kab/kota: Gunung

  • Fenomena Aneh Sungai Kering di Arab Muncul Emas, Ternyata Ada Hadisnya

    Fenomena Aneh Sungai Kering di Arab Muncul Emas, Ternyata Ada Hadisnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah fenomena aneh muncul di sungai yang berada di Raqqa Suriah. Sungai Eufrat yang mengering itu ternyata memunculkan emas mentah.

    Masyarakat setempat heboh setelah mengetahui fenomena tersebut. Bahkan banyak orang langsung menyerbu bantaran sungai untuk mencari emas.

    “Awalnya hanya rasa penasaran, tapi sekarang semua orang ikut mencari. Ini seperti mimpi,” ujar salah satu warga kepada media lokal Shafaq News.

    Bahkan hal ini menggerakkan ekonomi mikro setempat. Harga peralatan tambang bekas mengalami peningkatan dan calo informasi bermunculan untuk memenuhi permintaan.

    Para penambang itu bisa bergerak tanpa izin. Sebab wilayah itu belum memiliki regulasi resmi atau pengawasan dari otoritas lokal.

    Namun seorang insinyur geologi, Khaled al-Shammari meminta masyarakat tidak terburu-buru membuat kesimpulan tanah berkilau itu adalah emas.

    “Sedimen berkilau bisa saja berasal dari mineral lain. Hanya analisis geologi yang bisa memastikan kandungan emasnya,” tegasnya.

    Sungai Eufrat yang mengalir di Turki, Suriah, dan Irak, memang telah menyusut beberapa tahun terakhir karena pembangunan bendungan dan perubahan iklim. Hal ini pada akhirnya memicu kekeringan dan perebutan hak air antar negara.

    Sementara itu, mengeringnya Sungai Eufrat dan munculnya bongkahan emas dibahas oleh sabda Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab RA, Rasulullah SAW bersabda:

    لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ، تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو

    Artinya: “Kiamat tidak akan terjadi sampai al-Furat (Sungai Eufrat) mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah 99 orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat.” (HR Muslim)

    Menurut Abu ‘Ubaidah dalam ta’liqnya pada kitab An Nihayah Fi Al Fitan wa Al Malahim oleh Ibnu Katsir mengatakan gunung emas dalam hadist tanda kiamat adalah kiasan. Diibaratkan sebagai mintak bumi, karena nilai manfaat yang sama, dikutip dari Detik.com.

    Sementara itu, hadist lain dari Abu Hurairah RA juga menjelaskan emas pada Sungai Eufrat. Nabi SAW bersabda:

    عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ قالَ: قالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: “يُوشِكُ الفُرَاتُ يَحْسِرُ عن كَنْزِ مِنْ ذّهَبِ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئاً

    Artinya: “Hampir terbuka al-Furat dengan (berisi) simpanan emas. Siapa yang mendatanginya jangan sekali-kali mengambilnya.” (HR At Tirmidzi)

    Mengutip buku Al Jannah: Misteri Sugra Terungkap di Akhir Zaman susunan Billy El-Rasheed, Imam Nawawi melalui Syarah Shahih Muslim menyebutkan Sungai Eufrat yang mengering dalam hadits diartikan sebagai terbukanya dasar sungai karena air yang surut. Penyebabnya dia mengatakan karena adanya perubahan aliran sungai.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tiga Calon Dewas dan Direktur Perumda Sari Gunung Jalani Wawancara Akhir di Ponorogo

    Tiga Calon Dewas dan Direktur Perumda Sari Gunung Jalani Wawancara Akhir di Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Proses seleksi jabatan Dewan Pengawas (Dewas) dan Direktur Perumda Sari Gunung memasuki tahap akhir. Tiga calon Dewas dan tiga calon Direktur hari ini, Jumat (26/9/2025), menjalani wawancara final di ruang Bantarangin, kompleks Gedung Graha Krida Praja Ponorogo.

    Wawancara tersebut menjadi babak penentuan setelah para kandidat dinyatakan lolos dalam Uji Kelayakan dan Kepatutan (UKK). Tes dipimpin langsung oleh enam anggota Panitia Seleksi (Pansel) yang berasal dari unsur internal Pemkab, mantan birokrat, hingga akademisi Ponorogo.

    “Hari ini kita lakukan tahap wawancara terhadap 3 kandidat Dewas dan 3 Direktur,” kata Ketua Pansel, Agus Pramono.

    Agus menjelaskan bahwa tahap ini merupakan pintu terakhir sebelum nama-nama terpilih diserahkan kepada Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko. Usai wawancara selesai, pihaknya langsung menghadap Bupati untuk menyampaikan hasilnya.

    “Wawancara ini adalah langkah final. Dari sini kami mengerucutkan masing-masing satu nama untuk jabatan Dewas dan Direktur. Rekapitulasi nilai peserta segera kami sampaikan kepada Bupati,” ujar Agus.

    Agus menambahkan bahwa Pansel telah merampungkan proses perangkingan berdasarkan nilai UKK dan wawancara. Meski begitu, keputusan akhir terkait siapa yang akan mengisi kursi Dewas maupun Direktur Perumda Sari Gunung tetap berada di tangan Bupati.

    “Siapa nantinya akan terpilih, semuanya akan diserahkan ke Bapak Bupati,” ungkapnya.

    Adapun tiga calon Direktur yang menjalani wawancara akhir yaitu Kokoh Prio Utomo, Mudrikah Hanik, dan Sakti Satoto Utomo. Sementara dua nama lain, Junjung Dwiya Ciptaningrum dan Henri Setiawan, dinyatakan kurang memuaskan pada tahap UKK. Untuk calon Dewas, terdapat tiga kandidat yakni Bambang Suhendro, Judha Slamet Sarwo Edi, dan Ringga Dwi Heri Irawan.

    Dengan tuntasnya tahapan wawancara, publik kini menunggu keputusan Bupati Sugiri Sancoko dalam menentukan nakhoda baru Perumda Sari Gunung. Penetapan nama terpilih diharapkan membawa arah baru bagi kinerja perusahaan daerah tersebut. [end/beq]

  • Bandara Gewayantana Larantuka tutup sementara akibat abu vulkanik

    Bandara Gewayantana Larantuka tutup sementara akibat abu vulkanik

    Labuan Bajo (ANTARA) – Bandar Udara (Bandara) Gewayantana Larantuka di Kabupaten Flores Timur tutup sementara karena terdampak sebaran abu vulkanik erupsi Gunung Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

    “Bandara Gewayantana ditutup karena dampak abu vulkanik Gunung Lewotolok,” kata Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas III Gewayantana, Larantuka, Puguh Lukito yang dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis.

    Ia menambahkan, pada Kamis erupsi Gunung Lewotolok berdampak kepada ruang udara Bandara Gewayantana Larantuka.

    Sebaran Abu Vulkanik (VA) berdasarkan data ASHTAM Lewotolo menyebabkan jalur penerbangan rute Kupang-Larantuka terganggu. “Hasil ‘paper test volcanic ash’ di landasan pacu mengindikasikan negatif ‘volcanic ash’,” katanya.

    Melansir dari MAGMA Indonesia, Gunung Ili Lewotolok dalam periode pengamatan laporan per enam jam, tanggal 25 September 2024 pukul 18 00-24.00 WITA dilaporkan terdapat sebanyak 52 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 4.6-30.1 mm dan lama gempa 35-75 detik.

    Selanjutnya, dilaporkan juga sebanyak 51 kali gempa hembusan dengan amplitudo 1.9-5.5 mm dan lama gempa 26-53 detik, satu kali gempa harmonik dengan amplitudo 2.3 mm dan lama gempa 113 detik. Selanjutnya satu kali gempa tremor non-harmonik dengan amplitudo 1.9 mm, dan lama gempa 80 detik.

    Tingkat aktivitas Gunungapi Ili Lewotolok Level III (Siaga). Karena itu masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki atau wisatawan diimbau agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius tiga kilometer (km) dari pusat aktivitas Gunung Ili Lewotolok.

    Warga juga diimbau mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas dari sektor Selatan dan Tenggara, sektor arat serta sektor timur laut Gunung Ili Lewotolok.

    Warga diimbau untuk tidak panik jika mendengar suara gemuruh atau dentuman dari kawah Gunung Ili Lewotolok karena suara tersebut merupakan ciri aktivitas gunung api yang sedang dalam fase erupsi.

    Suara dentuman yang keras dapat mengakibatkan getaran yang kuat pada beberapa bagian bangunan terutama jendela kaca dan pintu.

    Pewarta: Gecio Viana
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tasya Farasya Tampil dengan Tas Hermes Rp 7,5 Miliar saat Tuntut Nafkah Rp100 Perak di Sidang Perceraian

    Tasya Farasya Tampil dengan Tas Hermes Rp 7,5 Miliar saat Tuntut Nafkah Rp100 Perak di Sidang Perceraian

    JAKARTA – Tasya Farasya menjadi sorotan saat hadir dalam sidang perdana perceraiannya dengan Ahmad Assegaf di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada Rabu, 24 September 2025.

    Di momen tersebut, sang beauty influencer tampil anggun dalam balutan setelan kuning lembut. Namun hal paling mencuri perhatian justru tas mewah yang dibawanya.

    Wanita berusia 33 tahun itu menenteng Hermes Birkin Himalayan, salah satu seri tas paling langka dan prestisius di dunia dengan nilai fantastis mencapai Rp7,5 miliar.

    Dilansir dari laman Voila, seri ini termasuk jajaran tas termahal dari rumah mode Prancis Hermes yang hanya beredar terbatas dan sangat diburu kolektor tas mewah.

    Hermes Birkin Himalayan dikenal karena proses pembuatannya yang rumit, eksklusif, dan penuh kerahasiaan. Tas ini dibuat dari kulit buaya Crocodylus niloticus yang telah melalui proses khusus. Nama “Himalayan” sendiri diambil dari gradasi warnanya yang menyerupai puncak gunung bersalju di Pegunungan Himalaya.

    Model ukuran 30 pertama kali diluncurkan pada 2008 dan langsung menjadi incaran. Setahun kemudian hadir ukuran 35, lalu diikuti ukuran 25 pada 2012. Dari semua varian, seri Diamond dianggap paling mewah karena dihiasi hardware white gold 18 karat serta berlian putih.

    Keunikan lain dari Hermes Birkin Himalayan terletak pada gradasi warnanya. Tidak ada dua tas yang sama persis, sehingga tiap koleksi memiliki ciri khas masing-masing. Bagian pegangan dan strap depan yang dikencangkan dengan turn lock juga memperlihatkan detail buatan tangan yang menjadi ciri khas Hermes.

    Menariknya, tas super langka tersebut justru dibawa Tasya ketika menuntut nafkah hanya Rp 100 kepada Ahmad. Sidang perdana dengan agenda mediasi antara Tasya dan Ahmad tidak menghasilkan kesepakatan damai. Alhasil, proses perceraian akan berlanjut ke tahap selanjutnya.

  • Perang Harga Menggila, Pemerintah China Langsung Turun Gunung

    Perang Harga Menggila, Pemerintah China Langsung Turun Gunung

    Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas pasar di China turun gunung mengatur perang harga e-commerce yang makin menggila. Aturan baru telah diajukan untuk mengatur soal pengurangan perang harga.

    Laporan lembaga penyiaran nasional China, CCTV mengatakan aturan akan mencakup transparansi soal subsidi dan disko serta pembatasan biaya yang dikenakan pada restoran. Selain itu juga peningkatan transparansi seputar subsidi dan diskon serta pembatasan biaya yang dibebankan pada restoran, dikutip dari Investing, Kamis (25/9/2025).

    Aturan itu juga mengusulkan larangan platform pengiriman makanan membuat restoran mensubsidi kegiatan promosi.

    Rencana tersebut menaikkan saham dua raksasa e-commerce JD.com mencapai lebih dari 3%, dan Meituan, yang bergerak di bidang pengiriman makanan juga naik 1%.

    JD.com diketahui memang tengah berupaya memperluas bisnis pengiriman instan. Perusahaan melakukan pengembangan aliran pendapatan baru untuk mengimbangi ekonomi China yang lesu dan persaingan ketat pada segmen ritel intinya.

    Namun persaingan ketat harus dihadapai unit bisnisnya, JD Takeaway. Para pesaingnya, Meituan dan Ele.me milik Alibaba juga melakukan perang harga melalui diskon untuk mendongkrak permintaan.

    Namun pada akhirnya cara itu menekan margin keuntungan pada pedagang dan kurir.

    Pengeluaran layanan pesan antar makanan JD.com telah menekan profitabilitas sendiri. Margin operasi yang disesuaikan menjadi 0,3% pada Juni, menurun drastis dari 4% pada tahun lalu.

    Untuk Meituan, pesananan harian produk makanan dan ritel melonjak menjadi 120 juta. Perusahaan memegang 70% pasar pengiriman.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kepala BMKG Minta Petani Siap Siaga Petaka Iklim, Cara Lama “Tak Laku”

    Kepala BMKG Minta Petani Siap Siaga Petaka Iklim, Cara Lama “Tak Laku”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas, dengan suhu rata-rata global mencapai 1,55 °C. Angka ini di atas suhu era pra-industri (1850-1900).

    Anomali suhu tersebut, ujarnya, melampaui ambang (1,5°C) yang telah ditetapkan tahun 2015 silam dalam perjanjian Paris. Fakta ini, imbuh dia, merupakan alarm keras bagi seluruh umat manusia. Termasuk Indonesia, salah satunya dalam hal ini menyangkut produksi pangan.

    Di Indonesia, lanjutnya, tahun 2024 juga tercatat sebagai tahun terpanas sejak pengamatan tahun 1981. Dengan suhu rata-rata 27,5 °C dan anomali 0,8 °C terhadap normal 1991-2020.

    “Tantangan perubahan iklim sudah di depan mata dan semakin terasa dampaknya pada sektor pertanian. Sepuluh tahun terakhir adalah periode terpanas dalam sejarah pencatatan iklim. Tahun 2024 bahkan menjadi tahun terpanas dengan anomali suhu global 1,55 °C di atas era pra-industri. Kondisi ini memaksa kita mengambil langkah adaptasi nyata, apalagi sektor pertanian sangat rentan,” katanya dalam keterangan di situs resmi, dikutip Kamis (25/9/2025).

    Karena itu, Dwikorita menambahkan, perlu langkah mitigasi untuk menghadapi ancaman perubahan iklim yang kian nyata. Salah satunya, sebutnya, BMKG menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI), program yang membekali petani dengan pengetahuan dan pendampingan agar siap beradaptasi.

    Melalui SLI, jelasnya, BMKG tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga langkah aksi adaptasi strategis.

    “Petani diajarkan membaca dan memahami prediksi iklim, menyesuaikan pola tanam, memilih varietas sesuai kondisi musim, hingga mengoptimalkan teknik pemanenan air hujan. Dengan begitu, risiko gagal panen dapat ditekan,” terangnya.

    “Karena perubahan iklim, saat ini titi mongso (titimangsa/ pranata mangsa/ tradisi sistem penanggalan pertanian di Jawa) menjadi tidak relevan. Padahal petani di Indonesia terbiasa dengan titi mongso,” ujar Dwikorita.

    BMKG pun telah menggelar SLI Tematik di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (22/9/2025) lalu. Disebutkan, SLI tematik ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari petani hortikultura, penyuluh pertanian lapangan (PPL), pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT), kelompok wanita tani, hingga petani milenial mengikuti kegiatan SLI di pendopo kalurahan Kedungpoh ini dengan antusias.

    Turut hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Darmadi Sudibyo Direktur Layanan Iklim BMKG, Marjuki dan Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Sleman Reni Karningtyas.

    “Petani harus mampu membaca cuaca, memahami iklim, dan menyesuaikan pola tanam agar bisa mengurangi risiko gagal panen. Inilah kontribusi BMKG untuk mendukung swasembada pangan sebagaimana tercantum dalam Asta Cita Presiden,” kata Dwikorita.

    “Sekolah Lapang Iklim adalah jembatan antara data iklim dan strategi pertanian. Ini adalah aksi nyata BMKG untuk mendukung ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim,” ucapnya.

    Dwikorita mengungkapkan, kini kondisi bumi cukup mengkhawatirkan akibat perubahan iklim. Apabila manusia, semua pihak, tidak berhasil mengendalikan kecepatan kenaikan suhu permukaan bumi atau memitigasi perubahan iklim tersebut.

    “Kondisi ini dipicu kombinasi pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca serta anomali iklim regional. Situasi ini menjadi tantangan serius bagi sektor pertanian yang sangat rentan terhadap iklim,” ujarnya.

    “Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun juga krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan. Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang” sambung Dwikorita.

    Prediksi Musim Hujan di DI Yogyakarta

    Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita menjabarkan prakiraan awal musim hujan di DIY yang diperkirakan masuk pada dasarian ketiga Oktober 2025.

    “Dengan sifat hujan yang normal, petani bisa menyesuaikan pola tanam lebih tepat waktu sekaligus memaksimalkan pemanfaatan air hujan,” terang Dwikorta.

    Sebelumnya, Dwikorita juga telah meminta petani melakukan penyesuaian musim tanam. Menyusul adanya proyeksi terbaru mengenai musim hujan tahun 2025/2026.

    BMKG memprediksi, musim hujan tahun 2025/2026 akan tiba lebih cepat, dengan estimasi masa puncak bervariasi.

    Menurut Dwikorita, sebagian wilayah di Indonesia telah memasuki musim hujan sejak Agustus 2025. Dan bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah RI pada periode September-November 2025.

    Dia pun mengingatkan agar mengantisipasi dampak-dampak yang timbul saat musim hujan.

    “Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5%), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dengan biasanya. Namun, terdapat 193 ZOM (27,6%) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9%) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal,” kata Dwikorita dalam keterangannya, dikutip Senin (15/9/2025).

    Foto: BMKG gelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, 22 September 2025. (Dok. BMKG)
    BMKG gelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, 22 September 2025. (Dok. BMKG)

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pemkot Surabaya Normalisasi Sungai Perbatasan dengan Sidoarjo untuk Antisipasi Banjir

    Pemkot Surabaya Normalisasi Sungai Perbatasan dengan Sidoarjo untuk Antisipasi Banjir

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memulai pengerukan dan normalisasi sungai di perbatasan Surabaya-Sidoarjo, tepatnya di sekitar Kampus 2 UINSA di kawasan Gunung Anyar. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi genangan dan banjir yang kerap terjadi di wilayah tersebut saat musim hujan.

    Koordinator Lapangan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, Sandy, menyatakan pengerukan bertujuan untuk melancarkan aliran air yang selama ini terhambat oleh eceng gondok. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi potensi terjadinya banjir.

    “Normalisasi ini untuk melancarkan aliran dan mengurangi genangan banjir yang ada di Gunung Anyar Kidul. Tahun kemarin di sini banjir parah karena air tidak mengalir,” ujar Sandy di lokasi, Kamis (25/9/2025).

    Proses pengerukan dimulai dari Jembatan UINSA dan ditargetkan hingga area perumahan di sepanjang sungai. Namun, pengerjaan juga menghadapi tantangan di beberapa titik, terutama di area yang terhalang warung-warung warga.

    Untuk itu, DSDABM bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya.

    “Alat berat kita tidak bisa menjangkau semua area. Jadi, teman-teman dari DLH membantu menggunakan perahu karet untuk mendorong tumpukan eceng gondok agar bisa dijangkau alat berat,” jelas Sandy.

    Normalisasi sungai ini merupakan agenda rutin tahunan Pemkot Surabaya yang biasanya dilakukan dua kali dalam setahun. Sandy menambahkan, pembersihan ini dilakukan sebagai antisipasi sebelum musim hujan yang diprediksi akan tiba pada November-Desember mendatang.

    “Kami tahu sungai ini sudah penuh, makanya kami normalisasi agar tidak ada genangan saat musim hujan. Jadi, ini kami lakukan sebagai langkah antisipasi,” katanya.

    Terkait pengerukan di perbatasan ini, Pemkot Surabaya juga telah berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pengelola jalan tol, karena pengerahan alat berat memerlukan izin khusus.

    “Kami sudah telepon pihak tol untuk izin memasukkan alat, dan dikawal saat masuk,” kata Sandy.

    Normalisasi sungai ini diperkirakan akan memakan waktu hingga satu bulan, atau bahkan lebih, tergantung ketersediaan armada truk pengangkut.

    Sandy menyebutkan ada empat hingga enam armada yang dikerahkan, namun jumlahnya tidak pasti karena menyesuaikan dengan kegiatan di lokasi lain.

    “Kami tidak bisa menarget satu atau dua minggu. Kami terkendala armada. Kalau tidak ada armadanya, kami tidak bisa angkut semua. Nanti menumpuk dan bau,” terangnya.

    Sebelumnya, warga Pondok Candra, Sidoarjo, mendesak pemerintah untuk segera membersihkan sedimentasi dan eceng gondok di sungai perbatasan Surabaya-Sidoarjo. Desakan ini muncul setelah pengalaman banjir setinggi lebih dari 50 cm pada Desember 2024.

    Kepada beritajatim.com, salah satu warga, Anton Eko Yulianto mengungkapkan bahwa banjir disebabkan oleh curah hujan tinggi yang bertepatan dengan air pasang, sementara sungai tidak mampu menampung debit air akibat tumpukan eceng gondok.

    Warga berharap pemerintah bisa melakukan penanganan yang berkelanjutan dan tidak menunggu sampai bencana kembali terjadi. [ipl/beq]

  • BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan 2025/2026 di Jawa Timur akan datang lebih awal pada Oktober 2025. Fenomena ini mencakup 49 zona musim (ZOM) dari total 74 ZOM yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jatim.

    “Musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur diprediksi datang lebih awal atau maju dibandingkan normalnya meliputi 70 ZOM. Dengan awal musim hujan di bulan Oktober sebanyak 49 ZOM,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Anung, sifat hujan pada periode ini sebagian besar diperkirakan normal, meliputi 54 ZOM atau sekitar 73 persen wilayah. Curah hujan musim hujan diprediksi berkisar antara 1001–1500 mm di 21 ZOM dan 1501–2000 mm di 25 ZOM. Adapun puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2026 dengan cakupan 40 ZOM atau 54 persen wilayah Jawa Timur.

    BMKG mengingatkan pemerintah daerah, kota, hingga institusi terkait agar menyesuaikan program sektor pertanian dengan jadwal musim hujan yang lebih maju. Selain itu, langkah antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem di masa peralihan hingga bencana hidrometeorologi juga perlu disiapkan.

    “Antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi akibat dari cuaca ekstrem selama memasuki peralihan musim atau sepanjang musim hujan 2025/2026,” tegas Anung.

    Berikut rincian awal musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur dari total 74 ZOM:

    September – 8 ZOM (10,9%) Dasarian I–III

    Banyuwangi: Genteng, Glenmore, Kalibaru, Sempu
    Blitar: Binangun, Gandusari, Kesamben, Selopuro, Wates
    Kediri: Mojo, Semen
    Kota Batu: Batu, Bumiaji, Junrejo
    Lumajang: Candipuro, Pasirian, Pasrujambe, Senduro
    Malang: Bantur, Dampit, Donomulyo, Gedangan, Kalipare, Karangploso, Ngantang, Pagak, Pujon, Sumbermanjing, Tirtoyudo
    Ponorogo: Pudak, Pulung, Sooko
    Sumenep: Masalembu
    Trenggalek: Bendungan
    Tulungagung: Pagerwojo, Sendang

    Oktober – 49 ZOM (66,2%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Bangkalan, Blega, Burneh, Galis, Kamal, Konang, Kwanyar, Labang, Modung, Socah, Tanah Merah, Tragah
    Banyuwangi: Bangorejo, Banyuwangi, Blimbingsari, Cluring, Gambiran, Giri, Glagah, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Rogojampi, Siliragung, Singojuruh, Srono, Tegaldimo, Tegalsari
    Blitar: Bakung, Doko, Garum, Kademangan, Kanigoro, Kesamben, Nglegok, Panggungrejo, Ponggok, Sanankulon, Selorejo, Srengat, Sutojayan, Talun, Udanawu, Wlingi, Wonodadi, Wonotirto
    Bojonegoro: Balen, Baureno, Bojonegoro, Bubulan, Dander, Gayam, Gondang, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kedewan, Kedungadem, Kepohbaru, Malo, Margomulyo, Ngambon, Ngasem, Ngraho, Padangan, Purwosari, Sekar, Sugihwaras, Sukosewu, Sumberrejo, Tambakrejo, Temayang, Trucuk
    Bondowoso: Binakal, Bondowoso, Botolinggo, Cerme, Curahdami, Grujugan, Jambesari, Klabang, Maesan, Pakem, Prajekan, Pujer, Sukosari, Sumberwringin, Taman Krocok, Tamanan, Tapen, Tegalampel, Tenggarang, Tlogosari, Wonosari, Wringin
    Gresik: Bungah, Duduksampeyan, Dukun, Gresik, Manyar, Panceng, Sangkapura, Sidayu, Tambak, Ujungpangkah
    Jember: Ajung, Ambulu, Arjasa, Balung, Bangsalsari, Gumukmas, Jelbuk, Jenggawah, Jombang, Kalisat, Kaliwates, Kencong, Ledokombo, Mayang, Mumbulsari, Pakusari, Panti, Patrang, Puger, Rambipuji, Semboro, Silo, Sukorambi, Sukowono, Sumberbaru, Sumberjambe, Sumbersari, Tanggul, Tempurejo, Umbulsari, Wuluhan
    Jombang: Bandarkedungmulyo, Bareng, Diwek, Gudo, Jogoroto, Jombang, Kabuh, Kesamben, Kudu, Megaluh, Mojoagung, Mojowarno, Tembelang, Wonosalam, Ngoro, Ngusikan, Perak, Peterongan, Plandaan, Ploso, Sumobito
    Kediri: Badas, Banyakan, Gampengrejo, Grogol, Gurah, Kandangan, Kandat, Kayen, Kepung, Kras, Kunjang, Ngadiluwih, Ngancar, Ngasem, Pagu, Papar, Pare, Plemahan, Plosoklaten, Puncu, Purwoasri, Ringinrejo, Tarokan, Wates
    Kota Blitar: Kepanjenkidul, Sananwetan, Sukorejo
    Kota Kediri: Kota, Mojoroto, Pesantren
    Kota Madiun: Kartoharjo, Manguharjo, Taman
    Kota Malang: Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, Sukun
    Kota Mojokerto: Prajuritkulon
    Lamongan: Babat, Bluluk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung, Turi
    Lumajang: Gucialit, Jatiroto, Kedungjajang, Klakah, Kunir, Lumajang, Padang, Randuagung, Ranuyoso, Rowokangkung, Sukodono, Sumbersuko, Tekung, Tempeh, Yosowilangun
    Madiun: Balerejo, Kebonsari, Madiun, Mejayan, Pilangkenceng, Saradan, Sawahan, Wonoasri, Wungu, Dagangan, Dolopo, Geger, Gemarang, Jiwan, Kare
    Magetan: Barat, Bendo, Karangrejo, Karas, Kartoharjo, Kawedanan, Lembeyan, Magetan, Maospati, Ngariboyo, Nguntoronadi, Panekan, Parang, Plaosan, Poncol, Sidorejo, Sukomoro, Takeran
    Malang: Bululawang, Dau, Gondanglegi, Jabung, Kasembon, Kepanjen, Kromengan, Lawang, Ngajum, Pagelaran, Poncokusumo, Pakis, Pakisaji, Singosari, Sumberpucung, Tajinan, Tumpang, Turen, Wagir, Wajak, Wonosari
    Mojokerto: Gedeg, Gondang, Jatirejo, Kemlagi, Pacet, Sooko, Trawas, Trowulan
    Nganjuk: Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk, Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro, Tanjunganom, Wilangan
    Ngawi: Bringin, Geneng, Gerih, Jogorogo, Karanganyar, Karangjati, Kasreman, Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan, Ngawi, Ngrambe, Padas, Pangkur, Paron, Pitu, Sine, Widodaren
    Pacitan: Arjosari, Bandar, Donorojo, Kebonagung, Nawangan, Ngadirojo, Pacitan, Pringkuku, Punung, Sudimoro, Tegalombo, Tulakan
    Pamekasan: Batumarmar, Galis, Kadur, Larangan, Pademawu, Pakong, Palenggaan, Pamekasan, Pasean, Pegantenan, Proppo, Tlanakan, Waru
    Pasuruan: Gempol, Kejayan, Lumbang, Pasrepan, Prigen, Purodadi, Purwosari, Puspo, Tosari, Tutur
    Ponorogo: Babadan, Badegan, Balong, Bungkal, Jambon, Jenangan, Jetis, Kauman, Mlarak, Ngebel, Ngrayun, Ponorogo, Sambit, Sampung, Sawoo, Siman, Slahung, Sukorejo
    Probolinggo: Bantaran, Banyuanyar, Gading, Krucil, Kuripan, Leces, Lumbang, Maron, Sukapura, Sumber, Tegalsiwalan, Tiris, Wonomerto
    Sampang: Cemplong, Jrengik, Karangpenang, Kedungdung, Omben, Pangarengan, Robatal, Sampang, Sokobanah, Sreseh, Tambelangan, Torjun
    Situbondo: Arjasa, Sumbermalang
    Sumenep: Ambunten, Batuputih, Bluto, Dasuk, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, Pasongsongan, Pragaan, Rubar
    Trenggalek: Dongko, Durenan, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Panggul, Pogalan, Pule, Suruh, Trenggalek, Tugu, Watulimo
    Tuban: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Tuban, Widang
    Tulungagung: Pucanglaban, Rejotangan, Sumbergempol, Tanggunggunung, Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pakel

    November – 14 ZOM (18,8%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Arosbaya, Geger, Klampis, Kokop, Sepulu, Tanjung
    Banyuwangi: Kalipuro, Wongsorejo
    Gresik: Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Driyorejo, Kebomas, Kedamean, Menganti, Wringinanom
    Kota Mojokerto: Kranggan, Magersari
    Kota Pasuruan: Bugul Kidul, Gadingrejo, Panggungrejo, Purworejo
    Kota Probolinggo: Kademangan, Kanigaran, Kedopok, Mayangan, Wonoasih
    Kota Surabaya: Asem Rowo, Benowo, Bubutan, Bulak, Dukuh Pakis, Gayungan, Genteng, Gubeng, Gunung Anyar, Jambangan, Karangpilang, Kenjeran, Krembangan, Lakarsantri, Mulyorejo, Pabean, Pakal, Rungkut, Sambikerep, Sawahan, Semampir, Simokerto, Sukolilo, Tegalsari, Tenggilis, Wiyung, Wonocolo, Wonokromo, Sukomanunggal, Tambaksari, Tandes
    Mojokerto: Bangsal, Dawarblandong, Dlanggu, Jetis, Kutorejo, Mojoanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging, Puri
    Pasuruan: Bangil, Beji, Gempol, Gondangwetan, Grati, Kraton, Lekok, Nguling, Pandaan, Pohjentrek, Rejoso, Rembang, Sukorejo, Winongan, Wonorejo
    Probolinggo: Besuk, Dringu, Gending, Kotaanyar, Kraksaan, Krejengan, Paiton, Pajarakan, Pakuniran, Sumberasih, Tongas
    Sampang: Banyuates, Ketapang
    Situbondo: Asembagus, Banyuglugur, Banyuputih, Besuki, Jangkar, Jatibanteng, Mlandingan, Subon
    Sidoarjo: Balongbendo, Buduran, Candi, Gedangan, Jabon, Krembung, Krian, Porong, Prambon, Sedati, Sidoarjo, Sukodono, Taman, Tanggulangin, Tarik, Tulangan, Waru, Wonoayu
    Sumenep: Kalianget, Kangayan, Kota Sumenep, Manding, Nonggunon, Ra’as, Sapeken, Saronggi, Talango, Arjasa, Batang, Batuan, Dungkek, Gapura, Gayam, Giliginting

    Desember – 1 ZOM (1,4%) Dasarian I

    Situbondo: Bungatan, Kapongan, Kendit, Mangaran, Panarukan, Panji, Situbondo
    Musim Hujan Sepanjang 2025 – 2 ZOM (2,7%)
    Banyuwangi: Licin, Songgon
    Bondowoso: Sempol
    Lumajang: Pronojiwo, Tempursari
    Malang: Ampelgading

    [rma/beq]

  • Kisah Satu-satunya Penyintas Kecelakaan Pesawat, 8 Hari di Hutan

    Kisah Satu-satunya Penyintas Kecelakaan Pesawat, 8 Hari di Hutan

    Jakarta

    Pada awal Oktober 2025, film baru yang dibintangi Nicholas Saputra tentang satu-satunya penyintas dalam kecelakaan pesawat akan tayang. Namun kisah kali ini bukan film, ini adalah pengalaman Annette Herfkens, warga Belanda yang selamat seorang diri dari kecelakaan pesawat pada 1992 di Vietnam.

    Impian Annette menghabiskan liburan romantis bersama tunangannya, Willem van der Pas, yang selama ini menjalani hubungan jarak jauh akhirnya kandas.

    Pesawat kecil yang mereka tumpangi mendadak meluncur turun ketika posisinya sudah dekat Bandara Nha Trang, Vietnam.

    “Saya mendengar mesin-mesin berputar lebih cepat. Pesawat terus turun. Orang-orang berteriak. Dia menatap saya. Saya menatapnya. Kami berpegangan tangan, dan kemudian semuanya menjadi gelap,” kata Annette dalam podcast Lives Less Ordinary BBC.

    Semua penumpang dan awak pesawat tewas, kecuali Annette.

    Perempuan yang sehari-hari bekerja di sektor keuangan di Madrid, Spanyol, ini terbaring selama delapan hari di hutan.

    Berbagai derita menghampirinya dari rasa sakit yang hebat akibat luka dan patah tulang, dehidrasi, hingga kehilangan kekasih yang dalam waktu dekat akan dinikahinya.

    ‘Penerbangan terakhir bersama cinta sejati’

    Annette bercerita dirinya dan Willem merupakan teman baik dan tinggal di asrama mahasiswa yang sama. Namun keputusan untuk berkencan hadir karena tantangan dari Willem untuk menciumnya.

    Keputusan itu rupanya tidak salah. Tak lama setelah berkencan, keduanya menyadari telah menemukan cinta sejati.

    “Kami seperti memenangkan lotere. Sejak saat itu, kami tidak pernah berpisah,” tutur Annette.

    Akan tetapi, keduanya akhirnya terpisah setelah masuk dunia kerja. Meski begitu, Annette dan Willem tetap mengupayakan berbagai cara untuk rutin bertemu.

    Hingga pada 1992, Willem bekerja di Vietnam dan muncul gagasan untuk menghabiskan waktu di sana sekaligus Annette ingin mengetahui tentang kantor Willem dan suasana sehari-hari di sana.

    Apalagi saat itu, Willem telah melamarnya dan mereka sedang merencanakan pernikahan sehingga wajar jika Annette ingin mengetahui lokasi kerja belahan jiwanya itu.

    Alih-alih menuntaskan rasa ingin tahunya, Annette justru mendapat kejutan dari Willem. Sekitar pukul 7 pagi, ia diajak menaiki pesawat kecil, yakni Yak-40 buatan Soviet.

    Akibat klaustrofobia yang dimilikinya, Annette sempat menolak dan merasa kesal.

    “Saya tidak akan naik ke sana,” ucapnya ketika melihat pesawat itu.

    Cortesa de Annette HerfkensAnnette dan Willem bertemu saat kuliah di universitas dan sejak saat itu mereka tidak pernah berpisah.

    Namun, Willem mengiba berulang-ulang. “Saya tahu kamu akan mengatakan itu, tapi tolong, lakukanlah untuk kita.”

    Saat itu, Pasje beralasan pergi dengan mobil bukan pilihan tepat karena hutan terlalu lebat.

    “Lakukanlah untuk saya. Kamu akan sangat menikmatinya.”

    Demi kekasihnya, Annette mengabaikan ketakutan dan instingnya. Mereka duduk di baris kedua dengan Annette berada di sisi lorong.

    “Jantung berdebar kencang. Selama penerbangan, saya merasa sangat tidak nyaman dan bolak-balik melihat jam.”

    Penerbangan yang semestinya singkat, hanya 55 menit, pun berubah menjadi momen kelam sepanjang hidup. Lima menit sebelum mendarat, pesawat seperti kehilangan daya dorong dan meluncur turun.

    Orang-orang berteriak. Willem menatap dengan ketakutan dan berkata, “Saya tidak suka ini.”

    Annette dengan nada marah masih berusaha menenangkan dengan menjawab, “Pasti hanya turbulensi. Wajar jika pesawat sekecil ini mengalami penurunan ketinggian seperti ini. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.”

    Perkiraannya meleset. Pesawat terjun bebas. Orang-orang berteriak lebih keras.

    “Dia menatap saya. Saya menatapnya. Kami berpegangan tangan.”

    Semua menjadi gelap.

    Satu-satunya yang selamat

    Entah berapa jam tak sadarkan diri, Annette siuman. Ia berada di tengah hutan dengan suara jangkrik dan monyet di sekitarnya.

    Annette tertimpa kursi dengan penumpang pria yang sudah meninggal.

    “Saya mendorong sesuatu yang berat di atas saya. Dengan dorongan saya, tubuh itu jatuh dari kursi.”

    Ketika melihat ke kiri, ia mendapati kekasihnya masih terikat di kursinya dengan senyum manis di wajahnya. Namun, ia jelas sudah meninggal.

    Annette tidak mengingat detail kejadian setelahnya. Ia hanya mengetahui dirinya berada di hutan yang penuh pohon dan tanaman.

    Ia pun tak paham bisa selamat karena kaki dan rahangnya patah, 12 patahan tulang di pinggul, serta paru-paru sebelah kolaps.

    “Saya pasti mengalami syok saat itu.”

    Ia hanya menggambarkan pesawat menabrak gunung, kehilangan sayap, menabrak gunung kedua, dan terbalik.

    “Saya sudah tidak mengenakan sabuk pengaman. Saya seperti satu-satunya pakaian yang tertinggal di mesin pengering cucian lalu melayang dan mendarat di bawah kursi orang yang duduk di seberang lorong.”

    Cortesa de Annette HerfkensPesawat yang ditumpangi Willem dan Annette jatuh di Gunung Kha, di sebelah tenggara Vietnam.

    Di luar pesawat yang hancur berkeping-keping, semuanya adalah vegetasi yang sangat subur.

    “Saya ingat melihat semut merah besar. Dahan, daun, dan kaki telanjang saya. Saya bahkan tidak tahu di mana rok saya berada.”

    Namun ia menyadari ada luka terbuka yang lebar di kakinya hingga terlihat tulangnya. Serangga pun berkerumun di dekat lukanya.

    Tak lama kemudian, ia menyadari ada seorang pria Vietnam di sebelah kanannya yang masih hidup dan masih mampu berbicara.

    “Saya bertanya apakah dia yakin tim penyelamat akan datang, dan dia menjawab ya, karena dia adalah orang yang sangat penting. Dia bahkan mengeluarkan celana panjang dari koper kecil yang dibawanya untuk saya kenakan.”

    Dengan menahan sakit luar biasa, Annette memaksakan diri memakai celana yang ternyata menyelamatkan kakinya yang luka dari serangga.

    Ketika hari mulai gelap, Annette melihat pria yang berbincang dan membantunya tadi semakin lemah. Nyawanya perlahan-lahan seperti mulai terangkat hingga akhirnya dia menundukkan kepalanya dan meninggal.

    Semula, Annette juga masih mendengar rintihan kesakitan beberapa orang. Namun memasuki malam, tidak ada suara lain yang terdengar selain suara angin dan hewan di hutan.

    “Saya benar-benar sendirian.”

    Si gadis penjelajah yang bertahan hidup

    Annette mengaku sempat panik ketika menyadari pria Vietnam itu meninggal. Akan tetapi, ia menyadari harus tetap tenang.

    “Saya harus fokus pada napas saya, meski belum pernah mengikuti kursus mindfulness atau sejenisnya. Itu murni insting, tapi sangat membantu.”

    Dalam kondisi yang teramat sulit dan tragis itu, Annette berupaya menerima apa adanya sembari mengamati sekitar.

    Ia berkata pada diri sendiri: “Inilah yang terjadi. Saya tidak berada di pantai bersama tunangan saya.”

    Ia juga mulai berusaha membuang berbagai kekhawatiran yang menyeruak dalam benaknya, seperti “bagaimana jika ada harimau?”

    Hal ini sebenarnya wajar terlintas mengingat posisi Annette berada di tengah hutan. Namun, ia memilih untuk menyadari meski di hutan, harimau itu tidak serta merta mendatanginya.

    Dua hari pertama, ia tetap berada di dekat mayat pria Vietnam itu agar merasa tidak terlalu sendirian. Mirip cerita rusa kecil Bambi dengan ibunya yang mati tertembak pemburu.

    Seiring berjalannya waktu, mayat pria Vietnam itu berubah wujud sehingga Annette memutuskan menjauh.

    Pandangannya pun berkelana pada hutan dengan ribuan daun kecil di depannya.

    Cortesa de Annette HerfkensAnnette mengatakan bahwa setelah kecelakaan itu, hutan menjadi tempat aman baginya.

    Sebagai gadis kota yang bekerja kantoran dan acapkali bepergian ke kota besar, seperti New York dan London, Annette menyadari betapa indahnya hutan yang menaunginya beberapa hari ini.

    “Semakin saya fokus pada daun-daun, tetesan air di daun, dan cara cahaya memantul di tetesan air, semakin indah pemandangan itu. Saya terpesona oleh keindahan itu. Tapi tentu saja, saya harus bertahan hidup.”

    Haus tentu tidak bisa tertahan lagi. Saat hujan turun sedikit, Annette mulai menjulurkan lidahnya. Namun jelas itu tidak cukup. Ia mulai menyusun rencana agar tetap bertahan hidup.

    Salah satunya memanfaatkan bahan isolasi pesawat yang semacam busa untuk dijadikan mangkuk penampung air hujan.

    “Saya merangkak dengan siku, menyeret pinggul dan kaki yang terluka, dan dengan segenap tenaga saya bangkit. Saya meraih busa itu sebisa mungkin, melemparkannya ke lantai, lalu menjatuhkan diri. Saya sempat pingsan karena kesakitan.”

    “Ketika bangun, saya berhasil membuat tujuh mangkuk kecil dari busa itu. Saya menyusunnya dan menunggu hujan turun.”

    Caranya berlindung dari dingin dan hujan pun terbit dengan memanfaatkan barang penumpang lain, seperti ponco yang ditemukannya dari tas seorang gadis.

    Ketika hujan mulai turun dengan deras. Tidak hanya mangkuk-mangkuk yang terisi, tetapi ia juga bisa menadahkan ponco dan menyesapnya.

    “Rasanya seperti sampanye terbaik. Saya sangat bangga pada diri saya sendiri. Saya berpikir: “Lihat dirimu, gadis penjelajah!”.”

    “Saya kemudian menyadari betapa luar biasanya bisa tetap hidup dan sehat dalam kondisi mengenaskan ini.”

    Mantra penyelamat

    Dalam situasi tersebut, ia menyadari dirinya hanya punya pilihan untuk berdamai dan menerima kematian kekasihnya.

    “Setiap kali saya memikirkannya, saya melihat cincin kecil seharga 10 euro yang saya beli di sebuah toko perhiasan di Leiden, Belanda, di tangan saya yang bengkak akibat gigitan serangga.”

    “Sejujurnya, saya yakin kami akan menjadi pasangan yang sempurna. Kami adalah sahabat terbaik, belahan jiwa saya.”

    “Dia adalah orang yang menawan, sangat hangat. Tampan, tetapi tidak bersikap seperti orang tampan.”

    Tiap memikirkan itu, Annette akan menangis dan melemahkan tubuhnya. Sedangkan, ia bertekad untuk tetap hidup. Karena itu, selama berjam-jam terbaring di hutan, ia menciptakan sebuah mantra: “Jangan pikirkan Willem.”

    Ia juga tidak berani menengok kembali ke bangku di mana Willem masih terikat dengan sabuk pengamannya.

    “Saya memilih memikirkan keluarga saya. Saya memikirkan semua air yang mengalir dari shower mereka dan betapa indahnya mereka bisa minum air sepanjang hari.”

    Cortesa de Annette HerfkensAnnette dan Willem telah bertunangan.

    Dengan pikiran tersebut, Annette merasa lebih tenang dan kuat. Bahkan tumbuh keyakinan, orang-orang yang dicintainya tersebut pasti sedang mencarinya dengan berbagai cara.

    “Tapi kekurangan makanan dan luka-luka mulai mempengaruhi aku. Pada hari keenam, saya hampir seperti terhipnotis. Saya sekarat, tapi dengan cara yang paling indah dan bahagia.”

    Ia terus memandangi keindahan hutan dan merasa tubuhnya mulai terasa mengambang, hingga ia menangkap pria berpakaian oranye dari sudut matanya.

    “Saya mulai berteriak dan itu segera membawa saya kembali terbaring. Saya kembali merasakan sakit yang luar biasa, tetapi saya juga menyadari bahwa saya telah mendapatkan tiket untuk keluar dari sana.”

    “Halo. Bisakah Anda membantu saya, tolong?” ucap Annette saat itu.

    Pria itu hanya menatapnya dan tidak melakukan apa-apa. Pria itu kemudian menghilang.

    “Saya pikir itu hanya halusinasi. tapi keesokan paginya dia kembali. Saya sangat marah dan mulai mengumpat dalam semua bahasa dan dia pergi lagi.”

    Pada hari kedelapan, delapan orang dengan kantong mayat muncul. Mereka datang ke arah Annette.

    Misi penyelamatan berlangsung

    Mereka menyodorkan daftar penumpang dan Annette menandai namanya. Mereka memberinya minum dari botol dan membopongnya ke atas terpal yang diikatkan pada dua tongkat di kedua ujungnya lalu membawa keluar Annette dari hutan.

    “Itu adalah kali kedua saya panik. Benar-benar panik. Saya tidak ingin pergi. Saya ingin mengatakan bahwa saya ingin tetap di sana bersama Willem saya. Saya ingin tetap dalam kondisi mental yang indah.”

    Melihat kepanikan tersebut, tim penyelamat menurunkan lagi Annette ke tanah dan melepas sepatu mereka. Tim penyelamat khawatir langkah kaki bersepatu itu berdampak pada goncangan yang menyakitkan pada tubuh Annette.

    “Mereka tidak ingin melukai saya. Saya pun fokus pada mereka. Saya melupakan diri saya dan berpikir para pria itu sedang membantu saya dan telah melepas sepatu mereka untuk saya. Saya berterima kasih kepada mereka.”

    Cortesa de Annette HerfkensAnnette Herfkens menulis kisahnya dalam sebuah buku yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.

    Sebelum dibawa ke rumah sakit, Annette dan regu penyelamat berkemah semalam di tengah hutan.

    Dengan sakit yang sangat hebat, Annette justru diserang rasa takut dan cemas akan ditinggalkan sehingga ia meminta agar ditemani ketika hujan dan masing-masing anggota tim masuk ke tendanya.

    “Anehnya, pada hari-hari sebelumnya, saat sendirian, saya tidak merasa takut. Saya meminta mereka untuk tidak masuk ke dalam tenda, agar meninggalkan saya sendirian.”

    “Mereka sangat baik hati. Mereka menyalakan api unggun dan memberi saya lebih banyak nasi dan air.”

    Ketika tiba di Kota Ho Chi Minh, Annette mendapati wajah-wajah familiar yang dirindukannya.

    “Saya melihat sahabat saya, Jaime. Saya melihat saudara-saudara dari tunangan saya dan langsung ingin berbicara dengan mereka.”

    “Saya merasa bertanggung jawab untuk memberi tahu mereka bagaimana saudara mereka meninggal, bahwa dia memiliki senyum yang indah di wajahnya dan tidak menderita.”

    “Kemudian saya melihat ibu saya. Saya ingat sempat berkata, ‘Ibu datang ke sini untuk menemui saya?’ dan kemudian saya seperti kehilangan tenaga.”

    Bunyi alat-alat rumah sakit yang berulang seperti alarm mulai terdengar. Petugas rumah sakit mulai memasang sesuatu di paru-paru Annette.

    “Sungguh, saya hampir mati saat melihatnya.”

    Kehidupan setelah tragedi

    Usai menerima kabar pesawat yang dinaikinya jatuh, semua orang di keluarga Annette berusaha realistis dan mengiranya sudah meninggal.

    “Mereka merencanakan pemakaman bersama dengan keluarga Willem di Leiden, tempat kami pernah belajar bersama.”

    Iklan di koran tentang kematian keduanya sudah terbit. Jadi, ketika Annette pulang ke rumah, ia disambut banyak surat belasungkawa yang isinya sangat indah.

    “Saya masih ingat surat-surat itu.”

    Hanya sahabatnya, Jaime, yang ikut datang ke Kota Ho Chi Minh yang yakin dirinya masih hidup dan marah kepada orang-orang yang membicarakan masa lalu Annette seakan sudah meninggal.

    Keyakinan Jaime ternyata berbuah baik.

    “Ketika saya kembali ke Belanda, rahang saya telah dipasang kembali dengan sekrup dan paru-paru saya telah dipompa. Pinggul saya hanya perlu diam agar bisa menyatu kembali. Mereka sedang merakit saya kembali.”

    “Di kaki, kematian jaringan tubuh akibat infeksi parah adalah masalah yang sangat serius, dan untungnya, dokter Vietnam menghabiskan banyak waktu untuk mengobatinya.”

    Ia merasa berterima kasih karena saat melanjutkan perawatan di Belanda kemungkinan besar kakinya bisa diamputasi jika tidak diobati dengan telaten selama di Vietnam.

    Cortesa de Annette HerfkensAnnette dan anak perempuannya.

    Pemakaman Willem pun menjadi momen mengerikan lain yang harus dihadapinya. Keluarganya membawa ke gereja.

    Rasanya seperti hendak melangsungkan pernikahan, tapi pasangannya sudah berupa peti mati.

    “Ada peti mati yang menunggu saya di altar, dan pria yang membawa saya yang tanpa sadar, mundur beberapa langkah lebih jauh, seperti dalam pernikahan.”

    Semua teman yang akan diundangnya dalam pernikahan ada di sana. Pidato-pidato yang indah dan juga musik yang indah.

    Bedanya, setelah upacara itu, Annette mengiringi Willem ke makam dan meninggalkan semua kenangan dan impian keduanya terkubur di sana.

    Menata kembali hidup

    Pascaperistiwa itu, Annette menemukan hutan menjadi tempat yang aman karena seolah masih bisa mereguk harapan bersama Willem.

    “Dia selalu ada di sana. Kembali tanpa separuh jiwa adalah trauma yang saya miliki.”

    Annette melewati semua fase duka. Ia banyak menangis dan merindukan kekasihnya. Pikirannya masih terpatri pada Willem. Namun seiring bertambahnya usia, Annette mengerti harus beranjak dari titiknya saat ini.

    “Saya melihat semua kehidupan yang dia lewatkan, semua yang tidak dia lakukan. Dia tidak memiliki anak-anak yang dia inginkan dengan sangat. Dan mungkin kita kehilangan kehidupan bersama yang kita rasakan ditakdirkan untuk kita.”

    Beberapa bulan setelah kecelakaan itu, banyak teman-teman kuliah keduanya yang menikah. Hingga Annette memutuskan: “Oke, saya tidak akan menikah. Sudah berakhir. Seperti film Four Weddings and a Funeral.”

    Namun, ada teman yang meyakinkannya bahwa ada sosok yang bisa mengobati yaitu: Jaime, rekan kerja yang pergi ke Vietnam untuk mencarinya dan percaya Annette masih hidup ketika tidak ada orang lain yang percaya.

    “Saya berpikir mengapa tidak? Kami sangat dekat dan saya rasa saya memiliki kecenderungan untuk jatuh cinta pada sahabat-sahabat saya karena itulah yang saya lakukan dengan Willem.”

    Kini, ia dan Jaime memiliki dua anak setelah akhirnya menikah.

    Anak laki-laki mereka, Max, didiagnosis autis saat masih kecil.

    “Ketika saya menghadapi berita itu, saya ingat apa yang saya pelajari di hutan, yang telah menyelamatkan saya.”

    “Begitu Anda menerima apa yang Anda miliki dan tidak terobsesi dengan apa yang tidak Anda miliki, keindahan akan terungkap.”

    Sama seperti Annette menerima keadaannya setelah kecelakaan itu. “Saya juga menerima diagnosis anak saya. Dan kemudian saya melihat siapa dia sebenarnya: sumber cinta tanpa syarat yang indah.”

    “Saya mencintai anak-anak saya dan tetap memiliki harapan terhadapnya.”

    “Cinta anak-anak ini yang benar-benar murni yang dia berikan kepada saya dan yang saya rasakan terhadapnya.”

    Catatan ini merupakan adaptasi dari salah satu episode podcast Lives Less Ordinary dari BBC. Untuk mendengarkannya, kunjungi tautan ini.

    BBC

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Jet Tempur Polandia Jatuh Saat Latihan, Pilot Tewas’:

    (ita/ita)

  • Kemenkop Kembali Buka Lowongan Kerja Asisten Bisnis KDKMP Khusus,Cek Ketentuannya di Sini – Page 3

    Kemenkop Kembali Buka Lowongan Kerja Asisten Bisnis KDKMP Khusus,Cek Ketentuannya di Sini – Page 3

    Rekrutmen ini berlaku untuk 88 kabupaten/kota di berbagai provinsi, antara lain:

    1. Bali: Kab. Bangli. 

    2. Maluku: Kab. Timor Tengah Utara; Kab. Seram Bagian Timur.

    3. Bengkulu: Kab. Kaur; Kab. Kepahiang Kab. Lebong; Kab. Muko Muko.

    4. Sumatera Selatan: Kab. Empat Lawang; Kab. Lahat.

    5. Sulawesi Tenggara: Kab. Kolaka Timur; Kab. Konawe Utara.

    6. Nusa Tenggara Timur: Kab. Rote Ndao; Kab. Sumba Barat Daya.

    7. Nusa Tenggara Barat: Kab. Sumbawa Barat.

    8. Maluku Utara: Kab. Halmahera Barat; Kab. Pulau Morotai.

    9. Sumatera Utara: Kab. Samosir; Kab. Toba. 

    10. Sulawesi Tengah: Kab. Banggai Kepulauan.

    11. Kalimantan Selatan: Kab. Balangan; Kab. Barito Kuala; Kab. Hulu Sungai Selatan; Kab. Hulu Sungai Tengah; Kab. Hulu Sungai Utara; Kab. Kotabaru; Kab. Tabalong; Kab. Tanah Bumbu; Kab. Tanah Laut; Kab. Tapin.

    12. Kalimantan Tengah: Kab. Barito Selatan; Kab. Barito Timur; Kab. Barito Utara; Kab. Gunung Mas; Kab. Kotawaringin Timur; Kab. Lamandau; Kab. Murung Raya; Kab. Seruyan; Kab. Sukamara.

    13. Kalimantan Barat: Kab. Kapuas Hulu; Kab. Ketapang; Kab. Sintang.