kab/kota: Gunung

  • Pakar UGM Jelaskan Asal-Usul Sumber Air Pegunungan pada Produk AQUA

    Pakar UGM Jelaskan Asal-Usul Sumber Air Pegunungan pada Produk AQUA

    Jakarta

    Ahli hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Heru Hendrayana, menjelaskan asal-usul sumber air yang digunakan oleh AQUA. Ia menegaskan bahwa sumber air Aqua terbukti berasal dari sumber air pegunungan berdasarkan hasil riset ilmiah yang melibatkan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

    Menurut Heru, penentuan apakah suatu sumber air yang layak tidak bisa dilakukan sembarangan, tetapi harus didasarkan pada penelitian hidrogeologi dan analisis hidro isotop.

    Sebagai salah satu tim ahli yang ikut meninjau sumber air di pabrik AQUA di Subang, Jawa Barat, Heru menyampaikan bahwa sumber air yang digunakan memiliki karakteristik yang sama dengan sumber air pegunungan yang berasal dari wilayah tangkapan air di gunung Tangkuban Perahu.

    “Sumber airnya memang berasal dari sistem hidrogeologi pegunungan. Itu dibuktikan lewat penelitian isotop yang menunjukkan kesamaan ‘DNA’ sumber airnya dengan air yang turun dan tersimpan di sumber air pegunungan di mana pabrik AQUA berada,” jelasnya, dalam keterangan tertulis, Senin (27/10/2025).

    Ia menambahkan, sumber air pegunungan tidak selalu harus diambil dari puncak gunung. Secara ilmiah, sumber air yang berasal dari lereng, kaki, atau dataran tinggi yang masih termasuk dalam sistem sumber air pegunungan, juga tergolong sumber air pegunungan, selama asal-usulnya memang dari kawasan tersebut.

    “Jadi, lokasi pengambilan bisa di berbagai titik dalam sistem sumber air pegunungan, yang penting asal hidrologinya sama,” katanya.

    Lebih lanjut ia mengatakan melalui riset isotop, para ahli dapat mengetahui asal muasal sumber air dan ketinggian tempat hujan jatuh yang menjadi sumbernya.

    “Setiap sumber air punya ‘DNA’-nya sendiri. Dari isotop air, kita bisa mendeteksi apakah sumber air itu benar berasal dari sumber air pegunungan atau bukan. Dalam kasus Aqua, hasilnya menunjukkan bahwa karakter sumber airnya sesuai dengan sumber air pegunungan,” ujarnya.

    Heru juga meluruskan persepsi bahwa sumber air pegunungan harus selalu berasal dari mata air di permukaan gunung.

    “Tidak semua mata air di gunung merupakan sumber air pegunungan. Ada yang hanya berasal dari air hujan dangkal yang cepat keluar kembali ke permukaan. Sumber air seperti itu berbeda dengan yang telah melalui sistem batuan dan proses alami di sumber air pegunungan,” jelasnya.

    Ia menegaskan bahwa sumber air permukaan terbuka, seperti air hujan langsung atau genangan, tidak digunakan oleh industri AMDK besar karena berisiko terpapar cemaran.

    “AQUA mengambil sumber air yang terlindungi di dalam sistem alamiah, namun secara asal-usul tetap satu sistem dengan sumber air pegunungan. Jadi DNA-nya sama,” tegasnya.

    Heru mengingatkan agar masyarakat untuk berhati-hati, terhadap produk air minum yang tidak melalui riset ilmiah mengenai asal-usul sumber airnya.

    “Yang perlu diwaspadai justru produk kecil yang mengklaim sumber air pegunungan tanpa bukti ilmiah. Sementara perusahaan besar seperti AQUA memiliki riset komprehensif untuk membuktikan asal dan kualitas sumber airnya,” tutupnya.

    (prf/ega)

  • Air Pegunungan Tak Harus Diambil di Gunung, Ini Penjelasan Pakar Geologi

    Air Pegunungan Tak Harus Diambil di Gunung, Ini Penjelasan Pakar Geologi

    Jakarta

    Polemik iklan Aqua yang menyebut airnya berasal langsung dari gunung belakangan menuai sorotan publik. Isu ini bermula saat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengunjungi salah satu lokasi perusahaan tersebut dan menanyakan sumber air yang digunakan.

    Dalam kunjungan itu, seorang staf perusahaan menjelaskan bahwa air diambil dari bawah tanah melalui proses pengeboran. Penjelasan tersebut kemudian memicu perdebatan terkait asal-usul sebenarnya dari air pegunungan.

    “Pemahaman publik, termasuk saya, air Aqua itu jatuh dari gunung, crut, kayak air terjun. Kan gambarnya ilustrasinya begitu.” ucap salah satu netizen.

    Guru Besar Teknologi Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ir Heru Hendrayana mengatakan air pegunungan tentunya air yang berasal dari pegunungan.

    Meskipun demikian, ia menegaskan air pegunungan tak selalu harus diambil langsung di gunung, bisa di lereng, dataran, puncak, hingga di tubuh gunung. Adapun hal tersebut bisa dibuktikan melalui penelitian dan riset yang mendalam.

    “Nah caranya gimana? Nah ini melalui penelitian, riset yang cukup panjang. Nah jadi melalui kimia, melalui isotop, melalui kajian bawah permukaan dan sebagainya,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (23/10/2025).

    Ia mengibaratkan, air tanah memiliki karakteristik layaknya DNA pada manusia. Setiap sumber air dapat diteliti dari mana asalnya, sehingga bisa diketahui apakah air yang muncul di suatu lokasi benar-benar berasal dari sistem pegunungan tertentu atau tidak.

    “Air tanah itu bisa dideteksi asal usulnya dari mana itu biasanya dengan isotop. Nah jadi misalnya dia di lereng gunung A bisa gak dibuktikan dia dari gunung A, bisa, tapi dengan cara metode tadi, ya,” ucapnya lagi.

    “Jadi air pegunungan itu harus melalui sebuah penelitian. ya, sekarang intinya itu tadi, air pegunungan tidak harus di gunung, gitu ya,” lanjutnya.

    Prof Heru juga menegaskan, perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) berskala besar yang mencantumkan label air pegunungan pada produknya umumnya telah melalui proses penelitian dan uji ilmiah terlebih dahulu. Hal ini menjadi syarat mutlak agar klaim tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

    “Semua AMDK yang besar-besar ya, yang besar-besar itu berani mencantumkan air pegunungan, itu pasti sudah melakukan uji tadi,” imbuhnya lagi.

    “Perusahaan-perusahaan besar yang mencantumkan dari pegunungan itu, pasti sudah mempunyai itu,” ucap Prof Heru.

    Senada, Rachmat Fajar Lubis dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan sumber air Aqua dan sebagian besar AMDK lain memang berasal dari kawasan pegunungan, tapi bukan langsung dari mata air terbuka di permukaan.

    “Perlu dicatat, dulu, perusahaan-perusahaan AMDK seperti Aqua memang mengambil air dari wilayah pegunungan, tapi bukan semuanya dari mata air. Setahu saya, sekarang hanya dua lokasi yang masih memakai mata air langsung, Aqua, di Bali dan di Solok,” jelas Fajar.

    Ia menambahkan, penggunaan istilah ‘air pegunungan’ dalam iklan modern sebenarnya sudah tepat, karena air tanah dari kawasan gunung api memiliki kualitas mineral yang baik dan melimpah.

    “Mereka menargetkan air dari daerah gunung api karena kandungan mineralnya bagus. Jadi istilah ‘air pegunungan’ itu lebih sesuai secara ilmiah,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/kna)

  • Mbak Wali Kediri Lepas Kontingen Pramuka Garuda ke Coban Talun: Ajang Latih Kemandirian dan Daya Juang Anak

    Mbak Wali Kediri Lepas Kontingen Pramuka Garuda ke Coban Talun: Ajang Latih Kemandirian dan Daya Juang Anak

    Kediri (beritajatim.com) – Suasana penuh semangat mewarnai Halaman Balai Kota Kediri pada Senin (27/10/2025), ketika Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati memimpin apel pelepasan Kontingen Pramuka Garuda Kota Kediri menuju Perkemahan Pramuka Garuda se-Jawa Timur 2025 di Bumi Perkemahan Coban Talun, Kota Batu.

    Sebanyak 10 anggota Pramuka Garuda, terdiri dari dua Pramuka Penegak dan delapan Pramuka Penggalang, berangkat mewakili Kota Kediri untuk mengikuti kegiatan yang berlangsung 27–31 Oktober 2025. Perkemahan ini menjadi ajang pembinaan karakter dan penguatan nilai-nilai kepramukaan, sekaligus sarana menjalin persaudaraan antarpramuka dari berbagai daerah di Jawa Timur.

    Wali Kota Kediri yang akrab disapa Mbak Wali menyampaikan rasa bangganya kepada para peserta yang akan membawa nama baik daerah. “Hari ini kita melepas anak-anak pramuka yang akan berkemah di Coban Talun. Kegiatan ini menjadi ruang bagi anak-anak untuk belajar kemandirian, tanggung jawab, kedisiplinan, cinta tanah air, alam, dan sesama,” tutur Vinanda.

    Ia menekankan bahwa pengalaman di perkemahan akan menjadi bekal berharga bagi para pramuka untuk tumbuh sebagai generasi muda yang kuat dan berkarakter. “Harapannya, anak-anak bisa belajar banyak di sana. Ketika kembali ke Kediri, mereka menjadi pribadi yang lebih tangguh, disiplin, dan mampu menjadi teladan bagi teman-temannya,” ujarnya.

    Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Pembinaan Anggota Muda Kwarcab Kota Kediri Sugeng Hariyanto menegaskan bahwa kegiatan kepramukaan berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda. “Di Pramuka, kita ditempa dengan nilai-nilai seperti cinta tanah air, kedisiplinan, dan hormat pada orang tua. Selain itu, kami juga akan menampilkan kesenian daerah dengan membawakan kisah ‘Asal Mula Gunung Kelud’,” jelasnya.

    Apel pelepasan kontingen ini juga dihadiri oleh Wakil Wali Kota Kediri Qowimuddin Thoha, Pj Sekda Ferry Djatmiko, serta para asisten, staf ahli, dan kepala OPD di lingkungan Pemerintah Kota Kediri.

    Kegiatan kepramukaan ini tidak hanya menjadi agenda rutin, tetapi juga wujud nyata pembinaan karakter generasi muda Kota Kediri, agar tumbuh sebagai pribadi yang berdaya juang tinggi, mandiri, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan semangat persaudaraan dan cinta tanah air. [nm/aje]

  • Fakta-fakta Kasus Air Minum Kemasan AQUA

    Fakta-fakta Kasus Air Minum Kemasan AQUA

    Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang melakukan sidak ke sumber air dalam kemasan (AMDK) AQUA semakin viral karena Dedi terkejut bahwa perusahaan air minum ini memproduksi air dari air tanah. Padahal dalam kemasan tertulis adalah air pegunungan.

    Peristiwa ini mengundang berbagai macam pertanyaan, sebab perusahaan AQUA melakukan pertambangan air di sekitar daerah yang banyak penduduknya. Dedi sempat mengatakan saat AQUA mengambil air dari tanah, maka yang mengalami kesulitan air adalah masyarakat di sekitar pabrik air minum AQUA.

    Berikut fakta-fakta Kasus Air AQUA:

    1. Tambang Air Minum

    Untuk mendapatkan komoditas berharga seperti emas, perak, nikel dan air, maka biasanya perusahaan akan melakukan aktivitas tambang. Menurut KBBI, tambang adalah melakukan aktivitas pengambilan bahan dari dalam bumi.

    Air menjadi komoditas yang berharga bagi hidup manusia. Dulu air minum kemasan dijual murah, tetapi kini air minum kemasan di daerah tertentu hampir sama mahalnya dengan bahan bakar minyak.

    2. Mata Air Sama dengan Air Tanah?

    Dedi mempertanyakan sumber air Aqua yang ternyata berasal dari sumur dengan kedalaman lebih dari 100 meter. Dia heran lantaran menurut pemahamannya sumber air produk AMDK berasal dari air permukaan.

    “Dalam pemikiran saya bahwa ini airnya adalah air mata air, kemudian dimanfaatkan, kan namanya air pegunungan,” ujarnya.

    Merespons ramainya isu tersebut, Aqua memberikan klarifikasi bahwa air Aqua berasal dari 19 sumber air pegunungan yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap sumber air dipilih melalui proses seleksi ketat yang melibatkan 9 kriteria ilmiah, 5 tahapan evaluasi, minimal 1 tahun penelitian.

    3. Kesejahteraan Masyarakat Jawa Barat

    Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan sidak ke banyak pabrik, termasuk Aqua di Subang bertujun untuk melihat aktivitas industri yang harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar.

    Dedi menegaskan bahwa kehadiran industri seharusnya menjadi sumber kesejahteraan, bukan menjadi beban bagi masyarakat sekitar. Baginya, perusahaan jangan sampai menyebabkan dampak negative apalagi menyebabkan masyarakat di sekitar pabrik air menjadi kekurangan air

    “Kalau ada pabrik, maka pabriknya harus memberikan rasa nyaman bagi lingkungannya. Warganya harus bekerja, lahir anak-anak dengan pendidikan yang baik, sehingga mereka bisa menjadi kelas menengah, jadi manajer di perusahaan, jadi dirut dari perusahaan, jadi direktur. Ini yang saya inginkan,” katanya, Jumat (24/10/2025).

    Menurutnya kesejahteraan masyarakat bisa dicapai yakni dengan pengelolaan pajak yang adil dan berpihak kepada daerah tempat industri tersebut beroperasi. Dengan pendapatan dari pajak perusahaan, harus diprioritaskan untuk menyejahterakan masyarakat yang ada di lingkungan sekitar industri

    4. Perpamsi Bela Perusahaan Aqua

    Meskipun sudah muncul bukti bahwa Aqua mengambil menambang air dari tanah, tetapi beberapa pengamat air membela perusahaan Aqua. Pengamat ini menyebutkan bahwa air dari tanah berasal dari gunung.

    Tenaga Ahli Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Muhammad Sirod pun menyampaikan saat ini tidak ada aturan khusus untuk syarat sumber air minum. Hal yang penting, kata Sirod, air yang akan menjadi AMDK wajib lolos SNI, BPOM, dan sertifikasi halal.

    Selain SNI air mineral, Badan Standardisasi Nasional (BSN) juga telah menetapkan SNI yang termasuk dalam kategori AMDK yaitu SNI 6242:2015 Air mineral alami; SNI 6241:2015 Air demineral; SNI 7812:2013 Air minum embun. Sirod menekankan bahwa pada dasarnya air sumur yang terhubung dengan pegunungan, memiliki kualitas yang sama dengan air pegunungan.

    “Sebenarnya beberapa air sumur dan air tanah yang terkoneksi ke gunung, itu kurang lebih kualitas dan mutunya sama. Namun, memang perlu diriset kandungannya [aspek fisika, kimia, dan mikrobiologi]” ungkapnya.

    5. YLKI Minta Perusahaan Jujur

    Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendorong produsen Aqua, PT Tirta Investama, untuk bertanggung jawab atas klaim yang dijanjikan terkait sumber air. Ketua YLKI Niti Emiliana menilai dalam hal ini pelaku usaha tidak transparan dengan memberikan informasi dan klaim iklan yang tidak sesuai.

    “Dalam UU perlindungan konsumen, hal ini masuk dalam perbuatan yang dilarang oleh pelaku yaitu karena memproduksi dan memperdagangkan tidak sesuai dan kondisi sebagaimana yang dinyatakan oleh label dan iklan,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Jumat (24/10/2025). 

    Selain itu, Niti melihat hal tersebut juga melanggar hak konsumen atas informasi yang benar jelas dan jujur.  Untuk itu, Niti mendorong pelaku usaha seharusnya bertanggungjawab atas informasi klaim yang dijanjikan karena ini masuk ke dalam itikad baik dalam berbisnis. 

    “YLKI mendorong adanya audit dan pemerintah untuk peninjauan ulang terkait perizinan usaha dan perolehan air tersebut,” tambahnya.

    6. Klarifikasi Aqua

    Perusahaan Aqua menegaskan bahwa pihaknya tidak menggunakan air dari sumur bor biasa. Aqua menyatakan bahwa air yang digunakan berasal dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan.

    “Air ini terlindungi secara alami dan telah melalui proses seleksi serta kajian ilmiah oleh para ahli dari UGM dan Unpad. Sebagian titik sumber juga bersifat self-flowing [mengalir alami],” ungkap manajemen Aqua dalam pernyataan tertulisnya.

    Tak hanya itu, manajemen menekankan bahwa air yang digunakan Aqua berasal dari lapisan dalam yang tidak bersinggungan dengan air permukaan yang digunakan masyarakat. Proses pengambilan air dilakukan sesuai izin pemerintah dan diawasi secara berkala oleh pemerintah daerah dan pusat melalui Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

    7. Aturan Pengambilan Sumber Air AMDK

    Pakar Tata Kelola Air Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali menegaskan bahwa tidak ada aturan yang secara spesifik mengatur asal sumber air minum. Namun, perusahaan wajib transparan mengenai asalnya.

    “Sumber atau asalnya tidak diatur. Hanya perusahaan AMDK harus jujur menyatakan dari mana asalnya,” kata Firdaus kepada Bisnis, Kamis (23/10/2025).

    Apakah air yang dijual tersebut berasal dari air permukaan, air tanah (terutama air tanah dalam) atau bersumber dari mata air yang biasanya dari pegunungan sebagaimana klaim yang diberikan oleh sejumlah perusahaan.

    Berbeda dengan air itu sendiri, yang telah diatur soal kualitas dan keamanannya melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk air minum dalam kemasan (AMDK), yakni SNI 3553:2015:Air Mineral. Termasuk ketentuan soal aspek kualitas fisika, kimia, dan mikrobiologi yang terkandung dalam AMDK.

    8. BPKN Bakal Panggil Aqua

    Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) bakal melakukan panggilan terhadap PT Tirta Investama selaku produsen Aqua untuk memberikan klarifikasi mengenai sumber produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang digunakan perseroan.

    Ketua BPKN Mufti Mubarok menyatakan bahwa undangan telah dilayangkan kepada manajemen Aqua pada Selasa (28/10/2025) bertempat di Kantor BPKN RI, Jakarta Pusat.

    “Hari Selasa besok mereka datang ke BPKN, dan BPKN akan turun gunung ke sejumlah sumber AMDK termasuk Aqua,” kata Mufti kepada Bisnis, Minggu (26/10/2025).

    Dia memaparkan bahwa undangan klarifikasi itu ditujukan kepada beberapa jajaran manajemen Aqua, antara lain perwakilan direksi, penasihat hukum, ahli air dan hidrogeologi, hingga manajer perizinan.

    Mufti mengatakan pihaknya perlu untuk meminta keterangan resmi dari Aqua, seiring fungsinya untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal perlindungan konsumen.

    Apabila klaim bahwa produksi air minum dalam kemasan (AMDK) Aqua berasal dari sumur bor benar, dia menilai hal tersebut akan bertolak belakang dengan iklan perseroan selama ini, yang menyebut sumber air berasal dari pegunungan. Dia memastikan bahwa langkah ini bukan untuk menjatuhkan reputasi perusahaan manapun, tetapi untuk menjaga kepercayaan publik dan perlindungan konsumen nasional.

    Adapun, dalam laman resminya, Aqua telah memberikan tanggapan atas dugaan yang menyebutkan bahwa produk Aqua berasal dari sumur bor biasa. Manajemen Aqua menyatakan bahwa produk mereka menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan. (Annasa Rizki Kamalina, Afiffah Rahmah Nurdifa, Reyhan Fernando Fajahrihza, Wisnu Wage Pamungkas)

  • Warga Terdampak Longsor di Banyumas Diungsikan, Tiga Rumah Rusak
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        27 Oktober 2025

    Warga Terdampak Longsor di Banyumas Diungsikan, Tiga Rumah Rusak Regional 27 Oktober 2025

    Warga Terdampak Longsor di Banyumas Diungsikan, Tiga Rumah Rusak
    Tim Redaksi
    BANYUMAS, KOMPAS.com
    — Warga yang rumahnya rusak akibat longsor gunung batu kapur di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, telah diungsikan.
    Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Andi Risdianto mengatakan, warga yang diungsikan sebanyak 11 jiwa.
    “Warga yang diungsikan sebanyak 3 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 11 jiwa,” kata Andi kepada wartawan, Senin (27/10/2025).
    Sebelumnya, gunung batu kapur setinggi kurang lebih 50 meter longsor pada Minggu (27/10/2025) sore.
    Longsoran itu diduga berada di kawasan tambang pabrik semen yang beroperasi di wilayah Ajibarang.
    “Dari koordinatnya maupun dari video dan foto yang dikirim ke kami, kemungkinan (longsoran) ada di lokasi pertambangan semen,” kata Andi saat dihubungi, Minggu malam.
    Andi menjelaskan, peristiwa itu terjadi setelah wilayah setempat diguyur hujan.
    “Kami menerima laporan menjelang Maghrib, sekitar pukul 17.30 WIB. Informasinya (saat kejadian) situasi sudah tidak hujan, sebelumnya hujan,” kata Andi.
    Menurut Andi, akibat peristiwa itu tiga rumah warga dilaporkan rusak.
    “Laporan sementara, tiga rumah warga rusak. Satu rusak berat, satu rusak sedang, dan satunya rusak ringan,” ujar Andi.
    Andi menambahkan, sejauh ini tidak ada laporan korban jiwa akibat peristiwa tersebut.
    “Sejauh ini tidak ada korban,” kata Andi.
    Berdasarkan video dokumentasi BPBD Banyumas yang diterima Kompas.com pada Minggu malam, rumah yang rusak akibat terkena material longsor tampak telah dipasang garis polisi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kala ‘Mojang Lodaya’ Turun Gunung Patroli Atur Lalu Lintas di CFD Bogor

    Kala ‘Mojang Lodaya’ Turun Gunung Patroli Atur Lalu Lintas di CFD Bogor

    Bogor

    Personel Mojang Lodaya Polwan Polres Bogor melaksanakan patroli di Car Free Day (CFD) yang berlangsung di Jalan Tegar Beriman, Kabupaten Bogor pagi tadi. Mereka melakukan patroli dan mengatur kelancaran arus lalu lintas.

    “Kami melaksanakan patroli mojang Lodaya tersebut yaitu dengan beberapa kegiatan diantaranya, mengatur lalu lintas, dan memberikan imbauan kepada masyarakat yang sedang berolahraga pagi,” kata Kapolsek Dramaga, Iptu Desi Triana dalam keterangannya, Minggu (26/10/2025).

    Diketahui, Patroli Mojang Lodaya Polwan Polres Bogor memiliki moto ‘Nyaah, Nyakola, Nyunda’. Kegiatan ini sebagai bentuk mendukung program Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudi Setiawan dan di-support oleh Kapolres Bogor, AKBP Wikha Ardilestanto.

    “Hari ini kami terjunkan 10 personel Polwan Polres Bogor , pada uji coba Car Free Day ini pun sebagai program terobosan dari Bapak Bupati Kabupaten Bogor di jalan Tegar Beriman kepada seluruh warga masyarakat yang akan melakukan olah raga pagi dengan bebas di jalur cepat dan terbebas dari lalu lalang kebadaraan roda empat dan roda dua,” jelasnya.

    “Kami dari Polwan Polres Bogor melaksanakan patroli Mojang Lodaya. Patroli ini merupakan terobosan inovasi yang diciptakan pak Kapolda Jabar untuk kegiatan Polwan di wilayah masing-masing,” imbuhnya.

    “Kami juga memfasilitasi keamanan, kenyamanan dan kelancaran tertib arus lalu lintas di jalur lambat bagi kendaraan yang melaju baik roda dua dan roda empat dan juga di jalur cepet bagi pejalan kaki yang berolah raga,” pungkasnya.

    (wnv/wnv)

  • Heboh Sumber Air Minum Aqua, BPKN Turun Gunung Cek Pabrik AMDK

    Heboh Sumber Air Minum Aqua, BPKN Turun Gunung Cek Pabrik AMDK

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) bakal melakukan panggilan terhadap PT Tirta Investama selaku produsen Aqua untuk memberikan klarifikasi mengenai sumber produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang digunakan perseroan.

    Ketua BPKN Mufti Mubarok menyatakan bahwa undangan telah dilayangkan kepada manajemen Aqua pada Selasa (28/10/2025) bertempat di Kantor BPKN RI, Jakarta Pusat.

    “Hari Selasa besok mereka datang ke BPKN, dan BPKN akan turun gunung ke sejumlah sumber AMDK termasuk Aqua,” kata Mufti kepada Bisnis, Minggu (26/10/2025).

    Dia memaparkan bahwa undangan klarifikasi itu ditujukan kepada beberapa jajaran manajemen Aqua, antara lain perwakilan direksi, penasihat hukum, ahli air dan hidrogeologi, hingga manajer perizinan.

    Mufti mengatakan pihaknya perlu untuk meminta keterangan resmi dari Aqua, seiring fungsinya untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal perlindungan konsumen.

    Apabila klaim bahwa produksi air minum dalam kemasan (AMDK) Aqua berasal dari sumur bor benar, dia menilai hal tersebut akan bertolak belakang dengan iklan perseroan selama ini, yang menyebut sumber air berasal dari pegunungan.

    Dia memastikan bahwa langkah ini bukan untuk menjatuhkan reputasi perusahaan manapun, tetapi untuk menjaga kepercayaan publik dan perlindungan konsumen nasional.

    Adapun, dalam laman resminya, Aqua telah memberikan tanggapan atas dugaan yang menyebutkan bahwa produk Aqua berasal dari sumur bor biasa.

    Manajemen Aqua menyatakan bahwa produk mereka menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan.

    Selain itu, produk Aqua disebut terlindungi secara alami dan telah melalui proses seleksi serta kajian ilmiah oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

    “Air yang digunakan Aqua berasal dari lapisan dalam yang tidak bersinggungan dengan air permukaan yang digunakan masyarakat. Proses pengambilan air dilakukan sesuai izin pemerintah dan diawasi secara berkala oleh pemerintah daerah dan pusat melalui Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” tulis manajemen.

  • KDM Hingga Netizen Heran Air Aqua Pakai Air Tanah, Ilmuwan BRIN Jelaskan Maknanya

    KDM Hingga Netizen Heran Air Aqua Pakai Air Tanah, Ilmuwan BRIN Jelaskan Maknanya

    Jakarta

    Iklan Aqua, pelopor air minum dalam kemasan (AMDK) yang sudah berdiri sejak 1973 telah membentuk persepsi di masyarakat, airnya berasal langsung dari mata air pegunungan jernih dan alami. Visual air yang ‘jatuh dari gunung’ membuat banyak orang membayangkan air yang mengalir langsung dari sumber alam tanpa proses tambahan.

    Hal itu juga yang tertangkap di bayangan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Ia baru saja mengunjungi pabrik Aqua dan terheran saat mengetahui sumber air AMDK ternyata berasal dari air tanah tekanan dengan metode pengeboran di kawasan pegunungan.

    Hal ini juga memicu kebingungan dan kecurigaan di publik terkait iklan yang selama ini beredar tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

    “Satu saja kalau warga mah, dalam iklannya itu air yang jatuh dari gunung. Terus kemudian kemarin lihat airnya dibor, itu saja. Saya nggak ada masalah,” ujarnya.

    “Pemahaman publik, termasuk saya, air Aqua itu jatuh dari gunung, crut, kayak air terjun. Kan gambarnya ilustrasinya begitu.”

    Rachmat Fajar Lubis dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ikut menanggapi anggapan viral di medsos.

    Sebagai ahli hidrologi, ia menekankan sumber air Aqua dan sebagian besar AMDK lain memang berasal dari kawasan pegunungan, tapi bukan langsung dari mata air terbuka di permukaan.

    “Perlu dicatat, dulu, perusahaan-perusahaan AMDK seperti Aqua memang mengambil air dari wilayah pegunungan, tapi bukan semuanya dari mata air. Setahu saya, sekarang hanya dua lokasi yang masih memakai mata air langsung, Aqua, di Bali dan di Solok,” jelas Fajar kepada detikcom.

    Ia menambahkan, penggunaan istilah ‘air pegunungan’ dalam iklan modern sebenarnya sudah tepat, karena air tanah dari kawasan gunung api memiliki kualitas mineral yang baik dan melimpah.

    “Mereka menargetkan air dari daerah gunung api karena kandungan mineralnya bagus. Jadi istilah ‘air pegunungan’ itu lebih sesuai secara ilmiah,” katanya.

    Dulu dari Mata Air, Sekarang dari Sumur Dalam

    Menurutnya, perubahan sumber air ini berkaitan dengan kebutuhan higiene dan keamanan kualitas air.

    “Kalau dicek, iklan Aqua yang menonjolkan mata air itu sudah sangat lama, mungkin tahun 1970-an saat mereka baru berdiri. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi iklan yang menyebut ‘mata air’, mereka selalu bilangnya ‘air pegunungan’.”

    Alasannya, lanjut dia, karena air dari mata air terbuka lebih rentan terkontaminasi, terutama oleh bakteri dari lingkungan sekitar.

    “Air dari mata air itu bisa tercemar bakteri E coli dari kotoran hewan di sekitar sumber air. Bakteri ini bisa menyebabkan diare. Makanya dulu selalu ada kampanye ‘air harus dimasak dulu’,” jelasnya.

    Selain itu, vegetasi seperti lumut atau tumbuhan liar di sekitar mata air juga bisa memengaruhi kualitas air.

    “Ada lumut yang menyegarkan, tapi ada juga yang belum diketahui efeknya terhadap tubuh. Ini masih terus kami riset,” tambahnya.

    Air Sumur Dalam Lebih Terlindungi dan Stabil

    Berbeda dengan mata air yang bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia dan hewan, air tanah dari sumur dalam (air tanah tertekan) berada jauh di bawah permukaan.

    “Di bawah permukaan tanah yang cukup dalam, tidak ada kehidupan mikroorganisme. Jadi airnya lebih murni, hanya mengandung mineral alami dari batuan yang dilaluinya,” ungkapnya.

    Inilah alasan mengapa perusahaan air minum memilih menyedot air dari lapisan tanah dalam, bukan dari sumber mata air terbuka.

    “Dengan cara itu, kualitas air bisa dijaga, bebas kontaminasi, dan tetap memenuhi standar kesehatan,” katanya.

    Perubahan istilah dari mata air ke air pegunungan dinilai bukan bentuk penipuan, melainkan penyesuaian ilmiah dan regulatif terhadap praktik modern pengambilan air. Namun, karena citra iklan masa lalu begitu melekat, banyak masyarakat masih mengira air kemasan diambil dari pancuran gunung secara langsung.

    Fajar menilai, perlu ada edukasi publik yang lebih terbuka mengenai sumber air, proses pengolahan, dan regulasi pengawasan AMDK.

    “Masyarakat perlu tahu bahwa air pegunungan yang diambil lewat sumur dalam bukan berarti air buatan atau hasil bor sembarangan. Justru itu cara paling aman untuk memastikan air tetap alami dan steril,” pungkasnya.

    Air itu tetap berasal dari proses alam, hujan yang meresap ke dalam tanah, tersaring oleh lapisan batuan, dan muncul di lapisan air tanah dalam yang kemudian diambil melalui sumur industri berizin. Dengan kata lain, air Aqua memang dari pegunungan, tapi tidak langsung dari mata air di permukaannya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Aturan BPA di Indonesia, Jadi Tanggung Jawab Siapa?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Jombang Influencer Camp 2025: Promosi Wisata dan UMKM dengan Sentuhan Digital Kreatif

    Jombang Influencer Camp 2025: Promosi Wisata dan UMKM dengan Sentuhan Digital Kreatif

    Jombang (beritajatim.com) – Suasana berbeda terasa di Kota Santri pada akhir pekan ini. Puluhan influencer dan pegiat media sosial dari berbagai kota di Jawa Timur berkumpul di Kabupaten Jombang untuk mengikuti Jombang Influencer Camp 2025, sebuah agenda kolaboratif yang digagas untuk memperkenalkan potensi wisata, budaya, dan kekayaan lokal Jombang kepada publik yang lebih luas. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, mulai 25 hingga 26 Oktober 2025.

    Bukan sekadar ajang temu kreator konten, Jombang Influencer Camp dikemas dalam bentuk travel experience yang menyuguhkan perjalanan menyeluruh tentang Jombang dari sudut religi, budaya, kreativitas UMKM, hingga wisata alamnya. Para peserta diajak menyusuri jejak sejarah dan kearifan lokal yang menjadikan Jombang dikenal sebagai kota santri dengan keberagaman budaya yang harmonis.

    Perjalanan dimulai dari simbol wisata religi di Makam KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tebuireng. Para influencer tampak antusias mengambil gambar suasana peziarah, sudut-sudut kompleks yang sarat nilai sejarah, hingga momentum refleksi singkat tentang toleransi dan perjuangan Gus Dur sebagai tokoh bangsa. Dari sana, rombongan melanjutkan eksplorasi ke Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari, menyerap cerita perjalanan peradaban Islam Nusantara.

    Tak berhenti di wisata religi, para peserta kemudian menyambangi tempat yang menjadi ikon keberagaman Jombang: Klenteng Hong San Kiong dan Museum Wayang Potehi di Gudo. Mereka diajak menyaksikan langsung warisan budaya Tionghoa yang sejak lama hidup berdampingan harmonis dengan tradisi pesantren. Konten-konten bertema toleransi budaya, heritage, dan storytelling pun mulai bermunculan di berbagai platform media sosial peserta.

    Pada hari yang sama, rombongan berlanjut mengunjungi Rumah Kerajinan Manik-Manik di Kecamatan Gudo, sentra UMKM kebanggaan Jombang yang karyanya sudah merambah pasar nasional dan mancanegara.

    Para influencer berbincang langsung dengan pengrajin, melihat proses pembuatan manik-manik, sekaligus mendokumentasikan sisi humanis pengrajin lokal untuk mendukung UMKM Jombang naik kelas melalui digital exposure.

    Malam harinya, peserta turut hadir meriahkan Jombang Fest di Alun-alun Jombang, menikmati hiburan, seni budaya, kuliner khas, hingga interaksi dengan warga, menghadirkan suasana hangat dan akrab antara kreator konten dengan masyarakat.

    Pada hari kedua, perjalanan ditutup dengan pengalaman penuh petualangan di Lereng Gunung Anjasmoro, Kecamatan Wonosalam. Udara sejuk pegunungan, aktivitas camping, sharing session, serta content hunting berlatar lanskap alam Wonosalam menambah lengkap narasi bahwa Jombang bukan hanya kota religi, tetapi juga menyimpan pesona wisata alam yang memukau.

    Pegiat medsos Jatim sedang berkumpul di Jombang

    Ketua Panitia Jombang Influencer Camp Rony Suhartomo mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk membawa Jombang semakin dikenal di jagat digital. “Kami ingin memperkenalkan Jombang lewat perspektif anak muda dan storytelling digital. Influencer punya kekuatan menggerakkan tren dan memengaruhi publik. Melalui kegiatan ini, kami ingin Jombang tampil bukan hanya sebagai kota transit, tetapi destinasi yang harus dikunjungi,” ujar Rony, Sabtu (25/10/2025).

    Rony yang juga sebagai owner akun Instagram @wargajombang, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku wisata, komunitas kreatif, dan influencer dalam mempromosikan potensi daerah.

    “Semakin banyak konten positif tentang Jombang yang beredar, semakin besar peluang wisata dan UMKM kita berkembang. Harapan kami, kegiatan ini membawa dampak nyata, mulai dari naiknya angka kunjungan wisata hingga meningkatnya penjualan produk lokal,” tambahnya.

    Jombang Influencer Camp menjadi salah satu contoh bagaimana promosi wisata daerah dapat dilakukan dengan cara kreatif, relevan, dan dekat dengan gaya hidup generasi digital. “Menurut kami, dengan kekuatan media sosial, narasi keindahan dan keberagaman Jombang kini memiliki jembatan lebih luas untuk menjangkau publik, hingga nasional bahkan internasional,” pungkasnya. [suf]

  • Cium Kaki Ibu Sebelum Berangkat, Pemuda Ini Pulang Bawa Hadiah Umrah Gratis dari Jaka Sopan

    Cium Kaki Ibu Sebelum Berangkat, Pemuda Ini Pulang Bawa Hadiah Umrah Gratis dari Jaka Sopan

    Bondowoso (beritajatim.com) – Tubuh seorang pemuda berpakaian serba hitam tampak sedikit lunglai ketika namanya dipanggil panitia. Matanya setengah kosong, seperti tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Di hadapan puluhan ribu orang yang memenuhi halaman Pondok Pesantren Al Islah, ia perlahan melangkah naik ke panggung.

    Namanya Muhammad Ali Imron, warga Desa Sumber Pinang, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Ia bukan santri Pondok Pesantren Al Islah. Ia hanya peserta umum yang datang dari luar daerah, mengikuti kegiatan Jalan Kaki Bondowoso-Dadapan (Jaka Sopan) pada Minggu (26/10/2025), tanpa menyangka langkah kakinya akan membawanya ke Tanah Suci.

    Ketika nomor undiannya disebut panitia, Imron menyerahkan kupon kecil itu bersama KTP aslinya. “Coba sini KTP-nya,” pinta salah satu panitia dari atas panggung.

    Setelah data cocok, panitia pun mengumumkan bahwa Muhammad Ali Imron sah menjadi salah satu pemenang hadiah Umrah gratis tahun ini. Mendengar itu, Imron menunduk, menahan haru. Matanya berkaca-kaca. Membendung air mata yang hendak menetes. “Saya tidak menyangka sama sekali,” ujarnya terbata.

    Ia pun mengaku tidak mendapatkan firasat apapun bakal mendapatkan rezeki besar itu. “Sebelum berangkat ke sini, saya cuma membasuh dan mencium kaki ibu saya,” terangnya usai acara. Imron mengetahui acara Jaka Sopan dari seorang teman. “Saya ikut saja. Ternyata memang rezeki saya,” ucapnya.

    Event Jaka Sopan tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-8. Start dari Hotel Grand Padis di Kelurahan Badean, Kecamatan Bondowoso, dan finis di Ponpes Al Islah di Desa Dadapan, Kecamatan Grujugan. Rutenya sepanjang 7,2 kilometer, dan diikuti sekitar 40 ribu peserta dari berbagai daerah.

    Tak ada biaya pendaftaran. Peserta cukup menyerahkan KTP untuk mendapatkan kupon undian. Hadiahnya beragam—mulai dari cat tembok, sepeda gunung, televisi, kulkas, hingga 11 paket Umrah gratis.

    Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al Islah, H. Thoha Yusuf Zakaria, hadiah Umrah yang diberikan panitia bukan sekadar simbol, melainkan bentuk nyata penghargaan terhadap semangat masyarakat yang mau menjaga kebersamaan dan kesehatan.

    “Hadiah Umrah ini bukan voucher, tapi paket asli. Kami ingin menanamkan semangat kebaikan dan olahraga. Makna Jaka Sopan sendiri bukan hanya akronim Jalan Kaki Bondowoso-Dadapan, tapi juga mengandung nilai: Jaka artinya pemuda, dan Sopan artinya berkelakuan baik,” jelasnya.

    Ia menambahkan, kegiatan tahunan ini juga digelar dalam rangka memperingati sejumlah hari besar nasional seperti Hari Santri Nasional, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, HUT TNI, dan Peringatan Tragedi Gerbong Maut.

    “Olahraga jalan kaki ini juga bentuk edukasi kepada masyarakat bahwa menjaga tubuh sehat itu bagian dari ibadah,” tambahnya.

    Selain Jaka Sopan, Ponpes Al Islah juga memiliki kegiatan mingguan bertajuk Perjaka (Persatuan Jalan Kaki) dan Gadis (Gerakan Anti Disease). Dua kegiatan ini rutin digelar di sekitar wilayah pondok sebagai gerakan hidup sehat dan gotong royong. [awi/suf]