekolah lain. Kita memikirkan siswa karena kaitannya dengan sosialisasi anak,” kata staf SD Kanisius Bandung I, FX Yulianto.
    “Kalau ikut ego sekolah mungkin kita terima, namun tidak boleh begitu. Maka kami arahkan ke sekolah lain,” lanjutnya.
    Yulianto menyebut, orangtua calon siswa juga menyetujui keputusan tersebut. Siswa akhirnya dipindahkan ke SD Kanisius Wonosari II, yang berada di bawah yayasan yang sama.
    SD Kanisius Bandung I tercatat berdiri sejak 1964. Menurut Yulianto, penurunan jumlah siswa mulai terasa sejak awal tahun 2000-an.
    “Dulu ramai, sebelum ada sekolah lain. Penurunannya bertahap, tidak langsung signifikan. Tahun lalu ada tiga siswa baru, tahun ini satu orang,” ujarnya.
    Penurunan jumlah siswa diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) serta kehadiran sekolah negeri dan swasta lain di sekitarnya.
    Meski hanya memiliki 24 siswa aktif, sekolah ini tetap beroperasi normal. Jumlah guru tetap lengkap, sebanyak 9 orang. Yulianto juga menegaskan bahwa secara prestasi, sekolah tidak tertinggal.
    “Prestasi kita luar biasa. Tidak tertinggal dengan sekolah lain. ASPD tahun ini saja, untuk tingkat korwil kita peringkat dua, dan tingkat kabupaten sekitar 15-an,” katanya.
    Pihak yayasan, kata Yulianto, masih memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan. Ia pun menyatakan akan terus berupaya mencari siswa baru.
    “Tahun depan kita upayakan dan optimis akan mendapatkan murid baru,” ujar Yulianto.
    Fenomena sepinya peminat juga terjadi di sekolah-sekolah lain di wilayah Gunungkidul. Menurut data Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul, terdapat 10 SD yang nihil pendaftar pada pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025.
    “Sekolah yang tidak ada pendaftarnya ini berada di wilayah pinggiran. Dan, memang dari pendataan kami, jumlah anaknya di lokasi ini terbilang lebih sedikit dibandingkan daerah perkotaan,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Gunungkidul, Agus Subariyanto, Rabu (11/6/2025).
    Tahun ini, dari kuota 13.888 siswa, hanya 7.111 siswa yang mendaftar, dan 6.666 siswa diterima melalui jalur daring. Siswa yang belum lolos dapat mendaftar secara luring di sekolah negeri maupun swasta yang kuotanya belum terpenuhi.
    “Bagi yang belum lolos, bisa memilih negeri atau swasta yang kuota belum terpenuhi dengan offline,” ujar Agus.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Melimpah Ruah Tak Terjual: Kisah Pilu Nelayan Lobster Gunungkidul

    Melimpah Ruah Tak Terjual: Kisah Pilu Nelayan Lobster Gunungkidul

    Liputan6.com, Gunungkidul – Nelayan di pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul mulai menjerit akibat anjloknya harga jual benih bening lobster (BBL) yang selama ini menjadi andalan mata pencaharian mereka. Penurunan harga ini dirasakan bertahap sejak tahun 2023, dan mencapai titik terendah pada Mei 2025.

    Sarpan, Ketua Kelompok Nelayan Sadeng, menyebut harga BBL yang sebelumnya bisa menyentuh angka Rp40.000 per ekor, kini hanya dihargai Rp2.000. Penurunan harga terjadi secara bertahap – dari Rp40.000 menjadi Rp9.000, lalu Rp7.000, dan kini menyentuh level paling rendah dalam dua tahun terakhir. “Hari ini cuma bisa pasrah. Dulu bisa diandalkan, sekarang katanya karena yang bisa mengolah cuma Vietnam. Sementara pasokan setiap hari berlimpah, ya jadinya harga jatuh,” keluh Sarpan, Kamis (10/7/2025).

    Penurunan harga juga terjadi pada lobster dewasa. Jika sebelumnya lobster super bisa dijual di atas Rp1 juta per kilogram, kini harganya berkisar Rp800 ribu. Sarpan menampik anggapan bahwa anjloknya harga disebabkan permainan para pengusaha besar. Menurutnya, persoalan utama justru terletak pada fluktuasi pasar yang tidak bisa dikendalikan nelayan kecil.

    Namun, persoalan para nelayan tak berhenti di soal harga. Perubahan cuaca yang tak menentu juga sangat mempengaruhi jumlah tangkapan di laut. “Kalau cuaca bagus, bisa dapat ratusan ekor. Tapi kalau cuaca jelek, paling cuma belasan. Sekarang laut makin susah diprediksi,” katanya.

    Di sisi lain, tak semua nelayan memiliki akses ke koperasi atau eksportir resmi. Banyak yang akhirnya menjual benur ke pembeli lokal dengan harga jauh lebih murah, bahkan terjebak dalam praktik jual beli di luar mekanisme legal. “Kalau aturannya makin ketat, sementara harga makin jatuh, ya nelayan kecil kayak kami ini mau makan apa?” ujarnya.

    Meskipun populasi lobster di laut selatan masih cukup melimpah, hanya jenis tertentu yang diminati pasar, seperti lobster pasir dan mutiara. Jenis lain seperti lobster batu, bambu, dan baladewa kini kurang diminati. Membedakan jenis lobster ini bukan hal mudah. Diperlukan pengalaman dan kepekaan nelayan yang sudah akrab dengan laut. “Sungutnya nyala. Kalau pasir biru satu, kalau mutiara biru dua,” jelas Sarpan.

  • Ubur-Ubur Biru Serbu Perairan Selatan Gunungkidul, Puluhan Wisatawan Tersengat

    Ubur-Ubur Biru Serbu Perairan Selatan Gunungkidul, Puluhan Wisatawan Tersengat

    Liputan6.com, Gunungkidul – Suasana libur sekolah yang semestinya menjadi momen rekreasi ceria di kawasan pesisir selatan Gunungkidul justru diwarnai kecemasan. Puluhan wisatawan dilaporkan mengalami sengatan ubur-ubur biru saat bermain air di sejumlah pantai, seperti Pantai Baron, Kukup, Drini, Krakal, dan Sepanjang.

    Serangan ubur-ubur ini tidak hanya menyebabkan luka ringan, tetapi beberapa korban bahkan harus mendapat penanganan medis intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saptosari. “Sejak awal pekan ini, kami mencatat ada puluhan wisatawan yang tersengat ubur-ubur biru. Korban terbanyak adalah anak-anak dan remaja yang sedang bermain air di tepian pantai,” ujar Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Korwil II Baron, Surisdiyanto, Kamis (11/7/2025).

    Menurut Surisdiyanto, ubur-ubur biru atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Physalia physalis, memiliki racun yang cukup berbahaya bagi manusia. Hewan laut ini memang tampak indah dengan warna biru terang, namun di balik keindahannya tersembunyi ancaman serius. “Korban umumnya mengalami luka memerah di kulit, seperti melepuh, terasa panas, nyeri seperti terbakar, dan dalam beberapa kasus menimbulkan sesak napas atau pusing. Bahkan ada yang mengalami reaksi alergi parah sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

    Beberapa luka terlihat menyerupai bekas cambukan di kulit, terutama di bagian tangan, kaki, dan area tubuh yang paling sering terkena tentakel saat berenang atau bermain air. Rasa nyeri bisa berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari tergantung tingkat keparahan dan sensitivitas korban. “Racun pada tentakel ubur-ubur ini langsung menyerang sistem saraf lokal. Pada beberapa orang yang memiliki riwayat alergi atau daya tahan tubuh lemah, reaksi bisa lebih berat, seperti syok anafilaksis,” lanjutnya.

    Tim SAR dan petugas pantai yang berjaga sempat memberikan pertolongan pertama kepada para korban di lokasi, seperti dengan membilas luka menggunakan air laut, air cuka dan kompres panas. Namun beberapa korban tetap harus dilarikan ke RSUD Saptosari untuk mendapat perawatan medis lanjutan.“Kami bekerja sama dengan petugas medis di pantai dan puskesmas terdekat. Tapi yang luka cukup parah tetap kami rujuk ke rumah sakit,” kata Surisdiyanto.

    Kemunculan ubur-ubur biru di perairan selatan Jawa bukanlah hal baru. Setiap musim kemarau, terutama saat angin timur mulai bertiup kencang, koloni ubur-ubur ini kerap terbawa arus laut hingga ke pesisir. “Fenomena ini biasa terjadi saat angin timur membawa massa air dari Samudera Hindia ke pantai. Tapi karena bertepatan dengan masa liburan, jumlah korban jadi cukup tinggi,” ujar Surisdiyanto.

    Pihak Satlinmas Rescue bersama SAR dan relawan pantai terus meningkatkan pengawasan serta patroli di sepanjang garis pantai. Spanduk dan papan peringatan sudah dipasang di titik-titik rawan untuk mengingatkan pengunjung agar tidak bermain air terlalu jauh ke laut.

    Surisdiyanto mengimbau agar wisatawan selalu mematuhi arahan petugas pantai, tidak bermain air di area yang telah diperingatkan, dan segera melapor bila mengalami sengatan. “Kalau terkena, jangan panik. Bilas dengan air laut, jangan pakai air tawar karena bisa memperparah luka. Jangan digosok atau digaruk. Kalau nyerinya tak tertahan, sebaiknya segera ke pos SAR atau fasilitas kesehatan terdekat,” katanya.

  • Apa Itu Pulung Gantung, Mitos Mistis Populer di Gunungkidul Yogyakarta

    Apa Itu Pulung Gantung, Mitos Mistis Populer di Gunungkidul Yogyakarta

    Liputan6.com, Bandung – Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota budaya dan pelajar tetapi juga memiliki beragam kisah urban legend serta mitos mistis yang berkembang di tengah masyarakat sekitarnya.

    Adapun salah satu cerita yang cukup menyeramkan dan kerap dibicarakan adalah mitos tentang pulung gantung. Mitos ini berkembang luas di masyarakat dan sering dikaitkan dengan peristiwa tragis.

    Melansir dari beberapa sumber, pulung gantung dipercaya sebagai pertanda gaib yang mengiringi seseorang sebelum terjadinya kematian khususnya bunuh diri dengan cara gantung diri.

    Pulung gantung digambarkan sebagai cahaya merah yang melayang di langit dan terkadang terlihat di atas rumah seseorang. Masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan sekitarnya mengaitkan kemunculan cahaya tersebut dengan datangnya musibah atau petaka.

    Adapun jika sosok pulung gantung terlihat di suatu tempat dipercaya bahwa akan ada penghuni rumah atau orang terdekat yang mengalami kejadian tragis seperti salah satunya gantung diri.

    Kepercayaan ini berkembang dari mulut ke mulut dan terus diyakini hingga sekarang meski tidak memiliki bukti ilmiah. Meski terdengar menyeramkan kisahnya juga menyimpan pesan penting mengenai kepekaan terhadap kondisi sosial dan psikologis seseorang.

    Pasalnya dalam banyak kasus kemunculan mitos ini justru menjadi alarm sosial untuk memperhatikan lingkungan sekitar terutama terhadap individu yang menunjukkan tanda-tanda depresi atau tekanan batin.

  • Penyebab Kematian Masih Misterius, Jenazah PMI Asal Gunungkidul yang Meninggal di Taiwan Akan Dipulangkan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 Juli 2025

    Penyebab Kematian Masih Misterius, Jenazah PMI Asal Gunungkidul yang Meninggal di Taiwan Akan Dipulangkan Regional 11 Juli 2025

    Penyebab Kematian Masih Misterius, Jenazah PMI Asal Gunungkidul yang Meninggal di Taiwan Akan Dipulangkan
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com –
    Penantian panjang keluarga untuk memulangkan jenazah
    Pekerja Migran Indonesia
    (PMI) asal Kalurahan Mulusan, Paliyan,
    Gunungkidul
    , DI Yogyakarta,
    Slamet Nugraha
    , akhirnya terjawab.
    Rencananya, jenazah akan dipulangkan akhir pekan ini.
    Kepala Bidang Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian Koperasi UKM dan Transmigrasi Gunungkidul, Nanang Putranto, menyampaikan bahwa dari koordinasi yang dilakukan, pihaknya mendapatkan informasi bahwa jenazah Slamet akan segera dipulangkan akhir pekan ini.
    “Kita sudah dapat info bahwa hari Sabtu besok jenazah diberangkatkan dari Taiwan. Kemungkinan hari Minggu sampai rumah duka,” kata Nanang saat dihubungi melalui telepon pada Jumat (11/7/2025).
    Dia mengatakan,
    pemulangan jenazah
    pria yang memiliki dua orang anak itu dari Taiwan ke Indonesia dilakukan oleh majikan.
    Sementara itu, nantinya dari Jakarta ke rumah duka akan difasilitasi oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
    “Keluarga kami sarankan untuk tetap di sini saja menunggu kedatangan jenazah, tidak usah ke Jakarta,” kata dia.
    Disinggung mengenai penyebab kematian, Nanang menyebut hingga kini pihaknya belum mengetahui penyebab kematian bapak dua orang anak itu.
    Jenazah sempat disemayamkan di Rumah Duka Taichung, Taipei, Taiwan.
    “Untuk penyebabnya tidak diberitahukan,” kata dia.
    Diberitakan sebelumnya, di sebuah rumah sederhana di Padukuhan Mulusan, Gunungkidul, suasana sendu menyelimuti keluarga Marno.
    Sejak akhir pekan lalu, kabar duka datang dari Taiwan mengenai adik iparnya, Slamet Nugraha (42), seorang buruh migran yang sudah enam tahun bekerja di negeri seberang, dikabarkan meninggal dunia.
    Kabar itu datang dari seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru saja pulang dari Taiwan.
    “Kami dapat kabar Sabtu (21/6/2025), katanya adik ipar saya sudah meninggal dunia,” kata Marno, saat ditemui di rumahnya, Kamis (26/6/2025).
    Slamet berangkat ke Taiwan sekitar enam tahun lalu.
    Ia tidak melalui jalur resmi sebagai pekerja migran, melainkan memakai visa wisata dan bertahan di sana dengan bekerja serabutan. “Hidupnya berpindah-pindah agar aman,” ujar Marno.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Nasib Ratusan Pelamar P3K Gunungkidul Bergantung Pusat Usai Hanya 26 Orang Lolos dari 574 Calon

    Nasib Ratusan Pelamar P3K Gunungkidul Bergantung Pusat Usai Hanya 26 Orang Lolos dari 574 Calon

    Liputan6.com, Gunungkidul – Harapan ratusan pelamar Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di Kabupaten Gunungkidul masih belum padam, meskipun kenyataan pahit harus mereka terima usai pengumuman hasil seleksi tahap kedua. Dari 574 peserta yang mengikuti seleksi, hanya 26 orang yang dinyatakan lolos. Sementara sisanya, sebanyak 548 pelamar, harus kembali bersabar.

    Para pelamar ini berasal dari berbagai latar belakang termasuk tenaga honorer yang sudah lama mengabdi di instansi pemerintah daerah, berharap seleksi P3K bisa menjadi pintu perubahan status dan nasib mereka. Namun nyatanya, formasi terbatas membuat tidak semua bisa tertampung.

    Menurut Kepala Bidang Formasi Data dan Perkembangan Pegawai BKD Gunungkidul, Farid Juni Haryanto, jumlah formasi pada tahap kedua ini sama seperti pada tahap pertama, yaitu sebanyak 449 formasi. Sayangnya, jumlah peserta seleksi jauh lebih banyak dari jumlah kebutuhan. “Total peserta seleksi tahap dua ada 574 orang. Tetapi yang lolos hanya 26 orang. Sisanya belum berhasil dan akan diarahkan untuk mengikuti skema P3K paruh waktu,” ujar Farid.

    Farid menjelaskan bahwa konsep P3K paruh waktu sudah menjadi opsi dalam kebijakan nasional kepegawaian. Mereka yang diangkat dalam skema ini tetap berstatus ASN, tetapi bekerja dalam waktu yang terbatas dan mendapatkan upah yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. “Kurang lebih masih ada 548 pelamar yang belum lolos. Kita masih menunggu petunjuk teknis dari pusat mengenai bagaimana pengangkatan mereka dalam skema paruh waktu ini,” tambahnya.

    P3K paruh waktu merupakan konsep baru dalam sistem ASN yang memungkinkan pemerintah daerah merekrut tenaga kerja berdasarkan perjanjian kerja jangka waktu terbatas, yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan. Farid menyebut, sistem ini menjadi solusi bagi daerah yang memiliki keterbatasan anggaran tetapi tetap membutuhkan tenaga kerja tambahan. Dalam banyak kasus, skema ini bisa membantu menyerap tenaga honorer yang belum tertampung di formasi reguler.

    Sementara itu, bagi 26 peserta yang lolos seleksi tahap kedua, saat ini mereka tengah memasuki tahapan pengisian Daftar Riwayat Hidup (DRH) sebagai salah satu syarat untuk penetapan Nomor Induk Pegawai (NIP). Proses administrasi ini ditargetkan selesai paling lambat pada bulan Oktober mendatang. “Kami memahami kekecewaan dari para pelamar. Tapi ini belum akhir. Masih ada peluang lewat jalur paruh waktu, dan kita sedang menunggu arahan resmi dari pusat,” terang Farid.

    Perihal gaji yang akan diterima oleh P3K, khususnya dalam skema paruh waktu, menjadi perhatian tersendiri. Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Gunungkidul, Putro Sapto Wahyono, menegaskan bahwa honor untuk P3K paruh waktu akan tetap menggunakan skema pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Pembayaran honor tetap melalui APBD, seperti sebelumnya. Besarannya pun disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK). Saya tidak hafal nilainya karena tiap posisi bisa berbeda,” ujar Putro.

    Ia juga menambahkan bahwa kemampuan fiskal daerah menjadi pertimbangan utama dalam menentukan seberapa besar dan seberapa banyak pegawai paruh waktu bisa diangkat. Meski tidak lolos, pelamar yang belum berhasil di tahap kedua masih memiliki harapan. Proses rekrutmen belum benar-benar usai. “Pemerintah daerah dan pusat masih menggodok kebijakan teknis mengenai pelaksanaan P3K paruh waktu,” pungkasnya.