Ribuan Hektar Lahan Milik TNI AD akan Disulap Jadi Dapur MBG
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) menyiapkan ribuan hektar lahan untuk dibangun menjadi dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai wilayah.
“Saya sudah memerintahkan para prajurit untuk menanam bahan pangan, sayuran, dan buah-buahan di lahan-lahan milik TNI AD, untuk menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (BGN),” kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak dalam keterangan resmi BGN, Jumat (31/10/2025).
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik Sudaryati Deyang mengatakan, dengan bertambahnya jumlah dapur MBG, maka kebutuhan bahan pangan pun akan meningkat, sehingga bisa memicu kenaikan harga.
Sementara, dengan pasokan yang mencukupi, harga pangan akan stabil.
“Kami sangat berterima kasih atas inisiatif TNI AD dalam memperkuat pasokan bahan pangan untuk mendukung program MBG,” ujar Nanik.
Menurut Maruli, sejak tiga bulan lalu, dirinya sudah memperkirakan bahwa harga pangan akan beranjak naik akibat meningkatnya permintaan daging dan telur ayam, serta sayuran dan buah-buahan seiring dengan pertambahan jumlah SPPG yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Karena itu, ia segera menyerukan jajarannya untuk menanami lahan milik TNI AD dengan berbagai tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan.
Sejumlah lahan milik TNI sudah mulai diusahakan sejak beberapa bulan terakhir.
Di antaranya, lahan seluas 206 hektar di Gunung Hejo, Purwakarta; 300 hektar lahan di Takokak, Cianjur; 100 hektar di Puslatpur Baturaja, Lampung; 50 hektar di Pengalengan, Kabupaten Bandung; 600 hektar di Ciemas, Sukabumi; serta 60 hektar tanah di Cibenda, Sukabumi.
“Kami juga mendidik ratusan petani muda untuk mengelola lahan pertanian itu,” kata Maruli.
Nanik kemudian menyarankan agar, selain bahan makanan pokok dan sayuran, para prajurit TNI AD juga menanam lahan itu dengan tanaman buah yang dibutuhkan dapur-dapur MBG, misalnya pisang.
“Sebab, selain mudah dibudidayakan, pisang bisa dipanen dalam waktu yang relatif singkat, dan menjadi salah satu menu buah MBG yang aman,” ujarnya.
Tak hanya sekadar menanam tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan, KSAD pun telah memerintahkan para prajuritnya untuk beternak ayam, terutama ayam petelur.
Sebab, penanganannya dinilai lebih mudah dibandingkan dengan ayam pedaging, dan lebih cepat dipanen.
“Saya juga sudah memerintahkan kepada Kodim-Kodim untuk beternak ayam,” tegas Maruli.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Gunung
-

Peneliti Temukan Dunia Lain di Tempat Tak Pernah Dijangkau Manusia
Jakarta, CNBC Indonesia – Ilmuwan menemukan “dunia lain” di balik gunung es raksasa yang pecah di Kutub Selatan. Ribuan ikan ditemukan hidup dalam kondisi paling ekstrem di dasar laut Antartika.
Sekitar 1.000 sarang berbentuk lingkaran ditemukan di dasar Laut Weddell bagian barat oleh kapal selam yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV).
ROV tersebut sebetulnya dikerahkan ke balik es yang pecah untuk mencari kapal Endurance yang karam pada 1912. Para peneliti menggunakan ROV untuk meniti jejak Sir Ernest Shackleton, penjelajah kutub, pemimpin Endurance dalam pelayaran mengarungi kutub.
Sarang ikan yang ditemukan para peneliti dibangun oleh ikan yellowfin notie, salah satu spesies dari rock cod. Lokasinya berada di area yang sebelumnya ditutupi oleh lapisan es setebal 200 meter.
Ribuan ikan “mengurus” sarang tersebut sehingga area lokasinya bersih dari plankton. Sebagian sarang terpisah sendiri, sebagian lain terlihat mengelompok.
Foto: dok Weddell Sea Expedition
Temuan habitat ikan di balik es Antartika oleh Weddell Sea Expedition.Bongkahan es yang pecah di atas “dunia lain” tersebut adalah A68 yang ukurannya mencapai 5.800 kilometer persegi. Kini, A68 adalah gunung es terbesar ke-6 yang pernah tercatat.
Temuan habitat ribuan ikan di bawah lapisan es memperkuat argumen pihak yang mengusulkan Laut Weddell dijadikan wilayah terlindungi. Sarang di dasar laut adalah bukti bahwa lautan dingin tetap memiliki posisi penting dalam rantai makanan kehidupan di Antartika.
“Laut Weddell berubah dengan cepat. Cuaca yang makin hangat dan berangin berdampak terhadap es dan habitat di laut, makin memaksa ekosistem yang sudah seimbang untuk beradaptasi. Meskipun begitu, Laut Weddell tetap tak punya status terlindungi,” kata Koalisi Laut Selatan dan Antartika.
“Jerman telah mengusulkan pelindungan Laut Weddell sejak 2018 kepada negara-negara yang bertugas melindungi Laut Selatan. Ini akan melindungi area seluas 2 juta kilometer persegi tempat tinggal satwa laut yang hampir tak tersentuh, termasuk habitat kutub yang langka.”
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
-

Jejak literasi keuangan dari pegunungan hingga kepulauan di Sulsel
Makassar (ANTARA) – Warga yang mengenakan jaket dan sarung satu per satu keluar rumah menuju kebun, saat kabut masih menyelimuti perkampungan kecil di Gunung Lompobattang yang bersebelahan dengan Gunung Bawakaraeng, tepatnya di Dusun Lembang Bu’ne, Kelurahan Cikoro, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Langkah kaki yang bergegas menuju kebun yang didominasi sayuran itu menjadi pemandangan sehari-hari, ketika Matahari belum menyembul di balik Gunung Lompobattang dan Bawakaraeng.
Tergurat kebahagiaan yang memancar di wajah mereka, ketika memanen sayuran dan pedagang pengumpul segera membawa ke kota untuk dijual.
Tidak ada uang tunai sebagai lambang transaksi antara petani dan pedagang pengumpul di lokasi perkebunan itu. Hanya ada jabat tangan sebagai tanda kesepakatan atau dil dari harga produksi petani di Lembang Bu’ne.
Salah seorang pedagang pengumpul, Rustam, kala itu hanya mengeluarkan telepon seluler pintar dari kantong jaketnya dan memperlihatkan bukti transfer kepada Rahman Daeng Rabi. Ia sudah mentransfer sejumlah uang melalui mobile banking ke rekening BRI milik lelaki paruh baya itu.
Setelah sayur kol, wortel, buncis, dan labu siam tertata rapi di atas truk, pedagang pengumpul bersama truknya pun melaju meninggalkan Dusun Lembang Bu’ne menuju Kota Makassar.
Selama ini yang dikenal masyarakat adalah Kecamatan Malakaji sebagai penyuplai sayur ke Kota Makassar, namun di balik nama tersebut sebagian besar sayur diproduksi di Dusun Lembang Bu’ne yang berada di kawasan Gunung Lompobattang, dengan ketinggian 2.874 mdpl.
Terlepas dari aktivitas keseharian warga Lembambune di Kabupaten Gowa itu, saat Matahari sudah mulai condong ke barat dan kabut tipis mulai kembali menyelimuti perkampungan tersebut, sejumlah ibu rumah tangga dan pekerja kebun berkumpul di lego-lego atau teras rumah yang cukup besar untuk menampung hingga 20 orang.
Mereka berkumpul, bukan untuk arisan, melainkan belajar mengelola keuangan melalui Program Literasi Keuangan Desa Inklusif yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan daerah, maupun perguruan tinggi selaku mitra.
Menurut Fatmawati, ibu rumah tangga, yang juga membantu suaminya di kebun, rata-rata petani maupun ibu rumah tangga sudah memiliki rekening bank untuk menyimpan uang dari hasil kebun maupun untuk persiapan kebutuhan rumah tangga atau biaya sekolah anak.
Selain itu, untuk transaksi keuangan, misalnya mentransfer uang atau mendapatkan uang tunai, rata-rata menggunakan fasilitas BRI Link yang mudah terjangkau daripada harus ke bank yang berada di kota kabupaten yang jaraknya cukup jauh sekitar 5 – 10 kilometer.
Selain itu, lanjut dia, anak-anaknya yang sudah SMA atau perguruan tinggi sudah menggunakan mobile banking atau aplikasi uang digital, sehingga orang tua yang belum mahir menggunakan mobile banking, cukup meminta bantuan anaknya untuk keperluan token listrik atau isi pulsa dan data, misalnya.
Literasi dan inklusi keuangan yang mulai dirasakan manfaatnya oleh warga pegunungan, juga sudah merambah ke wilayah kepulauan, di antaranya di Pulau Sabutung, Desa Mattiro Kanja, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulsel.
Warga di pulau itu sangat terbantu dengan adanya peran laku pandai yang menjadi jembatan antara bank dan warga pulau. Pasalnya, lewat agen laku pandai, warga pulau dapat melakukan setoran, penarikan, hingga pembayaran tagihan listrik, tanpa perlu menyeberang ke daratan.
Menurut Ketua Kelompok Pemberdayaan Perempuan di Pulau Sabutung, Sitti Saleha Daeng Sinagara, kalau dulu untuk transaksi di bank harus menyeberang ke daratan di ibu kota Kabupaten Pangkep, kini cukup ke agen laku pandai BRI Link. Semua urusan terkait bank ataupun iuran dapat diselesaikan di pulau.
Cukup memberikan tambahan biaya admin Rp10 ribu, hingga Rp20 ribu untuk sekali transaksi, semua urusan keuangan dapat diselesaikan.
Hal itu diakui warga Pulau Sabutung lainnya, Sahariah Daeng Kerra bahwa biaya admin yang diberikan pengelola laku pandai itu lebih murah dibandingkan harus ke kota melakukan transaksi langsung ke bank yang sedikitnya membutuhkan biaya Rp100 ribu untuk pergi pulang.
Salah seorang agen laku pandai, Risma mengatakan, transaksi yang dilakukan warga Pulau Sabutung rata-rata Rp5 juta – Rp20 juta per hari.
Transaksi tersebut untuk transfer, pembayaran cicilan atau barang COD Market Place, hingga untuk pembelian token listrik, dengan nilai transaksi bervariasi. Biaya administrasi dikenakan rata-rata Rp10 ribu per transaksi.
Dua potret sisi kehidupan warga di pegunungan maupun kepulauan itu menunjukkan literasi dan inklusi keuangan pelan tapi pasti sudah mulai menyebar, tanpa batas geografis lagi.
Hal itu sejalan dengan data OJK yang mencatat indeks literasi keuangan masyarakat Sulsel meningkat signifikan dari 33,8 persen pada 2019 menjadi di atas 50 persen pada 2024. Sementara pada tahun yang sama (2024) indeks inklusi keuangan di wilayah Sulsel mencapai 85 persen.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di daerah itu semakin banyak mengenal, memahami, dan memanfaatkan layanan keuangan formal, seperti perbankan, hingga keuangan nonformal, dengan menggunakan dompet digital untuk bertransaksi ataupun memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Kepala OJK Sulselbar Moch Muchlasin, gerakan literasi dan inklusi keuangan yang telah digencarkan OJK di wilayah Sulselbar diharapkan membentuk tatanan baru masyarakat yang tidak hanya paham tentang nilai uang, tetapi juga mampu mengelolanya dengan bijak untuk kehidupan yang lebih sejahtera.
Dia mengatakan, kalau sebelumnya masyarakat masih terbiasa menyimpang uang di rumah, kini sudah beralih ke layanan keuangan digital.
Perubahan tersebut tidak hanya mencerminkan penerapan kemajuan teknologi di sektor keuangan, tetapi juga menunjukkan kemandirian ekonomi yang sudah mulai tumbuh dari akar rumput.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Guguran Lava Merapi Capai 1,8 Km, 6 Aliran Sungai Berpotensi Bahaya
Sleman, Beritasatu.com – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya guguran lava dan awan panas Gunung Merapi. Berdasarkan laporan aktivitas vulkanik terbaru pada Kamis (30/10/2025) pukul 00.00–06.00 WIB, aktivitas Merapi masih berada pada level III atau siaga.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, menjelaskan potensi bahaya saat ini meliputi sektor selatan hingga barat daya Gunung Merapi, terutama di aliran beberapa sungai yang berpotensi menjadi jalur luncuran material vulkanik.
“Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer,” jelas Agus dalam keterangan resminya pada Kamis (30/10/2025).
Selain itu, di sektor tenggara, potensi bahaya juga mengancam aliran Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol hingga lima kilometer dari puncak kawah. Agus menegaskan, lontaran material vulkanik jika terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius hingga tiga kilometer.
Dalam periode pengamatan terbaru, BPPTKG mencatat 29 kali gempa guguran dan 14 kali gempa hybrid/fase banyak, dengan tujuh kali guguran lava teramati mengarah ke barat daya (Kali Sat/Putih) sejauh 1.800 meter. Cuaca di sekitar puncak gunung dilaporkan cerah dengan asap kawah putih bertekanan lemah setinggi 100–200 meter.
Agus menambahkan, data pemantauan menunjukkan suplai magma masih terus berlangsung, yang berpotensi memicu awan panas guguran di dalam area bahaya.
“Masyarakat diimbau agar tidak melakukan aktivitas apa pun di daerah potensi bahaya dan tetap mewaspadai lahar maupun awan panas guguran terutama saat hujan di sekitar Gunung Merapi,” ujarnya.
BPPTKG juga meminta warga untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, pihaknya akan segera meninjau kembali status aktivitas gunung tersebut.
Gunung Merapi, yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, hingga kini masih menjadi salah satu gunung api paling aktif di Indonesia. Dengan kondisi saat ini, masyarakat di sekitar lereng Merapi diharapkan terus memantau informasi resmi dari BPPTKG dan instansi kebencanaan setempat.
-

Bukti Panas Bumi Sejahterakan Petani
Tanggamus, Beritasatu.com – Di wilayah perbukitan yang hijau di Pekon Muara Dua, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung, berdiri sebuah greenhouse yang menjadi rumah bagi sekitar 1.200 tanaman melon premium jenis inthanon. Keberadaan greenhouse ini unik karena dibangun di dataran tinggi yang sebetulnya kurang ideal untuk menanam buah melon.
Namun, meskipun ditanam di dataran tinggi lebih dari 900 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan suhu yang cukup dingin, tanaman melon yang dirawat dengan sistem hidroponik ini bisa tumbuh subur. Daunnya berwarna hijau cerah, batangnya kokok menjalar kuat dengan buah yang bulat sempurna. Soal rasa, jangan ditanya. Manis khas buah premium.
Rahasia tumbuh suburnya buah melon ini tidak terlepas dari peran energi panas bumi (geothermal) yang disediakan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Ulubelu.
Melalui inisiatif Ulubelu Triumphant, PGE mengadopsi teknologi pengatur suhu otomatis berbasis energi panas bumi (geothermal brine) yang dialirkan melalui sistem heat exchanger untuk menjaga kestabilan suhu di dalam greenhouse. Energi tersebut juga dikombinasikan dengan panel surya yang membuat siklus pertumbuhan tanaman melon semakin hijau.
Inisiatif ini menunjukkan, pemanfaatan energi panas bumi ternyata tidak hanya berperan dalam penyediaan listrik ramah lingkungan dan berkelanjutan, tetapi juga dapat mendukung berbagai sektor lain, seperti pertanian.
Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Di Pekon Muara Dua, Ulubelu, mayoritas warganya merupakan petani kopi. Agar tidak hanya bergantung pada satu komoditas saja, kelompok tani muda Ulubelu Farm yang beranggotakan lima orang binaan PGE Ulubelu kemudian mulai mencoba menanam melon. Dengan melakukan diversifikasi tanaman perkebunan, harapannya ketika panen kopi sedang tidak bagus atau harganya turun, para petani masih punya penghasilan lain.
“Di sini kebetulan mayoritas warganya itu petani kopi. Kalau hanya bergantung pada tanaman kopi saja, risiko ekonominya tinggi,” kata Ketua Kelompok Ulubelu Farm, Edi Yansyah, Kamis (23/10/2025).
Edi menyadari, kondisi geografis Ulubelu di dataran tinggi yang dingin kurang cocok untuk budidaya melon. Tanaman ini lebih tumbuh subur pada dataran rendah dengan suhu yang hangat. Namun, hambatan itu tak jadi kendala. Berkat dukungan teknologi pengatur suhu otomatis berbasis energi panas bumi dari PGE Ulubelu, hal yang sebelumnya dianggap mustahil bisa direalisasikan.
“PGE Ulubelu mendukung 100% sejak awal pembangunan greenhouse sampai sekarang. Kami berterima kasih sekali kepada PGE karena sudah membuka jalan,” kata Edi Yansyah.
Dipilihnya melon inthanon untuk dibudidayakan juga bukan tanpa alasan. Warga Pekon Muara Dua, Ulubelu, rupanya ingin sekali mencicipi buah melon premium yang belum pernah mereka rasakan. Kini, manisnya melon inthanon bisa dicicipi langsung dari sumbernya.
Greenhouse budidaya melon ini memiliki luas 16×24 meter persegi. Untuk mendukung sistem kelistrikan, perairan, dan operasional lainnya, PGE Ulubelu juga membangun panel surya dengan kapasitas 2 kilo Watt peak (kWp).
Kunci dari pertumbuhan tanaman melon di dataran tinggi ini terletak pada teknologi energi geothermal. Dalam proses pembangkit listrik tenaga geothermal, uap dialirkan dari sumur menuju turbin. Uap yang masuk ke turbin harus 100% murni. Oleh karena itu, dilakukan proses pemisahan, di mana uap dipisahkan dari brine (air panas sisa). Brine ini masih memiliki temperatur di atas 150 derajat celsius yang bisa dimanfaatkan.
Sebelum brine diinjeksikan kembali ke dalam bumi, panasnya diekstrak dan dialirkan ke unit di dalam greenhouse. Dengan cara ini, iklim di greenhouse dapat dikontrol sesuai standar pertumbuhan melon pada suhu di atas 26 derajat celsius.
Edi menyampaikan, di dalam greenhouse Ulubelu kini terpasang tiga alat heat exchanger yang berfungsi mengalirkan uap panas ke dalam greenhouse. Alatnya bekerja dengan sistem otomatis menyesuaikan suhu lingkungan.
Greenhouse melon di Ulubelu mengadopsi teknologi pengatur suhu otomatis berbasis energi panas bumi (geothermal brine) yang dialirkan melalui sistem heat exchanger. – (Istimewa/-)
“Sistemnya itu sudah otomatis. Jadi saat suhunya dingin pada titik tertentu, alatnya langsung menyemburkan uap yang membawa panas. Saat suhunya panas, alatnya akan berhenti sendiri, jadi sudah otomatis,” terang Edi Yansyah.
Dengan berkebun melon hidroponik yang didukung energi bersih, kelompok tani ini bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain dari berkebun kopi. Dalam setahun, melon geothermal ini bisa dipanen tiga sampai empat kali.
“Sekali panen, hasilnya bisa 1,3 ton sampai 1,5 ton. Kalau dirupiahkan sekitar Rp 35 juta sampai Rp 40 juta,” ungkap Edi.
Untuk pemasaran melon hasil panen, kelompok tani ini tak perlu repot-repot. Saat musim panen tiba, banyak masyarakat yang datang langsung ke greenhouse untuk membeli. Bahkan, sebelum buah melonnya matang, sudah banyak yang memesannya.
“Hasil panennya cepat sekali terserap. Banyak juga yang tidak kebagian,” ungkap Edi.
Energi Hijau untuk Ketahanan Pangan
Disampaikan Assistant Manager Government & Public Relation PGE Ulubelu Ryan Dwi Gustriandha, PGE Area Ulubelu memberikan dukungan penuh kepada kelompok tani Ulubelu Farm lewat program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) atau corporate social responsibility (CSR) yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat berbasis energi terbarukan.
Dukungan tersebut meliputi penyediaan infrastruktur greenhouse, penerapan sistem otomasi berbasis panas bumi, hingga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
“PGE Area Ulubelu juga berperan sebagai inisiator dan pendamping dalam memperkuat kelembagaan kelompok agar dapat mengelola usaha secara mandiri dan berkelanjutan,” kata Ryan Dwi Gustriandha, Minggu (26/10/2025).
Disampaikan Ryan, program budidaya melon hidroponik berbasis energi panas bumi dan PLTS ini telah memberikan dampak multidimensi bagi masyarakat lokal. Dari sisi ekonomi, pendapatan masyarakat jadi meningkat melalui kegiatan budidaya dan wisata petik buah atau agro-tourism.
Selain menjadi sumber penghasilan tambahan, kawasan Ulubelu Farm kini juga berkembang sebagai pusat pembelajaran atau center of learning untuk mempelajari inovasi budidaya melon dengan teknologi hidroponik serta pemanfaatan direct use panas bumi.
“Jadi selain memperkuat ekonomi lokal, program ini juga meningkatkan kapasitas pengetahuan masyarakat terkait praktik pertanian berkelanjutan berbasis energi hijau,” kata Ryan.
Pastinya selalu ada tantangan dalam setiap usaha. Utamanya adaptasi masyarakat terhadap teknologi baru dan sistem pertanian modern. Diungkapkan Ryan, sebagian masyarakat belum terbiasa dengan sistem otomasi, sehingga diperlukan pendampingan intensif. Melalui pelatihan dan dukungan teknis berkelanjutan yang diberikan PGE Area Ulubelu, kapasitas masyarakat terus meningkat dan sistem dapat dioperasikan secara mandiri.
Selain budidaya melon geothermal, PGE Ulubelu juga punya banyak program ketahanan pangan berbasis energi bersih lain. Misalnya Kopi Beloe yang merupakan inisiatif transformasi sektor kopi Ulubelu dari hulu ke hilir. Program ini mencakup pembibitan, produksi, sampai pemasaran.
“Program ini pemanfaatan energi surya untuk proses pengolahan biji kopi di kelompok binaan Ngopi Doeloe,” terang Ryan.
Berikutnya ada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Pekon Air Abang yang mendukung kemandirian energi masyarakat dengan pemanfaatan aliran air sebagai sumber energi listrik. Listrik tersebut dipergunakan untuk rumah produksi pertanian, seperti penggilingan kopi dan serut kelapa.
Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Margo Rukun Bestari di Pekon Ngarip, Kecamatan Ulubelu juga memanfaatkan PLTS dari PGE Ulubelu untuk mendukung pengelolaan pupuk organik berbahan kulit kopi. Energi listrik yang dihasilkan PLTS dimanfaatkan untuk mengoperasikan peralatan pengolahan, sehingga proses produksi menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Pupuk yang dihasilkan kelompok ini digunakan kembali untuk budidaya tanaman kopi, hortikultura, dan tanaman obat keluarga, sehingga menciptakan siklus pertanian berkelanjutan berbasis energi hijau,” ungkap Ryan.
Melalui berbagai inisiatif tersebut, lanjut Ryan, PGE Ulubelu berupaya menunjukkan bahwa energi hijau tidak hanya menghasilkan listrik, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai solusi inovatif untuk pemberdayaan masyarakat dan ketahanan pangan berkelanjutan.
PGE Area Ulubelu berada di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Way Panas, Lampung. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu unit I beroperasi secara komersial sejak 2011. Saat ini empat unit PLTP telah beroperasi dengan total kapasitas terpasang sebesar 220 megawatt (MW) dan berkontribusi terhadap sekitar 25% kebutuhan listrik di wilayah Lampung.
Secara keseluruhan, kapasitas panas bumi yang dikelola PGE mencapai 1.932 MW, terdiri atas 727 MW dioperasikan langsung oleh PGE dan 1.205 MW melalui skema kontrak operasi bersama (joint operation contract/JOC) bersama mitra strategis. Energi bersih yang dihasilkan PGE bisa menyuplai listrik bagi lebih dari dua juta rumah tangga dan berpotensi menurunkan emisi karbon sekitar 10 juta ton CO2 per tahun.
/data/photo/2025/10/31/690438c79c23c.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4159852/original/024159600_1663256706-WhatsApp_Image_2022-09-15_at_18.29.30.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2023/12/15/657bfb2a47fe0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
