kab/kota: Gunung

  • 161 Ternak di Lumajang Selamat dari Erupsi Semeru, Pemkab Siapkan Bantuan Pakan

    161 Ternak di Lumajang Selamat dari Erupsi Semeru, Pemkab Siapkan Bantuan Pakan

    Lumajang (beritajatim.com) – Sebanyak 161 ekor ternak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berhasil dievakuasi dan diselamatkan dari ancaman erupsi awan panas Gunung Semeru hingga Jumat (21/11/2025). Ratusan ternak tersebut sebelumnya berada di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo serta Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

    Dusun Kajar Kuning sendiri merupakan kawasan rawan bencana (KRB) Semeru yang telah dikosongkan sejak dihantam awan panas beberapa tahun silam. Saat ini wilayah tersebut secara administrasi sudah masuk dalam Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh.

    Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Lumajang, Endra Novianto, menyebut evakuasi menjadi langkah penting dalam penyelamatan aset ekonomi masyarakat yang hidup di kawasan lereng Semeru.

    “Ternak ini jadi aset penting bagi warga di lereng Semeru. Keberlangsungan hidup ternak ini berpengaruh pada pemulihan ekonomi pascabencana,” jelas Endra, Jumat (21/11/2025).

    Menurutnya, untuk menjamin kelangsungan hidup ternak selama masa pengungsian, pemerintah daerah akan memenuhi kebutuhan pakan ternak secara rutin sepanjang masa darurat.

    Selain itu, pemeriksaan kesehatan hewan juga dilakukan secara berkala untuk mencegah penyakit serta potensi kerugian tambahan bagi peternak.

    “Jadi, ketika ternak warga selamat, maka ada harapan yang ikut bertahan. Pemberian pakan bukan hanya soal menjaga hewan tetap hidup, tetapi memastikan roda ekonomi keluarga tak ikut terhenti,” tambahnya. [has/beq]

  • Warga Lereng Semeru Enggan Tempati Huntap, Keluhkan Lokasi Terlalu Jauh dari Mata Pencaharian

    Warga Lereng Semeru Enggan Tempati Huntap, Keluhkan Lokasi Terlalu Jauh dari Mata Pencaharian

    Lumajang (beritajatim.com) – Sejumlah warga terdampak erupsi Gunung Semeru kembali memilih pulang ke rumah lama meski berada di kawasan rawan bencana. Mereka menilai hunian tetap (huntap) yang disediakan pemerintah tidak mampu menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.

    Masyarakat beralasan lokasi huntap terlalu jauh dari sumber penghidupan yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Kondisi tersebut membuat sebagian warga enggan berpindah meskipun risiko tinggal di wilayah berbahaya sangat tinggi.

    Ahmadi (47), warga Dusun Sumbersari, Supiturang, termasuk yang mempertahankan keputusan tinggal di rumah asalnya. Ia mengaku huntap yang berada di Kecamatan Candipuro tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya sebagai pekerja serabutan.

    “Lokasinya terlalu jauh dari tempat kami mencari nafkah,” ujar Ahmadi. Ia menambahkan bahwa sebagian besar warga Supiturang bekerja di sektor pertanian dan sangat bergantung pada akses dekat dengan ladang.

    Ahmadi menjelaskan bahwa jarak sekitar 12 kilometer menuju huntap membuat dirinya takut kehilangan sumber pendapatan. Ia biasa mengambil pekerjaan buruh tani dan kuli bangunan yang lokasinya tersebar di sekitar lereng Semeru.

    “Kalau pindah ke sana, kami khawatir tidak bisa bekerja seperti biasa,” katanya. Menurutnya, pendapatan keluarga bisa terancam bila harus tinggal jauh dari area kerja sehari-hari.

    Meski rumahnya telah hancur akibat diterjang Awan Panas Guguran, Ahmadi tetap merasa lebih aman secara ekonomi bila tetap tinggal di sekitar Supiturang. Baginya, mempertahankan pekerjaan lebih penting demi keberlangsungan keluarga.

    “Ini memang risikonya besar, tapi kami tidak punya pilihan lain,” ucapnya. Ia mengaku selalu diliputi kekhawatiran, namun kebutuhan hidup membuatnya bertahan.

    Saat ini, ia dan keluarganya kembali mengungsi di posko terdekat sambil menunggu kondisi membaik. Mereka bersama warga lain berusaha menyelamatkan barang-barang yang masih bisa digunakan dari reruntuhan rumah.

    Sebagian warga berharap pemerintah dapat meninjau ulang lokasi huntap atau menawarkan pilihan relokasi yang lebih dekat dengan ladang dan area kerja. Menurut mereka, relokasi seharusnya mempertimbangkan aspek kesejahteraan, bukan hanya keamanan fisik semata.

    Hingga kini, aktivitas Gunung Semeru masih menunjukkan peningkatan sehingga warga di sekitar zona merah diimbau tetap waspada. Aparat terus melakukan pemantauan untuk memastikan proses evakuasi berjalan aman dan tertib. [ada/beq]

  • Dianggap Masih Rendah, Pengusaha Dukung Kenaikan UMP Yogyakarta

    Dianggap Masih Rendah, Pengusaha Dukung Kenaikan UMP Yogyakarta

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Berbagai daerah akan menetapkan upah minimum provinsi (UMP) sesuai kemampuan masing-masing. Penetapan UMP ini memang cenderung mengalami kenaikan, seiring inflasi yang meningkat.

    Salah satu pelaku usaha di Yogyakarta menilai UMP Yogyakarta memang harus ada kenaikan. Hal ini karena besaran UMP di Yogyakarta masih sangat rendah, sehingga belum mencukupi kebutuhan hidup, kesehatan, dan kebutuhan lainnya.

    “UMP Yogyakarta tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan buruh, jangankan untuk kebutuhan buruh, untuk berobat saja tidak mencukupi, jadi UMP Yogyakarta bagi saya memang harus dinaikkan,” kata Putra, pengusaha otomotif di Yogyakarta, kepada Beritasatu.com.

    Kenaikan UMP di Yogyakarta memang harus dilakukan supaya buruh merasa tenang secara finansial dan nyaman bekerja. Tingkat keberhasilan suatu perusahaan dan produksi ditentukan oleh buruh. Bagaimana buruh bisa bekerja dengan baik dan tulus jika masih terbebani masalah finansial.

    “Jadi kalau misalkan ada satu suara dari pengusaha yang mengatakan keberatan kenaikan UMP terhadap buruh, sebetulnya pengusaha itu bagi saya terlalu picik, artinya dia hanya mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan orang-orang di bawahnya yang telah mengangkat derajat dan finansial dia mencapai puncak kesuksesan,” ujar Putra.

    Putra menambahkan, buruh dan pengusaha harus bisa bersinergi. Di mana pengusaha mendapatkan keuntungan, buruh juga harus mendapatkan kesejahteraan dari gaji. Hal tersebut harus diterapkan di Yogyakarta.

    “Saya punya pandangan, UMP Yogyakarta bagi buruh sebetulnya bukan UMP, tetapi seperti orang bekerja rodi secara halus, karena gaji yang mereka terima hanya habis untuk biaya hidup harian dan tidak bisa ditabung,” pungkas Putra.

    Seperti diketahui, UMP Yogyakarta tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp 2.264.080,95, mengalami kenaikan 6,5% dari tahun sebelumnya, sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor 477/KEP/2024. Angka ini berlaku sebagai upah minimum terendah untuk provinsi, sementara setiap kabupaten/kota memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sendiri yang lebih tinggi.

    Berikut rincian UMP dan UMK Yogyakarta tahun 2025:

    UMP Provinsi DIY: Rp 2.264.080

    UMK se-DIY:

    Kota Yogyakarta: Rp 2.655.041Kabupaten Sleman: Rp 2.466.514Kabupaten Bantul: Rp 2.360.533Kabupaten Kulon Progo: Rp 2.351.239Kabupaten Gunung Kidul: Rp 2.300.263

  • Pekerja Bangunan Gereja di Yahukimo Ditemukan Tewas, Diduga Dibacok KKB

    Pekerja Bangunan Gereja di Yahukimo Ditemukan Tewas, Diduga Dibacok KKB

    Jakarta

    Seorang pekerja bangunan gereja bernama Baharudin di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, ditemukan tewas dengan luka bacok di dekat tempat tinggalnya. Korban diduga diserang anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB).

    “Satgas Ops Damai Cartenz bersama Polres Yahukimo mengevakuasi jenazah seorang pekerja bangunan yang ditemukan meninggal dunia diduga dibacok KKB. Korban bernama Baharudin,” ujar Kepala Operasi Damai Cartenz Brigjen Faizal Ramadhani dilansir detikSulsel, Jumat (21/11/2025).

    Korban ditemukan tewas di kawasan Jalan Gunung, Yahukimo pada Rabu (19/11) sekitar pukul 14.04 WIT. Korban merupakan pekerja bangunan Gereja GIDI Motulen.

    “Begitu laporan diterima, tim langsung dikerahkan ke lokasi untuk memastikan situasi dan mengevaluasi jenazah korban,” katanya.

    Sementara itu Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Adarma Sinaga mengatakan korban dikenal baik oleh warga sekitar. Polisi pun masih mendalami pelaku pembacokan.

    Baca selengkapnya di sini.

    (rfs/rfs)

  • Kondisi 3 Korban Luka Bakar Erupsi Semeru di RSUD Haryoto Lumajang

    Kondisi 3 Korban Luka Bakar Erupsi Semeru di RSUD Haryoto Lumajang

    Jakarta

    Tiga warga dilaporkan mengalami luka bakar akibat awan panas guguran (APG) dan material vulkanik erupsi Gunung Semeru. Ketiganya saat ini menjalani perawatan intensif di RSUD Haryoto Lumajang.

    Dilansir detikJatim, Jumat (21/11/2025), kondisi korban disampaikan oleh dr. Riana Sesanti, Sp.KFR, yang bertugas sebagai Wakil Direktur Layanan RSUD Haryoto.

    Menurut penjelasannya, dua dari tiga korban merupakan pasangan suami istri asal Kediri, yaitu Normawati (42) dan Hariyono (49). Keduanya mengalami luka bakar grade 2 dengan luas sekitar 11 persen di area wajah dan tangan.

    Selain itu, keduanya juga mengalami trauma inhalasi atau cedera pada saluran pernapasan akibat menghirup udara panas dan debu vulkanik.

    “Dua orang kami terima tadi malam. Keduanya langsung kami tangani di IGD dan masuk kamar operasi untuk perawatan luka bakarnya. Mereka mengalami luka bakar 11 persen di area wajah dan tangan, dan ada trauma inhalasi,” ujar dr. Riana, Kamis (20/11).

    Baca selengkapnya di sini.

    (rfs/rfs)

  • Aktivitas Gunung Semeru Mulai Menurun

    Aktivitas Gunung Semeru Mulai Menurun

    Jakarta: Akvitivas Gunung Semeru mulai menunjukkan penurunan pada Kamis, 20 November 2025 dibandingkan sehari sebelumnya berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). 

    “Berdasarkan pemantauan secara instrumental dan visual, hari ini menunjukkan penurunan. Namun, tidak menutup kemungkinan masih akan terjadi lagi awan panas,” ujar Pakar Gunung Api PVMBG, Kristianto.

    Sementara itu, Kepala PVMBG Priatin Hadi Wijaya menyebut letusan pada Rabu (19/11), melontarkan enegi yang sangat kuat dengan jarak luncuran awan panas mencapai 15,5 kilometer. 

    Jarak ini lebih jauh dari luncuran sebelumnya, pada 4 Desember 2021 sejauh 8 kilometer. PVMBG mencatat luncuran terkuat terjadi pada 4 Desember 2022, dengan jarak mencapai 19 kilometer. 
     

    “Kami terus melakukan penguatan pengamatan. PVMBG telah mengirim ahli gunung api dan tambahan tenaga dari pos di gunung lain,” terangnya.

    Pihaknya juga masih mengkaji rekomendasi sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dan radius 8 Km dari puncak Semeru.

    “PVMBG meminta tim ahli untuk membuat rekomendasi, jarak aman tetap 20 Km atau lebih diperluas. Termasuk yang 8 kilometer. Kita akan melihat perkembangan terkini dari data pengamatan per 6 jam,” pungkasnya. 

    Sebelumnya, gunung Semeru mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 7 kilometer dari puncak pada Rabu, 19 November 2025 sore.

    Erupsi terjadi pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.676 mdpl.

    Erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sementara ini sekitar 16 menit 40 detik.

    Jakarta: Akvitivas Gunung Semeru mulai menunjukkan penurunan pada Kamis, 20 November 2025 dibandingkan sehari sebelumnya berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). 
     
    “Berdasarkan pemantauan secara instrumental dan visual, hari ini menunjukkan penurunan. Namun, tidak menutup kemungkinan masih akan terjadi lagi awan panas,” ujar Pakar Gunung Api PVMBG, Kristianto.
     
    Sementara itu, Kepala PVMBG Priatin Hadi Wijaya menyebut letusan pada Rabu (19/11), melontarkan enegi yang sangat kuat dengan jarak luncuran awan panas mencapai 15,5 kilometer. 

    Jarak ini lebih jauh dari luncuran sebelumnya, pada 4 Desember 2021 sejauh 8 kilometer. PVMBG mencatat luncuran terkuat terjadi pada 4 Desember 2022, dengan jarak mencapai 19 kilometer. 
     

     
    “Kami terus melakukan penguatan pengamatan. PVMBG telah mengirim ahli gunung api dan tambahan tenaga dari pos di gunung lain,” terangnya.
     
    Pihaknya juga masih mengkaji rekomendasi sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dan radius 8 Km dari puncak Semeru.
     
    “PVMBG meminta tim ahli untuk membuat rekomendasi, jarak aman tetap 20 Km atau lebih diperluas. Termasuk yang 8 kilometer. Kita akan melihat perkembangan terkini dari data pengamatan per 6 jam,” pungkasnya. 
     
    Sebelumnya, gunung Semeru mengalami erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 7 kilometer dari puncak pada Rabu, 19 November 2025 sore.
     
    Erupsi terjadi pada pukul 16.00 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau 5.676 mdpl.
     
    Erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sementara ini sekitar 16 menit 40 detik.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Bermalam saat Erupsi, Ini Kronologis 187 Pendaki Dievakuasi dari Ranu Kumbolo

    Bermalam saat Erupsi, Ini Kronologis 187 Pendaki Dievakuasi dari Ranu Kumbolo

    Malang (beritajatim.com) – Sebanyak 187 pendaki dievakuasi pasca erupsi Gunung Semeru pada Rabu (19/11/2025). Sebanyak 187 orang ini sempat bermalam di Ranu Kumbolo saat erupsi Gunung Semeru terjadi. Keesokan harinya pada Kamis (20/11/2025) barulah mereka dievakuasi ke Ranu Pani oleh para petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) dan relawan.

    “Soal pendaki yang terjebak, sebenarnya tidak ada pendaki yang terjebak. Pendaki seperti biasa berada di Ranu Kumbolo. Karena ada aktivitas Gunung Semeru yang meningkat, mereka harus dievakuasi demi keselamatan,” kata Kepala Balai Besar TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha, Kamis (20/11/2025).

    Rudi menuturkan, saat erupsi terjadi TNBTS memantau laporan dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) yang melaporkan terjadi peningkatan aktivitas erupsi disertai awan panas pada Rabu, 19 November 2025. Badan Geologi menetapkan kenaikan tingkat aktivitas Gunung Semeru pada 19 November 2025 dari semula Level II (Waspada) meningkat menjadi Level III (Siaga) pada pukul 16.00 WIB. Mereka kembali meningkatkan status menjadi Level IV (Awas) pada pukul 17.00 WIB.

    “Status Gunung Semeru mengalami peningkatan (ke Awas). Para pendaki saat itu sudah berjalan dan sampai Ranu Kumbolo pada pukul 17.00 WIB,” ujar Rudi.

    Karena para pendaki sudah berada di Ranu Kumbolo, otoritas terkait memutuskan untuk mengizinkan para pendaki tetap berada di Ranu Kumbolo. Petugas Balai Besar TNBTS berani mengizinkan pendaki bermalam karena dalam sejarahnya material vulkanik dari Gunung Semeru tidak pernah sampai ke Ranu Kumbolo.

    “Kita melakukan pemantauan dan evaluasi, karena kalau melihat sejarahnya material erupsi tidak sampai Ranu Kumbolo. Berita terakhir erupsi mengarah ke selatan dan tenggara, sementara Ranu Kumbolo berada di utara sehingga para pendaki kita minta tetap bermalam di Ranu Kumbolo karena hari sudah gelap dan juga hujan,” tambah Rudi.

    Dari total 187 orang yang berada di Ranu Kumbolo terdiri dari pendaki 129 orang, tim dari Kementerian Pariwisata 6 orang, petugas TNBTS 1 orang, Saver 2 orang, PPGST 24 orang, dan jumlah porter 25 orang.

    “Dan pagi tadi pendaki diajak menuju Ranu Pani. Saat ini seluruh pendaki, pemandu, dan porter sejumlah 187 orang sudah di Ranu Pani sehingga sudah tidak ada yang tertinggal di Ranu Kumbolo,” ujar Rudi. (luc/kun)

  • 187 Pendaki Terjebak di Ranukumbolo, 66 Orang Berhasil Dievakuasi Lebih Dulu

    187 Pendaki Terjebak di Ranukumbolo, 66 Orang Berhasil Dievakuasi Lebih Dulu

    Lumajang (beritajatim.com) – Upaya evakuasi pendaki yang terjebak di Ranukumbolo saat erupsi Gunung Semeru mulai menunjukkan perkembangan signifikan. Dari total 187 pendaki dan petugas yang tertahan sejak Rabu (19/11/2025) sore, sebanyak 66 orang telah berhasil mencapai Ranu Pani dengan selamat pada Kamis (20/11/2025) siang.

    Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha, menyampaikan bahwa jumlah korban terjebak meningkat dari data awal 178 orang menjadi 187 orang setelah pendataan ulang. Jumlah itu mencakup 137 pendaki, serta petugas, pemandu, porter, dan tim dari Kementerian Pariwisata yang berada di jalur pendakian.

    “Totalnya ada 187 orang yang sempat tertahan di Ranukumbolo sejak kemarin. Cuaca hujan deras dan medan yang gelap membuat perjalanan turun sangat berisiko, sehingga seluruh rombongan diminta bertahan,” jelas Rudijanta saat dikonfirmasi melalui pesan whatsapp.

    Evakuasi baru bisa dilakukan pada Kamis pagi setelah kondisi cuaca membaik dan jarak pandang meningkat. Rombongan pertama bergerak turun dari Ranukumbolo sekitar pukul 07.30 WIB. Petugas gabungan TNBTS, relawan pendakian, dan tim SAR memandu pendaki melalui jalur aman menuju Ranu Pani.

    Rombongan berikutnya mulai bergerak menyusul, dan pada pukul 09.30 WIB seluruh kloter telah meninggalkan area Ranukumbolo. Hingga pukul 13.30 WIB, tercatat 66 pendaki sudah tiba di Ranu Pani. Mereka langsung mendapatkan pemeriksaan kondisi kesehatan serta pendataan identitas oleh tim medis dan petugas pos pendakian.

    “Ya, sementara 66 orang pendaki sudah sampai di Ranu Pani dan rombongan terakhir sudah ada di pos 3 dan 2,” terang Rudijanta.

    Petugas menyebut sebagian pendaki mengalami kelelahan akibat bermalam dalam kondisi cuaca ekstrem, namun secara umum berada dalam kondisi stabil. Tidak ada laporan cedera serius.

    Sementara itu, kelompok lain masih berada di jalur evakuasi antara pos 3 dan pos 2. Petugas terus memantau pergerakan mereka melalui titik-titik komunikasi di sepanjang jalur. Upaya percepatan evakuasi dilakukan dengan memperkuat personel di titik rawan dan memastikan setiap kelompok tetap dalam formasi aman.

    Rudijanta menegaskan bahwa Ranukumbolo berada di zona aman dari paparan langsung aktivitas erupsi. Arah lontaran material dan awan panas Semeru mengarah ke sektor selatan–tenggara, sedangkan Ranukumbolo berada di utara, sehingga tidak terdampak langsung.

    Sebagai langkah antisipasi, pendakian Gunung Semeru menuju Ranukumbolo ditutup total hingga kondisi aktivitas vulkanik dinyatakan aman. Petugas terus melakukan koordinasi dengan PVMBG untuk memantau perkembangan aktivitas gunung.

    “Keselamatan pendaki menjadi prioritas utama. Karena aktivitas vulkanik masih tinggi, pendakian kami tutup sampai ada perubahan status,” tegasnya.

    Hingga berita ini diturunkan, petugas masih fokus menuntaskan evakuasi sisa pendaki yang belum tiba di Ranu Pani. (ada/ian)

  • Korban Luka akibat Erupsi Gunung Semeru Bertambah Jadi 3 Orang
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        20 November 2025

    Korban Luka akibat Erupsi Gunung Semeru Bertambah Jadi 3 Orang Surabaya 20 November 2025

    Korban Luka akibat Erupsi Gunung Semeru Bertambah Jadi 3 Orang
    Tim Redaksi
    LUMAJANG, KOMPAS.com
    – Korban luka akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bertambah satu orang.
    Sebelumnya, korban erupsi
    Gunung Semeru
    diketahui adalah pasangan suami istri asal Kabupaten Kediri.
    Keduanya mengalami luka bakar di bagian lengan dan wajah usai menerobos Jembatan Gladak Perak saat awan panas melintas di bawahnya.
    Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triono mengatakan, korban luka akibat erupsi bertambah satu orang sehingga totalnya menjadi tiga orang.
    Identitas korban diketahui bernama Husen, warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.
    Korban mengalami luka bakar saat hendak mengambil pakaian untuk putranya di Dusun Sumbersari, Kecamatan Pronojiwo.
    Lokasi tersebut, merupakan area terparah yang terdampak erupsi Gunung Semeru.
    “Korban luka total tiga orang, ketiganya mengalami luka bakar ada yang 20 persen, ada yang 18 persen,” kata Agus.
    Menurut Agus, ketiga korban saat ini tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haryoto Lumajang.
    “Informasi terakhir yang kami peroleh dari rumah sakit, ketiga korban saat ini sedang dirawat di ruang ICU,” kata dia.
    Data terbaru BPBD Lumajang, erupsi Gunung Semeru menyebabkan 21 rumah dan satu gedung sekolah rusak. Sedangkan, jumlah pengungsi di sembilan lokasi tercatat sebanyak 1.116 jiwa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tangis Tukiyem: Rumah Hancur dan Panen Gagal, Bertahan dari Terjangan Semeru

    Tangis Tukiyem: Rumah Hancur dan Panen Gagal, Bertahan dari Terjangan Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Letusan Gunung Semeru pada Rabu (19/11/2025) siang kemarin menyisakan kepedihan mendalam bagi warga lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut. Termasuk Tukiyem, penyintas yang tinggal di Dusun Sumbersari Umbulan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.

    Dengan suara bergetar, ibu empat anak itu menceritakan ulang detik-detik ketika awan panas guguran (APG) meluncur deras ke permukiman dan memaksanya berlari menyelamatkan diri tanpa sempat menyentuh barang berharga sedikit pun.

    Saat letusan terjadi, Tukiyem sedang berada di dalam rumahnya. Ia hendak memasak untuk keluarganya yang sedang beristirahat setelah beraktivitas di ladang. Cuaca saat itu mendung, namun tak ada yang mengira bahwa beberapa menit kemudian suasana berubah mencekam.

    “Awalnya saya di rumah mau masak. Tiba-tiba orang-orang teriak suruh keluar, katanya gunung meletus. Bersamaan dengan itu, suara alarm tanda bahaya juga tak kunjung berhenti,” tuturnya.

    Tak lama setelah teriakan itu terdengar suara dentuman besar dari arah puncak Semeru. Material vulkanik bergemuruh menuruni lereng. “Begitu dengar suara ledakan, saya langsung panik dan nangis. Jam dua siang itu saya nggak mikir apa-apa, langsung lari. Nggak bawa baju, nggak bawa uang, hanya bawa diri,” katanya.

    Ia menggambarkan kepanikan warga yang berhamburan ke jalan. Anak-anak menangis mencari orang tua, sementara orang dewasa saling berteriak mencoba mengarahkan evakuasi. Dalam situasi itu, Tukiyem hanya memikirkan keluarganya: suami, empat anak, serta beberapa cucu yang tinggal bersamanya. “Alhamdulillah semua keluar. Nggak ada yang tertinggal,” ucapnya penuh syukur.

    Namun keselamatan itu harus dibayar mahal. Rumah yang ia tinggali bertahun-tahun kini hanya tersisa puing yang berlapis material vulkanik.

    “Dua hari saya mengungsi, baru dengar kabar rumah saya habis. Barang-barang sudah nggak bisa diambil. Baju nggak ada, peralatan mandi nggak ada. Rumah rata, nggak ada yang bisa diselamatkan,” ujarnya.

    Tidak hanya kehilangan tempat tinggal, sumber penghidupan Tukiyem juga ikut musnah. Ladang cabai dan padi yang beberapa hari lagi siap panen kini tertutup batu dan pasir panas.

    “Saya sebelum meletus itu nanam cabai sama padi. Tinggal nunggu panen, tapi ya sudah, sekarang semua gagal. Banyak batu besar di ladang, tanamannya mati semua,” katanya.

    Kerugian semakin membengkak setelah lima ekor kambing yang selama ini menjadi tabungan keluarga juga ditemukan mati. “Kambing lima ekor mati semua. Mau gimana? Itu tabungan saya. Rumah saja habis, panen hilang, kambing mati. Mau kerja apa? Nggak ada apa-apa lagi,” ungkapnya sambil menahan tangis.

    Tukiyem mengaku bahwa erupsi kali ini bukan yang pertama ia alami. “Ini sudah empat kali saya terdampak. Tapi ya tetap saja, setiap kejadian pasti panik. Nggak pernah ada waktu untuk siap,” tuturnya. Menurutnya, alarm peringatan yang berbunyi saat itu membuat warga semakin cemas. “Alarm bunyi terus. Orang-orang langsung lari semua.”

    Kini, Tukiyem bersama ratusan warga lain bertahan di pengungsian. Kebutuhan dasar mulai menipis, terutama pakaian dan bahan-bahan harian. “Saya butuh baju, alat mandi, minyak, beras. Semua sudah habis. Mau pulang juga nggak bisa, karena di rumah sudah nggak ada apa-apa,” jelasnya.

    Meski demikian, ia tetap menyisakan sedikit harapan. Yang terpenting, kata dia, keluarganya selamat. “Alhamdulillah anak empat, cucu, suami semua selamat. Harta habis nggak apa-apa, yang penting keluarga lengkap,” kata Tukiyem menutup ceritanya—sebuah kisah tentang kehilangan, kepanikan, dan ketangguhan warga lereng Semeru menghadapi bencana yang berulang. (ada/kun)