kab/kota: Gunung

  • Jalur Pendakian Gunung Lawu Via Cemoro Sewu Ditutup, Pendaki Ditarik Turun

    Jalur Pendakian Gunung Lawu Via Cemoro Sewu Ditutup, Pendaki Ditarik Turun

    Magetan (beritajatim.com) – Jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Desa Ngancar, Plaosan, Magetan, ditutup pada Minggu (10/3/2024) sampai batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan jalur disampaikan oleh Paguyuban Giri Lawu (PGL), relawan yang berada di Basecamp Cemoro Sewu. 

    Ketua PGL Miko Wicaksono mengatakan, penutupan jalur karena cuaca buruk yang melanda kawasan Basecamp Cemoro Sewu dan sepanjang jalur pendakian. Bahkan, dari video amatir warga yang beredar, ada pohon tumbang di kawasan basecamp. 

    “Sementara jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu ditutup karena cuaca buruk,” terang Miko kepada beritajatim.com, Minggu (10/3/2024).

    Sejumlah pendaki dilaporkan masih berada di jalur pendakian. Pun, relawan berupaya untuk menarik turun sejumlah pendaki. Kondisi jalur pendakian masih cukup aman dilalui untuk turun dari kawasan puncak. 

    “Saat ini sudah proses ditarik turun oleh Mbah Jarwo, infonya sudah sampai pos 4. Untuk jumlahnya, nanti kami umumkan. Semuanya dalam kondisi fit. Petugas memastikan kondisi mereka selamat sampai basecamp,” pungkasnya. [fiq/suf]

  • Danrem 081 Madiun: Gus Sulthon Kyai Agamis dan Nasionalis

    Danrem 081 Madiun: Gus Sulthon Kyai Agamis dan Nasionalis

    Madiun (beritajatim.com) – Komandan Korem (Danrem) 081/DSJ Kolonel Inf Sugiyono hadir dalam tasyakuran yang digelar KH Mas Sulthon, Kyai asal Desa/Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Sugiyono hadir dalam pagelaran wayang kulit yang digelar di Punden Panggung Desa Dagangan, Jumat (8/3/2024) malam.

    “Gus Sulthon sosok Kyai yang Agamis dan Nasionalis yang mana selalu menjalankan Agama sebaik mungkin dengan  tetap menjaga budaya bangsa budaya Nusantara. Salah satu buktinya khataman Alquran, Sholawat Nabi, Yasin Tahlil Istighosah serta pertunjukan Wayang Kulit yang dalam sehari pertunjukan 3 kali,” kata Sugiyono.

    Pagelaran wayang tersebut mengangkat lakon 3 kali juga dengan 3 dalang yang sangat unik, di samping itu Gus sulthon juga menghadirkan sinden yang asal nya dari luar negeri, yaitu Agnes Serfozo yang berasal dari Hungaria di dampingi sinden lokal Sulis dari Blitar, Yossi dari Solo.

    Tak hanya pagelaran seni budaya, ratusan anak yatim di Kecamatan Dagangan Madiun mendapatkan santunan dari KH Mas Sulthon, Jumat (8/3/2024). Santunan tersebut dalam rangka tasyakuran keluarga besar KH Mas Sulthon untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan sekaligus Ruwat Bumi Nusantara.

    Tasyakuran tersebut merupakan kegiatan keluarga besar KH Mas Sulthon di Madiun. Rangkaian acara diawali dengan menyembelih sapi, Kamis (7/3/2024). Kemudian Jumat (8/3/2024) pagi digelar khataman Al Quran bil ghoib 30 juz, setelah Jumatan dilanjut dengan pagelaran wayang kulit ruwat bumi Nusantara. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan santunan anak yatim sampai jam 17.00 WIB.

    Dalam sambutannya, KH Mas Sulthon mengatakan, santunan kepada ratusan anak yatim sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, sekaligus dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan. Sebab barangsiapa yang senang anak yatim maka kelak akan disenangi oleh Nabi Muhammad.

    “Sopo wonge seneng ing anak yatim, bakal disenengi kanjeng nabi (barangsiapa yang senang dengan anak yatim maka akan disenangi oleh Nabi Muhammad ),” ujar Gus Sulthon, sapaan akrabnya.

    Gus Sulthon juga mengajak kepada warga untuk ikut senang dengan datangnya Bulan Suci Ramadhan. Sebab dengan bersikap senang, maka akan mendapatkan banyak keutamaan, salah satunya dikabulkan segala yang menjadi hajatnya.

    “Sopo wong sing seneng (barang siapa yang senang) dengan datangnya bulan Ramadhan bakal dijauhkan dari api neraka, sopo wonge sing seneng dengan datangnya bulan Ramadhan akan dikabulkan hajatnya” terangnya.

    Pada kesempatan itu pula Gus Thon juga meminta doa dari para warga agar dirinya diberikan kesehatan, kelancaran dalam segala hal sehingga dapat menggelar lagi kegiatan yang sama tahun depan.

    “Satu lagi doa dari semuanya, semoga saya masih diberikan sehat wal afiat, lancar gangsar rejeki dan sebagainya, bisa mengadakan acara lagi untuk kita semua di tahun yang akan datang,” pungkasnya.

    Dalam kegiatan tasyakuran itu, Gus Sulthon juga menyediakan puluhan door prize menarik bagi warga. Diantaranya 2 unit kulkas dua pintu, TV, sepeda gunung, kompor gas, kipas angin, oven, magic com, setrika dan barang elektronik lainnya yang mana door prize tersebut disupport dari Bank Jatim Cabang Madiun, Bank Bri KCPDolopo, Perumda Bank Madiun. Doorprize itu akan diumumkan di tengah pertunjukan pagelaran wayang kulit malam hari jam 13:00 WIB.

    Sementara itu Kapolsek Dagangan AKP Jumarni mengapresiasi tasyakuran keluarga Gus Sulton dengan menggelar santunan anak yatim. Dirinya juga berterimakasih kepada Gus Sulton yang telah memberikan bantuan CCTV di lingkungan Dusun Panggung dan juga di lingkungan kantor Polsek Dagangan. Berkat CCTV itu pula kemudian Polsek Dagangan dapat mengungkap kasus pencurian sepeda motor di wilayahnya.

    Pada kesempatan itu AKP Jumarni juga mengapresiasi pagelaran wayang kulit sebagai pelestarian budaya Indonesia. Menurutnya dengan media wayang kulit itu agama islam dapat berkembang pesat di awal masa Para Wali Songo.

    “Dulu juga Sunan Kalijaga mengembangkan Islam dengan cara budaya wayang seperti ini, ini sebagai perantara sehingga islam berkembang pesat sampai sekarang,” pungkasnya.

    Diketahui,  Gus Sulthon sejak berpuluh tahun lalu dikenal rutin mengadakan tasyakuran keluarga besar yang manfaatnya dirasakan oleh warga. Dan selalu di setiap daerah mengadakan Santunan untuk ribuan anak yatim.

    Tutup tahun 2023, tepatnya 31 desember Gus Sulthon juga mengadakan Santunan Anak Yatim di Punden Panggung Dagangan Madiun yang dikemas dengan Acara Yasin, Tahlil, Istighosah serta menggelar Reog Ponorogo.

    Mengawali Tahun Baru 2024 Masehi, 14 Januari 2024, bertempat di Trawas Mojokerto Gus sulthon juga mengadakan Acara Santunan Anak Yatim di kemas dengan Yasin, Tahlil, Istighosah dengan penampilan hiburan Pencak silat bantengan yang juga dihadiri ratusan warga. [fiq/beq]

  • Kolaborasi Pemkot Kediri dan Pegiat Lingkungan Reboisasi Lingkar Klotok

    Kolaborasi Pemkot Kediri dan Pegiat Lingkungan Reboisasi Lingkar Klotok

    Kediri (beritajatim.com) – Pemkot Kediri berkolaborasi bersama stake holder dan para pegiat lingkungan mereboisasi atau penanaman kembali pohon di kawasan lingkar Gunung Klotok Kediri, Sabtu pagi (9/3/2024). Penghijauan ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di tengah perubahan iklim yang terjadi secara global.

    Pj Wali Kota Kediri Zanariah mengatakan, lingkar Gunung Klotok Kediri berada pada kawasan risiko bencana cenderung tinggi. Dengan kondisi ini, potensi erosi dan tanah longsor bisa terjadi kapan saja. Apalagi, curah hutan di Kota Kediri belakangan ini sangat tinggi.

    “Berdasarkan kajian risiko bencana alam Kota Kediri tahun 2022, kawasan lingkar Klotok Kediri memiliki potensi bencana tanah longsor dengan kelas bahaya yang cenderung tinggi dengan kelas bahaya yang cenderung tinggi. Kelas kerentanan tinggi dan kelas kapasitas sedang,” terang Zanariah.

    Perubahan iklim global mengakibatkan terjadinya, perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin dan lain sebagainya. Menurut Zanariah, teori nyata dalam mengendalikan potensi bencana alam di tengah pemanasan global hanya bisa dilakukan melalui aksi nyata, seperti reboisasi hari ini.

    Dalam reboisasi ini, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri Indun Munawaroh mengaku menanam sebanyak 930 bibit pohon tanaman produktif dengan melibatkan 500 relawan. Bibit tanaman tersebut diantaranya, pohon jambu mentel, alpukat, trembesi yang berfungsi sebagai pelindung.

    “Ini bagian dari kami memperkaya vegetasi di lingkungan Klotok dan TPU Bong Cina,” ungkap Indun Munawaroh.

    Menurut Indun, ada beberapa spot yang saat ini masih ditumbuhi tanaman liar nantinya akan ditanami dalam penghijauan ini.

    Diketahui, kawasan Bukit Klotok sendiri memiliki potensi besar. Tidak hanya hutan, pemukiman dan tempat wisata. Di kawasan hijau Kota Kediri ini juga menyimpan petirtan. Dengan reboisasi, diharapkan kawasan ini menjadi aman dari bencana alam dan bisa mempatahankan candangan air serta memperkaya flora yang tumbuh.

    Kelestarian tanaman yang di kawasan lingkar Klotok Kediri ini sebagai wujud penerapan smart living yang menuju pada smart city. Dengan tercapainya smart city atau layak hidup, maka dapat membuat orang yang tinggal di kota ini semakin senang. [nm/beq]

  • Bus Gunung Harta Sumenep – Jakarta Terguling di Bluto

    Bus Gunung Harta Sumenep – Jakarta Terguling di Bluto

    Sumenep (beritajatim.com) – Sebuah kecelakaan tunggal terjadi di Desa Aengdake, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Bus Gunung Harta nopol N 7976 UA, terguling.

    “Bus jurusan Sumenep – Jakarta itu terguling setelah sebelumnya oleng dan menabrak pohon,” kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, Jumat (08/03/2024).

    Kecelakaan itu berawal ketika bus yang dikemudikan Supriyadi (52), warga Desa Pakuncen, Kecamatan Bobot Sari, Kabupaten Purbalingga, melaju dari arah Sumenep. Bus berpenumpang 8 orang itu baru berangkat dari Terminal Arya Wiraraja Sumenep dengan tujuan Jakarta.

    Sampai di jalan nasional Bluto, bus tiba-tiba hilang kendali, sehingga oleng ke kiri kemudian oleng ke kanan. Saat bus oleng ke kanan, bus menabrak pohon trembesi dan pohon asam yang ada di bahu jalan sebelah utara.

    “Setelah menabrak pohon, bus kemudian terguling di sebelah selatan, dalam posisi melintang di badan jalan sebelah kiri,” terang Widiarti.

    Dalam kecelakaan tersebut, sopir dan penumpang bus mengalami luka-luka, dirawat di Puskesmas Bluto. “Untuk body bus mengalami kerusakan. Saat ini masih diupayakan evakuasi bus yang terguling,” ujarnya. (tem/ted)

    Berikut identitas korban Bus Gunung Harta:
    1. Supriyadi (sopir);
    2. Agus Purwanto (52), kernet bus, asal Semarang;
    3. Rahem (54), agen PO Gunung; Harta, warga Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Sumenep;
    4. Heny (27), warga Desa Pore, Kecamatan Lenteng, Sumenep;
    5. Zainal Arifin (29), warga Desa Pore, Kecamatan Lenteng, Sumenep;
    6. Efendi (37), warga Desa Romben Guna, Kecamatan Dungkek, Sumenep;
    7. Imam Wahyudi (33), warga Desa Gedugen, Kecamatan Giligenting, Sumenep;
    8. Sumiyati (31), warga Desa Nyabakan Barat, Kecanatan Batang-batang, Sumenep;
    9. Thoyib (30), warga Desa Nyabakan Barat, Kecamatan Batang-batang, Sumenep.

  • Sambut Ramadhan dan Ruwat Bumi Nusantara, Kyai Madiun ini Gelar Tasyakuran 

    Sambut Ramadhan dan Ruwat Bumi Nusantara, Kyai Madiun ini Gelar Tasyakuran 

    Madiun (beritajatim.com) – Menjelang bulan Ramadhan, KH Mas Sulthon, Kyai sal Desa/Kecamatan Dagangan Madiun, menggelar tasyakuran pada Jumat (8/3/2024) malam nanti. Acara itu dilaksanakan di Punden Panggung desa setempat. 

    Dalam tasyakuran ini, ada beberapa hiburan yang disiapkan. Utamanya adalah Pagelaran Wayang Kulit. Pagelaran ini telah ditunggu – tunggu lagi kehadirannya oleh masyarakat untuk segera bisa terlaksana sehingga menjadi hiburan tersendiri yang segar pasca Pemilihan Umum (Pemilu) 14 Februari 2024. 

    Pagelaran ini rupanya telah dinantikan oleh warga setempat.Mereka senang dengan akan adanya hiburan seni tradisi Pagelaran Wayang Kulit, lebih-lebih yang diadakan KH Mas Sulthon, sebab menurut mereka dalam berbagai acara yang diadakan Gus Sulthon sering kali selalu disertai dengan pembagian hadiah serta santunan anak yatim.

    ‘’Acara ini sebagai salah satu bentuk syukur kami. Harapannya turut uri-uri seni budaya tradisi negeri ini yang sekaligus menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap seni tradisi. Hal lain, karena baru saja ada pelaksanaan Pemilu yang telah berjalan dengan lancar, tertib, aman dan damai, agar para pemimpin yang telah terpilih nantinya entah itu Presiden, anggota legislatif dari pusat hingga daerah maupun anggota DPD RI itu tidak melupakan janji-janjinya yang telah ditebar pada saat kampanye.’’ kata Gus Sulthon, Jumat (7/8/2024) 

    Tak heran dalam Pagelaran Wayang kali ini Gus Sulthon membuatnya beberapa sesi.

    Adapun susunan selengkapnya acara yang dilaksanakan pada Hari Jumat Wage Malam Sabtu Kliwon 8 Maret 2024 tersebut terdapat berbagai acara. Sejak pagi sampai Pagelaran wayang kulit pada pukul 23.15. Pertama, yakni khataman Al Quran 30 Juz, Ruwat Bumi Nusantara, Sholawat Nabi Muhammad SAW dilanjutkan pemberian santunan. 

    Selanjutnya ada Pagelaran wayang kuli pertama lakon Gatutkaca Nagih Janji Minggah Bima Suci, dilanjutkan Dia bersama Yasin Tahlil dan Istighosah. Terakhir, Pagelaran wayang kulit kedua dengan lakon Wangsule Dewi Sri Rejeki. 

    Ada pula pembagian doorprize berupa kulkas, TV, kompor gas, magic com, kipas angin, sepeda gunung. Support dari Bank Jatim Cabang Madiun, BRI KCP Dolopo Madiun, dan Perumda Bank Madiun. 

    KH Mas Sulthon / Gus Sulthon pun tak lupa mohon dukungan doa dari seluruh rakyat Indonesia untuk acara yang digelarnya tersebut, dengan harapan turut menjadikan Bumi NKRI menjadi adem dan damai, terwujud cita-cita para pejuang NKRI diantaranya dengan para pemimpin yang telah terpilih untuk melaksanakan janji-janjinya selama kampanye. [fiq/aje]

  • Satsamapta Polres Mojokerto Kota Amankan Tiga Pasangan Mesum

    Satsamapta Polres Mojokerto Kota Amankan Tiga Pasangan Mesum

    Mojokerto (beritajatim.com) – Anggota Satsamapta Polres Mojokerto Kota menggelar razia penyakit masyarakat jelang bulan suci Ramadan, Kamis (7/3/2024). Dari hasil razia, petugas berhasil menjaring tiga pasangan bukan suami istri  di dua tempat kos berbeda.

    Petugas menyisir rumah kos di kawasan Empunala yang dicurigai sebagai ajang mesum bebas. Alhasil, petugas menemukan tiga pasangan tanpa status berada dalam satu kamar di dua kamar kos dari tiga kamar kos yang didatangi petugas. Dari hasil pemeriksaan, mereka tengah berbuat asusila.

    Mereka tengah berbuat asusila dengan modus transaksi open Booking Order (BO) lewat media sosial (medsos). Selain di tempat kos, petugas juga menyisir warung remang-remang yang diindikasikan sebagai tempat pesta miras di kawasan Kedungsari, Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari.

    Petugas menemukan seorang penjual dan lima orang pemabuk yang tengah menenggak miras jenis arak. Saat dilakukan pengeledahan, petugas juga menemukan lima botol arak dan puluhan botol bir. Mereka kemudian dibawa ke Mapolres Mojokerto Kota untuk dimintai keterangan.

    KBO Satsamapta Polres Mojokerto Kota, Iptu Joko Sunarko mengatakan, razia penyakit masyarakat tersebut digelar untuk memininalisir gangguan ketertiban dan keamanan jelang bulan suci Ramadan. ”Tujuannya agar proses ibadah berjalan kondusif tanpa gangguan kamtibmas,” katanya.

    Hasilnya, di tempat kos di kawasan Empula diamankan tiga pasangan bukan suami istri yang statusnya open BO. Selain itu, lanjut KBO, ditemukan satu penjual miras tanpa izin dan lima orang pemabuk dari sebuah warung remang-remang yang biasa dijadikan ajang mesum dan pesta miras.

    ”Di Jalan Empunala ada dua tempat kos-kosan ditemukan pasangan bukan suami istri yang statusnya adalah open BO. Di warung remang-remang Kedungsari ditemukan satu penjual dan pemabuk dengan barang bukti satu botol arak ginseng dan 5 arak putih, 23 botol bir kosong. Mereka kami bawa untuk menjalani pemeriksaan,” tegasnya. [tin/aje]

  • Nabi Adam Hidup di Bumi Maksimal Sekitar 35.000 Tahun Lalu

    Nabi Adam Hidup di Bumi Maksimal Sekitar 35.000 Tahun Lalu

    Jakarta

    Banyak orang bertanya kapan kira-kira Nabi Adam hidup di Bumi. Arkeolog punya kisaran waktunya.

    Arkeolog Universitas Indonesia Ali Akbar mengatakan ada pendekatan arkeologi Al Quran (Quranic Archeology). Pendekatan ini menjadikan informasi di dalam Al Quran sebagai perbandingan dengan temuan arkeologi.

    Menurut pendapat Ali Akbar, dengan perbandingan Al Quran dan temuan para arkeolog, dia menyimpulkan Nabi Adam hadir ke Bumi pada akhir Mesolitikum dan awal Neolitikum. Dalam rentang tahun, itu adalah antara tahun 33.000-8.000 SM, alias maksimal 35 ribu tahun lalu.

    “Saya cenderung ke 35.000 tahun SM. Karena 10.000 SM itu ada situs Jericho, Gobekli Tepe dan Gunung Padang. Dia harus lebih tua dari itu tapi tidak lebih dari 35.000 tahun karena itu adalah makhluk yang tinggal di gua,” imbuhnya.

    Apa sebabnya? Sebelum masa Mesolitikum, ada Paleolitikum yang bisa ditarik sampai jutaan tahun silam. Pada masa itu hiduplah manusia purba yang secara fisik dan budaya punya perbedaan ciri-ciri dengan deskripsi Nabi Adam di dalam Al Quran.

    “Homo erectus belum bisa ngomong. Homo neanderthalensis bisa ngomong tapi tidak dapat menyuarakan beberapa vokal. Dengan demikian Adam bukan kategori Homo erectus dan Homo neanderthalensis,” kata Ali Akbar.

    Perbedaan lainnya adalah, pertanian dan peternakan sudah dikenali pada masa Nabi Adam. Sedangkan, manusia purba masih berburu dan meramu.

    “Nabi Adam itu bukan manusia purba karena secara budaya dan arkeologi tidak cocok,” imbuhnya

    Ali Akbar berpendapat pohon keluarga manusia purba era Paleolitikum dan pohon keluarga Nabi Adam tidaklah sama. Ia justru mengacu pada kesimpulan Charles Darwin dalam buku The Origin of Species revisi keenam yang mana Darwin mengatakan ada faktor Sang Pencipta.

    “Ada keagungan dalam pandangan soal kehidupan dengan beberapa kekuatannya, awalnya dihembuskan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau satu bentuk kehidupan,” kata Ali Akbar mengutip kesimpulan Darwin.

    Nabi Adam menurut Ali Akbar punya pohon keluarga sendiri yang melahirkan manusia modern. Ada faktor Sang Pencipta yang menciptakan kehidupan dalam beberapa bentuk, tidak harus mengikuti satu pohon keturunan yang sama.

    “Adam tidak ikut pohon keluarga ini (manusia purba-red). Tidak sekeluarga dengan pohon keluarga ini dan kalau kata Darwin kan itu sah-sah saja,” pungkas Ali Akbar.

    (fay/afr)

  • Meteor Terbesar Dunia Hilang Misterius Tahun 1916, Tak Bisa Ditemukan

    Meteor Terbesar Dunia Hilang Misterius Tahun 1916, Tak Bisa Ditemukan

    Jakarta

    Kisah meteorit Chinguetti merupakan misteri yang sangat menarik. Batuan besi seberat 4,5 kilogram ini kabarnya diambil dari puncak gunung besi raksasa selebar 100 meter di Afrika pada tahun 1916. Gunung besi ini diduga merupakan meteorit raksasa.

    Meskipun berbagai pencarian dilakukan, keberadaan meteorit induk yang lebih besar ini belum pernah dikonfirmasi. Kini, tim peneliti kembali melakukan penelitian.

    Jika memang ada, gunung besi ini akan mewakili meteorit terbesar di Bumi dalam jarak tertentu, dan para ilmuwan dari Imperial College London dan University of Oxford di Inggris ingin menggunakan peta anomali magnetik seperti balok besi berukuran besar untuk mencoba menemukannya.

    Untuk memulainya, bongkahan meteorit yang lebih kecil tersebut awalnya ditemukan oleh pejabat konsuler Prancis Kapten Gaston Ripert, yang mengatakan bahwa dia telah ditutup matanya dan dipandu ke ‘bukit besi’ oleh seorang kepala suku setempat.

    Pecahan meteorit Chinguetti. Foto: Warren/ArXiv

    Nama meteorit itu diambil dari nama kota terdekat Chinguetti, di Mauritania, barat laut Afrika. Semua upaya selanjutnya untuk menemukan gunung besi raksasa yang awalnya menjadi bagiannya, hingga tahun 1990-an, belum dapat menemukan tempat di mana Ripert dibawa.

    Terlebih lagi, sebuah penelitian pada tahun 2001 menyimpulkan bahwa pecahan mesosiderit besi-batu tidak mungkin berasal dari massa dengan volume lebih besar dari 1,6 meter, berdasarkan analisis kimia terhadap logam tersebut.

    Apakah Kapten Ripert berbohong? Atau hanya salah? Mungkin tidak keduanya, kata para peneliti terbaru yang menjalankan misi menemukan meteorit Chinguetti. Kurangnya kawah tumbukan bisa jadi disebabkan oleh meteorit yang jatuh dengan sudut yang sangat rendah sebelum menghantam tanah, misalnya.

    Tim telah mengidentifikasi area gunung besi itu diperkirakan berada. Foto: Warren/ArXiv

    Pencarian sebelumnya mungkin tidak menghasilkan apa-apa karena gunung besi itu tertutup pasir, atau karena instrumen yang digunakan tidak akurat, atau karena area pencarian berada di tempat yang salah berdasarkan instruksi samar Ripert. Ini semua adalah kemungkinan, kata para ilmuwan dalam sebuah makalah baru.

    Mungkin yang paling menarik, Ripert secara spesifik mendeskripsikan fitur di bukit besi. Sang kapten menjelaskan bahwa ia menemukan ‘jarum’ logam yang ditarik namun ia gagal mencoba menghilangkannya dengan pukulan dari sampel meteoritnya yang lebih kecil.

    Penulis makalah ini berspekulasi bahwa struktur ini mungkin merupakan fase besi-nikel yang dikenal sebagai ‘struktur Thomson’. Belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 1916, kecil kemungkinannya Ripert mengarang pengamatan seperti itu.

    Untuk pertama kalinya, para peneliti di sini menggunakan model ketinggian digital, data radar, dan wawancara dengan penunggang unta setempat untuk mempersempit area di mana Ripert mungkin dibawa, berdasarkan laporannya tentang perjalanan saat itu.

    Dengan menggunakan ketinggian bukit pasir yang mungkin menyembunyikan meteorit raksasa tersebut sebagai panduan, tim telah mengidentifikasi area yang menarik perhatian, dan meminta data survei aeromagnetik untuk lokasi tersebut dari Kementerian Energi Perminyakan dan Pertambangan Mauritania. Sejauh ini, akses terhadap data tersebut belum diberikan.

    Pendekatan alternatif adalah memindai wilayah tersebut dengan berjalan kaki untuk mencari meteorit yang telah lama hilang, meskipun hal ini dapat memakan waktu beberapa minggu.

    “Jika hasilnya negatif, penjelasan cerita Ripert akan tetap tidak terpecahkan, dan masalah jarum, serta penemuan mesosiderit yang kebetulan akan tetap ada,” tulis para peneliti.

    Temuan baru para peneliti ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, tetapi dapat diakses di server pra-cetak ArXiv.

    (rns/jsn)

  • Mengenal Drake Passage, Jalur Laut Paling Mengerikan di Dunia

    Mengenal Drake Passage, Jalur Laut Paling Mengerikan di Dunia

    Jakarta

    Drake Passage atau Selat Drake, adalah perairan terkenal antara Cape Horn di Amerika Selatan dan Kepulauan Shetland Selatan di Antartika. Arusnya yang deras, air yang membekukan, angin kencang, dan ombak yang sangat besar membuat jalur ini terkenal sebagai salah satu jalur paling berbahaya dan mengerikan di dunia.

    Apa itu Drake Passage?

    Berukuran lebar sekitar 800 kilometer dan panjang 1.000 kilometer, Drake Passage atau Jalur Drake adalah jarak terpendek dari benua Antartika ke daratan lainnya. Perairannya yang sangat keras adalah salah satu alasan mengapa manusia baru menginjakkan kaki di Antartika pada abad ke-19.

    Nama jalur ini diambil dari nama penjelajah Inggris abad ke-16 Sir Francis Drake, yang dikenal karena mengelilingi dunia antara tahun 1577 dan 1580.

    Untuk mencapai prestasi ini, seperti dikutip dari IFL Science, ia dan armadanya melewati Selat Magellan, sebuah jalur melintasi pulau-pulau terjal dan gunung es di ujung Amerika Selatan.

    Meskipun Drake sendiri tidak pernah mengarungi jalur tersebut, ekspedisinya mengajarkan kepada Inggris bahwa terdapat perairan terbuka di selatan Amerika Selatan, sehingga pelayaran keliling dunia dapat dilakukan dengan perahu.

    Namun dalam bahasa Spanyol, jalur ini dikenal sebagai Mar de Hoces, diambil dari nama navigator Spanyol Francisco de Hoces, yang menemukan perairan tersebut pada tahun 1525 saat berlayar melalui Selat Magellan.

    Baru pada tahun 1616, Willem Schouten dari Dutch East India Company memimpin kru pertama berlayar mengelilingi Cape Horn dan melewati Selat Drake.

    Drake Passage. Foto: IFL ScienceMengapa Drake Passage berbahaya?

    Beberapa arus laut terkuat di dunia mengalir melalui Selat Drake karena tidak menemui hambatan dari daratan mana pun, sehingga memungkinkan aliran air ‘melepaskan’ dan menghasilkan kekuatan yang sangat besar.

    Demikian pula, angin kencang dibiarkan mengalir bebas sejauh ribuan kilometer tanpa menghantam daratan pada garis lintang ini, sehingga menimbulkan badai hebat dan gelombang besar.
    Beberapa laporan saat melewati Drake Passage melaporkan gelombang mencapai 25 meter, kira-kira setinggi gedung delapan lantai.

    Bagaimana rasanya berlayar melintasi Drake Passage?

    Pada Hari Natal 2019, enam kru penjelajah yang gagah berani menjadi orang pertama yang mendayung melintasi jalur tersebut dalam pertempuran selama 13 hari melawan cuaca.

    “Itu cukup mengerikan. Pada akhirnya, berat badan kami turun cukup banyak dan mengigau karena kurang tidur,” kata Colin O’Brady, salah satu dari enam pria di kapal tersebut, setelah menyelesaikan perjalanan.

    Saat ini, banyak sekali orang yang melakukan perjalanan penuh petualangan melintasi Jalur Drake, terutama saat bepergian ke Antartika. Kapal-kapal besar dan modern membuat perjalanan jauh lebih lancar dibandingkan berabad-abad yang lalu.

    “Menyeberangi Jalur Drake adalah harga masuk untuk pergi ke Antartika. Kedamaian dan ketenangan Antartika diimbangi dengan turbulensi dan drama Drake. Keduanya adalah dua sisi dari mata uang yang sama: Anda tidak akan mendapatkan yang satu tanpa yang lainnya. Kondisi Drake berada di antara buruk dan menakutkan, tergantung pada dewa cuaca, tetapi setiap momennya berharga,” kata Lyndon File, manajer perusahaan tur G Adventures yang menawarkan perjalanan ke Antartika.

    “Saya merasa seperti pakaian kotor di mesin cuci dengan siklus putaran 36 jam. Saya belum pernah jatuh sakit karena mabuk perjalanan. Namun perjalanan ini menjadi ujian sesungguhnya,” tambah manajer divisi media G Adventures Kyle Jordan.

    (rns/rns)

  • Pendaki Gunung Everest Kini Harus Bawa Kembali Kotoran Mereka!

    Pendaki Gunung Everest Kini Harus Bawa Kembali Kotoran Mereka!

    Jakarta

    Orang-orang yang mendaki Gunung Everest di Himalaya sekarang harus membersihkan kotoran mereka sendiri dan membawanya kembali ke base camp untuk dibuang, kata pihak berwenang di wilayah Nepal kepada BBC.

    “Pegunungan kami mulai berbau busuk,” kata Mingma Sherpa, kepala daerah setempat di pedesaan Pasang Lhamu, di lereng pegunungan Himalaya yang berada di wilayah Nepal.

    Baru-baru ini, Mingma Sherpa memperkenalkan peraturan baru, yakni mewajibkan pendaki untuk membawa serta kotoran mereka usai mendaki puncak Everest.

    “Kami mendapat keluhan bahwa kotoran manusia tampak terlihat di bebatuan dan beberapa pendaki jatuh sakit. Ini tak bisa diterima dan memperburuk citra kami,” jelasnya.

    Para pendaki Gunung Everest puncak tertinggi di dunia dan Gunung Lhotse di dekatnya akan diperintahkan untuk membeli tas kotoran di base camp, yang akan “diperiksa saat mereka kembali”.

    Di mana Anda buang air besar di pegunungan?

    Selama musim pendakian, para pendaki gunung menghabiskan sebagian besar waktunya di base camp untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian.

    Di base camp, tenda-tenda terpisah didirikan khusus sebagai toilet yang dilengkapi tong-tong di bawahnya untuk menampung kotoran.

    Sebagian besar pendaki dan pemandunya akan menggali lubang untuk buang air besar. Akan tetapi, semakin tinggi Anda mendaki gunung, lapisan salju semakin sedikit sehingga Anda harus buang air besar di tempat terbuka.

    Karena suhu yang ekstrem suhu terendah yang tercatat di Gunung Everest adalah minus 42C kotoran manusia berada di puncak tidak sepenuhnya terurai.

    Hanya segelintir orang yang membawa kembali kotoran mereka dalam tas yang mudah terurai ketika mendaki puncah Everest biasanya memakan waktu beberapa pekan.

    Sampah masih menjadi masalah besar di Everest dan pegunungan lain di wilayah tersebut, meskipun terdapat peningkatan jumlah kampanye pembersihan, termasuk kampanye tahunan yang dipimpin oleh tentara Nepal.

    Sejumlah kampanye bersih-bersih untuk mengumpulkan sampah dilakukan, namun kebanyakan hanya terjadi di wilayah base camp yang lebih rendah. (Babu Sherpa)

    Toilet terbuka

    “Sampah masih jadi masalah besar, terutama di kamp-kamp yang lebih tinggi yang sulit Anda Anda jangkau,” kata Chhiring Sherpa, Chief Executive Officer dari organisasi non-pemerintah Sagarmatha Pollution Control Committee (SPCC).

    Meskipun tidak ada angka resmi, organisasinya memperkirakan ada sekitar tiga ton kotoran manusia antara kamp satu di kaki Everest dan kamp empat, menuju puncak.

    “Setengahnya diyakini berada di South Col, yang juga dikenal sebagai kamp empat,” kata Chhiring Sherpa.

    Stephan Keck, pemandu gunung internasional yang juga mengatur ekspedisi ke Everest, mengatakan South Col kini mendapat reputasi sebagai “toilet terbuka”.

    Pada ketinggian 7.906 meter di atas permukaan laut, South Col menjadi base camp sebelum para pendaki menuju puncak Everest dan Lhotse.

    Di sini, medannya sangat berangin.

    “Hampir tidak ada es dan salju, jadi Anda akan melihat kotoran manusia di mana-mana,” kata Keck.

    Meningkatnya jumlah pendaki di Everest berarti peningkatan signifikan limbah termasuk kotoran manusia (Getty Images)

    Atas persetujuan pemerintah kota Pasang Lhamu, SPCC kini membeli sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika bagi sekitar 400 pendaki asing dan 800 staf pendukung untuk musim pendakian mendatang yang dimulai pada bulan Maret.

    Kantong kotoran ini mengandung bahan kimia dan bubuk yang dapat mengeraskan kotoran manusia dan membuatnya tidak berbau.

    Rata-rata seorang pendaki diperkirakan menghasilkan 250 gram kotoran per hari. Mereka biasanya menghabiskan sekitar dua pekan di kamp yang lebih tinggi untuk mencapai puncak.

    “Dengan dasar itu, kami berencana memberi mereka dua tas, yang masing-masing dapat mereka gunakan lima hingga enam kali,” jelas Chhiring Sherpa.

    “Ini tentu merupakan hal yang positif, dan kami akan dengan senang hati memainkan peran kami untuk menyukseskan hal ini,” kata Dambar Parajuli, presiden Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal.

    Dia mengatakan bahwa organisasinya telah menyarankan bahwa hal ini pertama-tama harus dilakukan sebagai proyek percontohan di Everest dan kemudian direplikasi di gunung-gunung lain juga.

    Mingma Sherpa, orang Nepal pertama yang mendaki 14 gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter, mengatakan penggunaan tas semacam itu untuk mengelola kotoran manusia telah dicoba dan diuji di gunung lain.

    “Para pendaki gunung telah menggunakan tas semacam itu di Gunung Denali (puncak tertinggi di Amerika Utara) dan juga di Antartika, itulah sebabnya kami menganjurkan penggunaan tas semacam itu,” kata Sherpa, yang juga merupakan penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

    Pemandu gunung internasional, Keck, menyampaikan pesan yang sama dengan mengatakan bahwa ide tersebut akan membantu membersihkan gunung.

    Babu SherpaTali dan tangga yang ditinggalkan para pendaki dikumpulkan dan dibawa kembali, namun kotoran manusia tetap ada di pegunungan

    Pemerintah pusat Nepal telah mengumumkan beberapa peraturan pendakian gunung di masa lalu, namun ada sejumlah kritik bahwa banyak dari peraturan tersebut tidak diterapkan dengan benar.

    Salah satu penyebab utamanya adalah tidak adanya petugas penghubung di lapangan.

    Semestinya ada pejabat pemerintah berada bersama tim ekspedisi di base camp tetapi banyak dari mereka tidak hadir.

    “Negara selalu tak hadir di base camp yang menyebabkan segala macam penyimpangan, termasuk orang-orang yang mendaki gunung tanpa izin,” kata Mingma Sherpa.

    “Sekarang semua akan berubah. Kami akan menjalankan kantor penghubung dan memastikan langkah-langkah baru kami, termasuk meminta para pendaki membawa kembali kotoran mereka, diterapkan.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini