kab/kota: Gunung

  • Petugas Gabungan di Lumajang Bongkar Ladang Ganja di Lereng Semeru

    Petugas Gabungan di Lumajang Bongkar Ladang Ganja di Lereng Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Petugas gabungan TNI-Polri dan relawan berhasil mengungkap ladang ganja siap panen di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada Rabu (18/9/2024).
    Hal itu dalam rangka Operasi Tumpas Narkoba yang digelar Polres Lumajang.

    Ditemukan sedikitnya 453 pohon ganja dengan tinggi mencapai 1,5 hingga 2 meter, siap panen dan dipasarkan. Ladang ilegal ini tersembunyi di area Desa Argosari Kecamatan Senduro, tepatnya di lereng Gunung Semeru dengan medan yang sangat terjal.

    “Para pelaku sangat pintar dalam menyembunyikan ladang ganja. Mereka sengaja memilih lokasi yang sulit dijangkau untuk menghindari kejaran petugas,” ungkap Kompol Jauhar Ma’arif, pemimpin operasi.

    Dua orang warga setempat, Bambang (32) dan Ngatoyo (51), telah diamankan sebagai tersangka. Keduanya diduga kuat sebagai pemilik dan pengelola ladang ganja tersebut. “Mereka berdua kini tengah menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Lumajang,” tambah Kompol Jauhar.

    Para pelaku memanfaatkan medan ekstrem di lereng Gunung Semeru sebagai kamuflase. Ganja sengaja ditanam di sela-sela pepohonan dan bebatuan, sehingga sulit dideteksi dari udara maupun darat.

    “Ini menandakan bahwa jaringan peredaran narkoba semakin berani dan licik,” ujar Kompol Jauhar.

    Penemuan ladang ganja ini menjadi alarm bagi pihak berwajib untuk terus meningkatkan pengawasan, terutama di daerah-daerah yang berpotensi menjadi tempat persembunyian para pelaku kejahatan narkoba.

    “Kami akan terus berupaya memberantas peredaran narkoba di wilayah hukum Polres Lumajang,” tegas Kompol Jauhar.

    Seluruh tanaman ganja yang berhasil diamankan telah dibawa ke Mapolres Lumajang sebagai barang bukti. Polisi juga akan mendalami jaringan peredaran narkoba yang melibatkan kedua tersangka. [vid/suf]

  • Video Menakjubkan Ungkap Perubahan Bumi Selama 1,8 Miliar Tahun

    Video Menakjubkan Ungkap Perubahan Bumi Selama 1,8 Miliar Tahun

    Jakarta

    Menggunakan informasi dari dalam bebatuan di permukaan Bumi, ilmuwan merekonstruksi lempeng tektonik planet ini selama 1,8 miliar tahun terakhir. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk video yang menakjubkan.

    Ini adalah pertama kalinya catatan geologi Bumi dibuat seperti ini, sehingga kita bisa melihat jauh ke masa lalu. Menampilkannya dalam bentuk video transisi memungkinkan para ilmuwan untuk mencoba memetakan planet ini selama 40% terakhir sejarahnya, yang dapat dilihat dalam animasi di bawah ini.

    [Gambas:Youtube]

    Penelitian ini, yang dipimpin oleh Xianzhi Cao dari Ocean University di China, kini diterbitkan dalam jurnal akses terbuka Geoscience Frontiers.

    Membentuk pergerakan indah

    Memetakan planet kita melalui sejarahnya yang panjang menciptakan ‘gerakan’ benua yang indah meski dampaknya saat terjadi pergeseran tektonik mengguncang Bumi.

    Video transisi tampak dimulai dengan tampilan peta dunia yang sudah dikenal semua orang. Kemudian India bergerak cepat ke selatan, diikuti oleh beberapa bagian Asia Tenggara saat benua Gondwana terbentuk di Belahan Bumi Selatan.

    Sekitar 200 juta tahun yang lalu (Ma atau mega-annum dalam rekonstruksi), ketika dinosaurus berjalan di Bumi, Gondwana terhubung dengan Amerika Utara, Eropa, dan Asia utara untuk membentuk superbenua besar yang disebut Pangea.

    Kemudian, rekonstruksi berlanjut kembali. Pangea dan Gondwana terbentuk dari tabrakan lempeng yang lebih tua. Seiring waktu bergulir kembali, superbenua sebelumnya yang disebut Rodinia muncul.

    Tak berhenti di sini. Rodinia, pada gilirannya, terbentuk oleh pecahnya superbenua yang lebih tua yang disebut Nuna sekitar 1,35 miliar tahun yang lalu.

    Di antara planet-planet di Tata Surya, Bumi adalah yang paling unik karena memiliki lempeng tektonik. Permukaannya yang berbatu terbagi menjadi fragmen-fragmen (lempeng) yang saling bergesekan dan membentuk pegunungan, atau terpecah dan membentuk jurang yang kemudian terisi dengan lautan.

    Selain menyebabkan gempa dan gunung berapi, lempeng tektonik juga mendorong batuan dari dalam Bumi ke puncak pegunungan. Dengan cara ini, unsur-unsur yang berada jauh di bawah tanah dapat terkikis dari batuan dan akhirnya mengalir ke sungai dan lautan. Dari sana, makhluk hidup dapat memanfaatkan unsur-unsur ini.

    Di antara unsur-unsur penting ini adalah fosfor, yang membentuk kerangka molekul DNA, dan molibdenum, yang digunakan oleh organisme untuk menghilangkan nitrogen dari atmosfer dan membuat protein dan asam amino yang merupakan bahan penyusun kehidupan.

    Tektonik lempeng juga memperlihatkan batuan yang bereaksi dengan karbon dioksida di atmosfer. Batuan yang mengunci karbon dioksida merupakan pengendali utama iklim Bumi dalam skala waktu yang panjang, jauh lebih lama daripada perubahan iklim yang bergejolak yang menjadi tanggung jawab kita saat ini.

    Memahami masa lalu secara mendalam

    Pemetaan lempeng tektonik masa lalu planet ini merupakan tahap pertama untuk dapat membangun model digital Bumi yang lengkap sepanjang sejarahnya.

    Model semacam itu akan memungkinkan kita menguji hipotesis tentang masa lalu Bumi. Misalnya, mengapa iklim Bumi mengalami fluktuasi ekstrem seperti periode ‘Bumi Bola Salju’, atau mengapa oksigen terbentuk di atmosfer saat itu.

    Cara ini memungkinkan kita untuk lebih memahami umpan balik antara planet dalam dan sistem permukaan Bumi yang mendukung kehidupan seperti yang kita ketahui.

    Masih banyak yang harus dipelajari

    Membuat model masa lalu planet kita sangat penting jika ingin memahami bagaimana nutrisi di Bumi menjadi tersedia untuk mendukung evolusi. Bukti pertama untuk sel kompleks dengan inti, seperti semua sel hewan dan tumbuhan, berasal dari 1,65 miliar tahun yang lalu.

    “Periode tersebut mendekati awal rekonstruksi ini dan mendekati waktu terbentuknya superbenua Nuna. Kami bermaksud menguji apakah pegunungan yang tumbuh pada saat pembentukan Nuna mungkin telah menyediakan unsur-unsur untuk mendukung evolusi sel yang kompleks,” kata para penulis penelitian ini dalam makalahnya.

    Sebagian besar kehidupan di Bumi berfotosintesis dan melepaskan oksigen. Hal ini menghubungkan lempeng tektonik dengan kimia atmosfer, dan sebagian oksigen tersebut larut ke dalam lautan.

    Pada gilirannya, sejumlah logam penting seperti tembaga dan kobalt, lebih mudah larut dalam air yang kaya oksigen. Dalam kondisi tertentu, logam-logam ini kemudian diendapkan dari larutan. Singkatnya, logam-logam ini membentuk endapan bijih.

    Banyak logam terbentuk di akar gunung berapi yang berada di sepanjang tepi lempeng. Dengan merekonstruksi letak batas lempeng purba sepanjang masa, kita dapat lebih memahami geografi tektonik dunia dan membantu penjelajah mineral menemukan batuan purba yang kaya logam yang kini terkubur di bawah gunung yang jauh lebih muda.

    “Di masa penjelajahan dunia lain di Tata Surya dan sekitarnya, perlu diingat bahwa masih banyak hal tentang planet kita yang baru saja mulai kita pahami. Ada 4,6 miliar tahun yang harus diselidiki, dan bebatuan yang kita lalui mengandung bukti bagaimana Bumi telah berubah selama ini,” kata para peneliti.

    Upaya pertama untuk memetakan 1,8 miliar tahun terakhir sejarah Bumi ini merupakan lompatan maju dalam tantangan besar ilmiah untuk memetakan dunia kita. Namun, ini hanyalah upaya pertama. Tahun-tahun berikutnya, mungkin kita akan melihat peningkatan yang cukup besar dari titik awal yang telah kita buat sekarang.

    (rns/afr)

  • Sekda Lumajang Klarifikasi Pemeriksaan Polda Jatim Terkait Dana Bantuan Erupsi Semeru

    Sekda Lumajang Klarifikasi Pemeriksaan Polda Jatim Terkait Dana Bantuan Erupsi Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lumajang, Agus Triyono, memberikan penjelasan terkait pemeriksaannya oleh Polda Jawa Timur beberapa waktu lalu.

    Ia mengaku telah dua kali hadir memenuhi panggilan penyidik Subdit III Direskrimsus Polda Jatim. Pemeriksaan ini berkaitan dengan dugaan penyelewengan dana bantuan pasca-erupsi Gunung Semeru tahun 2021.

    Agus Triyono mengungkapkan bahwa ia diminta untuk memberikan keterangan seputar alokasi dana bantuan yang dikumpulkan oleh Baznas Lumajang selama masa bencana erupsi. Namun, ia menegaskan bahwa dirinya tidak terlibat langsung dalam pengelolaan dana tersebut.

    “Saat itu, saya lebih fokus menangani korban terdampak erupsi di Kecamatan Pronojiwo selama seminggu penuh,” ujar Agus pada Jumat (13/9/2024).

    Sebagai Wakil Komandan Sub Satgas, perannya saat itu adalah mendampingi Dandim Malang dalam penanganan darurat di wilayah Kecamatan Pronojiwo.

    Agus menambahkan bahwa menurut informasi dari Bupati Lumajang, pengelolaan dana bantuan dipercayakan kepada lembaga-lembaga seperti Lazisnu, Lazismu, dan Baznas.

    “Saya tidak terlalu mengikuti detail administrasi terkait dana bantuan, karena tugas utama saya adalah membantu para korban bencana,” jelasnya.

    Selain itu, Agus juga dimintai keterangan mengenai peran Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dalam mengelola dana bantuan yang masuk ke kas daerah.

    “Saya diperiksa sebagai Ketua TAPD mengenai dana yang diterima dari pemerintah dan masyarakat, yang kemudian disalurkan ke kas daerah,” tambahnya.

    Dana bantuan tersebut, yang disebut-sebut mencapai Rp 8,4 miliar, tercatat masuk ke rekening daerah dan dialokasikan sesuai prosedur. Alokasi dana ini dibahas bersama DPR dan digunakan pada perubahan anggaran tahun 2022 untuk berbagai instansi, termasuk Dinas PU, Dinsos, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, BPBD, Kecamatan Pronojiwo, dan Kecamatan Candipuro.

    Saat ditanya mengenai masalah yang sedang terjadi di Baznas Lumajang, Agus menjelaskan bahwa donasi dari berbagai pihak memang diterima oleh pemerintah daerah dan lembaga lain.

    “Penyidik mengatakan bahwa seharusnya semua dana masuk ke rekening kas daerah, agar bisa dipertanggungjawabkan dengan lebih transparan. Seperti dana dari Kalimantan Tengah dan Jogjakarta, yang masuk ke kas daerah dan tercatat dalam APBD, sehingga hasilnya bisa diaudit oleh BPK,” pungkas Agus. (ted)

  • Obligator BLBI Coba Kabur, Pengamat Desak Penanganan Hukum Lebih Tegas

    Obligator BLBI Coba Kabur, Pengamat Desak Penanganan Hukum Lebih Tegas

    Surabaya (beritajatim.com) – Upaya Marimutu Sinivasan, bos Texmaco Grup, untuk melarikan diri dari Indonesia menuju Malaysia berhasil digagalkan oleh petugas perbatasan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong.

    Keberhasilan ini mendapat apresiasi dari pengamat hukum, Hardjuno Wiwoho, namun ia juga menyoroti adanya ketimpangan dalam penanganan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

    “Kinerja petugas perbatasan patut diapresiasi, mereka telah menjalankan tugas dengan baik,” ujar Hardjuno, Mahasiswa Doktoral Universitas Airlangga Surabaya, pada Senin (9/9/2024).

    Meski demikian, Hardjuno mengkritik keras pendekatan hukum yang diterapkan pada Marimutu, yang hanya mengedepankan aspek perdata meskipun kerugian negara mencapai Rp29 triliun. “Kasus ini cermin adanya ketimpangan dalam penerapan hukum di Indonesia,” tegasnya.

    Hardjuno membandingkan kasus Marimutu dengan kasus-kasus pidana lain yang melibatkan kerugian negara yang jauh lebih kecil, namun pelakunya langsung dihadapkan pada hukuman pidana. Ia mengakui bahwa secara doktrin hukum, utang Marimutu bisa dianggap sebagai persoalan perdata.

    Namun, ia menekankan perlunya penerapan hukum yang lebih progresif dan tegas, mengingat besarnya dampak kerugian negara dan upaya Marimutu untuk meninggalkan Indonesia.

    “Benar bahwa secara doktrin hukum, utang seperti yang dialami Marimutu dapat dianggap sebagai persoalan perdata. Namun, kita harus ingat bahwa BLBI bukan kasus biasa,” jelas Hardjuno.

    Hardjuno mendesak adanya reformasi hukum yang lebih luas dalam menangani kasus-kasus besar yang merugikan negara. Ia menekankan bahwa sistem hukum Indonesia perlu beradaptasi dan memperkuat perangkatnya untuk memastikan kasus-kasus besar seperti BLBI dapat ditangani dengan proporsional dan adil.

    “Kasus Marimutu ini hanya puncak gunung es dari masalah yang lebih besar dalam sistem hukum kita,” lanjutnya.

    Ia juga menyoroti ketidakmampuan sistem hukum untuk memberikan tindakan yang setimpal terhadap obligor besar yang tidak hanya merugikan negara secara finansial tetapi juga menggerus kepercayaan publik terhadap penegakan hukum.

    Dalam konteks ini, Hardjuno mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang pendekatan perdata dalam kasus-kasus besar seperti BLBI, dan mulai mempertimbangkan langkah-langkah hukum yang lebih keras, termasuk menjatuhkan sanksi pidana bagi obligor yang terbukti berusaha menghindari tanggung jawab mereka.

    “Dalam kasus BLBI, di mana kerugian negara begitu besar, hukum progresif harus diterapkan. Ini bukan hanya soal menagih utang, tetapi juga soal menjaga keadilan dan integritas sistem hukum kita,” tutup Hardjuno. [asg/beq]

  • Polwan Polres Mojokerto Lakukan Pendakian di Gunung Pundak

    Polwan Polres Mojokerto Lakukan Pendakian di Gunung Pundak

    Mojokerto (beritajatim.com) – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Ke-76 Polisi Wanita Republik Indonesia (Polwan RI) yang jatuh pada tanggal 1 September, Polwan Polres Mojokerto melakukan pendakian. Puluhan Polwan Polres Mojokerto melakukan pendakian di Gunung Pundak.

    Pendakian di gunung dengan ketinggian 1.585 mdpl (meter diatas permukaan laut) yang terletak di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto dilakukan pada, Sabtu (7/9/2024). Pndakian dimulai sekira pukul 06.00 WIB dan sampai di puncak sekira pukul 08.00 WIB dan dilakukan pengibaran bendera Merah Putih.

    Kapolres Mojokerto AKBP Ihram Kustarto mengatakan, pendakian Gunung Pundak tersebut menandai komitmen Polwan Polres Mojokerto sesuai tema Hari Jadi ke-76 Polwan RI yakni Polwan Presisi Mendukung Percepatan Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas.

    “Kami dengan bangga mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Pundak dalam rangka Hari Jadi ke-76 Polwan RI. Ini mencerminkan semangat untuk Polwan Presisi Mendukung Percepatan Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas,” ungkapnya.

    Pendakian ke Gunung Pundak tersebut dipilih dengan tujuan meningkatkan soliditas, memupuk tali silaturahmi, menjalin keakraban, kebersamaan sesama keluarga besar Polwan Polres Mojokerto. Selain itu, pendakian dilakukan dalam rangka rangkaian Hari Jadi ke-76 Polwan RI.

    Polwan Polres Mojokerto juga melaksanakan bakti sosial kepada masyarakat di sekitar lokasi pendakian sebagai wujud kepedulian Polri terhadap masyarakat. Gunung Pundak terkenal menjadi tujuan para pendaki pemula dengan pemandangan alam yang indah. Dinamakan Gunung Pundak karena berada di pundaknya Gunung Welirang. Dalam bahasa Jawa artinya bahu. [tin/kun]

  • Dugaan Penyimpangan Donasi Erupsi Semeru, Thoriqul Haq Mantan Bupati Lumajang Diperiksa

    Dugaan Penyimpangan Donasi Erupsi Semeru, Thoriqul Haq Mantan Bupati Lumajang Diperiksa

    Surabaya (beritajatim.com) – Thoriqul Haq, Mantan Bupati Lumajang Diperiksa Subdit III Tipidkor Ditreskrimsus Polda Jawa Timur, Selasa (03/09/2024). Ia diperiksa lantaran adanya aduan ke polisi terkait penyimpangan dana donasi bencana alam letusan gunung Semeru pada tahun 2021-2022 lalu.

    Kanit I Subdit III Tipikor Ditreskrimsus Polda Jatim, Kompol Putu Angga membenarkan bahwa Thoriq Haq diperiksa lantaran adanya dugaan penyimpangan penerimaan dan penyaluran dana bantuan penanggulangan erupsi Semeru. Dugaan itu diketahui setelah adanya laporan yang masuk ke Ditreskrimsus Polda Jawa Timur.

    “Salah satunya ada demo di depan. Ada surat masuk ke polda krimsus. Disposisi ke Tipikor terkait dugaan penyimpangan penerimaan dan penyaluran dana bantuan penanggulangan erupsi Semeru tahun 2021, 2022 dan 2023, kalau gak salah,” kata Putu Angga, Selasa (03/09/2024).

    Sementara itu, Thoriqul Haq mengatakan ia datang ke Polda Jatim dalam rangka diskusi dan sharing terkait lembaga yang menerima bantuan erupsi Semeru. Ia mengatakan saat itu, banyak lembaga yang membuka donasi seperti lembaga zakat, Pramuka dan PMI yang membuka donasi. Namun, kata Thoriqul Haq lembaga-lembaga itu tidak melaporkan hasil donasi maupun laporan pertanggungjawaban ke Pemkab Lumajang maupun masyarakat.

    “Kalau kelembagaan Pemda jelas, pemerintah sudah memutuskan bantuan itu masuk ke kas daerah. Tapi yang lembaga ini kan bukan kas daerah, dan ini bukan kelembagaan pemerintah,” kata Thoriqul Haq diwawancarai di Polda Jatim.

    Thoriqul Haq mengakui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang juga mendapatkan bantuan donasi. Namun, bantuan yang masuk kelembagaan Pemkab Lumajang masuk ke kas daerah dan sudah digunakan sebagaimana mestinya.

    “Kalau kelembagaan pemda jelas, pemerintah sudah memutuskan bantuan itu masuk ke kas daerah. BPBD Lumajang mendapatkan bantuan donasi dari Pemerintah Bojonegoro, Kalteng dan mesti digawe rek. dana bantuan mesti digunakan. mesti dicairkan. ada beberapa kelembagaan yang membantu misalnya csr Bank Jabar, itu masuk rek bank daerah,” tegas Thoriq.

    Sampai berita ini ditulis, Thoriqul Haq belum selesai diperiksa oleh Subdit III Tipidkor Ditreskrimsus Polda Jawa Timur. (ang/ian)

  • Helikopter Angkut Turis Jatuh di Rusia, 17 Jenazah Ditemukan

    Helikopter Angkut Turis Jatuh di Rusia, 17 Jenazah Ditemukan

    Moskow

    Para petugas penyelamat Rusia menemukan 17 jenazah setelah sebuah helikopter yang mengangkut 22 orang, yang sebagian besar turis, terjatuh di area Semenanjung Kamchatka di Timur Jauh Rusia.

    Seperti dilansir AFP, Senin (2/9/2024), otoritas regional Rusia sebelumnya melaporkan helikopter jenis Mi-8 itu hilang tak lama setelah lepas landas dari sebuah pangkalan dekat area Gunung Api Vachkazhets pada Sabtu (31/8) waktu setempat.

    Helikopter itu disebut membawa 22 orang, yang terdiri atas 19 penumpang yang semuanya turis dan tiga awak.

    Gubernur Kamchatka Vladimir Solodov dalam pernyataan video via Telegram menyebut para petugas penyelamat melihat keberadaan puing-puing helikopter tersebut di area perbukitan pada ketinggian 900 meter pada Minggu (1/9) pagi.

    Semenanjung Kamchatka merupakan area yang populer di kalangan turis karena keindahan alamnya. Area itu kerap menjadi tujuan wisata petualangan yang populer karena gunung berapi aktif dan alamnya yang masih asli.

    Kamchatka diketahui berjarak lebih dari 6.000 kilometer sebelah timur Moskow dan berjarak 2.000 kilometer sebelah barat Alaska, yang merupakan wilayah Amerika Serikat (AS).

    Rekaman video yang diambil dari udara, yang diposting oleh Kementerian Urusan Darurat Rusia, menunjukkan puing-puing helikopter berserakan di area lereng dekat puncak bukit yang dikelilingi hutan lebat.

    Kementerian Urusan Darurat Rusia mengatakan bahwa helikopter itu ditemukan dekat dengan lokasinya saat hilang dari radar.

    “Saat ini kami telah menemukan 17 jenazah,” sebut seorang pejabat Kementerian Urusan Darurat Rusia, Ivan Lemikhov.

    “Tim penyelamat telah mendirikan kemah dan pencarian dihentikan hingga fajar menyingsing,” imbuhnya.

    Tidak diketahui secara jelas keberadaan lima orang lainnya yang ada di dalam helikopter saat insiden itu terjadi. Belum diketahui apakah 17 jenazah yang ditemukan itu semuanya penumpang atau juga mencakup awak.

    Helikopter Mi-8 buatan Rusia, yang dirancang pada era Soviet, merupakan jenis helikopter bermesin ganda yang dirancang tahun 1960-an silam dan banyak digunakan untuk transportasi di negara tersebut.

    Namun beberapa waktu terakhir, ada peningkatan laporan bahwa helikopter jenis tersebut mengalami kecelakaan fatal. Salah satunya insiden pada awal bulan ini, ketika sebuah helikopter Mi-8 yang membawa 16 orang, termasuk 13 turis, jatuh di wilayah Timur Jauh Rusia. Delapan orang tewas dalam insiden tersebut.

    Helikopter Mi-8 yang jatuh di Kamchatka itu dioperasikan oleh perusahaan bernama Vityaz-aero yang kerap mengatur penerbangan untuk para turis.

    Kecelakaan melibatkan pesawat dan helikopter sangat sering terjadi di wilayah Timur Jauh Rusia, yang berpenduduk jarang dan banyak wilayahnya hanya bisa diakses dengan helikopter.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Investigasi Iran Ungkap Cuaca Buruk Penyebab Jatuhnya Heli Presiden Raisi

    Investigasi Iran Ungkap Cuaca Buruk Penyebab Jatuhnya Heli Presiden Raisi

    Jakarta

    Investigasi final Iran terhadap kecelakaan helikopter yang menewaskan presiden Ebrahim Raisi, menemukan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh cuaca buruk. Demikian disampaikan badan yang menyelidiki peristiwa jatuhnya heli yang dinaiki Raisi dan rombongan, yang terjadi pada bulan Mei tersebut.

    Helikopter yang membawa Raisi yang berusia 63 tahun, dan rombongannya jatuh di lereng gunung yang diselimuti kabut di Iran utara, menewaskan sang presiden dan tujuh orang lainnya. Peristiwa itu pun memicu digelarnya pemilihan umum yang dipercepat.

    Penyebab utama kecelakaan helikopter adalah “kondisi iklim dan atmosfer yang kompleks di wilayah tersebut pada musim semi”, kata badan khusus yang menyelidiki penyebab kecelakaan helikopter, menurut media Iran, IRIB, dilansir kantor berita AFP, Senin (2/9/2024).

    Laporan tersebut menambahkan bahwa “munculnya kabut tebal dan membubung secara tiba-tiba” menyebabkan helikopter menabrak gunung.

    Sebelumnya, militer Iran pada bulan Mei juga mengatakan tidak menemukan bukti aktivitas kriminal dalam kecelakaan, yang juga menewaskan menteri luar negeri Raisi, Hossein Amir-Abdollahian.

    Pada bulan Agustus, kantor berita Fars mengutip penyebab utama kecelakaan pada tanggal 19 Mei tersebut sebagai kondisi cuaca buruk dan ketidakmampuan helikopter untuk terbang dengan dua penumpang tambahan yang melanggar protokol keamanan.

    Namun, angkatan bersenjata Iran dengan cepat menolak temuan tersebut dengan mengatakan, “apa yang disebutkan di berita Fars tentang keberadaan dua orang di dalam helikopter yang melanggar protokol keamanan… sepenuhnya salah”.

    (ita/ita)

  • Viral Ikan Beterbangan di Tasikmalaya, Netizen Kaitkan Megathrust

    Viral Ikan Beterbangan di Tasikmalaya, Netizen Kaitkan Megathrust

    Jakarta

    Beberapa hari terakhir, viral sebuah video yang memperlihatkan ikan berukuran kecil hingga sedang beterbangan dan menyerbu tepi pantai selatan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

    Fenomena alam ini mengundang beragam komentar netizen. Tak sedikit yang mengaitkannya dengan pertanda bencana alam, terutama terkait dengan gempa megathrust. Namun, tak kalah banyak juga yang menyebut peristiwa ini adalah berkah dan rezeki melimpah dari Yang Maha Kuasa.

    [Gambas:Youtube]

    “Masya Allah, tapi hati-hati ya dan tetap waspada. Takutnya ada banjir bandang,” komentar netizen dengan akun @suxxxxxxxxxxx2.

    “Takjub sekaligus takut, lagi rame megathrust liat video ini. Mungkin ada hubungannya,?” kata akun @nbxxxxxh.

    “Apa mungkin ada gunung di bawah laut? Kayak-nya menghindari sesuatu,” duga @loxxxxxxxxxxxxx3.

    “Enak nih ikan japuh asin. Makan di pinggir sawah sama nasi liwet ngebul-ngebul,” canda @yuxxxxr.

    “Alhamdulillah rezeki berlimpah buat bapak-bapaknya, gak perlu mancing,” tulis @sexxnd.

    Sebelumnya, Dedi Mulyadi, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya, membenarkan fenomena langka ini. Kejadian ikan mendekat ke tepi pantai terjadi pada Senin (26/8) dan berlangsung selama beberapa hari.

    Adapun jenis ikan yang menyerbu daratan ini adalah ikan japuh. Waktu ikan-ikan ini ke pinggir pantai tidak bisa ditentukan, kadang malam, pagi, atau sore hari.

    “Aneh makanya, biasanya kalau kemarau panjang. Ini kan baru dua minggu. Mungkin isu megathrust atau hal biasa. Tapi kenyataannya memang ikan japuh pada ke pinggir. Kadang malam kadang sore, kadang pagi. Hanya Allah yang Maha Tahu,” kata Dedi kepada detikJabar, Rabu (28/8).

    Dedi menyebut, ikan mendekat bibir pantai terjadi di sepanjang pesisir pantai selatan Tasikmalaya, Pangandaran, hingga Garut. “Iya di Garut juga terjadi ikan ke pinggir ini,” ujarnya.

    Zona Megathrust

    Beberapa netizen yang menduga hal ini dengan megathrust tampaknya mengaitkan peristiwa ini dengan informasi tentang potensi gempa megathrust di beberapa zona di Indonesia, termasuk di Jawa Barat dan Selat Sunda-Banten, yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

    Bahasan mengenai potensi megathrust bukan baru-baru ini saja ramai dibahas, namun sudah sejak beberapa tahun lalu. BMKG berulang kali mengingatkan bahwa dirilisnya informasi ini bukan merupakan sebuah peringatan dini apalagi bermaksud menakut-nakuti, melainkan sebagai pengetahuan yang harus diketahui agar kita siaga.

    “Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian,” kata BMKG dalam keterangan tertulis.

    BMKG menyebut, pembahasan mengenai potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut akhir-akhir ini sebenarnya bukan hal baru. Hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat.

    “Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat,” demikian disampaikan BMKG.

    Zona Megathrust di Indonesia

    Zona megathrust di Indonesia berada di zona subduksi aktif, mulai dari Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, hingga Subduksi Utara Papua.

    Zona subduksi aktif tersebut dibagi menjadi beberapa segmentasi sumber gempa zona megathrust. Mengutip dari ‘Peta Sumber dan Bahaya Gempa’ oleh Pusat Studi Gempa Nasional tahun 2017, berikut ini zona megathrust di Indonesia:

    Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)Megathrust Nias-Simeulue (M 8,9)Megathrust Batu (M 8,2)Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)Megathrust Enggano (M 8,8)Megathrust Selat Sunda-Banten (SSB) (M 8,8)Megathrust Jawa Barat (M 8,8)Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur (M 8,9)Megathrust Bali (M 9,0)Megathrust NTB (M 8,9)Megathrust NTT (M 8,7)Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2).

    (rns/fay)

  • Gunung Padang dan 5 Temuan Lain di Sundaland Sebelum Tenggelam

    Gunung Padang dan 5 Temuan Lain di Sundaland Sebelum Tenggelam

    Jakarta

    Sundaland seakan hilang ditelan Bumi, sampai kemudian para ilmuwan berhasil menemukan kembali benua yang membentang di Semenanjung Asia Tenggara, termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Sebelum tenggelam akibat naiknya permukaan laut di Zaman Es akhir, benua ini diduga merupakan tempat tinggal manusia dengan peradaban yang sudah maju.

    Dalam Seminar Nasional Warisan Peradaban Sundaland yang diadakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Prof. Dr. Danny Hilman Natawidjaja, Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membeberkan sejumlah temuan yang berpotensi menjadi bukti peradaban manusia di zaman itu.

    “Sundaland punya banyak keunikan, termasuk kalau kita lihat di zona tropis, Sundaland satu-satunya daratan yang tenggelam karena kenaikan muka air laut sejak Zaman Es. Tentu pertanyaan berikutnya kalau kita melihat penyebaran dari peradaban dunia apakah di Sundaland ada peradaban?” tanya Danny.

    Ia menjelaskan beberapa temuan yang terkait dengan peradaban zaman Sundaland. Sejumlah temuan itu banyak yang berasal dari Indonesia, dan ada di antaranya yang kuat membuktikan Sundaland adalah wilayah bermulanya peradaban manusia.

    1. Jejak Sungai Purba

    Berdasarkan penelitian menggunakan data 3D Seismic oleh ahli geologi Dr. Andang Bachtiar di Teluk Thailand, ditemukan jejak sungai purba yang saat ini berada di sekitar 70 meter di bawah permukaan air laut.

    “Yang mengejutkan, saat model ini di-slice pada kedalaman 100 meter, tak hanya terlihat jejak sungai yang lebih purba, tapi jaringan air yang membentuk seperti sarang laba-laba. (Jaringan seperti ini) bukan jaringan sungai alamiah melainkan irigasi,” ujarnya.

    Jejak sungai purba di Teluk Thailand. Foto: dok. Dr. Andang BachtiarJejak jaringan irigasi di bawah jejak sungai purba di Teluk Thailand. Foto: dok. Dr. Andang Bachtiar

    Danny menyebutkan, prinsip dari eksplorasi 3D Seismic bisa diterapkan di Indonesia, misalnya di Laut Jawa, Selat Karimata. Ilmuwan lainnya Dr. Wahyu Triyoso, menggunakan 3D Seismic untuk melihat apa yang ada di dekat permukaan Laut Jawa.

    Jejak sungai purba di Laut Jawa. Foto: dok. Dr. Wahyu Triyoso

    “Dan ternyata kita memang bisa melihat jejak sungai purba di Laut Jawa itu. Tentunya jejak peradaban juga kita bisa tahu kalau kita lebih intensif lagi (menelitinya),” kata Danny.

    2. Pelabuhan Kuno di Bawah laut

    Temuan lainnya adalah penelitian di Selat Sunda menggunakan multibeam oleh Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia, Dr. Gegar Prasetya. Penelitiannya menemukan keberadaan pelabuhan yang tenggelam sekitar 60 m di bawah permukaan laut saat ini.

    Jejak pelabuhan kuno di bawah laut di Selat Sunda. Foto: dok. Dr. Gegar Prasetya

    “Terlihat bentuknya bukan karena proses geologi tapi merupakan dredging dari pelabuhan menurut pak Gegar. Bahkan ada jalan masuk dan keluarnya,” Danny memaparkan.

    3. Gunung Padang

    Penelitian tentang Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, dinilai yang paling kuat mewakili keberadaan peradaban Sundaland di wilayah Indonesia. “Di daratan, kita sebenarnya sudah punya data yang cukup bagus juga. Gunung Padang, ini adalah peradaban pada zaman gunung es,” ujar Danny.

    Sayangnya, setelah sempat menggemparkan dunia, serta tayang sebagai film dokumenter ilmiah ‘Ancient Apocalypse’di Netflix, penelitian tentang Gunung Padang harus dicabut (retract).

    Situs Gunung Padang dibangun di Zaman Es dan setelah Zaman Es. Foto: Weka Kanaka/detikcom

    “Setelah di-review selama 9 bulan, dinyatakan memenuhi syarat ilmiah, sudah published, pernah menggegarkan dunia selama satu bulan, reaksinya pun sangat positif, kemudian ada serangan bertubi-tubi dari seluruh dunia yang akhirnya paper ini di-retract oleh publishernya dengan alasan ada major error, tapi tidak pernah dijelaskan bukti dan argumen ilmiahnya,” Danny menyayangkan.

    4. Situs Kumitir

    Di situs Kumitir yang ditemukan di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur ini ditemukan sisa-sisa bangunan yang dibangun di era Kerajaan Majapahit.

    “Kita memang ketemu bata (zaman) Majapahit-nya. Tapi di bawahnya itu ada batu bata merah yang jauh lebih tua minimal 700 SM dia sudah ada. Tapi menurut hemat kami para peneliti, kelihatannya 500 tahun SM dia sudah ada,” ujar Danny.

    Jauh di bawah Situs Trowulan terdapat jejak peradaban yang lebih tua. Foto: dok. Dr. Danny Hilman Natawidjaja

    “Artinya sudah ada bangunan pertama di Trowulan sebelum Kerajaan Mataram Kuno ada. Ini yang harus diteliti. Berdasarkan penelitian sekilas, di Trowulan masih banyak bangunan bata merah yang masih harus dicari,” imbuhnya.

    5. Piramida Toba

    Di tahun 2023, sebuah riset awal yang dilakukan di kawasan Danau Toba, Sumatra Utara menemukan bangunan besar. Struktur bangunan ini bentuknya seperti piramida tapi sebagian struktur menempel ke bukit pada batuan berpori hasil abu vulkanik yang diperkirakan berumur 74 ribu tahun.

    “Baru-baru ini di Toba kami menemukan suatu bangunan berupa teras-teras batu yang jika dilihat dari arah muka, berbentuk seperti piramida. Tidak ada keraguan kalau ini buatan manusia bukan alamiah.

    Tiga struktur bangunan raksasa di kawasan Toba berbentuk seperti piramida. Foto: dok. Dr. Danny Hilman Natawidjaja

    Danny yang juga terlibat dalam penemuan piramida Gunung Padang ini mengatakan riset Piramida Toba masih tahap penelitian pendahuluan dan memerlukan riset lanjutan.

    “Tidak hanya satu, tapi ada tiga (piramida) di kawasan luas yang luar biasa indah. Ini adalah satu peninggalan yang sangat besar,” sebutnya.

    6. Kawasan Megalitikum Kalamba dan Palindo

    Di kawasan Megalitikum Kalamba dan Palindo di Sulawesi Tengah, ditemukan ratusan kalamba, yakni benda Zaman Megalitikum berbentuk seperti drum atau tong batu yang berbentuk silinder terpotong, dan patung granit.

    “Kemungkinan masih ada ribuan kalamba dan patung granit yang tersembunyi di hutan-hutan atau tertimbun di bawah tanah,” kata Danny.

    Foto: dok. Dr. Danny Hilman Natawidjaja

    Di wilayah itu juga ditemukan bukit yang diberi nama Piramida Lembah Napu. “Di sana ada satu bukit yang berdasarkan ciri-cirinya sudah ada campur tangan manusia, Piramida Lembah Napu. Terdapat dinding yang berukir dari granit,” sebutnya.

    Bukit dengan dinding berukir granit. Foto: Dr. Danny Hilman Natawidjaja

    Publik terutama komunitas ilmuwan tentu saja berharap berbagai temuan ini ada tindak lanjut berupa riset lanjutan sehingga akan membuka tabir yang masih belum banyak terungkap.

    (rns/rns)