kab/kota: Gunung

  • Gunung Ruang di Sulawesi Utara Meletus, 828 Warga Dievakuasi

    Gunung Ruang di Sulawesi Utara Meletus, 828 Warga Dievakuasi

    Jakarta (beritajatim.com) – Terjadi peningkatan aktivitas Gunung Api Ruang dari Level II (WASPADA) menjadi Level III (SIAGA) di Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Dampak erupsi gunung Ruang sebanyak 272 Kepala Keluarga atau 828 jiwa mengungsi. Rinciannya, 45 jiwa berada di Gedung BPU Kecamatan Tagulandang dan 783 jiwa berada di rumah kerabat dan saudara di daratan Pulau Tagulandang.

    Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Ruang. Maka tingkat aktivitas Gunung Ruang dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai tanggal 16 April 2024 pukul 16.00 WITA.

    “Berdasarkan laporan Pusdalops BNPB Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro Sulawesi Utara meletus pada Selasa (16/4) malam. Lokasi terdampak Desa Pumpente dan Desa Patologi di Kecamatan Tagulandang,” ujar Muhari, Rabu (17/4/2024).

    Dia menambahkan, laporan dari BPBD kabupaten Sitaro, Rabu (17/4) Gunung Ruang kembali erupsi pukul 01:30 WIB dan terjadi hujan abu vulkanik. Jaringan komunikasi di Kampung Laingpatehi menyebabkan sinyal komunikasi terputus.

    Lokasi pengungsian berada di Gereja GMIST Nazareth Bahoi, Balai Latihan Kerja Bahoi, GOR Tagulandang, Balai Pertemuan Umum (BPU) di Kecamatan Tagulandang. Alternatif terkait perluasan dampak erupsi maka akan difungsikan rumah-rumah ibadah di wilayah Tagulandang Selatan dan Tagulandang Utara.

    Muhari menjelaskan, penanganan erupsi Gunung Ruang, Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) menetapkan Status Tanggap Darurat selama 14 hari terhitung mulai tanggal 16 – 29 April 2024. BPBD Kabupaten Sitaro dan BPBD Provinsi Sulawesi Utara memberikan bantuan berupa 123 lembar tikar, 120 pcs selimut dan 400 lembar masker.

    BPBD melakukan Kaji cepat, evakuasi dan penyiapan sarana evakuasi di Kecamatan Tagulandang.
    Masyarakat yang ada di Desa Patologi dan Desa Pumpente di evakuasi ke Kecamatan Tagulandang dengan menggunakan 2 unit kapal Ferry (KMP Lokong Banua dan KMP Lohoraung ditambah dengan perahu penyeberangan milik warga.

    Pemerintah daerah telah mempersiapkan personil dilapangan terdiri dari BPBD, perangkat Kecamatan Tagulandang, perangkat Kampung, Kelurahan, SatPol PP, Damkar dan Dinkes dengan total sebanyak 30 personil. “Pada Rabu (17/4) Basarnas Manado sudah tiba di Tagulandang dengan KM. Bimasena dengan kekuatan personil 20 atau ABK 15, Rescuer 5,” katanya.

    Sementara itu, masih menurut Muhari, PVMBG memberikan rekomendasi pada tingkat aktivitas Gunung Ruang Level III (Siaga) agar masyarakat di sekitar Gunung Ruang dan pengunjung/wisatawan agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius 4 km dari pusat kawah aktif Gunung Ruang.

    “Masyarakat di sekitar Gunung Ruang tetap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ruang,” ujar Muhari. [hen/suf]

  • Misteri Gunung Shasta, Disebut Sarang Alien, hingga Tempat Aliran Sesat

    Misteri Gunung Shasta, Disebut Sarang Alien, hingga Tempat Aliran Sesat

    Jakarta

    Pernahkah kalian mendengar tentang Gunung Shasta? Gunung yang sangat indah di California Utara, Amerika Serikat ini menyimpan banyak misteri. Ada banyak julukan bagi gunung ini, mulai dari sarang UFO dan alien, peradaban yang telah lama hilang, makhluk aneh dari dunia lain, hingga tempat aliran sesat.

    Mengapa Gunung Shasta Istimewa?

    Gunung Shasta adalah stratovolcano atau gunung berapi gabungan, yang mencapai ketinggian 4.322 meter. Seperti gunung berapi lain dari jenis ini, gunung berapi tersebut memiliki bentuk kerucut yang lebih klasik, yang dibentuk oleh empat kerucut gunung berapi berbeda yang saling tumpang tindih. Hal ini menjadikannya landmark yang mencolok dan mudah terlihat, lengkap dengan permukaannya yang tertutup salju, serta merupakan lokasi ideal bagi pendaki gunung, pendaki, berkemah, dan pemain ski.

    Namun tempat ini juga telah lama menjadi tujuan wisata bagi pengunjung yang bertujuan spiritual dan mencari liburan yang tidak biasa. Setiap tahun, ribuan orang mengunjungi gunung ini dengan harapan dapat berkomunikasi dengan sesuatu di luar Bumi.

    Ada pemandu wisata dan tempat tertentu di gunung tersebut yang didedikasikan untuk meditasi dan aktivitas spiritual lainnya. Banyak juga sumber bacaan yang menawarkan berbagai teks berkaitan dengan metafisika tentang penyembuhan, getaran alam, kristal alami, penampakan malaikat, dan sebagainya, banyak di antaranya mengklaim memiliki hubungan dengan Gunung Shasta.

    Dianggap Tempat Suci

    Meskipun ada berbagai konspirasi modern yang terkait dengan Gunung Shasta, gunung ini telah lama menjadi situs suci bagi banyak suku pribumi. Masyarakat adat mempunyai klaim lama atas gunung tersebut dan sejarahnya. Artefak yang ditemukan di wilayah tersebut menunjukkan bahwa manusia telah tinggal di wilayah tersebut setidaknya selama 9.000 tahun, menjadikannya salah satu wilayah yang paling lama dihuni di negara ini.

    Suku -suku yang tinggal di sekitar gunung saat ini antara lain suku Shasta, Wintu, Achomawi, Atsugewi, Moduc, dan Klamath. Menurut cerita tradisional mereka, gunung tersebut dihuni oleh berbagai makhluk halus dan penjaga. Salah satunya adalah arwah Chief Skell yang konon turun ke puncak gunung dari surga. Selama konfliknya dengan roh primordial lain dari ‘Dunia Bawah’, Chief Skell menyebabkan berbagai letusan di lereng gunung dan sekitarnya.

    Tokoh adat terkemuka lainnya, seperti G’mokumk yang berarti Sang Pencipta, konon tinggal di gunung tersebut. Menurut masyarakat Moduc, tulang belulang nenek moyang mereka yang telah lama meninggal dikuburkan di gunung tersebut. Mereka juga percaya bahwa makhluk yang dikenal sebagai matah kagmi atau kaki besar, menghuni dan melindungi hutan di sekitarnya. Ada kemungkinan legenda kuno ini dan tempat-tempat keramat yang terkait mengilhami beberapa kepercayaan kontemporer tentang gunung tersebut.

    Kota Cahaya yang Hilang

    Salah satu cerita terkini tentang Gunung Shasta adalah bahwa gunung ini adalah rumah bagi kota bernama Telos yang berada di bawah tanah dan sangat maju. Telos dijuluki sebagai Kota Cahaya yang dihuni oleh suku Lemurian. Orang-orang ini merupakan keturunan manusia atau makhluk humanoid yang pernah hidup di benua Lemuria yang hilang .

    Jika kalian mengira penamaan Lemuria berasal dari hewan bernama ‘lemur’, kalian benar. Menurut catatan di abad ke-19, pernah ada daratan luas yang lenyap ditelan perairan Samudra Hindia. Jika memang ada, daratan ini, Lemuria akan membantu menjelaskan mengapa fosil lemur ditemukan di Madagaskar dan India, namun tidak ditemukan di tempat lain di Afrika atau Timur Tengah.a

    Menurut mereka yang percaya, suku Lemurian kini meringkuk di bawah Gunung Shasta, benua yang tenggelam tersebut tidak hilang di bawah Samudra Hindia melainkan hilang di Pasifik ribuan tahun yang lalu. Mereka yang selamat dari bencana tersebut tinggal di bawah gunung tempat mereka membangun Kota Cahaya. Sejak saat itu, orang-orang mengaku melihat orang Lemurian berkeliaran di sekitar area tersebut. Konon mereka memiliki tinggi 2,1 meter, berambut panjang, dan mengenakan jubah putih serta sandal.

    Mereka juga dikatakan memiliki kemampuan psikis dan kekuatan super yang memungkinkan mereka bergerak melintasi ruang dan waktu. Terdengar seperti dongeng, namun menurut sebuah penelitian yang didanai pemerintah, 89% pengunjung gunung yang melakukan ziarah datang untuk beribadah atau berkomunikasi dengan makhluk yang hidup di bawah gunung.

    Roswell di Lereng Gunung

    Selain sebagai rumah bagi peradaban yang telah lama hilang, gunung ini juga disebut-sebut merupakan tempat pertemuan alien. Pada 12 Februari 2020, Gunung Shasta menjadi fokus perhatian internasional ketika orang-orang ramai memotret penampakan sesuatu diduga UFO raksasa yang menjulang di atas puncaknya.

    Namun jika diamati lebih dekat, UFO tersebut ternyata adalah awan lentikular. Awan ini sering kali terbentuk di lereng gunung dan bentuknya mirip UFO. Bagaimanapun, peristiwa ini tetap merupakan fenomena yang sangat duniawi dan bukan merupakan kunjungan dari planet lain.

    Selama beberapa dekade, sejumlah pengunjung gunung tersebut melaporkan berbagai pengalaman, penampakan, dan perjumpaan dengan makhluk luar angkasa. Kemungkinan besar gunung tersebut juga merupakan tempat kelahiran ‘agama’ UFO pertama, yakni aliran sesat ‘I AM Activity’ yang muncul tahun 1930an.

    Gerakan teosofis yang menggabungkan mistisisme dan spiritualisme dengan metafisika ini didirikan oleh Guy W Ballard dan istrinya Edna Anne Wheeler Ballard, dan menjadi landasan bagi banyak agama New Age abad ke-20 lainnya. Pada intinya, aliran sesat ini memadukan agama Kristen dan mistisisme dengan nasionalisme. Meski akhirnya tidak dikenal, gerakan tersebut masih ada hingga saat ini.

    Selain itu, masih banyak lagi keanehan dan cerita fantasi terkait dengan Gunung Shasta, termasuk misteri lubang setinggi 18 meter yang menghilang yang mungkin diciptakan oleh orang-orang yang mencari Telos.

    Namun fakta bahwa gunung ini merupakan tempat berkumpulnya banyak klaim spiritual dan teori konspirasi yang berbeda, menunjukkan bahwa Gunung Shasta tak hanya memiliki pemandangan menakjubkan tetapi juga merupakan sebuah demonstrasi bagaimana New Ageisme menyatukan semua hal tersebut tanpa mempedulikan keaslian, fakta, atau legitimasinya.

    (rns/rns)

  • Jalur By Pass Mojokerto Padat Kendaraan Pemudik, Tim Pengurai Diterjunkan 

    Jalur By Pass Mojokerto Padat Kendaraan Pemudik, Tim Pengurai Diterjunkan 

    Mojokerto (beritajatim.com) – Jelang arus balik Lebaran 2024, Jalur By Pass di Kota Mojokerto dipadati kendaraan para pemudik. Untuk membantu pengaturan arus lalu-lintas di jalur nasional tersebut, Polres Mojokerto Kota turut menerjunkan tim pengurai di beberapa titik.

    Sejak Minggu (14/4/2024) sore, kendaraan baik roda dua maupun empat dari arah Jombang mendominasi lalu lintas di kedua jalur nasional tersebut. Terutama di Jalur By Pass mulai dari terminal Kertajaya hingga simpang empat Sekar Putih di Kecamatan Magersari.

    Kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor dengan penumpang penuh tak henti-hentinya melaju di jalan Surabaya-Madiun tersebut. Hingga Minggu malam, dominasi kendaraan pemudik dari arah barat tersebut kian dominan hingga sempat merayap di beberapa titik.

    Utamanya di titik mulai dari jembatan Sungai Sadar hingga perlintasan Kereta Api (KA) Gunung Gedangan. Adanya penyempitan jalan dan lalu lalang KA kian membuat panjang antrean kendaraan para pemudik hingga mencapai 400 meter.

    Jalur By Pass Mojokerto

    Hal tersebut dibenarkan Kasat Lantas Polres Mojokerto Kota, AKP Sudirman. “Sejak Minggu sore, arus kendaraan semakin padat di Jalur By Pass, khususnya dari arah Jombang menuju Surabaya. Kami upayakan pengaturan lalu lintas kendaraan sesuai jalurnya,” ungkapnya.

    Masih kata Kasat, untuk membantu pengaturan arus lalu-lintas diterjunkan tim pengurai di beberapa titik. Selain itu, juga gabungan petugas dari Brigade Mobile (BM) dan Pengurai Massa (Raimas) disiagakan sekitar Jalur By Pass guna menertibkan arus kendaraan.

    “Karena di beberapa titik By Pass belum ada pembatas jalur, maka kami terjunkan tim pengurai sebagai pembatas. Kami stand by penuh selama puncak arus balik mulai hari ini sampai besok untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang diakibatkan kendaraan pemudik yang melewati batas,” tegasnya. [tin/ted]

  • Peredaran 42 Kilogram Ganja oleh Pemuda Sidoarjo Gagal di Kota Malang

    Peredaran 42 Kilogram Ganja oleh Pemuda Sidoarjo Gagal di Kota Malang

    Malang(beritajatim.com) – Polresta Malang Kota menggagalkan peredaran 42 kilogram ganja kering asal Aceh dari tangan MAS (27) warga Gedangan, Sidoarjo. Dia ditangkap oleh Satresnarkoba Polresta Malang Kota pada Kamis, 4 April 2024.

    Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan 42 kilogram ganja ini dibungkus menjadi 8 bagian dibalut lakban coklat lalu dimasukan ke dalam koper besar. Hasil ungkapan Satresnarkoba ini merupakan pengembangan dari perkara yang diungkap oleh Satresnarkoba pada Maret berjumlah lebih kurang 1 kilogram ganja.

    “Adapun tersangka dengan inisial MS karyawan swasta, kewarganegaraan Indonesia dengan barang bukti 1 buah koper warna coklat tua, berisi 8 bungkus besar lakban coklat. Dengan berat total lebih kurang 42 kilogram beserta bungkusnya. 42 kilogram ganja yang sudah diamankan, dari hasil pengembangan tersebut,” ujar perwira yang akrab disapa Buher ini.

    Sementara itu, Kasat Resnarkoba Polresta Malang Kota Kompol Dodi Pratama mengatakan, pengungkapan kasus berawal dari penangkapan seorang kurir berinisial YL yang ditangkap di Kota Malang pada awal Maret 2024 lalu.

    YL saat itu ditangkap dengan barang bukti ganja 1 kilogram. Polisi lalu melakukan penyelidikan dan diperoleh informasi bahwa akan ada pengiriman dari jaringan yang sama sebanyak kurang lebih 45 sampai 50 kilogram ganja.

    “Setelah didalami, kami melaksanakan undercover termasuk pembuntutan dari wilayah Sumatera, sepanjang Tol Trans Jawa. Terakhir kami melakukan penindakan di Exit Tol Warung Gunung Surabaya,” ujar Dodi.

    MAS sudah 3 kali menjalankan pekerjaan sebagai kurir ganja. Pertama dia membawa 36 kilogram ganja dengan wilayah penyebaran Kediri, Trenggalek dan Malang. Pengakuan tersangka bahwa 42 kilogram ini akan diedarkan setelah lebaran 2024.

    “Yang kedua di wilayah Jombang, Sidoarjo, baru ke wilayah Malang. Dan yang terakhir kita amankan ini di wilayah Exit Tol Warung Gunung Surabaya dengan tujuan akhir tetap di Kota Malang. Untuk rencananya, 42 kilogram ganja yang diamankan ini akan diedarkan setelah Lebaran 2024 ini,” ujar Dodi.

    Akibat perbuatannya, MAS dijerat dengan pasal 114 ayat 2, atau 111 ayat 2 UU RI nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. MAS terancaman hukuman mati, hukuman pidana penjara seumur hidup, atau paling singkat 6 tahun ataupun denda Rp1 Miliar dan paling banyak Rp10 Miliar. [luc/aje]

  • Malam Ini Gunung Semeru di Lumajang Erupsi

    Malam Ini Gunung Semeru di Lumajang Erupsi

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang malam ini kembali erupsi. Letusan pukul 19:52 WIB.

    Tinggi kolom letusan teramati ± 500 m di atas puncak (± 4176 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah utara. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.

    Liswanto, A.P. dari ESDM memberikan sejumlah rekomendasi kepada warga masyarakat di sekita aliran gunung Semeru.

    “Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” kata Liswanto dalam keterangan tertulis.

    Kedua  tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

    Ketiga mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

    Sementara dari laporan lahar dingin juga telah turun di aliran sungai Besuk Kobokan sore tadi. (ted)

  • Gunung Semeru di Lumajang Sudah Meletus 4 Kali

    Gunung Semeru di Lumajang Sudah Meletus 4 Kali

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung semeru di Lumajang Jawa Timur telah meletus sebanyak empat kali pada Selasa 9 April 2024 dari pagi hingga malam.

    Laporan dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementrian ESDM menyebutkan

    1. Terjadi erupsi G. Semeru pada hari Selasa, 09 April 2024, pukul 06:17 WIB.

    Tinggi kolom letusan teramati ± 1000 m di atas puncak (± 4676 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah utara dan timur laut. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 98 detik.

    2. Kemudian pada pukul 07:51 WIB terjadi erupsi dengan tinggi kolom letusan teramati ± 1000 m di atas puncak (± 4676 m di atas permukaan laut).

    Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan timur laut.

    Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 110 detik.

    3. Padapukul 10:34 WIB. Tinggi kolom erupsi tidak teramati.

    Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 114 detik.

    4. Kemudian terjadi erupsi G Semeru pada hari Selasa, 09 April 2024, pukul 19:12 WIB.

    Tinggi kolom letusan teramati ± 800 m di atas puncak (± 4476 m di atas permukaan laut).

    Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 92 detik.

    Rekomendasi untuk Warga

    Ghufron Alwi dari pos pengamatan Gunung Semeru menjelaskan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

    Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

    “Tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” kata Gufron.

    Mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.(ted)

  • Terduga Pelaku Pembunuhan di Gunung Katu Malang Pasangan Suami Istri

    Terduga Pelaku Pembunuhan di Gunung Katu Malang Pasangan Suami Istri

    Malang (beritajatim.com)- Tim Satuan Reserse Kriminal Polres Malang berhasil meringkus terduga pelaku pembunuhan jasad pria di Gunung Katu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Senin (8/4/2024).

    Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat membenarkan penangkapan ini. Kedua terduga pelaku diketahui berstatus pasangan suami istri.

    “Benar. Hari ini dua orang kami tangkap, keduanya pasangan suami istri,” terang Gandha, Senin (8/4/2024).

    Menurut Gandha, beberapa barang bukti sudah diamankan. Selanjutnya, masih dalam proses penyidikan terkait sebab sebab peristiwa itu terjadi.

    “Suami istri masing masing berinisial P dan I. Kemudian dari hasil pemeriksaan kami, suami atau P kami tetapkan sebagai tersangka dan melakukan penahanan terhadap P,” tegas Gandha.

    “Besok insya Allah kita akan rilis ya,” tambah Gandha.

    Diberitakan sebelumnya, ditemukan jasad atas nama Abdul Azis Sofi’I (36), warga Kelurahan Bakalan Krajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang, ditemukan sudah tak bernyawa di area Gunung Katu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Senin (1/4/2023) sekitar pukul 11.00 WIB lalu.

    Dari hasil penyidikan panjang Satuan Reserse Kriminal Polres Malang, terindikasi jasad Abdul Azis yang sudah membusuk ketika ditemukan, menjadi korban pembunuhan.

    Polisi berupaya keras mengumpulkan bukti bukti. Melakukan pemeriksaan sejumlah saksi dalam mengungkap peristiwa tersebut. Ada 12 saksi diperiksa. Hasil otopsi juga menyatakan korban tewas dibunuh.

    Jasad korban ditemukan di Gunung Katu pada hari Senin 1 April 2024 lalu. Korban sempat viral dilaporkan keluarganya hilang ke Polsek Sukun, Kota Malang.

    Saat itu, korban Abdul Azis ketika dinyatakan hilang, pergi meninggalkan rumah dengan mengunakan kendaraan Suzuki Shogun 125 warna Silver bernomor polisi N 4802 ACL.

    Abdul Azis berpamitan dan diketahui adik kandungnya, akan membuang sesaji ke Gunung Katu untuk ritual demi kesembuhan ibunya yang tengah sakit. Saat pergi ke lokasi yang dituju, korban ditemani dengan salah satunya temannya bernama Fendik Lestari.

    Namun, Fendik tidak menemani urusan korban hingga tuntas. Dirinya diminta korban untuk meninggalkanya saja, lantaran istri Fendik menghubungi korban dan menanyakan keberadaam Fendik.

    Sebelum pergi, Fendik juga sempat menanyakan siapa orang yang akan bertemu dengan korban menggunakan motor Vario. Namun oleh korban tidak dijelaskan dengan meminta agar Fendik segera pulang. Sejak saat itu, korban sudah tidak bisa dihubungi lagi sebelum akhirnya, ditemukan sudah tidak bernyawa. [yog/aje]

  • Mbok Yem Ceritakan Pengalaman Bertahan di Kebakaran Gunung Lawu

    Mbok Yem Ceritakan Pengalaman Bertahan di Kebakaran Gunung Lawu

    Magetan (beritajatim.com) – Mbok Yem, legenda Gunung Lawu, turun gunung pada Sabtu (6/4/2024) untuk merayakan Lebaran bersama keluarganya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan. Mbok Yem (65) mengaku terakhir kali turun gunung adalah setelah Lebaran tahun 2023.

    Saat sampai di basecamp Cemoro Sewu, wanita bernama asli Wakiyem itu menceritakan pengalamannya saat Gunung Lawu dilanda kebakaran hutan pada Oktober 2023. Saat itu, warungnya masih berdiri kokoh dan tidak tersentuh api sama sekali, sementara lima warung lain di kawasan Hargo Dalem hangus terbakar.

    Meskipun api berkobar di sekitar Gunung Lawu, Mbok Yem memilih untuk bertahan di warungnya bersama dua orang penjaga, Pak Muis dan Klik. Beruntung, mereka semua selamat dan kebutuhan pangan di warungnya tercukupi hingga jalur pendakian Cemoro Sewu dan sekitarnya dibuka kembali pada awal tahun 2024.

    “Alhamdulillah. Diparingi seger kewarasan, slamet,” katanya.

    Pada momen Lebaran kali ini, Mbok Yem ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya di Magetan setelah hampir setahun penuh berada di warungnya di kawasan Hargo Dalem Gunung Lawu.

    Dia berharap bisa menikmati waktu bersama anak cucunya di rumah hingga Lebaran usai.Setelah Lebaran, Mbok Yem berencana kembali naik gunung setelah kondisi cuaca dan segala persiapannya selesai.

    Diketahui, Mbok Yem turun gunung pada Sabtu (6/4/2024) dengan menggunakan tandu. Dia berangkat dari kawasan Hargo Dalem diantar rombongan dan sampai di basecamp Cemoro Sewu sekitar pukul 11.00 siang.

    Setelah sempat beristirahat di basecamp, Mbok Yem dan keluarga menuju Pasar Plaosan dan kemudian pulang ke kampung halamannya di Desa Gonggang.

    Diketahui, Mbok Yem adalah seorang penjual makanan dan minuman di kawasan Hargo Dalem, Gunung Lawu. Dia sudah berjualan di Gunung Lawu selama lebih dari 30 tahun.

    Mbok Yem dikenal sebagai sosok yang ramah dan baik hati kepada para pendaki dan jadi salah satu ikon Gunung Lawu yang menarik perhatian para pendaki. [fiq/but]

  • Sekeluarga Nekat Ngecamp di Cemoro Sewu Saksikan Mbok Yem Turun Gunung Lawu

    Sekeluarga Nekat Ngecamp di Cemoro Sewu Saksikan Mbok Yem Turun Gunung Lawu

    Magetan (beritajatim.com) – Satu keluarga asal Majalengka nekat mendaki Gunung Lawu dan ngecamp di Cemoro Sewu hanya untuk menyaksikan momen Mbok Yem turun gunung.

    Bersama istri dan anaknya, Muklas rela mendaki Gunung Lawu untuk menyaksikan momen sang legenda pemilik warung di puncak setinggi 3.265 MDPL itu mudik ke kampung halaman.

    Muklas sekeluarga sangat menantikan momen penting tersebut, senang bertemu Mbok Yem hingga mengajak foto bersama.

    “Senang banget saya akhirnya bisa ketemu Mbok Yem. Ini momen yang langka. Saya minta foto-foto,” kata Muklas ketika dijumpai Beritajatim.com, Sabtu (7/4/2024).

    Sosok Mbok Yem memang menginspirasi banyak pendaki. Hidup sebatang kara di atas gunung, membuka warung, hingga lolos dari kobaran api yang melahap Lawu beberapa tempo lalu.

    Muklas pun mendoakan Mbok Yem agar diberi panjang umur dan kesehatan sehingga mampu menginspirasi lebih banyak orang. “Mudahan Mbok Yem sehat selalu,” doa Muklas.

    Momen turun gunung Mbok Yem untuk berkumpul bersama keluarga di kampung halaman juga menarik, karena kini dilakukan hanya satu tahun sekali.

    Usia Mbok Yem yang tak lagi muda membuatnya tak berjalan kaki menuruni gunung untuk melakukan mudik lebaran, melainkan dengan tandu yang terbuat dari kayu.

    Perempuan bernama asli Wakiyem berada di atas tandu, sementara Maryono dan Jarwo memikulnya setapak demi tapak dari lokasi warung Mbok Yem hingga Pos Cemoro Sewu.

    “Saya tadi turun dari atas sekitar jam 7.00 pagi. Setiap malam 27 Ramadhan, saya turun harus ditandu. Sudah tidak kuat berjalan kaki, sudah tua,” tutur Mbok Yem.

    Sempat beberapa kali berhenti istirahat, Mbok Yem di atas tandu akhirnya sampai pada pos di mana keluarga telah menunggunya.

    Kilas balik, Mbok Yem sebelumnya setahun bisa tiga kali turun dari atas Gunung Lawu untuk menemui keluarganya di Dusun Bedagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan.

    Namun, karena alasan usia yang sudah lanjut, sudah lima tahun ini Mbok Yem hanya pulang sekali dalam setahun menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. [ian]

  • Jasad Pria di Gunung Katu Malang Terindikasi Korban Pembunuhan

    Jasad Pria di Gunung Katu Malang Terindikasi Korban Pembunuhan

    Malang (beritajatim.com) – Sempat dilaporkan hilang oleh pihak keluarga, jasad Abdul Azis Sofi’I (36), warga Kelurahan Bakalan Krajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang, ditemukan sudah tak bernyawa di area Gunung Katu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Senin (1/4/2023) sekitar pukul 11.00 WIB lalu.

    Dari hasil penyidikan panjang Satuan Reserse Kriminal Polres Malang, terindikasi jasad Abdul Azis yang sudah membusuk ketika ditemukan, menjadi korban pembunuhan. “Terkait penemuan mayat di gunung katu beberapa waktu lalu, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter ternyata Korban pembunuhan,” ungkap Kasatreskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, Sabtu (6/4/2024).

    Menurut Gandha, pihaknya sudah berupaya keras mengumpulkan bukti bukti. Melakukan pemeriksaan sejumlah saksi dalam mengungkap peristiwa tersebut. “Ada 12 saksi yang sudah kami periksa. Termasuk orang orang yang terakhir kali bersama korban juga kami mintai keterangan,” tegas Gandha.

    Gandha menegaskan, jasad korban ditemukan di Gunung Katu pada hari Senin 1 April 2024 lalu. Korban sempat viral dilaporkan keluarganya hilang ke Polsek Sukun, Kota Malang. “Indikasi pelaku masih dalam pengejaran. Dari hasil otopsi terdapat luka bacok senjata tajam di bagian leher depan dan belakang,” beber Gandha.

    Sebagai informasi, korban Abdul Azis ketika dinyatakan hilang, pergi meninggalkan rumah dengan mengunakan kendaraan Suzuki Shogun 125 warna Silver bernomor polisi N 4802 ACL.

    Abdul Azis saat itu berpamitan dan diketahui adil kandungnya, akan membuang sesaji ke Gunung Katu untuk ritual demi kesembuhan ibunya yang tengah sakit. Saat pergi ke lokasi yang dituju, korban ditemani dengan salah satunya temannya bernama Fendik Lestari.

    Namun, Fendik tidak menemani urusan korban hingga tuntas. Dirinya diminta korban untuk meninggalkanya saja, lantaran istri Fendik menghubungi korban dan menanyakan keberadaam Fendik.

    Sebelum pergi, Fendik juga sempat menanyakan siapa orang yang akan bertemu dengan korban menggunakan motor Vario. Namun oleh korban tidak dijelaskan dengan meminta agar Fendik segera pulang. Sejak saat itu, korban sudah tidak bisa dihubungi lagi sebelum akhirnya, ditemukan sudah tidak bernyawa. (yog/kun)