kab/kota: Gunung

  • Dendam dan ‘Memetic Violence’ di Balik Kasus Ledakan SMAN 72

    Dendam dan ‘Memetic Violence’ di Balik Kasus Ledakan SMAN 72

    Jakarta

    Ledakan di SMAN 72 pada Jumat (7/11/2025) menyimpan cerita tentang dendam pelaku. Dukungan emosional serta ruang aman untuk menyalurkan perasaan dinilai penting untuk mencegah perilaku agresif.

    Juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (11/11) menyebut pelaku Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) telah menyimpan dendam sejak awal 2025. Dendam tersebut terkait perlakuan orang-orang terhadap dirinya, meski tidak dirinci perlakuan apa yang dimaksud.

    “Dari awal tahun yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian-pencarian, perasaan merasa tertindas, kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa,” jelas Mayndra.

    Berawal dari kondisi tersebut, pelaku kerap mengunjungi komunitas ekstrem yang menampilkan konten kekerasan ekstrem. Mulai dari perang, pembunuhan, hingga aksi-aksi sadistis. Pelaku juga bergabung ke dalam grup-grup komunitas kekerasan.

    “Di situ menginspirasi bersangkutan, karena yang bersangkutan mengikuti komunitas di media sosial di mana di situ mereka mengagumi kekerasan. Motivasi yang lain ketika beberapa pelaku melakukan tindakan kekerasan lalu meng-upload ke media tersebut, komunitas itu akan mengapresiasi sesuatu hal yang heroik. Di situ hal yang memprihatinkan,” terang Mayndra.

    Densus 88 memastikan, pelaku sekadar terinspirasi dan tidak memiliki kaitan dengan aktivitas terorisme. Karenanya, tindakan kekerasan yang dilakukannya saat ini dikategorikan sebagai kriminal umum, belum termasuk tindak pidana terorisme.

    “Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum, jadi kalau di komunitas kekerasan ini ada istilah memetic violence daring,” jelasnya.

    Psikolog dan grafolog Joice Manurung dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (10/11), menyebut ada banyak faktor yang bisa memicu perilaku agresif pada anak remaja. Karenanya, penting dilakukan asesmen untuk mengetahui kondisi mental anak, apakah stabil atau tidak.

    Tidak kalah penting, kondisi lingkungan terutama keluarga juga perlu didalami. Keseimbangan peran orang tua dan keberadaan figur pendamping dibutuhkan untuk memberikan rasa aman bagi anak.

    “Kita lihat juga bagaimana kondisi rumah, apakah fungsi ayah dan ibu seimbang, apakah ada rasa aman di rumah, atau justru tidak ada figur yang bisa menjadi tempat anak berkeluh kesah. Kalau itu tidak ada, berarti ada situasi yang bolong,” jelas Joice.

    Tanpa lingkungan yang mendukung, anak bisa mengalami kesulitan dalam mengelola emosi negatif. Salah satunya, muncul perilaku impulsif ataupun agresif ketika tidak ada ruang aman untuk menyalurkan perasaan.

    Joice juga menyoroti pentingnya peran sekolah dalam membentuk karakter dan empati. Seharusnya, sekolah bukan hanya mengajarkan sisi akademik tapi juga moral dan sosial.

    Soal aktivitas pelaku di komunitas kekerasan, Densus 88 menyebut pelaku terinspirasi oleh beberapa tokoh dan ideologi tertentu. Joice menyebut, fenomena tersebut dikenal sebagai ‘Mimetic Violence’.

    “Mimetic violence merupakan kekerasan yang dihasilkan oleh keinginan mengimitasi agresi dari sosok yang diidolakan terhadap objek tertentu,” terang Joice saat dihubungi detikcom, Selasa (11/11/2025).

    “Kalau dalam bidang seni, istilahnya mimesis,” terangnya.

    @detikhealth_official Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Apa yang Terjadi? Dari perspektif psikolog, perilaku kekerasan seperti ini seringkali merupakan puncak dari gunung es masalah yang lebih dalam. Mari kita buka diskusi tentang kesehatan mental remaja dan pentingnya dukungan. #SMAN72 #KesehatanMental #Psikologi #ledakan ♬ suara asli – detikHealth

    Halaman 2 dari 2

    (up/up)

  • Menembus langit, Menguatkan konektivitas wisata

    Menembus langit, Menguatkan konektivitas wisata

    Akhirnya, pembukaan rute penerbangan baru di NTB bukan hanya tentang pesawat yang mendarat lebih sering, melainkan tentang mimpi besar untuk menjadikan NTB semakin terhubung dengan dunia

    Mataram (ANTARA) – Langit Nusa Tenggara Barat (NTB) tampaknya akan lebih sibuk dari sebelum-sebelumnya.

    Dalam beberapa bulan terakhir, sederet kabar baik datang berturut-turut, mulai dari pembukaan rute Lombok-Labuan Bajo, Lombok-Waingapu, dan Lombok-Tambolaka, hingga penjajakan penerbangan langsung ke Perth, Jeddah, dan Turki.

    Di balik deru mesin pesawat yang mulai lebih sering terdengar di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) atau Bandara Lombok, tersimpan optimisme besar bahwa NTB tengah meneguhkan dirinya sebagai simpul konektivitas baru di kawasan timur Indonesia.

    Langkah ini bukan semata-mata soal pesawat yang datang dan pergi. Pembukaan rute baru adalah sinyal bahwa NTB sedang memperluas napas ekonominya.

    Pariwisata, perdagangan, hingga layanan logistik bertumpu pada satu hal yang sama, yakni kemudahan akses. Tanpa konektivitas yang efisien, keindahan pantai Mandalika, tenun Sembalun, atau panorama Gunung Tambora hanya akan jadi cerita yang terpisah dari dunia luar.

    Pemerintah Provinsi NTB tampak memahami logika itu. Di bawah kepemimpinan Gubernur Lalu Muhammad Iqbal, strategi penguatan rute udara menjadi agenda prioritas.

    Lombok diupayakan menjadi “hub penerbangan” untuk wilayah tengah dan timur Indonesia, bukan hanya gerbang wisata, tapi juga poros pergerakan manusia dan barang.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Apa Itu ‘Memetic Violence’? Disinggung Densus 88 Terkait Ledakan SMAN 72

    Apa Itu ‘Memetic Violence’? Disinggung Densus 88 Terkait Ledakan SMAN 72

    Jakarta

    Aksi peledakan di SMAN 72 Jakarta dipastikan tidak terkait aktivitas terorisme. Densus 88 Antiteror mengaitkannya dengan fenomena ‘memetic violence daring’.

    Hal itu disampaikan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025).

    Dalam penjelasannya, Mayndra juga menyinggung sejumlah nama tokoh dan ideologi yang ditulis pelaku di permukaan airsoft gun. Namun demikian, pelaku Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) ini disebutnya tidak memiliki kaitan dengan jaringan apapun.

    “Yang bersangkutan hanya melakukan copycat, atau peniruan saja, karena itu sebagai inspirasi yang bersangkutan melakukan tindakan,” jelasnya.

    Disebutkan, ada 6 nama tokoh yang tertulis di senjata mainan milik ABH pelaku, yakni:

    Alexandre Bissonnete, pelaku penembakan di Quebec City pada 29 Januari 2017Luca Traini pelaku penembakan enam migran asal Afrika di Kota Macerata pada Februari 2018Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan massal di dua masjid di Selandia Baru pada 15 Maret 2019.Eric Harris pelaku penembakan di SMA ColumbineDylan Klebold pelaku penembakan di SMA ColumbineDylann Roof, pelaku penembakan di salah satu gereja di Amerika Serikat.

    Dari hasil analisis, Densus 88 menyimpulkan kejadian di SMAN 72 belum termasuk tindak pidana terorisme.

    “Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum, jadi kalau di komunitas kekerasan ini ada istilah memetic violence daring,” kata Mayndra.

    Psikolog dan grafolog Joice Manurung menjelaskan, perilaku kekerasan yang dilatarbelakangi keinginan meniru sosok lain dikenal dengan istilah ‘Mimetic Violence‘. Seringkali, pelaku bahkan tidak kenal atau tidak punya kepentingan dengan objek perilaku agresifnya.

    “Mimetic violance merupakan kekerasan yg dihasilkan oleh keinginan mengimitasi agresi dari sosok yg diidolakan terhadap objek tertentu,” terang Joice saat dihubungi detikcom, Selasa (11/11/2025).

    “Kalau dalam bidang seni, istilahnya mimesis,” lanjutnya, menjelaskan asal kata mimetik.

    Teori mimetika atau Mimetic Theory diperkenalkan oleh Rene Girard, seorang filsuf Prancis. Dalam teori tersebut, Girard menggambarkan bahwa kekerasan atau violence dapat lahir dari proses mimesis atau meniru yang kemudian memunculkan rivalitas.

    Berbeda dengan teori mimetika, teori memetika atau ‘Memetic Theory‘ digagas oleh ilmuwan biologi asal Inggris, Richard Dawkins. Istilah ‘meme‘ yang diperkenalkannya di buku The Selfish Gene juga berasal dari bahasa Yunani mimesis yang artinya meniru.

    Dalam teorinya, Dawkins menganalogikan meme seperti gen dalam dunia biologi sebagai unit yang direplikasi. Teori yang juga menjelaskan kekerasan ‘Memetic Violence‘ ini terus berkembang di era digital.

    @detikhealth_official Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Apa yang Terjadi? Dari perspektif psikolog, perilaku kekerasan seperti ini seringkali merupakan puncak dari gunung es masalah yang lebih dalam. Mari kita buka diskusi tentang kesehatan mental remaja dan pentingnya dukungan. #SMAN72 #KesehatanMental #Psikologi #ledakan ♬ suara asli – detikHealth

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kemenkes Bantu Pemulihan Trauma Korban Ledakan di SMAN 72”
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

  • Regulasi Pengelolaan Sampah MBG di Sampang Masih Belum Jelas

    Regulasi Pengelolaan Sampah MBG di Sampang Masih Belum Jelas

    Sampang (beritajatim.com) – Bertambahnya jumlah dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gisi (SPPG) dalam program Makan Bergisi Gratis (MBG) di Kabupaten Sampang, berdampak pada meningkatnya volume sampah harian.

    Namun hingga kini, regulasi teknis pengelolaan sampah program tersebut masih belum memiliki kejelasan.

    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sampang, sebelumnya mengungkapkan kekhawatiran atas lonjakan produksi sampah yang semakin tidak terkendali.

    Berdasarkan data di awal bulan lalu, produksi sampah harian di Sampang telah menembus 27 ton per hari, membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Gunung Maddah berada di ambang kapasitas maksimum.

    “Sejak ada MBG, volume sampah naik signifikan. Kalau tidak segera ditangani, tumpukan ini bisa meluber dan memicu bencana lingkungan,” kata Aulia Arif, Kabid Kebersihan dan Persampahan DLH Sampang.

    Ia menambahkan, sekitar 36 dapur aktif dalam program MBG yang setiap harinya menyajikan ribuan porsi makanan. Dari aktivitas tersebut, sekitar 70 persen sampah yang dihasilkan merupakan limbah organik, seperti sisa makanan dan bahan dapur, sedangkan sisanya berupa limbah non-organik seperti kemasan plastik.

    “Jika sampah tidak dipilah sejak awal, bukan hanya TPA yang kewalahan, tetapi juga berisiko terhadap kualitas makanan yang disajikan. Saat ini kami tengah menyusun surat edaran dan SOP pengelolaan sampah dapur MBG, namun aksi langsung di lapangan jauh lebih mendesak,” tandasnya. [sar/ian]

  • Arkeolog Ungkap Bukti Musa Terima 10 Perintah Allah, Ini Faktanya

    Arkeolog Ungkap Bukti Musa Terima 10 Perintah Allah, Ini Faktanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tim arkeolog menemukan relik keagaman yang disebut jadi bukti Musa menerima 10 Perintah Allah di Gunung Sinai. Relik berusia 1.500 tahun itu berada dalam kuil marmer di sebuah gereja kuno yang digali di Austria.

    Para peneliti juga menemukan sejumlah gambar orang kudus dan kenaikan Kristus. Temuan ini penting karena objek pada masa awal agama Kristen sangat langka.

    “Kami tahu penemuan seperti ini hanya terjadi sekali dalam kehidupan arkeologi sebagai ilmuwan,” kata pimpinan arkeologi, Geral Grabherr.

    Galian tempat objek ditemukan kabarnya dimiliki oleh Kekaisaran Romawi. Gereja yang mereka gali adalah tempat perlindungan kaum pagam sebelum hukum kaisar resmi diterbitkan lebih dari 1.600 tahun lalu.

    Kemudian tim menemukan batu tersegel dalam cekungan, yang nampaknya tempat altar pernah berdiri. Saat dipindahkan, terlihat kotak marmer putih.

    Kondisi relik saat ditemukan telah pecah berkeping-keping. Namun awalnya berbentuk lingkaran dengan logam sebagai perekat dan dikaitkan menggunakan kayu.

    Para peneliti kebingungan karena temuannya. Sebab benda itu tergolong paling suci namun ditinggalkan dalam reruntuhan, bukan diselamatkan.

    Satu karakter yang muncul di sekeliling kotak adalah pria berjanggut dengan jubah panjang. Sejumlah adegan tergambar dan sesuai dengan Perjanjian Lama serta Perjanjian Baru, dan hipotesis para arkeolog adalah itu gambaran Musa serta kristus.

    Para peneliti berspekulasi penggambaran Musa adalah saat menerima firman Tuhan atau membelah laut Merah dengan tongkatnya.

    Namun untuk penafsiran relik sepenuhnya belum diketahui.

    Tim peneliti juga menambahkan kemungkinan objek tak dibuat di Austria, tempat ditemukannya. Karena bahan-bahan untuk membuatnya tak tersedia di sana.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Orang Dekat hingga Sepupu Bobby Nasution Berpeluang Diperiksa di Sidang Suap Jalan Sumut

    Orang Dekat hingga Sepupu Bobby Nasution Berpeluang Diperiksa di Sidang Suap Jalan Sumut

    GELORA.CO -Orang-orang terdekat Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Bobby Nasution, termasuk sepupu kandung, berpotensi besar dihadirkan sebagai saksi dalam persidangan kasus dugaan suap proyek jalan di Dinas PUPR Pemerintah Provinsi Sumut.

    Dua sosok yang berpeluang diperiksa adalah Dedy Rangkuti (atau Dedy Iskandar Rangkuti/DIR), yang merupakan sepupu kandung Bobby Nasution, dan Muryanto Amin, Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

    Plt. Deputi Bidang Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, menjelaskan bahwa kedua tokoh ini belum sempat diperiksa dalam proses penyidikan karena sempat mangkir dari panggilan penyidik. Oleh karena itu, KPK membuka peluang untuk menghadirkan mereka langsung di persidangan.

    “Nanti kalau tidak sempat di proses penyidikan, permintaan keterangan apabila keterangan yang diinginkan dari kedua orang ini belum ada, itu bisa nanti dihadirkan di persidangan,” terang Asep, dikutip RMOL di Jakarta, Selasa 11 November 2025. 

    Keterangan dari Dedy Rangkuti dan Muryanto Amin dianggap penting untuk melengkapi keterangan dalam persidangan.

    Kasus suap proyek jalan ini disidangkan dengan beberapa terdakwa, termasuk; Topan Obaja Putra Ginting (Kadis PUPR Sumut dan orang dekat Bobby), Rasuli Efendi Siregar (Kepala UPTD Gunung Tua Dinas PUPR Sumut), dan Heliyanto (PPK Satker PJN Wilayah I Sumut).

    Asep Guntur menjelaskan bahwa kasus ini berjalan dalam dua gelombang, termasuk gelombang untuk pihak pemberi suap yang sudah lebih dulu disidangkan, dan saat ini masuk ke tahap persidangan terdakwa Topan Ginting. 

    “Jadi ini ada dua gelombang, yang untuk pemberinya, pemberinya saudara KIR dan para pemberi lainnya, ini sudah disidangkan. Kemudian saudara TOP (Topan Ginting) ini juga sudah tahap dua ya, mungkin dalam waktu yang dekat juga akan disidangkan,” jelas Asep.

  • Nasib Bobby Nasution di Kasus Suap Proyek Jalan Sumut Tunggu Hasil Sidang

    Nasib Bobby Nasution di Kasus Suap Proyek Jalan Sumut Tunggu Hasil Sidang

    JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatakan pendalaman keterlibatan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dalam dugaan korupsi proyek jalan masih menunggu hasil persidangan Pengadilan Tipikor Medan. Jaksa penuntut akan memberikan laporan setelah putusan berkekuatan hukum tetap.

    “Persidangannya belum selesai, ya. Laporan terkait persidangan itu setelah selesai seperti halnya laporan perkembangan penyidikan,” kata pelaksana tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu kepada wartawan di gedung Merah Putih KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin, 10 November.

    “Kenapa? Karena tentunya kalau sidangnya masih berjalan, itu kan putusannya belum ada. Nanti tunggu putusannya,” sambung dia.

    Dari laporan inilah, KPK akan menentukan tindak lanjut seperti melakukan pengembangan kasus.

    “Tunggu sampai persidangannya ini selesai dan nanti akan ada laporan dari Pak Jaksa terkait dengan pelaksanaan persidangan,” tegas Asep yang juga menjabat sebagai Direktur Penyidikan KPK.

    Adapun jaksa baru saja membacakan tuntutan untuk dua terdakwa dalam kasus korupsi di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sumatera Utara. Mereka adalah Direktur Utama PT Dalihan Natolu Group, Akhirun Piliang alias Kirun dan Direktur PT Rona Namora, Rayhan Dulasmi Piliang.

    Akhirun dituntut 3 tahun penjara sedangkan Dulasmi dituntut jaksa 2,5 tahun penjara. Pembacaan tuntutan dilakukan di Pengadilan Tipikor Medan pada 5 November lalu.

    Jaksa juga menuntut Akhirun denda Rp150 juta subsider kurungan 6 bulan serta menuntut Reyhan Dulasmi Piliang denda Rp100 juta subsider kurungan 6 bulan.

    Sementara Topan Ginting yang merupakan anak buah sekaligus orang dekat Bobby Nasution bakal segera disidangkan. Begitu juga dengan Rasuli Efendi Siregar selaku Kepala UPTD Gunung Tua dan Heliyanto selaku PPK Satker PJN Wilayah I Sumut.

    Diberitakan sebelumnya, KPK menggelar operasi tangkap tangan (OTT) di wilayah Sumatera Utara pada Kamis, 26 Juni. Diduga terjadi pemberian uang dalam proyek pembangunan jalan di provinsi tersebut.

    Dari kegiatan penindakan ini, KPK kemudian menetapkan Topan Obaja Putra Ginting atau Topan Ginting selaku Kadis PUPR Provinsi Sumatera Utara sebagai tersangka bersama empat orang lainnya.

    Mereka adalah Rasuli Effendi Siregar selaku Kepala UPTD Gunung Tua Dinas PUPR Provinsi Sumut merangkap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK); Heliyanto selaku PPK Satker PJN Wilayah I Provinsi Sumatera Utara; M. Akhirun Efendi Siregar selaku Direktur Utama PT DNG; dan M. Rayhan Dulasmi Pilang selaku selaku Direktur PT RN.

    Adapun Topan jadi sorotan karena dilantik sebagai Kadis PUPR pada 24 Februari lalu oleh Gubernur Sumut Bobby Nasution. Dia tadinya menjabat sebagai Kepala Dinas PU atau Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi Kota Medan serta pernah duduk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Sekda Kota Medan ketika menantu Presiden ke-7 RI itu duduk sebagai Wali Kota Medan.

    KPK mengungkap ada enam proyek pembangunan jalan dengan anggaran Rp231,8 miliar yang diduga telah terjadi penyuapan.

    Rincianya adalah sebagai berikut:

    1. Preservasi Jalan Simpang Kota Pinang-Gunung Tua-Simpang Pal XI 2023 (Nilai proyek Rp56,5 miliar);

    2. Preservasi Jalan Simpang Kota Pinang- Gunung Tua-Simpang Pal XI 2024 (Nilai proyek Rp17,5 miliar);

    3. Rehabilitasi Jalan Simpang Kota Pinang-Gunung Tua-Simpang Pal XI dan penanganan longsoran 2025;

    4. Preservasi Jalan Simpang Kota Pinang-Gunung Tua-Simpang Pal XI 2025;

    5. Pembangunan Jalan Sipiongot batas Labusel (Nilai proyek Rp96 miliar); dan

    6. Pembangunan Jalan Hutaimbaru-Sipiongot (Nilai proyek Rp61,8 miliar).

  • Ada Faktor Emosi, Mungkinkah Game Online PUBG Pengaruhi Perilaku Ekstrem Anak?

    Ada Faktor Emosi, Mungkinkah Game Online PUBG Pengaruhi Perilaku Ekstrem Anak?

    Jakarta

    Prabowo Subianto belakangan mewacanakan pembatasan game online atau permainan daring yang kuat dengan unsur kekerasan, buntut ledakan di SMAN 72 Jakarta. Pembatasan semacam ini diharapkan bisa menekan kemungkinan dampak yang memengaruhi psikologi dan perilaku sosial anak juga remaja.

    Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi juga menyebut arahan Prabowo spesifik pada game yang misalnya bertema pertempuran seperti PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG). Saat game menampilkan berbagai jenis senjata dan adegan kekerasan.

    “Misalnya PUBG, di situ banyak jenis senjata yang mudah sekali dipelajari. Ini berbahaya karena bisa menumbuhkan kebiasaan melihat kekerasan sebagai hal yang wajar,” tutur Prasetyo.

    Di luar kasus tersebut, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menilai game online memang bisa dipandang sebagai hiburan semata. Ia menyebut hal itu bahkan sudah menjadi bagian dari lingkungan sosial anak, saat interaksi digital juga bisa membawa pengaruh besar, termasuk dari orang tak dikenal.

    “Game online termasuk lingkungan, karena anak bisa kenal banyak orang di luar sana secara daring dan kita tidak tahu asal-usul atau latar belakang mereka seperti apa. Bisa jadi ada pengaruh dari saran-saran yang menyesatkan,” beber Sari, kepada detikcom Senin (10/11/2025).

    Ia menekankan pentingnya pembatasan dan pengawasan terhadap tontonan maupun permainan yang mengandung unsur kekerasan.

    “Game sadis sekarang tampilan-nya sangat detail. Kalau anak sering terpapar, lama-lama hal seperti itu jadi terasa biasa. Ini yang berbahaya,” jelasnya.

    Sari juga menyarankan agar orang tua dan sekolah menyeimbangkan eksposur digital anak dengan kegiatan yang lebih humanis.

    “Tambahkan kegiatan yang mengenalkan berbagai jenis emosi, nilai sosial, toleransi, dan empati. Anak remaja sering kali hanya dibekali norma agama, tapi tidak tahu cara berinteraksi sosial atau memahami konflik. Ini bisa membuat mereka buntu dan melampiaskan emosi dengan cara ekstrem,” lanjutnya.

    Dihubungi terpisah, psikolog anak dan remaja Sani Budiantini Hermawan menyebut, budaya bermain game kekerasan memang sulit dihindari, tetapi tetap perlu diimbangi dengan kontrol dan alternatif yang sehat.

    “Sering kali game berdarah-darah bagi anak bukan hal mengerikan, tapi hal biasa. Ini yang mengkhawatirkan. Orang tua perlu mencari cara agar anak bisa mengerem di situ, misalnya dengan memberi alternatif permainan yang positif,” tutur Sani.

    Ia menambahkan, orang tua perlu memperhatikan perilaku nyata anak di dunia sehari-hari. Apakah permainan tersebut memengaruhi cara bicara, sikap agresif, atau empati anak.

    “Kalau sudah terlihat perubahan perilaku, artinya ada efek yang perlu diwaspadai,” ujarnya.

    @detikhealth_official Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Apa yang Terjadi? Dari perspektif psikolog, perilaku kekerasan seperti ini seringkali merupakan puncak dari gunung es masalah yang lebih dalam. Mari kita buka diskusi tentang kesehatan mental remaja dan pentingnya dukungan. #SMAN72 #KesehatanMental #Psikologi #ledakan ♬ suara asli – detikHealth

    Sani juga menyinggung bahaya lain yang sering tidak disadari, yakni paparan ideologi ekstrem di internet, yang bisa menarik rasa ingin tahu remaja.

    “Anak bisa saja mencari tahu soal terorisme, ideologi ekstrem, atau melihat pelaku kekerasan sebagai role model. Mereka merasa tindakan ekstrem itu bisa menyalurkan emosi atau bahkan menjadikan mereka diperhatikan,” jelasnya.

    Menurut Sani, dalam beberapa kasus, perilaku ekstrem bisa muncul dari akumulasi penderitaan yang tidak tersalurkan.

    “Kadang anak merasa tidak ada yang menolong, lalu mencari cara agar orang tahu dia sedang terluka, salah satunya lewat perilaku ekstrem yang berujung viral,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

    Dampak Psikis Game Online

    4 Konten

    Game online bertema kekerasan tengah jadi sorotan, dituding mempengaruhi perilaku agresif anak dan remaja. Muncul wacana pembatasan berdasarkan usia.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Banjir dari Lereng Argopuro Mulai Landa Panti Jember

    Banjir dari Lereng Argopuro Mulai Landa Panti Jember

    Jember (beritajatim.com) – Banjir mulai melanda Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (10/11/2025) malam. Air membawa material lumpur.

    Banjir terjadi di Dusun Pertelon, Desa Pakis. “Hujan deras di hulu sungai lereng gunung Argopuro pada sore hari,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jember Indra Tri Purnomo, Selasa (11/11/2025).

    Sebenarnya hujan belum turun di dusun tersebut. Namun tiba-tiba air besar datang bersamaan dengan hujan di lokasi pada pukul lima sore. “Air meluber ke perkampungan warga melalui saluran irigasi yang tidak memiliki pintu air,” kata Indra.

    Air setinggi 2 centimeter masuk ke rumah Haris, salah satu warga. Sementara air yang menggenangi halaman tiga rumah warga lainnya setinggi 30 centimeter bercampur material lumpur.

    “Kami segera berkoordinasi dengan Camat Panti Hendra Kusuma dan Muspika. Hari ini saluran irigasi mulai diperbaiki,” kata Indra. [wir]

  • Kata Psikolog soal Dugaan Pemicu Anak Bisa Jadi Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta

    Kata Psikolog soal Dugaan Pemicu Anak Bisa Jadi Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta

    Jakarta

    Kasus ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta menyisakan tanda tanya besar terkait motif di balik pelaku yang masih berstatus pelajar.

    Psikolog Joice Manurung menilai peristiwa ini tidak bisa dilihat semata-mata sebagai tindakan kriminal remaja, melainkan gejala dari masalah psikologis yang kompleks.

    “Kasus seperti ini sangat kompleks. Tidak pernah ada satu penyebab tunggal yang bisa menjelaskan perilaku anak,” ujar Joice saat ditemui detikcom, Senin (10/11/2025).

    Menurutnya, perlu dilakukan asesmen psikologis menyeluruh terhadap pelaku untuk mengetahui kondisi mental dan faktor-faktor yang memengaruhi tindakannya.

    “Pertama, kita pasti cek dulu kondisi mental anak, apakah memang sehat betul-betul, dalam kondisi stabil atau tidak,” jelasnya.

    Selain kondisi mental, Joice menekankan pentingnya menelaah lingkungan keluarga, terutama keseimbangan peran orang tua dan keberadaan figur pendamping yang memberi rasa aman bagi anak.

    “Kita lihat juga bagaimana kondisi rumah, apakah fungsi ayah dan ibu seimbang, apakah ada rasa aman di rumah, atau justru tidak ada figur yang bisa menjadi tempat anak berkeluh kesah. Kalau itu tidak ada, berarti ada situasi yang bolong,” beber dia.

    Menurut Joice, anak yang tumbuh dalam lingkungan tanpa dukungan emosional sering kali kesulitan mengelola stres dan emosi negatif. Dalam beberapa kasus, hal itu dapat memicu perilaku impulsif atau agresif, terutama jika tidak ada ruang aman untuk menyalurkan perasaan.

    Joice juga menyoroti peran penting sekolah dalam membentuk karakter dan empati siswa. Ia menilai, sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar akademik, tetapi juga ruang pembelajaran moral dan sosial.

    “Di sekolah itu seharusnya ada sistem, tidak hanya sistem pembelajaran, tapi juga sistem pembentukan empati dan moral,” ujarnya.

    @detikhealth_official Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Apa yang Terjadi? Dari perspektif psikolog, perilaku kekerasan seperti ini seringkali merupakan puncak dari gunung es masalah yang lebih dalam. Mari kita buka diskusi tentang kesehatan mental remaja dan pentingnya dukungan. #SMAN72 #KesehatanMental #Psikologi #ledakan ♬ suara asli – detikHealth

    Namun, menurut Joice, masih banyak sekolah yang belum secara konsisten menerapkan sistem tersebut dalam praktik sehari-hari.

    “Seyogianya sudah ada, tapi kadang sistem itu hanya tertulis di atas kertas, tidak diterapkan dalam perilaku,” lanjut dia.

    Ia menekankan empati bukan sifat bawaan, melainkan hasil proses belajar dan pembiasaan. Karenanya, pendidikan karakter perlu diwujudkan dalam bentuk nyata, termasuk penerapan sanksi moral bagi pelaku kekerasan atau perundungan di sekolah.

    “Anak-anak yang melakukan perundungan perlu diberi sanksi, bukan hanya administratif, tapi juga sanksi perilaku dan moral. Dari situ mereka belajar bahwa tindakannya salah dan berdampak pada orang lain,” tegas Joice.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

    Dampak Psikis Game Online

    4 Konten

    Game online bertema kekerasan tengah jadi sorotan, dituding mempengaruhi perilaku agresif anak dan remaja. Muncul wacana pembatasan berdasarkan usia.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya