kab/kota: Gunung

  • Waspada Rip Current, Arus Mematikan Seperti yang Terjadi di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta

    Waspada Rip Current, Arus Mematikan Seperti yang Terjadi di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta

    JAKARTA – Peristiwa memilukan terjadi di Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (28/1/2025). Study tour yang seharusnya menjadi momen menggembirakan berubah jadi mimpi buruk setelah 13 siswa terseret arus gelombang laut, empat di antaranya meninggal dunia.

    Sebanyak 257 siswa SMP 7 Mojokerto bersama 16 guru tiba di Pantai Drini untuk kegiatan outing class. Sebelum memula aktivitas, rombongan diminta sarapan, namun sejumlah siswa laki-laki memilih langsung bermain air.

    Sekitar pukul 07.00, datang ombak besar dan menyeret 13 siswa ke tengah laut. Sembilan siswa berhasil diselematkan oleh tim penjaga pantai, namun empat pelajar lain ditemukan meninggal dunia dalam insiden ini.

    Penyebab Kecelakaan di Pantai

    Pantai memang sering menjadi destinasi favorit untuk berlibur, termasuk kegiatan outing class yang dilakukan sejumlah sekolah. Namun di balik keindahannya, terdapat bahaya yang tidak disadari pengunjung.

    Seperti yang dialami belasan siswa SMP 7 Mojokerto di Pantai Drini beberapa hari lalu. Diketahui lokasi mereka saat bermain air tepat berada di celah antara terumbu yang biasanya digunakan sebagai jalur masuk kapal.

    Peristiwa ini terjadi saat kondisi gelombang dan ketinggian pasang cukup untuk membentuk rip current, arus laut kuat yang bisa menyeret perenang hingga ke tengah laut dalam hitungan detik.

    Pengunjung berwisata di Pantai Parangtritis, Bantul, D.I Yogyakarta, Sabtu (13/4/2024)(ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

    Fenomena ini menjadi penyebab utama kecelakaan dan tenggelamnya wisatawan di berbagai pantai di dunia. Menyusul insiden di Pantai Drini, istilah rip current kini menjadi perbincangan khalayak.

    Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MBKG) rip current adalah arus kuat dari air laut yang yang bergerak menjauh dari pantai. Mereka bahkan dapat menyapu perenang terkuat sekalipun ke laut.

    “Rip current disebabkan karena adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan arus yang tinggi,” demikian dikutip laman BMKG.

    Dosen Sekolah Vokasi, Hendi Fachturohman, S.Si., M.Sc., mengatakan, dari hasil riset yang pernah ia lakukan sebelumnya, di kawasan Pantai Drini memang terdapat rip current dengan tipe menetap di lokasi tersebut.

    “Rip current yang bersifat menetap dapat muncul pada waktu tertentu ketika kondisi gelombang cukup,” ujar Hendi.

    Faktor pembentuk rip current, kata Hendi, dipengaruhi oleh kondisi hidrodinamis atau ombak dan pasang surut, serta kondisi batimetri atau kedalaman dasar laut. Struktur keras seperti tebing juga bisa menjadi faktor pembentuk rip current karena memantulkan gelombang yang datang.

    Namun, rip current ada yang bersifat menetap dan ada pula yang berpindah pindah, bergantung pada kondisi morfologi dasar laut ketika rip current terbentuk.

    “Peningkatan aktivitas gelombang dapat meningkatkan juga kekuatan rip current karena bisa membangkitkan arus umpan yang lebih kuat,” jelasnya.

    Mengenali Tanda Rip Current

    Meski berbahaya, masyarakat sebenarnya bisa mengetahui tanda-tanda adanya rip current. Salah satu tanda yang paling mudah dikenali adalah tidak terbentuknya buih setelah gelombang pecah. Dituturkan Hendi, jika ombak tidak pecah dan permukaan air yang terlihat tenang, tidak terdapat buih atau riak sebenarnya justru terdapat arus balik yang sangat berbahaya.

    “Yang jelas, jika tidak bisa berenang jangan sekali kali-kali masuk terlalu jauh ke laut, dan selalu patuhi himbauan petugas,” katanya.

    Tim gabungan masih mencari satu korban tenggelam di Pantai Drini, Kabupaten Gunungkidul, DIY. (ANTARA/HO-Dokumen SAR Linmas Gunungkidul)

    Apabila terjebak di dalamnya, Hendi menyarankan untuk berenang ke samping kanan atau kiri. Lalu berenang mengikuti arah rip current hingga keluar dari saluran saat rip current terpecah sehingga bisa mudah untuk berenang menuju kembali ke darat.

    Hal tersebut bisa dilakukan daripada melawan arus karena akan sangat susah dan banyak menghabiskan energi. Hendi menjelaskan, salah satu alasan rip current banyak menelan korban karena perenang biasanya kehabisan tenaga akibat melawan arah arus.

    Selain itu, semua pemangku kepentingan perlu duduk bersama merumuskan pengelolaan wisata yang lebih aman sehingga dapat memberikan edukasi ke pengunjung wisata.

    Pemerintah hendaknya mendukung dengan memberikan perhatian lebih terhadap upaya mitigasi di kawasan pesisir, tidak hanya untuk rip current tapi juga ancaman bencana yang lain. Di samping itu, pengelola juga diharapkan memprioritaskan keselamatan dan keamanan pengunjung dan aktif melakukan edukasi dan sosialisasi.

    “Wisatawan juga perlu proaktif dalam mencari informasi mengenai hal-hal apa saja yang penting untuk dilakukan dan tidak dilakukan ketika berwisata ke pantai. Terpenting, mematuhi himbauan dari petugas,” Hendi menjelaskan.

    Ia menuturkan, banyak media edukasi dan cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait rip current ini. Akses informasi saat ini pun sudah sangat mudah.

    “Kami sebagai peneliti juga sudah berupaya untuk menyampaikan berbagai cara mitigasi dengan bekerjasama dengan berbagai media”, ungkap Hendi.

    Di samping itu, informasi mengenai rip current sebenarnya juga bisa disampaikan oleh para tour leader atau pihak-pihak yang berkepentingan di bidang wisata.

    “Kegiatan study tour seperti yang terjadi di Pantai Drini sebenarnya menjadi wadah yang pas untuk edukasi hal-hal seperti ini sehingga ada proses pembelajaran yang disampaikan,” pungkasnya.

  • Bikin Konten Pura-pura Kencing di Tlogo Kuning, Pendaki Gunung Lawu Minta Maaf

    Bikin Konten Pura-pura Kencing di Tlogo Kuning, Pendaki Gunung Lawu Minta Maaf

    Jakarta

    Pendaki Gunung Lawu bernama Abu Khoir bikin geram relawan karena bikin konten pura-pura kencing di Tlogo Kuning. Kini, Abu Khoir mendatangi basecamp untuk minta maaf.

    Dilansir detikJateng, relawan Cetho bernama Eko Supardi menyebut Abu Khoir datang ke basecamp pukul 15.00 WIB tadi. Pendaki tersebut datang untuk melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas konten tersebut.

    “Iya tadi sore datang ke Posko Cetho, tapi juga didatangi dari basecamp Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu untuk berkumpul. Tadi datang jam 3 sore selesai 17.30 WIB,” kata Eko saat dihubungi detikJateng, Minggu (2/2/2025).

    Eko menjelaskan proses klarifikasi terbilang cukup lama karena harus memanggil pihak kepolisian dan Koramil setempat. Ia mengatakan ada tiga poin dalam pertemuan tersebut.

    “Yang jelas, yang pertama disuruh take down videonya. Jadi untuk menghapus video yang sudah diupload di media sosial,” ujarnya.

    Dua poin lainnya terkait dengan surat pernyataan tertulis. Abu Khair juga masuk dalam daftar hitam (black list) pendaki gunung se-Jawa. Eko menjelaskan masa berlaku black list itu berlaku sampai jangka waktu yang tidak ditentukan.

    Simak selengkapnya di sini.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Relawan Bencana Cemaskan Banjir Bandang dari Lereng Selatan Argopuro Hantam Jember

    Relawan Bencana Cemaskan Banjir Bandang dari Lereng Selatan Argopuro Hantam Jember

    Jember (beritajatim.com) – Relawan kebencanaan mencemaskan potensi banjir bandang besar dari lereng Gunung Argopuro menghantam Kabupaten Jember, Jawa Timur. Air bah berasal dari Danau Tunjung.

    Mereka menemukan potensi ini saat memantau kondisi lereng selatan Gunung Argopuro pada 20-25 Desember 2024 bersama petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam.

    “Dari Cikasur kami turun ke arah Danau Tunjung yang berada di ketinggian kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut,” kata Matiyas Catur Wibowo, seorang relawan kebencanaan, Minggu (2./2/2025).

    Para relawan menemukan sejumlah retakan di bagian bawah Danau Tunjung yang mengarah ke sungai Kali Putih Jember. “Beberapa retakan terlihat jelas berjarak 200-300 meter dari bibir danau. Kedalamannya 50-60 centimeter. Lebarnya 20-30 centimeter,” kata Matiyas.

    Mereka juga menemukan banyak danau kecil yang sebelumnya tidak pernah ada. “Artinya, kemungkinan kondisi tanahnya berubah, atau kondisi tanah menurun yang menyebabkan terjadinya cekungan di atas dan bawah Danau Tunjung,” kata Matiyas.

    Dengan melihat citra satelit, Matiyas memprediksi luas danau yang terisi air kurang lebih 3,6 hektare. “Kedalaman air kami prediksi 2,5 sampai 3 meter. Kami punya foto Danau Tunjung dalam kondisi kemarau dan musim hujan sekarang,” katanya.

    Matiyas mencemaskan air yang mengalir lewat bagian bawah dan membuat bagian tanah penahan air jebol. “Itu menakutkan. Sementara di Danau Tunjung, dengan luas 3,6 hektare, kurang lebih ada 90 juta meter kubik air yang ada dalan danau itu. Kalau sampai terjadi kebocoran, bisa berbahaya karena berpotensi banjir bandang seperti 2006 lalu,” katanya.

    Banjir bandang yang menghantam Kecamatan Panti dan sekitarnya terjadi pada malam tahun baru 2006 saat hujan turun deras. Saat itu volume air bah diperkirakan sama dengan luasan 1,6 hektare Danau Tunjung. “Ini tiga kalinya. Sangat berbahaya. Kami sudah mencoba melaporkan ini dengan temuan teman-teman di lapangan. Kami berharap ada mitigasi dari pihak-pihak terkait,” kata Matiyas.

    Danau Tunjung termasuk dalam wilayah konservasi. Matiyas dan kawan-kawan melaporkan temuan ini kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jember dan BKSDA Jatim. “Kemarin ada respons dari BKSDA untuk memonitor kawasan Danau Tunjung,” katanya.

    Matiyas juga menginformasikan hal ini kepada Kepolisian Resor Jember. “Kami berharap dengan informasi ini, bisa segera diambil langkah. Karena menurut kami ini mengerikan sekali. Urgen, harus segera dilakukan mitigasi ulang. Dicek bersama kondisi Danau Tunjung sekarang,” katanya.

    Apalagi intensitas hujan pada Januari-Februari 2025 tinggi. “Kalau kita lihat jarak Danau Tunjung dengan pemukiman terdekat kurang lebih 15 kilometer. Dengan ketinggian 1.800 meter dan volume air itu, kalau ini jebol maka memungkinkan air yang turun membawa banyak material, karena di bagian bawah banyak longsoran karena alih fungsi lahan,” kata Matiyas.

    Menurut Matiyas, tanaman kopi di lereng Argopuro lebih banyak dibandingkan 2006 silam. “Bisa jadi material yang turun berupa tanah, lumpur, batu, dan kayu-kayu. Dengan kemiringan kurang kebih 40-45 derajat dan volume air segitu, dalam waktu 12-15 menit air sudah sampai di pemukiman terdekat,” katanya.

    Matiyas tidak bisa memprediksi kemungkinan waktu terjadinya banjir bandang itu. “Harus ada mitigasi lanjutan dan tim yang lebih ahli untuk bisa memprediksi. Tanpa perhitungan seperti ini dengan intensitas hujan seperti ini, kan rawan. Namanya bencana tidak bisa diprediksi, tapi paling tidak bisa dianalisis,” katanya.

    Kepala BPBD Jember Widodo Yulianto mengatakan, berdasarkan informasi dari BKSDA pada 15 Januari 2025, kondisi Dana Tunjung tidak terlalu berpotensi menjadi ancaman signifikan. “Tidak ada potensi jebol. Aman terkendali,” katanya.

    Menurut Widodo, debit air di Danau Tunjung tidak terlalu tinggi. “Malah seluas itu banyak endapannya,” katanya.

    BPBD Jember akan berkoordinasi dengan perguruan tinggi yang memiliki ahli geologi untuk melihat potensi retakan di lereng Argopuro.

    Widodo menilai informasi dari relawan kebencanaan harus dianalisis kembali oleh para pakar, termasuk pakar geologi. “Kalau tidak bawa (pakar) geologi, tidak pas. Harus ada analisis. Tapi tetap Destana (Desa Tangguh Bencana) kami imbau waspada,” katanya. [wir]

  • Kronologi Kasus WNA China Diperas di Bandara Soetta Terungkap

    Kronologi Kasus WNA China Diperas di Bandara Soetta Terungkap

    Jakarta, CNBC Indonesia – Baru-baru ini geger fenomena banyaknya WNA asal China yang memberikan tips dan menyogok petugas imigrasi Bandara Soekarno Hatta. Bahkan, Kedutaan Besar (Kedubes) China di Jakarta sampai turun tangan dan mencoba menyelesaikan masalah ini melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.

    Lalu, bagaimana kronologinya mulai dari kasus tersebut terungkap hingga pemberhentian pejabat imigrasi?

    Pada 1 Februari 2025, beredar tangkapan layar surat Kedubes China tertanggal 21 Januari 2025 kepada Kemlu RI. Surat itu menyebutkan adanya tindak pemerasan oknum Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta terhadap WNA China.

    Dalam suratnya, perwakilan diplomatik Beijing itu menyampaikan bahwa mereka telah berkomunikasi dengan Kantor Imigrasi Bandara Internasional Jakarta untuk menyelesaikan kasus pemerasan tersebut.

    “Tahun lalu, dengan bantuan Departemen Konsuler, Kedubes China dengan koordinasi dan bantuan Kantor Imigrasi Bandara Jakarta berhasil menyelidiki setidaknya 44 kasus pemerasan, dengan nilai total mencapai Rp 32.750.000 dan uang tersebut telah dikembalikan kepada 60 WN China,” tulis surat itu.

    “Ini hanyalah puncak gunung es karena lebih banyak warga negara China yang diperas tidak mengajukan pengaduan karena jadwal yang ketat atau takut akan pembalasan saat masuk di masa mendatang,” tulis mereka.

    Untuk selanjutnya, Kedubes China meminta agar dipasang sejumlah plang yang bertuliskan ‘No Tipping’ di Bandara Soekarno Hatta. Tulisan dapat dipasang dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

    “Berpandangan perlunya pemerasan di Bandara dihentikan, kami harap tulisan ‘No Tipping’ dapat diletakan di kaunter imigrasi Bandara,” tambahnya.

    Kemlu Buka Suara

    Menanggapi kejadian ini, Juru Bicara Kemlu RI, Rolliansyah Soemirat, mengatakan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan seluruh kementerian/lembaga pemerintah terkait untuk mengatasi masalah ini. Mereka juga akan terus membantu dalam hal memfasilitasi Kedubes China dengan pihak terkait.

    “Kemlu terus koordinasi dengan seluruh kementerian/lembaga pemerintah terkait. Direktorat Konsuler kemlu terus membantu fasilitasi komunikasi dengan seluruh lembaga/instansi terkait di Indonesia dgn pihak Kedubes RRT,” ungkap Rolliansyah dalam sebuah pesan singkat kepada CNBC Indonesia.

    Petugas Imigrasi Diperiksa

    Sementara itu, seluruh pejabat Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno-Hatta yang diberhentikan akibat dugaan pemerasan atau pungutan liar (pungli) terhadap WN China ini. Mereka kini tengah menjalani pemeriksaan internal.

    Melansir CNN Indonesia, Minggu (2/2/2025), Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto memastikan, mantan anak buahnya itu akan menerima sanksi yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

    “Saat ini mereka sedang dalam proses pemeriksaan internal. Mereka akan kita hukum sesuai kadar pertanggungjawaban,” ujar Agus saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.

    Keputusan mencopot semua pejabat imigrasi Bandara Soetta tersebut diambil setelah Kementerian Imigrasi mendapat laporan berupa data-data terkait dugaan tindak pidana dimaksud.

    “Kami terima kasih atas informasi tersebut. Langsung kami tarik semua yang ada di data dari penugasan di Soetta, kami ganti,” katanya.

    (mkh/mkh)

  • Komisi IV DPRD Sentil Pemkab Bogor usai Pondok Pesantren Dituding Penyebab RLS Rendah 

    Komisi IV DPRD Sentil Pemkab Bogor usai Pondok Pesantren Dituding Penyebab RLS Rendah 

    JABAR EKSPRES – Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor tidak setuju soal tudingan yang dilontarkan oleh Pj Bupati Bogor Bachril Bakri, soal pondok pesantren jadi penyebab rendahnya angka rata-rata lama sekolah (RLS).

    Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, Ridwan Muhibi. Dia menilai, ponpes sudah memberikan manfaat yang banyak untuk pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas.

    “Pondok Pesantren baik yang ada sekolahnya maupun yang tidak ada, sudah sangat membantu Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kualitas anak bangsa, ini jangan disalahkan, malah kita harus bantu mereka,” katanya Minggu (2/2).

    Politisi Partai Golkar itu mengaku, banyak ponpes yang tidak memiliki sekolah, akan tetapi memperbolehkan santrinya untuk melanjutkan pendidikan formal.

    BACA JUGA: Menyusut 24 Hektare, Menteri Lingkungan Hidup Ikut Soroti Eksploitasi Danau Lido di Cigombong Bogor

    “Para pimpinan pondok pesantren sudah jauh berpikir soal masa depan santrinya, tentu mereka lebih mengetahui apa yang dibutuhkan santrinya untuk kehidupan mereka yang lebih baik di masa yang akan datang,” jelas dia.

    Ridwan Muhibi menyarankan, pemerintah mestinya membantu pondok pesantren dari segi fasilitas dan bantuan lainnya yang tidak dimiliki pondok pesantren.

    “Kita sudah ada Perda Pondok Pesantren, tinggal bagaimana pemerintah membantu secara maksimal apa yang dibutuhkan pondok pesantren. Kurikulum pondok pesantren biarlah para kiyai yang lebih mengetahui kebutuhannya, kita pemerintah bantu di hal lainnya,” jelas dia.

    Pria yang kerap dipanggil Bibih itu juga menekankan, pemerintah agar tidak fokus pada pendidikan atau sekolah negeri, tapi harus mulai memikirkan kesejahteraan sekolah swasta, khususnya yang memiliki ponpes.

    BACA JUGA: Pendaki Asal Imapala Uhamka Ditemukan Meninggal Dunia di Gunung Joglo Bogor

    “Jangan dibeda-bedakan antara negeri dan swasta, mereka sama-sama membantu kita untuk menjadikan anak bangsa yang memiliki kualitas, apalagi di pondok yang menekankan pendidikan karakter dan akhlak, maka pemerintah harus memikirkan itu semua,” pungkasnya.

  • Misteri Tambang Ilegal Blitar: Alat Berat Ditemukan, Tapi Siapa Pemiliknya?

    Misteri Tambang Ilegal Blitar: Alat Berat Ditemukan, Tapi Siapa Pemiliknya?

    Blitar (beritajatim.com) – Unit Tipidter Polres Blitar Kota telah melakukan penertiban tambang pasir ilegal di aliran lahar Gunung Kelud. Dalam kegiatan tersebut aparat kepolisian menemukan 36 alat berat di lokasi tambang pasir yang diduga ilegal tersebut.

    Meski menemukan 36 alat berat, namun aparat kepolisian tidak melakukan penyitaan. Polres Blitar Kota hanya meminta kepada para pekerja tambang pasir agar memindahkan alat berat tersebut dari lokasi aliran lahar Gunung Kelud.

    “Polres Blitar Kota bersama tim memberikan himbauan kepada pekerja tambang untuk memindahkan alat berat dari lokasi tambang,” tulis Humas Polres Blitar Kota dalam rilisnya kepada media.

    Penertiban tambang pasir ilegal ini terasa cukup aneh. Pasalnya meski menemukan 36 alat berat namun tidak satu pun pelaku tambang yang ditangkap dan dimintai keterangan.

    Pelaku tambang di lokasi tersebut hanya diberikan imbauan agar berhenti beroperasi. Bila masih membandel aparat kepolisian pun berjanji akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku tambang ilegal tersebut.

    “Sampai hari ini lokasi kali bladak tidak ada aktivitas pertambangan ilegal sama sekali, adanya penambangan secara manual,” imbuhnya.

    Dalam rilis yang dikirim oleh Humas Polres Blitar Kota disebutkan bahwa penertiban tambang ilegal itu dilakukan pada 27 Januari 2025 kemarin. Penertiban ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

    Sayangnya usai beberapa jam, rilis dari Humas Polres Blitar Kota itu dihapus. Tentu hal itu menimbulkan tanda tanya, kenapa hal itu bisa terjadi.

    Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar meminta agar aparat kepolisian serius dalam penindakan tambang ilegal ini. PC PMII Blitar khawatir, penertiban tambang Ilegal yang dilakukan Polres Blitar Kota hanya menjadi euforia sesaat tanpa dilakukan secara konsisten.

    Aparat kepolisian pun diminta untuk memberikan kepastian bahwa tambang ilegal tersebut tidak lagi beroperasi usai dilakukan penertiban. Selain konsisten menertibkan tambang di Kali Bladak, Kabupaten Blitar. PMII juga memberikan tantangan kepada Kapolres Blitar Kota untuk menertibkan tambang ilegal di kawasan/titik-titik tambang yang lain.

    “Jangan hanya di situ saja. Coba di tempat yang lain juga ditertibkan. Di aliran Sungai Brantas yang berada di wilayah hukum Polres Blitar Kota, coba disisir, ada atau tidak tambang Ilegalnya,” kata Ketua PC PMII Blitar, Muhammad Thoha Ma’ruf, Sabtu, (1/02/2025).

    PMII mendorong Polres Blitar Kota untuk melakukan patroli dan inspeksi secara berkala di kawasan wilayah lahar (KWL). Pelaku yang terlibat tambang ilegal harus diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

    “Pasang kamera CCTV di area pertambangan atau buat pos pengamanan untuk memantau aktivitas pertambangan yang dilakukan,” ucap mahasiswa lulusan Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar ini.

    Namun demikian, PC PMII Blitar juga mengapresiasi langkah yang telah dilakukan Polres Blitar Kota karena telah menertibkan tambang ilegal pada akhir Januari 2025 ini. Sehingga bisa mencegah dampak buruk eksploitasi tambang di Kabupaten Blitar.

    “Kami mengapresiasi dan mendukung langkah ini. Semoga apa yang dilakukan Polres Blitar Kota bisa menjadi contoh bagi aparat penegak hukum di wilayah hukum yang lain saat menyikapi tambang ilegal,” ujarnya. [owi/aje]

  • Waspada, Gunung Merapi Terus Luncurkan Guguran Awan Panas ke Barat Daya

    Waspada, Gunung Merapi Terus Luncurkan Guguran Awan Panas ke Barat Daya

    BOYOLALI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melaporkan bahwa Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah, terus mengeluarkan guguran awan panas yang mengarah ke barat daya. Saat ini, Gunung Merapi berada dalam status siaga level 3.

    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Suparman, menyampaikan bahwa aktivitas Gunung Merapi terus dipantau secara intensif.

    “Berdasarkan informasi dari BPPTKG, Gunung Merapi setiap hari meluncurkan awan panas yang lebih dominan mengarah ke barat daya,” kata Suparman dalam keterangannya, Minggu, 2 Februari.

    Untuk mengantisipasi potensi bahaya, BPBD Boyolali secara rutin memberikan informasi terkini kepada warga melalui pihak desa dan relawan kebencanaan. Informasi dari BPPTKG ini diteruskan kepada warga yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) 3.

    “Warga mendapat informasi secara cepat dan akurat melalui berbagai saluran, termasuk relawan kebencanaan di desa-desa rawan bencana,” ujar Suparman.

    Berdasarkan data dari BPPTKG pada Sabtu, 1 Februari 2025, Gunung Merapi meluncurkan guguran awan panas sebanyak 18 kali dengan jarak luncur rata-rata mencapai 2.000 meter, mengarah ke Kali Krasak dan Kali Bebeng di barat daya.

    BPPTKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah dengan potensi bahaya.

    “Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” kata petugas BPPTKG, Rachmad Widyo Laksono.

    Rachmad juga mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik yang dapat menyebar dari erupsi Gunung Merapi.

    “Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” jelasnya.

  • Polda Maluku Selidiki Kabar Polisi Peras Penambang Liar Gunung Botak
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        2 Februari 2025

    Polda Maluku Selidiki Kabar Polisi Peras Penambang Liar Gunung Botak Regional 2 Februari 2025

    Polda Maluku Selidiki Kabar Polisi Peras Penambang Liar Gunung Botak
    Tim Redaksi
    AMBON, KOMPAS.com
    – Seorang
    oknum polisi
    yang bertugas di Direktorat Kriminal Khusus
    Polda Maluku
    , Aipda RFT, diduga terlibat aksi pemerasan terhadap seorang penambang liar di
    Gunung Botak
    , Kabupaten Buru.
    Oknum polisi
    tersebut diduga telah meminta uang hingga ratusan juta dari penambang ilegal berinisial B.
    Adapun B berstatus sebagai tersangka penambang liar tanpa izin yang sedang ditahan di Polres Buru.
    Dari informasi yang beredar, uang ratusan juta itu telah diserahkan B kepada oknum polisi tersebut dengan jaminan penahanan dirinya akan ditangguhkan.
    Menanggapi kabar yang beredar tersebut, Kepala Bidang Humas Polda Maluku, Kombes Pol Aries Aminullah, angkat bicara.
    Aries mengakui bahwa saat ini Polres Buru masih menangani kasus penambangan emas ilegal dengan tersangka B.
    “Memang benar bahwa Polres Buru menangani perkara PETI dengan tersangka berinisial B. Tersangka sudah ditahan di Rutan Polres Buru,” kata Aries dalam keterangan tertulis yang diterima
    Kompas.com
    pada Minggu (2/2/2025).
    Ia menyatakan bahwa terkait penanganan kasus tersebut, penyidik Satreskrim Polres Buru kini tengah melengkapi berkas perkara tersangka untuk dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Buru.
    “Untuk perkara itu, penyidik tinggal melengkapi berkas perkara penyidikannya,” ujarnya.
    Adapun terkait dugaan keterlibatan oknum polisi yang telah menerima uang dari keluarga tersangka untuk menyelesaikan perkara tersebut, sedang diselidiki.
    Menurut Aries, Kabid Propam Polda Maluku telah memerintahkan tim Paminal untuk melaksanakan penyelidikan atas kasus tersebut.
    Aries menambahkan bahwa hingga saat ini tim Paminal masih terus melakukan penyelidikan di lapangan, sehingga masyarakat diminta bersabar.
    “Apabila hasil penyelidikan Paminal kemudian digelar dan hasil gelar terhadap pelanggaran disiplin atau pidana yang dilakukan oleh anggota, maka akan ditindak tegas,” ungkapnya.
    Ia menambahkan bahwa terkait kasus tersebut, pihaknya belum menerima laporan resmi soal dugaan pemerasan yang dilakukan oknum polisi terhadap tersangka dengan jaminan penangguhan penahanan.
    Karena itu, ia meminta agar semua pihak menunggu hasil penyelidikan yang saat ini sedang dilakukan.
    “Kita tunggu laporan hasil penyelidikan. Yang jelas, sesuai komitmen Bapak Kapolda Maluku, akan menindak tegas anggota yang melakukan pelanggaran,” tegasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penyebab Mahasiswa Umhaka Tewas Saat Diksar Mapala di Gunung Joglo Bogor
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        2 Februari 2025

    Penyebab Mahasiswa Umhaka Tewas Saat Diksar Mapala di Gunung Joglo Bogor Bandung 2 Februari 2025

    Penyebab Mahasiswa Umhaka Tewas Saat Diksar Mapala di Gunung Joglo Bogor
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com

    Mohamad Rohadi
    (21), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta, meninggal saat mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dasar mahasiswa pecinta alam (
    Diksar Mapala
    ) di
    Gunung Joglo
    , Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/2/2025) siang.
    Diduga, ia meninggal karena terjatuh ke jurang.
    Rohadi adalah salah satu ketua tim Mapala Uhamka.
    Kegiatan Diksar Mapala itu digelar di Puncak Gunung Joglo, Cisarua, sejak Senin (27/1/2025) lalu.
    Saat dalam perjalanan turun, Rohadi diduga terjatuh karena terpeleset saat terpisah dari rombongan, dan sejak itu ia dilaporkan hilang.
    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor menyatakan, korban ditemukan tewas setelah sebelumnya hilang selama 4 hari, yaitu pada Rabu (29/1/2025) petang.
    “Terpeleset, dugaan jatuh ke bawah (jurang), titik lokasi penemuan agak maju bergeser dari titik semula dia hilang. Korban ditemukan tadi pukul 09.41 WIB,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani, saat dihubungi
    Kompas.com
    , Sabtu.
    Saat ditemukan, kata Adam, korban berada di aliran Curug Pariuk atau di ketinggian 1.313 Mdpl.
    Posisi korban dalam keadaan telungkup.
    Adam menyebut, titik lokasi penemuan tidak jauh dari posisi awal korban dinyatakan hilang.
    Kondisi medan yang banyak jurang dan lembah, ditambah cuaca ekstrem, diduga menjadi penyebab korban tersesat dan akhirnya terjatuh.
    “Korban kemungkinan jatuh atau tersesat dikarenakan jalur yang tertutupi kabut dan hujan. Rohadi berpisah dari Rabu jam 1 siang dan menjelang Maghrib sudah dinyatakan hilang,” ungkapnya.
    Setelah ditemukan, jenazah Rohadi dievakuasi menuju rumah duka yang ada di Cengkareng, Jakarta Barat.
    Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswa bernama Mohamad Rohadi (21) meninggal saat mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dasar mahasiswa pecinta alam (Diksar Mapala) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta.
    Rohadi adalah salah satu ketua tim Mapala Uhamka.
    Kegiatan tersebut digelar di Puncak Gunung Joglo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sejak Senin (27/1/2025).
    Saat itu, ia menjadi salah satu ketua tim kelompok dalam kegiatan Diksar Mapala di atas Gunung Joglo, yang berada di kawasan Puncak Bogor.
    “Korban ini ketua tim himapala dan saat kejadian sekaligus
    sweeper
    membantu tim (Diksar) yang dibagi 2 kelompok. Ketua tim lainnya bernama Akbar, jadi ketua tim itu ada 2, sekaligus mereka
    sweeper
    -nya,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani, saat dihubungi
    Kompas.com
    , Sabtu (1/2/2025).
    Semua bermula ketika dua kelompok yang terdiri dari 14 peserta ini baru menyelesaikan kegiatan Diksar Mapala pada Rabu siang.
    Rohadi dan Akbar, yang bertugas sebagai sweeper, kemudian memimpin peserta Diksar untuk turun dari Gunung Joglo.
    Saat itu, Rohadi berada di barisan paling belakang.
    Sweeper adalah istilah pendaki yang berada di barisan paling belakang, yang bertugas memastikan keselamatan anggota pendaki.
    Namun, ketika di tengah perjalanan, Rohadi justru terpisah pada Rabu pukul 13.00 WIB.
    Rekannya, bernama Akbar, itu langsung mengecek ke belakang rombongan.
    Benar saja, Rohadi sudah tidak ada.
    Sebelum dinyatakan menghilang, Rohadi sempat diminta untuk menunggu sebentar.
    “Dibagi 2 kelompok, korban di kelompok pertama di posisi belakang. Nah itu janjian, jangan kemana-mana di sini saja, kata rekannya. Jadi Rohadi disuruh menunggu, ‘tunggu saya’. Ternyata, pas balik ke titik dituju, korban sudah tidak ada, jam 1 siang,” ungkapnya.
    Setelah itu, Akbar memutuskan untuk melanjutkan karena mengira Rohadi juga melanjutkan perjalanan atau turun duluan ke bawah (posko).
    Setibanya di posko menjelang magrib, seluruh rombongan sudah ada, kecuali Rohadi.
    Rombongan menunggu, namun Rohadi tak kunjung datang.
    Sehingga, kata Adam, Rohadi dinyatakan hilang.
    Rombongan akhirnya berupaya melakukan pencarian secara mandiri.
    “Karena korban tidak kunjung datang, mereka akhirnya mencari secara mandiri selama tiga hari, dari Rabu sampai Jumat. Karena sudah menyerah, akhirnya mereka melaporkan korban hilang,” ungkapnya.
    Menurut Adam, pihaknya menerima laporan orang hilang itu di puncak Gunung Joglo, Cisarua, pada Jumat (31/1/2025) sekitar pukul 15.30 WIB.
    Tim SAR gabungan langsung dikerahkan untuk melakukan pencarian dengan mendirikan tenda sekitar lokasi.
    Operasi pencarian hari pertama berlangsung sampai tengah malam atau pukul 23.30 WIB.
    Namun, korban juga tak kunjung ditemukan.
    Tim gabungan terus berupaya mencari dengan melewati medan terjal yang harus menggunakan
    vertical rescue
    .
    Upaya pencarian itu akhirnya membuahkan hasil;
    korban ditemukan tak jauh dari titik lokasi dia menghilang.
    Setelah menghilang selama empat hari, sambung Adam, korban ditemukan meninggal di aliran Curug Pariuk dalam keadaan telungkup, Sabtu (1/2/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hujan abu di Desa Tobaru akibat sebaran abu vulkanik Gunung Ibu

    Hujan abu di Desa Tobaru akibat sebaran abu vulkanik Gunung Ibu

    Rabu, 15 Januari 2025 18:32 WIB

    Seorang jurnalis menunjukkan abu vulkanik yang menutupi daun talas dampak erupsi Gunung Ibu di Desa Tobaro, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, Rabu (15/1/2025). Erupsi Gunung Ibu pada Rabu (15/1) pukul 07.11 WIT dengan semburan abu vulkanik setinggi 4.000 dari atas puncak menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Ibu Utara mengalami hujan abu, sementara gunung tersebut masih menunjukkan peningkatan aktivitas dan PVMBG menaikan status Gunung Ibu dari Siaga Level III menjadi Awas Level IV. ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU

    Sejumlah pelajar melintas di jalan umum yang tertutup abu vulkanik dampak erupsi Gunung Ibu di Desa Tobaro, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara,Rabu (15/1/2025). Erupsi Gunung Ibu pada Rabu (15/1) pukul 07.11 WIT dengan semburan abu vulkanik setinggi 4.000 dari atas puncak menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Ibu Utara mengalami hujan abu, sementara gunung tersebut masih menunjukkan peningkatan aktivitas dan PVMBG menaikan status Gunung Ibu dari Siaga Level III menjadi Awas Level IV. ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU

    Pengendara sepeda motor melintas di jalan umum yang tertutup abu vulkanik dampak erupsi Gunung Ibu di Desa Tobaro, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara,Rabu (15/1/2025). Erupsi Gunung Ibu pada Rabu (15/1) pukul 07.11 WIT dengan semburan abu vulkanik setinggi 4.000 dari atas puncak menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Ibu Utara mengalami hujan abu, sementara gunung tersebut masih menunjukkan peningkatan aktivitas dan PVMBG menaikan status Gunung Ibu dari Siaga Level III menjadi Awas Level IV. ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU