kab/kota: Gunung

  • Kecelakaan Maut di Tol Jombang: Pejalan Kaki Tewas Setelah Menabrakkan Diri ke Truk

    Kecelakaan Maut di Tol Jombang: Pejalan Kaki Tewas Setelah Menabrakkan Diri ke Truk

    Jombang (beritajatim.com) – Kecelakaan tragis terjadi di ruas Tol Jomo (Jombang-Mojokerto), tepatnya di KM 683+000 B, Kamis (20/11/2025).

    Seorang pejalan kaki tewas mengenaskan setelah sengaja menabrakkan diri ke truk yang sedang melintas. Korban diketahui bernama Wahyu Adi (22), warga Dusun Gempolpahit, Desa Banjardowo, Kecamatan/Kabupaten Jombang.

    Kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 10:53 WIB. Menurut keterangan dari Kanit PJR Jatim III Warugunung, AKP Sudirman, korban diduga dalam kondisi depresi dan sengaja menuju ke tengah jalan tol dengan berjalan kaki, kemudian menabrakkan diri ke kendaraan yang sedang melintas. “Seorang pejalan kaki tewas dalam kecelakaan ini,” ujar Sudirman.

    Truk box yang terlibat dalam kecelakaan ini memiliki nomor polisi B 9349 TEZ. Truk tersebut sedang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Yogyakarta dan melaju di lajur lambat dengan kecepatan sedang.

    Tiba-tiba, korban muncul dan menghadang kendaraan tersebut. Sopir truk, Mahmud Wibowo (30), warga Salam Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kernetnya, Bentario (29), warga Jogotirto, Berbah, Sleman, DIY, tidak bisa menghindar, sehingga kecelakaan maut ini pun terjadi.

    Kecelakaan ini berlangsung saat cuaca cerah dan arus lalu lintas cukup lancar. Meskipun begitu, korban yang diduga sedang mengalami depresi tersebut tidak selamat dan meninggal di tempat kejadian. [suf]

  • Gunung Semeru Erupsi, Ini yang Terjadi pada Paru Jika Menghirup Abu Vulkanik

    Gunung Semeru Erupsi, Ini yang Terjadi pada Paru Jika Menghirup Abu Vulkanik

    Jakarta

    Hujan abu vulkanik akibat awan panas guguran (APG) Gunung Semeru berjatuhan di sejumlah yang ada di 2 wilayah di Kecamatan Pronojiwo maupun Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.

    Sebanyak 240 personel kepolisian direkahkan untuk membersihkan material debu vulkanik di jalanan yang mengganggu mobilitas warga.

    Tak hanya itu, partikel sangat halus yang berukuran kurang dari 10 mikron tersebut juga dapat membahayakan kesehatan tubuh, khususnya paru saat terhirup dalam jumlah berlebih.

    Berikut, beberapa masalah kesehatan pernapasan yang bisa muncul saat menghirup abu vulkanik menurut spesialis paru, dr Agus Dwi Susanto SpP.

    Iritasi pada mukosa seperti kulit, gatal-gatal kulit.Iritasi mata, yakni mata merah dan berair.Iritasi mukosa hidung, yakni hidung berair.Iritasi tenggorokan, sehingga sakit tenggorokan, batuk kering atau berdahak.Iritasi pada saluran napas dan paru menimbulkan batuk, dahak berlebih, sesak napas.Meningkatkan risiko serangan penyakit paru yang sudah ada seperti serangan asma atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis).Peningkatan risiko ISPA dan bronkitis.

    Mengapa Bisa Begitu?

    dr Agus menambahkan bahwa abu vulkanik mengandung silika dalam jumlah tinggi yang dapat menyebabkan iritasi pernapasan jangka pendek dan panjang.

    “Selain itu juga ada gas seperti hidrogen sulfida, karbonmonoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida. Untuk Debu/abu ini sangat halus dapat terbawa angin sampai ratusan km,” kata dr Agus saat dihubungi detikcom, Kamis (20/11/2025).

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Mengenal Penyakit PPOK dan Penyebabnya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Gunung Semeru Erupsi, Penerbangan di 8 Bandara Masih Normal

    Gunung Semeru Erupsi, Penerbangan di 8 Bandara Masih Normal

    Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan mencatat tidak ada dampak terhadap penerbangan pasca erupsi gunung Semeru. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menegaskan tidak ada penerbangan yang dibatalkan di bandara sekitar Gunung Semeru.

    Dirjen Perhubungan Udara, Kemenhub, Lukman F Laisa menuturkan, erupsi Gunung Semeru tidak mengganggu aktivitas di delapan bandara sekitar. Dia juga memastikan tidak ada penerbangan yang terdampak.

    “Hingga informasi ini disampaikan, bandara yang berada di area semburan erupsi yaitu Bandar Udara Abdul Rachman Saleh-Malang, Bandar Udara Noto Hadinegoro-Jember, Bandar Udara Internasional Yogyakarta, Bandar Udara Adi Sutjipto, Bandar Udara Dhoho-Kediri, Bandar Udara Juanda-Surabaya, Bandar Udara Adi Soemarmo-Solo dan Bandar Udara Banyuwangi beroperasi normal dan tidak ada pembatalan jadwal penerbangan,” ungkap Lukman dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis (20/11/2025).

    Dia menuturkan akan melakukan koordinasi dengan Otoritas Bandar Udara, AirNav Indonesia, dan pihak terkait untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional penerbangan.

    Dalam catatannya, bedasarkan informasi dari ASHTAM No. VAWR6036 pada Kamis (20/11/2025) pukul 06.10 WIB teramati sebaran abu vulkanik Gunung Semeru bergerak ke arah barat daya. Informasi ini berlaku sejak 20 November 2025 pukul 06.10 WIB hingga 21 November 2025 pukul 06.10 WIB.

    “Pembaruan informasi akan disampaikan apabila terdapat perkembangan terbaru terkait aktivitas Gunung Semeru,” tandasnya.

     

  • Mencari Cuan dari Pasir Gunung Semeru

    Mencari Cuan dari Pasir Gunung Semeru

    Surabaya (beritajatim.com) – Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (MDPL). Gunung yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim) kembali erupsi (meletus) pada Rabu sore, 19 November 2025.

    Ratusan warga di sekitar kaki gunung itu mengungsi ke lokasi aman. Letusan tahun ini merupakan kali ke sekian dari erupsi gunung berapi tersebut.

    Belum diketahui secara resmi sejak kapan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pertama kali meletus. Erupsi tahun 1818 menjadi catatan administrasi pertama atas erupsi yang terjadi di gunung ini.

    Saat letusan di tahun 1818, belum banyak catatan administrasi penting terkait gunung ini. Baru di tahun 1941-1942, di mana terjadi letusan dan leleran lava berlangsung lama. Erupsi itu berlangsung ketika Indonesia di bawah penjajahan Jepang.

    Letusan terbesar dan paling mematikan terjadi pada 29 Agustus 1909, yang menewaskan sekitar 208 jiwa, menghancurkan pemukiman, dan menimbun lahan pertanian warga. Erupsi pada 1909 masuk kategori Indeks Letusan Vulkanik (VEI) level 3, disertai aliran piroklastik yang dahsyat.

    Mirip dengan gunung berapi lain di Pulau Jawa, khususnya Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Semeru masuk kategori gunung berapi aktif. Kerapkali meletus. Kendati periode letusannya tak bersifat ajeg. Erupsi terakhir Semeru pada Desember 2021, yang mengakibatkan puluhan warga meninggal dunia dan hilang, ribuan warga mengungsi dan sejumlah infrastruktur publik mengalami kerusakan berat.

    Biasanya episode letusan Semeru bisa berlangsung berhari-hari. Temponya cukup panjang. Sehingga ekses yang ditimbulkan terhadap warga yang bermukim di sekitar kaki gunung sangat berat. Warga terpaksa mengungsi, dengan fasilitas pengungsian terbatas. Selain itu, hewan ternak, lahan pertanian, dan infrastruktur dasar masyarakat tak sedikit yang mengalami kerusakan berat.

    Pada letusan tahun 1941-1942, aktivitas vulkanik yang timbul dari Semeru cukup panjang. Letusan mulai pada 21 September 1941 hingga Februari 1942. Aktivitas ini menghasilkan leleran lava yang mencapai lereng timur dan menimbun Pos Pengairan Bantengan. Hingga tahun 1960, Semeru aktif secara beruntun dengan berbagai skala letusan.

    Sebelum erupsi Desember 2021, Semeru sempat ‘batuk’ pada Mei 2008. Namun demikian, letusan di tahun 2008 tak sebesar dibanding erupsi pada 2021. Pada 4 Desember 2021, letusan Semeru menimbulkan kolom abu membumbung tinggi dan dampak kerusakan lahan signifikan di sekitarnya.

    Gunung Semeru memiliki letusan tipe Vulkanian dan Strombolian, yang terjadi beberapa kali dalam satu jam. Letusan biasanya terjadi dari kawah Jonggring Seloko, yang terletak di sisi tenggara puncak Mahameru.

    Setiap hari terjadi letusan-letusan kecil, seperti layaknya orang batuk, di Gunung Semeru. Letusan kecil Semeru membawa banyak material, terutama batu dan pasir. Fenomena ini bisa menjadi ‘berkah’ bagi warga sekitar. Sebab, pasir yang berasal dari ‘batuk’ Semeru memiliki kualitas bagus, dengan tingkat campuran tanah liat sangat minim. Sehingga pasir Semeru sangat baik dan kompatibel untuk kepentingan proyek-proyek pembangunan sipil, seperti pengecoran jalan tol, dermaga pelabuhan, landasan pacu bandar udara, pembangunan gedung tinggi, dan kepentingan lainnya.

    Diperkirakan volume pasir yang dihasilkan dari ‘batuk’ Semeru bisa mencapai jutaan meter kubik. Potensi deposit pasir Semeru sangat besar, dengan beberapa laporan menyebutkan deposit mencapai puluhan juta meter kubik.

    Setelah erupsi Desember 2021, Kementerian ESDM mencatat sekitar 8 juta meter kubik material pasir turun dan menyumbat sungai di sekitar kawasan Semeru. Material ini yang kemudian jadi sumber utama penambangan pasir di Lumajang.

    Pasir Semeru berkualitas bagus dan kompatibel untuk kepentingan berbagai proyek pembangunan fisik, seperti halnya pasir erupsi Gunung Merapi di Jateng dan DI Yogyakarta. Besaran harga pasir Semeru di tingkat pedagang bahan bangunan bisa mencapai Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per meter kubik. Besaran harga ini bisa berubah tergantung jenis pasir, volume pembelian, dan lokasi pengiriman. [air]

  • Fakta-fakta Gunung Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terjebak

    Fakta-fakta Gunung Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terjebak

    Jakarta: Gunung Semeru mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 7 kilometer dari puncak pada Rabu, 19 November 2025 sore. 

    “Erupsi berupa awan panas masih berlangsung, jarak luncur sudah mencapai 7 km dari puncak, dan erupsi masih berlangsung saat laporan sedang dibuat,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang.

    Menurut dia erupsi gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terjadi pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.676 mdpl.

    “Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung,” tuturnya.
     

    Berikut ini fakta-fakta erupsi gunung Semeru: 
     
    1. Berstatus waspada

    Erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sementara ini sekitar 16 menit 40 detik.

    Gunung Semeru saat ini berada pada status Waspada atau Level II dengan rekomendasi masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi).

    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak,” kata Mukdas.
     
    2. Sebanyak 300 orang dievakuasi

    Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menginformasikan bahwa setidaknya 300 orang telah dievakuasi setelah terjadinya letusan Semeru. Aktivitas awan panas dan material runtuhan memaksa pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana di sekitar Besuk Kobokan.
     
    3. Ada 178 pendaki terjebak

    BPBD Jawa Timur mengkonfirmasi setidaknya ada 178 pendaki yang terjebak di kawasan Ranu Kumbolo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan mereka dalam kondisi baik. “Kondisi mereka sangat baik, dan hari ini diminta untuk segera turun dari Ranu Kumbolo,” kata Kepala BPBD Jatim Gatot Prasetyo.

    Total 178 orang tersebut terdiri dari 137 pendaki, 1 petugas, 2 saver, 7 anggota PPGST, 15 porter, serta 6 orang dari tim Kementerian Pariwisata.
     
    4. Semeru terakhir kali erupsi tahun 2021

    Gunung Semeru terakhir kali menunjukkan aktivitas vulkanik pada 4 Desember 2021 silam. Kalai itu, erupsi menghasilkan awan panas yang besar, mengakibatkan puluhan nyawa melayang, serta merusak secara luas permukiman dan infrastruktur.

    Jakarta: Gunung Semeru mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 7 kilometer dari puncak pada Rabu, 19 November 2025 sore. 
     
    “Erupsi berupa awan panas masih berlangsung, jarak luncur sudah mencapai 7 km dari puncak, dan erupsi masih berlangsung saat laporan sedang dibuat,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang.
     
    Menurut dia erupsi gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terjadi pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.676 mdpl.

    “Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung,” tuturnya.
     

     
    Berikut ini fakta-fakta erupsi gunung Semeru: 
     

    1. Berstatus waspada

    Erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sementara ini sekitar 16 menit 40 detik.
     
    Gunung Semeru saat ini berada pada status Waspada atau Level II dengan rekomendasi masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi).
     
    “Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak,” kata Mukdas.
     

    2. Sebanyak 300 orang dievakuasi

    Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menginformasikan bahwa setidaknya 300 orang telah dievakuasi setelah terjadinya letusan Semeru. Aktivitas awan panas dan material runtuhan memaksa pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana di sekitar Besuk Kobokan.
     

    3. Ada 178 pendaki terjebak

    BPBD Jawa Timur mengkonfirmasi setidaknya ada 178 pendaki yang terjebak di kawasan Ranu Kumbolo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan mereka dalam kondisi baik. “Kondisi mereka sangat baik, dan hari ini diminta untuk segera turun dari Ranu Kumbolo,” kata Kepala BPBD Jatim Gatot Prasetyo.
     
    Total 178 orang tersebut terdiri dari 137 pendaki, 1 petugas, 2 saver, 7 anggota PPGST, 15 porter, serta 6 orang dari tim Kementerian Pariwisata.
     

    4. Semeru terakhir kali erupsi tahun 2021

    Gunung Semeru terakhir kali menunjukkan aktivitas vulkanik pada 4 Desember 2021 silam. Kalai itu, erupsi menghasilkan awan panas yang besar, mengakibatkan puluhan nyawa melayang, serta merusak secara luas permukiman dan infrastruktur.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Dari Paku Buminya Tanah Jawa hingga Dibawa Dewa dari India

    Dari Paku Buminya Tanah Jawa hingga Dibawa Dewa dari India

    Liputan6.com, Jakarta – Gunung Semeru meletus pada Rabu (19/11/2025) pukul 14.13 WIB. Letusannya cukup dahsyat dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak.

    Hingga Kamis (20/11/2025) pukul 06.00 WIB, Smeru mengalami 32 kali gempa guguran. Meski aktivitas erupsi menurun, status Semeru tetap awas. Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

    Gunung Semeru merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa. Gunung yang memiliki nama lain Mahameru ini berada di ketinggian 3.676 meter. Semeru punya catatan panjang letusan sejak tahun 1818.

    Di balik keindahan dan cerita panjang letusan, Gunung Semeru merangkum sejumlah mitos yang kaya dan menarik, memberikan dimensi spiritual dan budaya bagi masyarakat setempat.

    Salah satu mitos Gunung Semeru yang paling terkenal dan melegenda adalah tempat bersemayamnya para dewa. Konon, puncak Semeru diyakini sebagai “atapnya Pulau Jawa”, tempat suci yang menjadi pusat keseimbangan alam.

    Dalam kosmologi Hindu, Semeru (Sumeru atau Meru) merupakan pusat jagat raya. Gunung ini juga berkaitan dengan pemantapan Pulau Jawa sebagaimana diceritakan kitab Tantu Panggelaran yang ditulis pada 1557. Tantu Panggelaran merupakan sejenis buku petunjuk pertapaan-pertapaan Hindu di Pulau Jawa.

    Dalam Nusa Jawa Silang Budaya, Sejarawan Denys Lombard mengisahkan Gunung Semeru merupakan gunung penting dalam peradaban di Tanah Jawa. Naskah itu mengisahkan, Gunung Semeru mulanya berasal dari India.

    Bhatara Guru (Siwa) pergi ke Gunung Dieng untuk bersemedi dan meminta kepada Brahma dan Wisnu supaya Pulau Jawa diberi penghuni. Brahma menciptakan kaum lelaki dan Wisnu menciptakan kaum perempuan, lalu semua dewa memutuskan untuk menetap di bumi baru itu dan memindahkan Gunung Meru yang terletak di negeri Jambudwipa, yaitu di India.

    “Sejak itu gunung tinggi ‘yang menjadi lingga bagi dunia’ (pinkalalingganingbhuwana) itu tertanam di Jawa dan Pulau Jawa menjadi bumi kesayangan dewata,” tulis Lombard dikutip dari Historia.id.

    Sementara, Pulau Jawa saat itu masih terombang-ambing oleh samudera. Bhatara Guru memerintahkan Brahma, Wisnu, dan para dewa, untuk memindahkan Gunung Meru atau Mahameru dari India karena Pulau Jawa masih labil.

    “…tanah Jawa waktu itu masih belum tetap letaknya, masih jungkat-jungkit,” tulis R.M. Ng. Poerbatjaraka, ahli sastra Jawa Kuno, dalam Kepustakaan Djawa.

    Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat pada Rabu (19/11) sore, ditandai dengan erupsi yang memuntahkan awan panas guguran hingga belasan kilometer ke arah Lumajang.

  • Ini Penjelasan Ratusan Pendaki di Ranu Kumbolo Tidak Terdampak Erupsi Gunung Semeru

    Ini Penjelasan Ratusan Pendaki di Ranu Kumbolo Tidak Terdampak Erupsi Gunung Semeru

    Liputan6.com, Jakarta Ranu Kumbolo, danau yang terbentuk dari area bekas kawah, tidak terdampak erupsi Gunung Semeru, Rabu (19/11/2025). Saat Erupsi, terdapat 129 pendaki yang berada di Ranu Kumbolo. Kondisi mereka dipastikan aman.

    Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menjelaskan, area Ranu Kumbolo tidak terdampak erupsi lantaran lokasinya berada di sisi utara. Sementara material erupsi bergerak ke arah selatan hingga tenggara.

    “Sedangkan posisi Ranu Kumbolo berada di sisi utara,” kata Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha melalui siaran video yang diterima di Kota Malang, Jawa Timur. Dikutip dari Antara, Kamis (20/11/2025).

    Dia memastikan semua pendaki beserta pihak-pihak terkait dalam kondisi aman. Mereka tidak terdampak erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Rabu kemarin.

    “Pendakinya 129 orang, kalau total semuanya 187 orang (bukan 178 orang seperti diberitakan sebelumnya) itu termasuk dengan saver, petugas TNBTS, porter dan Pendamping Pendakian Gunung Semeru Terdaftar (PPGST). Saat ini mereka sedang perjalanan menuju Ranupani,” ujarnya.

    Balai Besar TNBTS mengimbau kepada seluruh masyarakat supaya menaati penetapan zona berbahaya oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

    Terpisah, Pranata Humas Balai Besar TNBTS Endrip Wahyutama mengatakan tim dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) sudah bersiaga di wilayah Ranupani untuk menunggu kedatangan rombongan pendaki.

    “Evakuasi terkendali dan dikoordinasi oleh petugas (TNBTS) bersama rekan-rekan dari saver, aman semuanya,” ucap Endrip.

    Dia menyebutkan bahwa perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Ranupani memakan waktu sekitar 2,5 hingga 4 jam. “Itu perjalanan normal,” ujarnya.

    Balai Besar TNBTS telah melakukan penutupan pada jalur pendakian di Gunung Semeru setelah terjadinya erupsi.

    Penutupan jalur pendakian Gunung Semeru tertuang di dalam surat pemberitahuan yang diterbitkan oleh Balai Besar TNBTS per hari ini, dengan Nomor: PG.17/T.8/TU/HMS.01.08/B/11/2025 tentang Penutupan Pendakian Gunung Semeru.

    Penutupan itu juga mempertimbangkan rekomendasi bahaya radius dari PVMBG, yaitu delapan kilometer dari puncak dan sektoral 20 kilometer ke arah selatan-tenggara.

    Penutupan jalur pendakian Gunung Semeru dilakukan sampai kondisi di kawasan tersebut benar-benar dinyatakan aman untuk aktivitas pendakian.

  • Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Pada 14 September 1969, tubuh Soe Hok Gie kedinginan. Saat itu, dia kesal pada Aristides yang mengigau sepanjang malam dan membuatnya tak bisa tidur.

    “Lu sangat gelisah. Gue enggak mau lagi tidur di sebelah lu,” kata Aristides menirukan ucapan Soe Hok Gie, dalam Seri Buku Tempo: Gie dan Surat-surat Tersembunyi.

    Kegelisahan Aristides itu berasal dari sebuah mimpi kecelakaan di gunung di mana terdapat tiga mayat. Aristides yang kala itu menjabat redaktur pelaksana Sinar Harapan, mengaku tak melihat jelas wajah ketiga jenazah dalam mimpinya tersebut.

    Perjalanan pun dilanjutkan dengan Aristides berada di depan memimpin pendakian. Pandangannya tiba-tiba tertutup kabut.

    “Saya melihat Semeru angker dan menakutkan. Saya seperti melihat maut,” ujarnya.

    Hok Gie lalu mengambil alih komando, menjadi pemimpin perjalanan. Aristides melihat Hok Gie termenung di tengah-tengah perjalanan.

    “Saya tanya kenapa, dia bilang, ‘Saya takut,’”ucap Aristides.

    Mereka melanjutkan perjalanan menuju Recodopo. Saat berada di ketinggian sekitar 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), tim lantas membentangkan ponco untuk dijadikan shelter atau tempat peristirahatan dan meninggalkan tas dan tenda di sana.

    Mereka hanya membawa minuman sebagai bekal menuju puncak. Rombongan kemudian dibagi dua kelompok. Aristides bersama Gie, Badil, Maman, Wiwiek, dan Freddy. Sementara itu, Herman bersama Idhan.

    Mereka tiba di Puncak Mahameru menjelang sore. Namun, tenaga mereka habis karena bergelut dengan medan berpasir dan bebatuan. Gie menunggu Herman, yang tertinggal di belakang. Rekannya satu lagi, Maman tiba-tiba meracau. Aristides dan Freddy pun bahu-membahu membawa Maman kembali ke shelter.

    Sebelum Badil turun, Gie sempat menitipkan batu dan daun cemara yang akan diberikannya kepada pacar-pacarnya di Jakarta. Dia juga menitipkan kamera milik Aristides.

    “Nih, titip buat janda-janda gue,” ujar Badil menirukan Gie.

    Herman dan Idhan akhirnya tiba di Puncak Mahameru. Idhan yang melihat Gie sedang duduk mengenakan kaus polo kuning UI pun ikutan duduk. Sedangkan Herman tetap berdiri.

    Karena duduk itulah, kata Herman, Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat daripada oksigen. Herman ingat betul kala itu kondisi Gie sudah lemas.

    “Tahu-tahu dia enggak ngomong. Menggelepar,” tutur Herman.

    Dia mencoba menuntun Gie turun ke shelter. Herman buru-buru mengecek pergelangan tangan Gie. Tak ada denyut nadi. Soe Hok Gie wafat. Tak lama, Idhan meninggal menyusul Gie.

  • Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Gunung Semeru yang Memeluk Jenazah Soe Hok Gie

    Pada 14 September 1969, tubuh Soe Hok Gie kedinginan. Saat itu, dia kesal pada Aristides yang mengigau sepanjang malam dan membuatnya tak bisa tidur.

    “Lu sangat gelisah. Gue enggak mau lagi tidur di sebelah lu,” kata Aristides menirukan ucapan Soe Hok Gie, dalam Seri Buku Tempo: Gie dan Surat-surat Tersembunyi.

    Kegelisahan Aristides itu berasal dari sebuah mimpi kecelakaan di gunung di mana terdapat tiga mayat. Aristides yang kala itu menjabat redaktur pelaksana Sinar Harapan, mengaku tak melihat jelas wajah ketiga jenazah dalam mimpinya tersebut.

    Perjalanan pun dilanjutkan dengan Aristides berada di depan memimpin pendakian. Pandangannya tiba-tiba tertutup kabut.

    “Saya melihat Semeru angker dan menakutkan. Saya seperti melihat maut,” ujarnya.

    Hok Gie lalu mengambil alih komando, menjadi pemimpin perjalanan. Aristides melihat Hok Gie termenung di tengah-tengah perjalanan.

    “Saya tanya kenapa, dia bilang, ‘Saya takut,’”ucap Aristides.

    Mereka melanjutkan perjalanan menuju Recodopo. Saat berada di ketinggian sekitar 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), tim lantas membentangkan ponco untuk dijadikan shelter atau tempat peristirahatan dan meninggalkan tas dan tenda di sana.

    Mereka hanya membawa minuman sebagai bekal menuju puncak. Rombongan kemudian dibagi dua kelompok. Aristides bersama Gie, Badil, Maman, Wiwiek, dan Freddy. Sementara itu, Herman bersama Idhan.

    Mereka tiba di Puncak Mahameru menjelang sore. Namun, tenaga mereka habis karena bergelut dengan medan berpasir dan bebatuan. Gie menunggu Herman, yang tertinggal di belakang. Rekannya satu lagi, Maman tiba-tiba meracau. Aristides dan Freddy pun bahu-membahu membawa Maman kembali ke shelter.

    Sebelum Badil turun, Gie sempat menitipkan batu dan daun cemara yang akan diberikannya kepada pacar-pacarnya di Jakarta. Dia juga menitipkan kamera milik Aristides.

    “Nih, titip buat janda-janda gue,” ujar Badil menirukan Gie.

    Herman dan Idhan akhirnya tiba di Puncak Mahameru. Idhan yang melihat Gie sedang duduk mengenakan kaus polo kuning UI pun ikutan duduk. Sedangkan Herman tetap berdiri.

    Karena duduk itulah, kata Herman, Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat daripada oksigen. Herman ingat betul kala itu kondisi Gie sudah lemas.

    “Tahu-tahu dia enggak ngomong. Menggelepar,” tutur Herman.

    Dia mencoba menuntun Gie turun ke shelter. Herman buru-buru mengecek pergelangan tangan Gie. Tak ada denyut nadi. Soe Hok Gie wafat. Tak lama, Idhan meninggal menyusul Gie.

  • Gunung Semeru Erupsi, Begini Nasib 178 Pendaki di Ranu Kumbolo

    Gunung Semeru Erupsi, Begini Nasib 178 Pendaki di Ranu Kumbolo

    Liputan6.com, Jakarta Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, mengalami erupsi hebat. 178 pendaki masih berada di jalur pendakian gunung Semeru, tepatnya di Ranu Kumbolo. Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memastikan para pendaki dievakuasi dengan aman.

    “Hari ini 178 pendaki akan turun menuju Pos Pendakian Semeru di Ranu Pani,” kata Komandan Tim Rescue Basarnas Surabaya Novix Heryadi saat dikonfirmasi dari Lumajang, Kamis (20/11/2025). Dikutip dari Antara.

    Basarnas akan melakukan penjemputan untuk memastikan semuanya dalam kondisi baik-baik saja, dan kemungkinan 178 pendaki akan tiba di pos pendakian Ranu Pani sekira pukul 13.00 WIB.

    “Saat ini cuaca cukup cerah dan mudah-mudahan proses evakuasi para pendaki untuk turun ke Pos Ranu Pani berjalan lancar,” tuturnya.

    Sementara, Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani memastikan semua pendaki yang berada di Ranu Kumbolo dalam kondisi aman tidak terkena awan panas guguran Semeru.

    “Jumlah orang yang berada di Ranu Kumbolo sebanyak 178, terdiri atas 137 pendaki, satu petugas, dua saver, tujuh PPGST, 15 porter dan enam orang dari Kementerian Pariwisata,” ujarnya.

    Untuk alasan keselamatan, lanjut dia, evakuasi malam hari tidak direkomendasikan karena kondisi jalur yang gelap, licin, dan rawan longsor, sehingga tim TNBTS memastikan seluruh pendaki tetap bertahan di Ranu Kumbolo sambil siap siaga jika situasi mengharuskan turun.