kab/kota: Gunung

  • Rem Blong, Jeep Wisata Terperosok ke Jurang di Jalur Bromo Poncokusumo

    Rem Blong, Jeep Wisata Terperosok ke Jurang di Jalur Bromo Poncokusumo

    Malang (beritajatim.com) – Kecelakaan tunggal terjadi di jalur wisata Gunung Bromo, tepatnya di Jalan Raya Dusun Jarak Ijo, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Minggu (5/10/2025) sore. Sebuah kendaraan Toyota Hardtop yang ditumpangi tiga orang terperosok ke jurang, diduga akibat rem blong saat melintasi turunan tajam.

    Kasatlantas Polres Malang, AKP Muhammad Alif Chelvin Arliska, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan, kendaraan yang dikemudikan N (40), warga Kepanjen, melaju dari arah timur ke barat sebelum mengalami kegagalan pengereman.

    “Dari hasil olah TKP, kendaraan diduga mengalami kegagalan pengereman saat melintasi turunan tajam dan menikung di jalur Ngadas. Mobil oleng ke kanan lalu terperosok ke jurang,” jelas AKP Alif, Senin (6/10/2025).

    Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Pengemudi bersama dua penumpang — K (14) dan H (12), keduanya pelajar asal Kupang, Nusa Tenggara Timur — hanya mengalami luka ringan. Ketiganya segera dievakuasi ke RS Sumber Sentosa Tumpang untuk mendapatkan perawatan medis.

    “Semua korban berhasil dievakuasi dalam kondisi sadar. Mereka mendapat perawatan medis dan dipastikan dalam keadaan stabil,” tambahnya.

    Evakuasi kendaraan dilakukan dengan bantuan warga sekitar. Unit Gakkum Satlantas Polres Malang juga melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), memeriksa saksi, dan mengamankan barang bukti di lokasi kejadian.

    AKP Alif mengimbau para wisatawan dan pengemudi jeep agar lebih berhati-hati saat melintas di jalur ekstrem menuju Bromo, terutama di kawasan Poncokusumo–Ngadas yang dikenal memiliki medan menurun tajam dan berkelok.

    “Kami mengingatkan seluruh pengemudi jeep wisata agar memastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima, terutama sistem pengereman, sebelum mengangkut penumpang menuju kawasan Bromo,” tegasnya.

    Ia menambahkan, Polres Malang akan memperketat patroli keselamatan di jalur wisata tersebut untuk mengantisipasi kecelakaan serupa. “Kami tidak hanya menindak, tapi juga mengedukasi. Tujuannya agar wisata ke Bromo tetap aman dan nyaman bagi masyarakat,” pungkasnya. [yog/beq]

  • Kementerian UMKM lepas ekspor kopi Argopuro Situbondo ke Arab Saudi

    Kementerian UMKM lepas ekspor kopi Argopuro Situbondo ke Arab Saudi

    Situbondo (ANTARA) – Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Kementerian UMKM) melepas ekspor sebanyak 15 ton kopi arabika kualitas terbaik Situbondo, Jawa Timur, ke Jeddah, Arab Saudi, pada Senin.

    Sebanyak 15 ton kopi arabika kualitas terbaik senilai sekitar Rp3 miliar dari kelompok petani kopi di lereng Gunung Argopuro Situbondo ini dilepas langsung oleh Deputi Bidang Usaha Kementerian UMKM Bagus Rachman dan Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo serta Wakil Bupati Ulfiyah.

    “Ekspor kopi lereng Gunung Argopuro hari ini membuktikan UMKM kita mampu bersaing di pasar global, Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, dengan lebih dari 90 persen perkebunan dikelola oleh petani rakyat,” kata Deputi Bidang Usaha Kementerian UMKM Bagus Rachman di Situbondo, Senin.

    Ekspor kopi Argopuro bukan hanya simbol, lanjut dia, tetapi juga menjadi bukti nyata kontribusi UMKM perkebunan dalam memperkuat ekspor nasional.

    Pewarta: Novi Husdinariyanto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Macan Tutul Masuk di Hotel Bandung Satwa yang Kabur dari Lembang Park Zoo? Ini Kata BBKSDA Jabar

    Macan Tutul Masuk di Hotel Bandung Satwa yang Kabur dari Lembang Park Zoo? Ini Kata BBKSDA Jabar

    Macan tutul titipan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat kabur dari kandang Lembang Park Zoo pada awal September 2025 lalu. Hingga kini, belum ada kabar bahwa hewan berkaki empat itu ditemukan.

    Menurut tim rescue, jejak terakhir macan tutul itu telah menuju kawasan Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat.

    Kepala BBKSDA Jabar Agus Arianto mengatakan, macan tutul saat ini telah keluar dari area Lembang Park Zoo dan mulai berpindah tempat. Dia menduga, hewan yang dilindungi itu mulai memasuki hutan terdekat di kawasan Gunung Tangkuban Parahu.

    “Makanya kita yang prediksi arah mana yang kira-kira wilayahnya pergerakannya aman dan nyaman. Untuk memastikan, sambil ada beberapa, dari dua hari kemarin itu. Teman-teman sedang melakukan kegiatan di sana, ngecek untuk memastikan gitu ya. Kita kan sama teman-teman pemerhati macan tutul. Di sana juga habitat dari macan tutul,” kata Agus daat dikonfirmasi, Rabu (3/9/2025).

    Agus mengatakan, pihaknya memastikan bahwa macan tutul itu juga menghindari permukiman yang berada di kawasan Lembang. Oleh karenanya, dia memprediksi macan tutul itu berpindah tempat ke hutan di kawasan Tangkuban Parahu.

    “Ya, berdasarkan observasi tidak ke arah situ. Karena jejak terakhir mengarahnya ke situ. Kenapa kita prediksi ke situ, jejak terakhirnya mengarah ke situ,” ucap dia.

  • Mimika 29 Ribu Kekurangan Unit Rumah Layak Huni, Ini Kendalanya

    Mimika 29 Ribu Kekurangan Unit Rumah Layak Huni, Ini Kendalanya

    MIMIKA – Kebutuhan rumah layak huni di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah masih sangat tinggi. Saat ini wilayah tersebut masih membutuhkan 29.157 unit untuk ditempati warga, terutama orang asli Papua (OAP) dan warga kurang mampu.

    Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan (DPKPP) Mimika, Abriyanti Nuhuyanan di Timika, Minggu, mengatakan warga yang membutuhkan rumah sehat dan layak huni di Mimika masih sangat banyak, tersebar di 18 distrik (kecamatan) mulai dari wilayah pegunungan, pesisir pantai, pinggiran kota maupun di Kota Timika.

    “Kebutuhan rumah sehat dan layak huni masih sangat banyak di Mimika,” kata Abriyanti mengutip ANTARA, 5 Oktober.

    Menurutnya, jumlah rumah yang dibangun Pemkab Mimika sejak 2013 hingga 2024 baru mencapai sekitar 2.100 unit. Secara angka, masih terbilang jauh dari target.

    Adapun tahun ini Pemkab Mimika juga membangun sebanyak 209 unit rumah untuk warga OAP dan warga kurang mampu, dimana anggaran pembangunan rumah tersebut bersumber dari APBD Mimika dan dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua.

    Menurut Abriyanti, Pemkab Mimika tidak bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga akan perumahan sehat dan layak huni jika hanya mengandalkan sumber pendanaan dari APBD mengingat alokasi anggaran yang disediakan terbatas.

    “Kami sedang berupaya mengusulkan ke Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman RI untuk program peningkatan kualitas (renovasi) dan pembangunan rumah baru. Kami berharap hal itu bisa direalisasikan tahun 2026,” ujarnya.

    Adapun rumah bantuan yang dibangun Pemkab Mimika untuk warga OAP dan warga kurang mampu yaitu rumah tipe 45, terdiri atas dua kamar tidur, satu ruang tamu, ditambah dapur dan kamar mandi.

    Konstruksi rumah disesuaikan dengan kondisi geografis penghuninya. Untuk kawasan pegunungan dan pesisir pantai merupakan rumah panggung menggunakan konstruksi kayu, sementara untuk wilayah sekitar Kota Timika menggunakan konstruksi beton.

    Anggaran per unit untuk wilayah sekitar Kota Timika mencapai Rp450 juta, untuk wilayah pesisir pantai sebesar Rp650 juta, sementara untuk wilayah pegunungan bisa mencapai Rp1 miliar lantaran seluruh material bangunan harus diangkut dengan sarana transportasi udara.

    Selain itu, Pemkab Mimika juga menyediakan sarana air bersih berupa sumur bor lengkap dengan dinamo serta penyambungan listrik dengan daya 900 KVA untuk semua rumah yang dibangun.

    Tokoh masyarakat Kampung Tunas Matoa Kwamki Narama, Max Edward Jikwa mendukung penuh kebijakan Pemkab Mimika untuk melanjutkan program pembangunan rumah warga.

    “Supaya masyarakat di gunung, di pesisir pantai dan di pinggiran kota bisa mendapatkan perumahan yang layak. Keluhan dari masyarakat selama ini hanya soal tempat tinggal saja, supaya mereka bisa tidur dengan aman, nyaman dan damai baru bisa cari makan,” tutur Max.

    Tokoh pemuda Kwamki Narama Johni Jikwa berharap Pemkab Mimika memberikan perhatian yang adil dan merata kepada semua warga yang belum memiliki fasilitas rumah sehat dan layak huni.

    “Kami lihat tahun-tahun sebelumnya banyak rumah dibangun pemda tapi hingga sekarang tidak ditempati, sampai rumput-rumput tumbuh tinggi. Kami sangat menyesal karena masih ada banyak warga yang belum punya rumah dan sangat menginginkan mendapatkan bantuan perumahan,” ujar Johni.

  • Kemendagri: Papua Punya Medan Sulit Mampu Kendalikan Inflasi, Daerah Lain Harusnya Bisa! – Page 3

    Kemendagri: Papua Punya Medan Sulit Mampu Kendalikan Inflasi, Daerah Lain Harusnya Bisa! – Page 3

    Lebih lanjut, Tomsi juga menyoroti Kabupaten inflasi tertinggi, diantaranya Deliserdang yang mencapai 6,81 persen. Kemudian, kota Pematang Siantar inflasinya mencapai 5,84 persen.

    “Kabupaten. Di situ kita lihat Kabupaten Deliserdang 6,81 persen. Kalau teman-teman kepala daerah turun ke pasar, dengan angka 6 persen ini tentunya sangat dirasakan oleh masyarakat. Begitu juga dengan kota, Pematang Siantar 5,84 persen. Yang menjadi permasalahan hanya sedikit provinsi, hanya sedikit kota dan kabupaten yang inflasinya tinggi,” ujarnya.

    “Ini bukan daerah-daerah yang sulit untuk distribusi. Lanjut kotanya, Pematang Siantar, Gunung Sitoli, Padang Sedempuan, Dumai, Baubau, Sibolga, Pekanbaru, Medan, Bukit Tinggi, Loksmaweng. Ini bukan daerah-kota yang distribusinya terhambat,” tambahnya.

     

  • Menanam harapan bagi perempuan dan petani muda di lereng Kintamani

    Menanam harapan bagi perempuan dan petani muda di lereng Kintamani

    Jakarta (ANTARA) – Kabut pagi masih menggantung di lereng Kintamani, Bali. Barisan pohon kopi yang hijau dan tumbuh rapi di lahan-lahan kecil milik warga bercampur dengan aroma tanah basah dan semerbak bunga jeruk yang tumbuh di sela-sela batang kopi arabika.

    Dari sanalah, di ketinggian lebih dari 1.200 meter di atas permukaan laut, secangkir kopi yang dinikmati jutaan orang di kota-kota besar memulai perjalanannya.

    Setiap biji kopi dengan rasa segar, cenderung manis, dan aroma khasnya membuka banyak pengalaman, kenyamanan, dan harapan.

    Bagi Niluh Ramiati (33), pagi bukan waktu untuk menikmati kopi, tapi untuk bekerja dengan biji-biji kopi itu.

    Sejak matahari muncul di balik Gunung Batur, dia sudah duduk di depan tampah bambu dengan tangannya yang cekatan dalam memilah biji-biji kecil berwarna coklat muda satu per satu.

    Niluh Ramiati adalah satu dari puluhan perempuan penyortir di bawah binaan Karana Global, mitra lokal Kopi Kenangan di Bali. Kelompok tani kecil di Kabupaten Bangli ini menjadi bagian di balik gemerincing biji kopi.

    Ada banyak kisah tentang perubahan, di mana secangkir kopi bisa menjadi jembatan antara modernitas dan tradisi, antara kenyamanan kota dan ketekunan di kebun.

    Bagi Niluh, tanah di Kintamani ini tak benar-benar istirahat. Tempat inilah yang menjadi tempat dirinya menyaksikan pagi hari dengan matahari yang menyapa lembut, disusul kabut yang turun sebelum sore.

    Sebuah tempat pengolahan kopi yang menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat inilah menjadi pembelajaran bagi Niluh Ramiati dalam mengenal dunia kopi; mulai dari memetik, memilah, menjemur, hingga mengemas.

    Bukan hanya soal pekerjaan ataupun rutinitas semata, melainkan bentuk perjuangan untuk tetap mandiri tanpa harus meninggalkan anak di rumah.

    “Per kilo dibayar dua ribu rupiah. Biasanya bisa dapat lima puluh kilo setiap hari, jadi dapat Rp100 ribu,” kata Niluh sambil tersenyum kecil.

    Angka itu mungkin terdengar kecil bagi sebagian orang, tapi bagi Niluh Ramiati, hasil kerjanya setiap hari adalah napas kehidupan untuk membantu menafkahi keluarga dan membiayai kebutuhan anak.

    Dua kekuatan yang beriringan

    Puluhan perempuan yang menggantungkan nasib dan harapannya di lahan Kintamani itu tak pernah khawatir dengan kehadiran mesin yang akan menggantikan pekerjaannya. Menyortir kopi bukan hanya pekerjaan, tetapi cara menjaga dapur tetap mengepul sambil bisa tetap dekat menjaga anak.

    Selama dua tahun bekerja di sebuah sudut desa penuh ketenangan, Niluh Ramiati bermodalkan tangan dan matanya awas dalam membedakan mana biji kopi yang layak dan harus disisihkan.

    Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Penerbangan di Bandara Lombok tidak terdampak letusan Gunung Lewotobi

    Penerbangan di Bandara Lombok tidak terdampak letusan Gunung Lewotobi

    Mataram, NTB (ANTARA) – Aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak terdampak dari abu vulkanik akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (5/10/2025).

    “Penerbangan hari ini di Bandara Lombok masih tetap normal,” kata Humas Bandara Lombok Angga Maruli di Lombok Tengah, NTB, Senin.

    Ia mengatakan sampai saat ini operasional Bandara Lombok masih berjalan normal dan pihaknya selalu memonitor dan berkoordinasi dengan stakeholder terkait.

    “Sampai saat ini belum ditemukan abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi di area Bandara Lombok,” katanya.

    Saat ini, Bandara Lombok melayani 12 rute domestik, yakni Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Bima, Sumbawa Besar, Makassar, Balikpapan, Palangkaraya, Banjarmasin, Semarang, dan Labuan Bajo.

    Sedangkan, untuk rute internasional, Bandara Lombok saat ini memiliki dua rute aktif yaitu menuju Kuala Lumpur dan Singapura.

    Namun, pada ajang MotoGP Indonesia, Bandara Lombok juga melayani rute penerbangan pesawat charter dan logistik dari Jepang dan Australia.

    Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, mengalami erupsi sebanyak tiga kali sepanjang Minggu (5/10/2025).

    Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), erupsi sepanjang Minggu itu terjadi pada pukul 00.57 WITA, pukul 05.47 WITA, dan pukul 11.18 WITA.

    Pada erupsi pertama tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.500 meter di atas puncak atau 4.084 mdpl berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya.

    Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 14,8 mm dan durasi kurang lebih tiga menit 16 detik.

    Lebih lanjut, pada erupsi kedua tinggi kolom abu teramati kurang lebih 600 meter di atas puncak atau sekitar 2.184 mdpl. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya.

    Erupsi tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 7,4 mm dan durasi kurang lebih satu menit 41 detik.

    Pada erupsi ketiga, tinggi kolom abu tidak teramati. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 5,5 mm dan durasi kurang lebih dua menit 26 detik.

    Gunung Lewotobi Laki-laki saat ini berada pada Status Level III (Siaga), oleh karena itu, masyarakat dan pengunjung diimbau untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius enam km dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

    Masyarakat juga diimbau agar tenang dan mengikuti arahan pemerintah daerah setempat serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

    Pewarta: Akhyar Rosidi
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wajib Coba! Wisata Lava Merapi dan Batu Alien, Destinasi Unik dengan Pesona Alam Memukai

    Wajib Coba! Wisata Lava Merapi dan Batu Alien, Destinasi Unik dengan Pesona Alam Memukai

    YOGYAKARTA – Wisata Lava Merapi dan Batu Alien menjadi destinasi favorit di Yogyakarta bagi pecinta petualangan dan alam. Tempat ini menawarkan jejak erupsi Gunung Merapi yang menakjubkan, lengkap dengan keunikan yang menjadi daya tarik wisatawan.

    Tidak hanya pemandangan spektakuler, wisata ini juga menyimpan kisah sejarah erupsi yang penuh makna. Dengan udara sejuk dan panorama indah, tempat ini cocok untuk liburan bersama keluarga maupun sahabat, sekaligus menikmati keajaiban alam Jogja.

    Fakta Wisata Lava Merapi dan Batu Alien

    Bagi Anda yang ingin berkunjung ke lokasi ini, berikut ini beberapa hal yang perlu Anda cermati:

    Lokasi Strategis di Lereng Merapi

    Wisata Lava Merapi dan Batu Alien terletak di Jambu, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY. Lokasinya berada di lereng Gunung Merapi, sehingga menyajikan panorama alam dramatis sekaligus nuansa sejuk khas pegunungan.

    Serunya Menyusuri Lava Tour dengan Jeep

    Pengunjung bisa menjajal Lava Tour Merapi menggunakan jeep yang menantang. Rute ini melewati jalur lahar kering, bebatuan vulkanik, hingga sisa erupsi 2010. Nah, selain seru, sopir jeep biasanya akan memberikan cerita sejarah letusan Merapi yang menambah wawasan.

    Misteri Batu Alien yang Unik

    Sesuai namanya, daya tarik utama adalah Batu Alien, batu raksasa setinggi sekitar 2 meter yang terlempar akibat letusan Merapi. Bentuknya mirip wajah manusia atau alien, lengkap dengan mata, hidung, mulut, bahkan seperti memakai peci. Fenomena ini alami, bukan hasil ukiran.

    Baca juga artikel yang membahas Wisata Paralayang Batu: Lokasi, HTM, dan Berbagai Fasilitas Pendukungnya

    Selain Batu Alien, area wisata ini punya banyak spot foto menarik seperti latar Gunung Merapi, patung tangan, pohon unik, kapal, hingga batu yang kini diukir dengan aksara Jawa. Maka, tidak heran destinasi ini jadi favorit para pemburu foto.

    Di sekitar kawasan terdapat Museum Mini Sisa Hartaku, yang menampilkan barang-barang peninggalan warga pasca erupsi 2010. Mulai dari peralatan rumah tangga hangus, kerangka hewan, hingga motor yang terbakar. Semua menjadi pengingat dahsyatnya kekuatan alam.

    Fasilitas yang Cukup Lengkap

    Pengunjung tidak perlu khawatir soal fasilitas. Di sini tersedia area parkir luas, toilet bersih, serta warung kecil yang menjual makanan ringan maupun suvenir khas Jogja dan Merapi.

    Harga Tiket Masuk Terjangkau

    Untuk masuk ke kawasan Batu Alien, tiketnya hanya sekitar Rp10.000/orang. Sementara harga paket jeep berkisar antara Rp350.000–Rp500.000 per jeep (dapat muat hingga 6 orang), jadi bisa lebih hemat jika datang bersama rombongan.

    Waktu terbaik datang adalah pagi hari agar cuaca cerah dan tidak terlalu panas. Gunakan pakaian nyaman untuk aktivitas outdoor, bawa kamera, serta siapkan tenaga untuk menikmati petualangan seru di jalur lava.

    Tempat wisata ini menawarkan perpaduan alam, sejarah, dan petualangan seru. Dengan jeep tour, spot foto unik, hingga kisah erupsi yang menggetarkan, destinasi ini jadi pilihan tepat untuk liburan berkesan di Yogyakarta. Tertarik?

    Selain pembahasan mengenai wisata lava merapi dan batu alien, ikuti artikel-artikel menarik lainnya di  VOI, untuk mendapatkan kabar terupdate jangan lupa follow dan pantau terus semua akun sosial media kami! 

  • 1.000 Orang Terjebak di Gunung Everest, Ini Penyebabnya

    1.000 Orang Terjebak di Gunung Everest, Ini Penyebabnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hampir 1.000 orang terjebak badai salju yang memblokir jalan di perkemahan di lereng timur Gunung Everest, Tibet, menurut laporan media pemerintah China yang dikutip dari Reuters. Upaya penyelamatan sedang berlangsung pada Minggu untuk membersihkan akses ke lokasi perkemahan. 

    Ratusan desa setempat dan tim penyelamat telah dikerahkan untuk membantu membersihkan salju yang menghalangi akses ke area tersebut. Area perkemahan itu sendiri berada di ketinggian di atas 4.900 meter, menurut laporan di Jimu News.

    Sejumlah wisatawan di Gunung Everest telah dibawa turun.

    Hujan salju turun dengan deras pada Jumat malam dan berlanjut sepanjang Sabtu, menurut pemberitahuan di akun WeChat resmi Perusahaan Pariwisata Kabupaten Tingri setempat. Karena hujan salju yang lebat, mereka menyatakan bahwa penjualan tiket dan akses masuk ke Kawasan Pemandangan Everest dihentikan mulai Sabtu malam.

    Tepat di seberang perbatasan, di Nepal, 47 orang tewas akibat hujan lebat dan banjir bandang sejak Jumat.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Adu saing kopi hasil geotermal Kamojang di pasar ekspor

    Adu saing kopi hasil geotermal Kamojang di pasar ekspor

    Bandung (ANTARA) – Aroma khas kopi yang tercium nikmat itu disajikan secara apik tanpa gula dalam gelas kaca di sebuah kedai bernama Ecovil yang berada di kawasan kaki Gunung Kamojang, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    Kopi yang disajikan itu bernama Canaya, nama yang unik, tapi bukan nama orang melainkan produk kopi yang diproduksi oleh anak muda bernama Moh Ramdan Reza. Pria berusia 34 tahun yang dikenal dengan nama panggilan Deden memang mendedikasikan hidupnya untuk berbisnis kopi.

    Kopi Canaya itu berbeda cara pengolahannya dibandingkan dengan kopi lainnya. Kopi itu dikeringkan melalui metode Geothermal Coffee Process (GCP), yang memanfaatkan uap buangan dari steam trap panas bumi sebagai sumber panas alternatif pertama di dunia.

    Metode itu bisa diterapkan di sekitar pipa pembangkit listrik tenaga panas bumi yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang.

    Sebuah inovasi program CSR PT PGE yang dirintis sejak tahun 2018 itu kini bisa melahirkan produk kopi Canaya, Nama produk itu sejak 2023 dipromosikan untuk adu saing keistimewaannya dengan kopi lain yang proses pengeringannya mengandalkan panas matahari.

    Deden berani membawa kopinya itu bersaing di pasar ekspor dengan mengedapankan metode pengeringannya yang hanya ada satu di dunia, yang cara pengolahannya memanfaatkan energi panas bumi.

    Keberadaan metode pengeringan yang unik itu oleh Deden diabadikan dalam nama produknya, Canaya. Kata itu merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu can (belum) dan aya (ada), yang saat digabungkan menjadi canaya (belum ada).

    Itu merujuk pada fakta bahwa pengeringan kopi dengan energi panas bumi yang dilakukan Deden belum ada ditemukan di mana pun selain di Kamojang.

    “Saya yang memberi nama Canaya. Belum ada kopi yang pengolahannya menggunakan metode pengeringan geotermal,” kata Deden saat berbincang-bincang di Geothermal Dry House di Kamojang, Bandung, suatu pagi di akhir September.

    Permintaan Ekspor

    Kopi Canaya tidak hanya dinikmati oleh penikmat kopi dalam negeri, tapi juga sudah menembus pasar mancanegara, yakni Jerman, dan Jepang. Sejumlah negara Asia dan Eropa lain juga sudah menyatakan ketertarikan dengan kopi itu.

    Produk kopi dengan metode pengeringan panas bumi itu semakin dikenal ketika diikutsertakan pada acara kopi tingkat dunia, yakni World of Coffee (WoC) Jakarta 2025 yang baru pertama digelar di Indonesia.

    Di acara itu, banyak pelaku bisnis di antaranya dari Jerman, Korea Selatan, Riyadh Arab Saudi, dan Columbia, menyatakan ingin melihat tempat pengolahan kopi di Kamojang.

    Hasil dari pameran itu, ada pebisnis Jerman yang tertarik dengan kopi arabika hasil proses pengeringan panas bumi sebanyak 10 ton, dan Jepang meminta 5 ton kopi dengan nilai jual Rp450 ribu per kilogram untuk kopi yang siap saji.

    Deden mengaku belum dapat memenuhi sejumlah pesanan dari negara lain karena masih ada keterbatasan modal hingga hanya mampu menyediakan kopi sebanyak 20 ton dari hasil pengeringan geotermal dalam setiap musim panen.

    Padahal produksi kopi arabika di daerah Kamojang saat ini melimpah. Dari luas lahan sekitar 225 hektare menghasilkan 1.500 ton ceri kopi. Jumlah yang melimpah dengan potensi pasar dalam dan luar negeri yang saat ini sudah jelas.

    “Kita hanya mampu menyerap 15 persenan, sementara permintaan kopi ke kami itu luar biasa bisa sampai 40 sampai 50 ton,” kata Deden.

    Optimistis berlanjut

    Deden meyakini produk kopi dengan metode pengeringan panas bumi yang kini sudah diminati pasar ekspor itu akan terus berkembang dan berkelanjutan, karena pengolahan yang ramah lingkungan, dan menghasilkan rasa yang konsisten, dengan nilai jual yang menguntungkan.

    Berbeda dengan cara pengeringan yang dilakukan secara konvensional mengandalkan panas matahari, pengeringan memanfaatkan energi panas bumi lebih bisa dikontrol. Itu berbeda dengan pengeringan konvensional yang mengandalkan sinar matahari, yang panasnya tidak konsisten hingga bisa mempengaruhi cita rasa kopi.

    Dengan adanya tempat pengeringan di kawasan panas bumi Kamojang itu, menurut Deden, waktu pengeringan dapat terukur. Pengeringan konvensional bisa satu bulan. Sedangkan dengan metode di Kamojang itu hanya delapan atau sampai 10 hari.

    Proses yang lebih terkontrol itu diyakini membuat rasa kopi yang dihasilkan lebih konsisten.

    “Setiap kopi tentu punya rasa tersendiri, termasuk kopi di sini. Saya mengukurnya, kalau ada pembelian berulang berarti ada indikasi bahwa kopi kita enak, dan konsisten,” kata Deden.

    Sebagai mitra, Comunity Development Officer Area PGE Kamojang Reyhana Rashellasida menyatakan siap memfasilitasi proses ekspor kopi Canaya.

    Menurut dia, ekspor perdana kopi hasil geotermal ke Jerman dan Jepang itu telah membuktikan bahwa produk sudah memenuhi standar pasar global.

    PT PGE sudah memiliki Sertifikat Paten Sederhana tahun 2024 dari Kementerian Hukum dan HAM untuk inovasi olahan kopi geotermal itu.

    Bisnis kopi yang merebak di berbagai kota di Indonesia tentu juga merupakan pasar yang siap menampung kopi dari Kamojang itu.

    Petani kopi menunjukkan kopi yang sudah menjalani proses pengeringan dengan memanfaatkan panas bumi di Geothermal Dry House di kawasan pegunungan Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). ANTARA/Feri Purnama/am.

    Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.