kab/kota: Gunung

  • Fiersa Besari Sempat Hilang Kontak dengan Istri Saat Pendakian Puncak Cartenz Papua

    Fiersa Besari Sempat Hilang Kontak dengan Istri Saat Pendakian Puncak Cartenz Papua

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar tragedi meninggalnya dua pendaki saat mendaki Puncak Cartenz di Papua mengejutkan dunia hiburan Tanah Air. Pasalnya, dalam rombongan tersebut terdapat penyanyi Fiersa Besari yang turut serta dalam pendakian tersebut dan sempat hilang kontak dengan istrinya.

    Istri Fiersa Besari, Aqia Nurfadla mengungkapkan sempat kesulitan menghubungi suaminya setelah mendengar tentang tragedi tersebut.

    Melalui akun Instagram pribadinya @aqianr dikutip Minggu (2/3/2025), Aqia membagikan ia tidak bisa menghubungi Fiersa sejak 28 Februari 2025. Namun, dalam unggahan berikutnya, Aqia akhirnya mengabarkan suaminya selamat dan mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan masyarakat.

    “Teman-teman, terima kasih atas perhatian dan rasa khawatir yang sama denganku. Semoga mereka di sana baik-baik saja dan pulang tanpa kurang suatu apa. Aku tidak bisa membagikan informasi lebih lanjut, karena tidak berhak dan tidak tahu keadaan yang sebenarnya di sana,” tulis Aqia.

    Dalam kesempatan tersebut, Aqia juga memohon doa agar suaminya dan dua pendaki yang meninggal dunia dalam tragedi pendakian ke Puncak Cartenz Papua bisa mendapatkan tempat terbaik.

    Unggahan Instagram story istri Fiersa Besari, Aqila Nurfadla. – (Instagram/Istimewa)

    “Mari kita kirimkan doa untuk mereka yang masih berjuang di sana dan juga untuk yang telah gagal berjuang,” tambah Aqia.

    Aqia juga berharap suaminya segera pulang, mengingat pada Senin (3/3/2025), Fiersa Besari akan merayakan ulang tahunnya yang ke-41 tahun.

    Sebelumnya, pelantun lagu Celengan Rindu tersebut sempat mengunggah emoji patah hati dengan latar belakang hitam dan lagu Now at Last milik Fiest sebagai bentuk ungkapan perasaan.

    Unggahan Fiersa Besari tersebut membuat netizen bertanya-tanya dan merasa khawatir dengan keadaan penyanyi tersebut.

    Diberitakan sebelumnya, Fiersa Besari bersama sembilan pendaki lainnya dan lima pemandu berangkat menuju Puncak Cartenz pada 28 Februari 2025. Namun, akibat cuaca ekstrem, dua pendaki, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti, dilaporkan meninggal dunia akibat hipotermia atau penyakit gunung akut (AMS).

  • Fiersa Besari Ikut dalam Pendakian, Ini Kronologi Meninggalnya 2 Orang di Puncak Cartenz Papua

    Fiersa Besari Ikut dalam Pendakian, Ini Kronologi Meninggalnya 2 Orang di Puncak Cartenz Papua

    Jakarta, Beritasatu.com – Setelah memutuskan untuk beristirahat dari dunia musik, penyanyi Fiersa Besari menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berpetualang dan menikmati hobinya, yaitu mendaki gunung, salah satunya adalah ke Puncak Cartenz di Papua.

    Namun, dalam pendakian di Puncak Cartenz di Papua, Fiersa mengalami kejadian tragis dan memilukan. Dua orang wanita yang tergabung dalam rombongan pendakian bersamanya, yaitu Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti, dikabarkan meninggal dunia.

    Mengetahui kejadian tersebut, Fiersa Besari mengungkapkan kekecewaannya melalui unggahan di media sosial (medsos) pada Minggu (2/3/2025). Dalam unggahan Instagram story-nya @fiersabesari, ia menampilkan gambar hati yang retak serta membubuhkan lagu Now At Last dari Fiest, dengan latar belakang hitam sebagai tanda berkabung.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun, Fiersa Besari berangkat mendaki bersama sembilan orang lainnya, termasuk Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti, serta lima pemandu. Elsa dan Lilie dilaporkan meninggal dunia pada 1 Maret 2025, diduga akibat hipotermia atau penyakit gunung akut (AMS).

    Kronologi atas pendakian maut ini bermula dari rombongan pendaki yang terdiri dari 10 pendaki dan lima pemandu, memulai perjalanan mereka pada 28 Februari 2025. Mereka mendaki menuju Puncak Cartenz Pyramid yang memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).

    Di puncak, kondisi cuaca yang ekstrem menyebabkan dua pendaki asal Jakarta dan Bandung mengalami hipotermia saat mereka turun dari Puncak Cartenz pada 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 Wit. 

    Jenazah kedua korban telah dievakuasi oleh para pendaki dan pemandunya dan kini berada di Teras Dua. Sementara itu, kini jenazah Elsa telah tiba di RSUD Kabupaten Mimika, sementara jenazah Lilie masih berada di Teras Dua dan sedang dalam proses evakuasi ke rumah sakit yang sama. Keduanya nantinya akan dibawa ke Timika dan diterbangkan ke Jakarta.

    Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman menyatakan, kondisi Fiersa Besari dan tujuh pendaki lainnya, beserta lima pemandu, dalam keadaan sehat. 

    “Fiersa Besari dalam kondisi sehat dan sudah berada di hotel. Namun, kami belum menerima informasi terkait kapan mereka akan pulang. Evakuasi kedua jenazah berjalan lancar,” kata Kapolres Mimika dalam keterangan resminya, pada Minggu (2/3/2025).

    Selain Fiersa Besari, rombongan pendakian Puncak Cartenz di Papua juga terdiri dari beberapa pendaki lainnya, termasuk Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti yang meninggal dunia, serta Indira Alaika, Furki, Saroni, Ludy Hadiyanto, dua pendaki dari Turki, dan satu pendaki dari Rusia. Mereka ditemani oleh lima pemandu, yakni Nurhuda, Alvin Perdana, Arlen Kolinug, Jeni Dainga, dan Ruslan.

  • Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus, Bergemuruh dan Lontaran Lava Pijar
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        2 Maret 2025

    Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus, Bergemuruh dan Lontaran Lava Pijar Regional 2 Maret 2025

    Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus, Bergemuruh dan Lontaran Lava Pijar
    Tim Redaksi
    LEMBATA, KOMPAS.com

    Gunung Ile Lewotolok
    di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali mengalami erupsi pada Minggu (2/3/2025) pukul 20.17 WITA.
    Petugas Pos Pengamat
    Gunung Ile Lewotolok
    , Stanislaus Ara Kian, menyebut letusan tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 13,5 mm dan berlangsung sekitar 39 detik.
    “Letusan disertai lontaran lava pijar dan gemuruh kuat,” ujar Stanislaus dalam keterangannya, Minggu.
    Ia mencatat kolom abu setinggi sekitar 200 meter di atas puncak atau 1.623 meter di atas permukaan laut. Asap erupsi berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
    Stanislaus mengimbau masyarakat di sekitar gunung untuk mengenakan masker guna melindungi diri dari abu vulkanik. Warga juga diminta mewaspadai potensi guguran atau longsoran lava, terutama di Desa Jontona, Amakaka, Todanara, dan Lamatokan.
    “Warga juga diimbau agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan,” ujarnya.
    Saat ini, tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok berada di Level II atau Waspada.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Alasan Suami Lilie Izinkan Istrinya Naik ke Puncak Cartensz: Cita-citanya yang Belum Tercapai – Halaman all

    Alasan Suami Lilie Izinkan Istrinya Naik ke Puncak Cartensz: Cita-citanya yang Belum Tercapai – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dua pendaki wanita, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono meninggal dunia di Gunung Cartensz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

    Mereka tewas pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstensz.

    Keduanya terindikasi terkena gejala Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Dikutip dari Tribun Jabar, suami Lilie, Frigard H (68) mengatakan, pergi ke Puncak Carstensz merupakan cita-cita sang istri yang belum tercapai. 

    Nahas, pendakian itu membuat istrinya kehilangan nyawa karena cuaca ekstrem.

    Frigard berujar, Lilie berangkat untuk pergi mendaki pada Minggu (23/2/2025), tetapi berangkat dari rumah sejak Sabtu (22/2/2025).

    “Dia memang sebelumnya sempat meminta izin ke saya. Izinnya sudah lama sebetulnya, karena memang naik ke Puncak Carstensz merupakan cita-citanya yang belum tercapai.” 

    “Akhirnya, saya perbolehkan,” ujar Frigard saat ditemui di rumahnya di Jalan Mochamad Romadhan, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/3/2025).

    Ia menyebut, Lilie sudah melakukan latihan-latihan pendakian di Citatah, Bandung Barat, sejak tahun lalu.

    Bahkan, saat itu Frigard yang mengantar Lilie latihan.

    “Saya lihatnya latihannya oke dan peralatannya juga sudah oke, hingga kemampuannya cukup. Akhirnya, ya saya katakan, silakan (mengizinkan),” ucapnya.

    Frigard membeberkan bahwa mendaki sudah menjadi hobi istrinya sejak sekolah menengah atas (SMA).

    Apalagi, saat pergi ke Carstensz, istrinya bersama bersama teman-teman SMA yang memiliki hobi hiking.

    Namun, pada 1 Maret 2025, sambung Frigard, dirinya memperoleh informasi mengenai kabar duka tersebut dari teman seangkatan istrinya yang sampai sekarang memberikan update.

    “Ya, rencananya nanti kami akan jemput jika memang sudah di Jakarta. Tapi, informasi terkini baru turun ke basecamp. Dan rencananya penerbangan ke Jakarta itu besok,” terang Frigard.

    Lilie meninggalkan suami dan dua anak laki-laki. Kedua anaknya itu tak tinggal di Bandung, tetapi di Jepang dan Singapura.

    Frigard menyebut, anak-anaknya sudah diberitahu terkait tragedi yang merenggut nyawa sang ibu.

    Ia juga mengaku sudah menerima apa yang menimpa istrinya sebab apa pun yang dilakukannya tetap tak mengubah keadaan.

    “Saya hanya bisa mendoakan sekarang. Semoga selamat evakuasinya, karena kalau selamat dalam hal hidup sebagai manusia sudah enggak, walau tak menutup kemungkinan kuasa Tuhan,” ucapnya sambil menahan kesedihan dan mata berkaca-kaca.

    Menurut Frigard, selain hiking, istrinya merupakan sosok yang menyukai dunia desain.

    Lilie di dunia media sosial, yaitu di Instagram terkenal sebagai @labellefemme_lbf.

    Lebih lanjut, Frigard mengatakan bahwa istrinya adalah seorang wanita pejuang dalam hampir segala hal.

    Jika menginginkan sesuatu dan dipikir bisa dicapai, jelasnya, sang istri akan terus berusaha menggapainya.

    “Istilahnya, kata dia itu, berapa pun nilainya akan dia perjuangkan. Saya pun belajar dari dia dalam hal seperti ini, karena saya bukan tipe yang begitu banget,” terangnya.

    Frigard mengungkapkan bahwa sang istri meninggal dunia pada usia 59 tahun, dan pada Oktober 2025 nanti akan berusia 60 tahun.

    Sebagai informasi, jenazah Elsa Laksono telah berhasil dievakuasi dan tiba di RSUD Mimika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah pada Minggu hari ini.

    Sementara itu, jenazah Lilie Wijayanti Poegiono masih berada di lokasi kejadian dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2024).

    Mengingat medan yang sulit dijangkau, evakuasi jenazah Elsa Laksono dilakukan dengan helikopter. 

    Besok, jenazah Lilie akan dievakuasi dengan menggunakan helikopter yang sama. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pendaki Bandung Meninggal Saat Daki Puncak Carstensz Pyramid, Suami Ungkap Alasan Mengizinkan.

    (Tribunnews.com/Deni)(TribunJabar.id/Muhamad Nandri)

  • Polisi lalu lintas Polda Metro Jaya bagikan takjil selama Ramadhan

    Polisi lalu lintas Polda Metro Jaya bagikan takjil selama Ramadhan

    takjil tersebut dibagikan kepada para pengendara motor, anak-anak panti asuhan, tukang becak, pemulung, dan masyarakat lainnya

    Jakarta (ANTARA) – Jajaran Polisi Lalu Lintas (Polantas) Polda Metro Jaya membagikan takjil kepada masyarakat untuk berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah.

    Kegiatan Polantas Berbagi tersebut sudah di mulai sejak, Sabtu (1/3) atau pada hari pertama puasa Ramadhan.

    “Hari pertama dilaksanakan oleh jajaran Subdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, dengan langsung menyasar kepada masyarakat yang membutuhkan. Hari berikutnya dan seterusnya akan dilaksanakan oleh Subdit Lalu Lintas lainnya dan Satuan Lalu Lintas Kewilayahan secara bergantian,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombespol Latif Usman di Jakarta, Minggu.

    Adapun bentuk kegiatan itu seperti pembagian takjil sebanyak 1.650 kotak, nasi boks sebanyak 350 kotak dan juga penganan (snack) sebanyak 100 kotak.

    Latif mengatakan takjil tersebut dibagikan kepada para pengendara sepeda motor, anak-anak panti asuhan, tukang becak, pemulung, dan masyarakat lainnya.

    Lokasi aksi sosial itu tersebar di beberapa titik mencapai 15 lokasi. Di antaranya di daerah DKI Jakarta seperti Pasar Pesanggrahan Jakarta Selatan, Mushola Al Mukmin Cakung Jakarta Timur, Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, dan di daerah sepanjang Jalan Daan Mogot Jakarta Barat.

    Adapun lokasi-lokasi di luar Jakarta seperti di Jalan Perintis Kemerdekaan Tangerang, Jalan Raden Fatah Ciledug, Jalan Civic Center BSD, Jalan RE Martadinata Ciputat, Jalan. Ir. H. Juanda Bekasi, Jalan Industri Cikarang, Jalan Merdeka Raya Depok, depan Samsat Jakarta Timur, dan depan Samsat Cinere.

    “Bagi Polantas kegiatan tersebut sebagai wujud rasa syukur bisa turut hadir di tengah masyarakat. Dan sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan iman dan takwa selama bulan suci Ramadhan. Tidak hanya satu hari ini saja, kegiatan aksi sosial tersebut akan dilaksanakan setiap hari selama bulan Ramadhan, semoga bermanfaat untuk masyarakat” kata Latif.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Alasan Suami Lilie Izinkan Istrinya Naik ke Puncak Cartensz: Cita-citanya yang Belum Tercapai – Halaman all

    Kisah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati: Sahabat Sejak SMP yang Tewas Bersama di Puncak Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Lilie Wijayati dan Elsa Laksono Meninggal Dunia di Puncak Carstensz, Papua, pada Sabtu (1/3/2025).

    Lilie Wijayati dan Elsa Laksono merupakan teman sejak duduk di bangku SMP.

    Mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP. 

    Mereka bersekolah di Malang, Jawa Timur. 

    Lilie Wijayati lahir di Malang pada 2 Oktober 1965. 

    Sementara Elsa Laksono merupakan pendaki kelahiran Malang pada 24 Juli 1965.

    Pada SMA, mereka bersekolah di SMAK St. Albertus Malang atau yang akrab disebut Dempo.

    Di Dempo, mereka mulai mendaki gunung.

    Setelah lulus SMA, mereka terpisah. Lilie Wijayati pernah mendapatkan pendidikan militer Susbintal Pusdikhub Cimahi pada 1985, atau saat usianya 20 tahun.

    Lilie menempuh pendidikan di Telkom hingga akhirnya bekerja di perusahaan Telkom Indonesia.

    Sementara itu, Elsa menempuh pendidikan di salah satu fakultas Ilmu Kedokteran di Jakarta.

    Setelah berpisah lama, mereka kembali berhubungan dekat. Melalui media sosial mereka kembali menjalin hubungan komunikasi.

    Hingga akhirnya mereka melakukan pendakian bersama.

    Di kalangan pendaki, mereka dikenal sebagai pendaki veteran.

    Mereka menjuluki diri sebagai Ratu Pendaki.

    Kronologi

    Puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memakan korban jiwa.

    Seperti dilansir dari TribunPapua, dua pendaki dilaporkan meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz. Ini merupakan puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika.

    Berdasarkan informasi, insiden itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025). Namun, kabar ini baru tersebar luas di media sosial pada Minggu (2/3/2025).

    Identitas Pendaki

    Dua orang pendaki wanita dikabarkan meninggal dunia, yaitu:

    Elsa Laksono

    Lilie Wijayati

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian. Sementara itu, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS, namun kondisinya stabil.

    Keempat pendaki ini mulai menunjukkan gejala AMS sejak Jumat (28/2/2025), saat berada di area bawah Puncak Carstensz Tembagapura. Untuk korban selamat, mereka telah berhasil dievakuasi ke Timika.

    Elsa Laksono

    Elsa Laksono merupakan seorang pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur, yang lahir pada 24 Juli 1965.

    Elsa menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz akibat gejala AMS yang dideritanya. Jenazahnya kini disemayamkan di RSUD Kabupaten Mimika.

    Lilie Wijayati

    Perempuan asal Bandung, Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia.

    Dia merupakan warga Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Jenazahnya masih berada di area Gunung Carstensz Pyramid dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Rencananya, jenazah kedua korban akan diterbangkan ke Jakarta pada Senin besok menggunakan pesawat Lion Air.

    Fiersa Besari Dikabarkan Ikut Ekspedisi

    Dikabarkan, musisi Fiersa Besari berada dalam rombongan ekspedisi itu. Fiersa Besari belum angkat bicara soal kejadian ini.

    Seperti dilihat dari akun media sosial Instagramnya pada Minggu (2/3/2025) sekitar pukul 13.05 WIB, Fiersa membuat unggahan di Instagram Story berupa layar hitam dengan emoji hati yang patah.

  • Kronologi Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz: Ada Badai, Kena Hipotermina

    Kronologi Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz: Ada Badai, Kena Hipotermina

    Bisnis.com, JAKARTA – Dua pendaki perempuan, yang bernama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia saat mendaki puncak Carstensz di Papua. Simak kronologi lengkapnya dari sudut pandang pendaki Indira Alaika.

    Indira Alaika mengonfirmasi bahwa dirinya merupakan salah satu dari pihak ikut dalam dalam rombongan untuk mendaki puncak Carstensz bersama almarhum Lilie dan Elsa. 

    Dikutip melalui instagram pribadi @indiraalaika, Indira membagikan unggahan melalui instastorynya untuk menjelaskan kronologi dapat selamat dari cuaca ekstrem yang melanda Puncak Carstensz.

    “Sebanyak 3 Pendaki selamat dan 2 pendaki meninggal dunia akibat cuaca yang sangat buruk hujan salju, hujan deras dan angin kencang sehingga menyebabkan hipotermia,” ujarnya melalui unggahan Instagram Story yang dikutip Minggu (2/3/2025).

    Dia melanjutkan bahwa dua Pendaki meninggal dunia Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono bertempat di teras 2. Pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstensz, keduanya menghembuskan nafas terakhir akibat hipotermia atau kedinginan akut akibat cuaca buruk.  

    Sementara itu, tiga pendaki yang selamat terjebak terpaksa bermalam di area Summit Ridge dekat puncak hingga tim rescue datang, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana. dan Saroni.

    Detik-detik Dua Pendaki Meninggal di Puncak Carstensz

    Indira menceritakan bahwa Insiden ini bermula pada pukul 04.00 WIT atau ketika rombongan pendaki berangkat menuju Puncak Carstensz, salah satu gunung tertinggi di Indonesia.

    Rombongan yang terdiri dari 20 orang, termasuk lima orang pemandu, tujuh pendaki WNI, enam pendaki WNA, dan dua pendaki dari Taman Nasional Lorentz, memulai perjalanan mereka dari Basecamp Yellow Valley.

    Sebelumnya, mereka telah melakukan aklimatisasi dan latihan teknis selama dua hari di basecamp untuk mempersiapkan pendakian menuju puncak. 

    Namun, perjalanan tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Sekitar pukul 20.45 WIT, seorang pemandu lokal bernama Nurhuda, tiba di basecamp dalam kondisi hipotermia dan meminta bantuan untuk menyelamatkan rekan-rekannya yang terjebak di atas. Tim basecamp pun segera melakukan briefing untuk mencari solusi terbaik guna memberikan pertolongan. 

    Upaya penyelamatan dilakukan oleh beberapa pemandu. Yustinus Sondegau, salah satu guide lokal, mencoba naik untuk mencapai para korban yang berada di summit ridge, tetapi terkendala oleh cuaca buruk di teras besar.

    Selanjutnya, guide asal Nepal Dawa Gyalje Sherpa juga berusaha memberikan bantuan di teras dua. Sayangnya, langkah mereka terhenti saat menemui dua pendaki, yaitu Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, sudah dalam keadaan meninggal dunia.

    Poxy dan Damar, dua guide lainnya, kembali naik untuk memberikan pertolongan di teras dua dan menghubungi basecamp untuk melaporkan kondisi para korban. Kedua korban Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia. 

    Tim penyelamat kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Tim pertama, yang terdiri dari tiga guide internasional, Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones, berhasil mencapai tiga pendaki yang masih hidup, yaitu Indira, Alvin Reggy, dan Saroni, yang berada di summit ridge.

    Ketiganya dalam kondisi kritis, dan tim memberikan pertolongan pertama dengan mengganti pakaian, memberi isotonik, makanan, dan obat-obatan. 

    Setelah memberikan pertolongan, tim penyelamat bersama dengan para survivor akhirnya berhasil turun ke basecamp Yellow Valley. Pada akhirnya, seluruh tim penyelamat dan tiga pendaki yang selamat tiba kembali di basecamp dalam keadaan selamat, meski mengalami masa-masa kritis yang penuh tantangan. 

    Keberhasilan penyelamatan menjadi momen duka lantaran tidak bisa menyelamatkan nyawa Lilie dan Elsa. Namun, semua pihak tetap mengapresiasi dedikasi tim penyelamat. 

    Sementara itu, pegiat jurnalisme sastrawi Andreas Harsono mengamini bahwa dua pendaki Puncak Jaya atau Carstensz di Papua meninggal dunia lantaran disebabkan oleh hipotermia atau kedinginan akut. 

    Saat dihubungi oleh Bisnis, Andreas Harsono, seorang jurnalis dan juga merupakan teman SMA dari Lilie mengonfirmasi bahwa dua pendaki yang meninggal itu adalah Lilie Wijati Poegiono dan Elsa Laksono.

    “Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” katanya kepada Bisnis melalui pesan teks, Minggu, (2/3/2025).

    Di sisi lain, penyanyi Fiersa Besari turut mengunggah emoji patah hati tak lama setelah beredar kabar dua korban meninggal di pendakian ke Puncak Carstenz yang menewaskan dua orang pendaki.

    Berdasarkan akun X @Jateng_Twit, Fiersa pun menjadi salah satu pihak yang tergabung dalam tim pendakian ke Puncak Carstenz yang menelan korban. Kendati demikian, Fiersa Besari belum memberi pernyataan apa pun terkait dengan kejadian ini.

    Pria kelahiran 3 Maret 1984 itu hanya membagi cerita di Instagram @fiersabesari melalui unggahan Instastory berlatar hitam dengan emotikon ‘broken heart’ atau patah hati yang menyisipkan lagu Now At Last dari Fesit sebagai backsound.

    Kronologi Pendakian Puncak Carstensz hingga Lilie dan Elsa Meninggal Dunia

    1. Rombongan berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid menggunakan helikopter.

    2. Setelah sampai di basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid, rombongan melakukan aklimatisasi selama 2 hari.

    3. Rombongan melaksanakan kegiatan aklimatisasi dan latihan teknis hingga Teras 1 (Teknik ascending dan descending).

    4. Rombongan pendaki yang berjumlah 20 orang berangkat untuk melakukan summit dari basecamp Yellow Valley menuju Puncak Carstensz pukul 04.00 WIT (5 orang guide, 7 WNI pendaki, 6 WNA pendaki, dan 2 pendaki Taman Nasional Lorentz).

    5. Tim BC melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban dan sekitar pukul 20.45 WIT Nurhuda (Guide WNI) tiba di basecamp sendirian dengan gejala hipotermia, selanjutnya meminta bantuan kepada Tim BC. Beliau istirahat sebentar untuk kemudian naik membantu pendaki yang ada di atas.

    6. Yustinus Sondegau (Guide lokal) berusaha naik untuk mencapai titik lokasi survivor yang berada di summit ridge korban atas nama Indira, Alvin Reggy, dan Saroni, dengan membawa bantuan emergency (sleeping bag), flysheet, air panas, dan radio. Tetapi upaya tersebut terhenti di teras besar karena cuaca semakin memburuk dan pada perjalanan turun, Yustinus bertemu dengan Luddy dan mendampingi Luddy hingga ke basecamp. Seluruh peralatan yang dibawa ditinggal di teras besar.

    7. Guide Nepal Dawa Gyalje Sherpa naik untuk memberikan pertolongan, tetapi terhenti di teras dua untuk memberikan pertolongan terhadap kedua korban, Lilie Wijayati dan Elsa Laksono yang kemudian meninggal dunia. 

    8. Poxy (guide lokal) dan Damar (Guide) kembali mencoba naik ke teras dua untuk memberikan bantuan kepada korban, menghubungi basecamp dan melaporkan sudah memberikan pertolongan kepada kedua korban, namun korban Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia.

    9. Octerus (Guide) yang berkomunikasi dengan Poxy dan Dawa menginformasikan dari basecamp bahwa dua pendaki WNI atas nama Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia.

    10. Huda (Guide) naik untuk mencoba menolong Indira, Alvin, dan Saroni yang berada di summit ridge.

    11. Huda mengabarkan bahwa mereka tiba di basecamp dan tidak sanggup lagi meneruskan ke titik posisi Indira, Alvin, dan Saroni. (Barang untuk melaksanakan emergency sudah disimpan di bawah summit ridge). 

    12. Dibagi dua tim penyelamat, tim 1 terdiri atas tiga guide Internasional. Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones kembali mendaki untuk menyelamatkan Indira, Alvin, dan Saroni di Summit Ridge, dan tim 2 yaitu Dokter Adnan dan Meidi bergerak menuju korban di teras dua. 

    13. Tashi, Garret, dan Ben bertemu dengan tiga pendaki (Indira, Alvin, dan Saroni), menginformasikan ke basecamp bahwa semuanya masih hidup dan dalam kondisi kritis. Tim rescue memberikan pertolongan pertama dan menormalisasi dengan mengganti pakaian, memberikan isotonik, makanan, obat-obatan.

    14. Tim rescue dan survivor melakukan perjalanan turun ke basecamp Yellow Valley.

    15. Tim rescue dan survivor dari Summit Ridge tiba di basecamp Yellow Valley.

  • Fiersa Besari Unggah Simbol Patah Hati di Instagram, Warganet Kepo Soal Tragedi Pendaki di Carstensz – Halaman all

    Fiersa Besari Unggah Simbol Patah Hati di Instagram, Warganet Kepo Soal Tragedi Pendaki di Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Musisi Fiersa Besari mengunggah simbol patah hati di media sosial Instagram pada Minggu (2/3/2025).

    Seperti dilihat Tribunnews.com, di Instastory FIersa Besari terlihat berlatar hitam dengan emotikon ‘patah hati’ atau broken heart.

    Ini membuat Warganet penasaran.

    Di antara mereka ada yang menanyakan soal insiden yang dialami dua pendaki wanita di Puncak Carstenzs, Papua.

    Dikabarkan Fiersa Besari ikut dalam rombongan ekspedisi tersebut.

    Warganet menuliskan di kolom komentar yang ada di salah satu foto bergambar gunung.

    “Turut berduka cita bung utk Lili dan Elsa,” tulis akun Sumar1204

    “Turut berduka ya bang, semoga kalian diberi kesabaran dan almarhum diterima amal ibadahnya,” tulis _winda_m.

    “Tombol CARTENS>>>>>” tulis rafik_hasan 07

    “Bang lu aman? Denger berita simpang siur meresahkan,” tulis nurmhammadiikhsan.

    Puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, memakan korban jiwa.

    Seperti dilansir dari TribunPapua, dua pendaki dilaporkan meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz.

    Ini merupakan sebuah puncak tertinggi yang menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman yang terdapat di Kabupaten Mimika.

    Berdasarkan informasi, insiden itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025).

    Namun, kabar ini baru tersebar luas di media sosial pada Minggu (2/3/2025).

    Identitas Pendaki

    Dua orang pendaki wanita dikabarkan meninggal dunia.

    Yaitu:

    Elsa Laksono 

    Lilie Wijayati

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Sementara itu, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS namun kondisinya stabil.

    Keempat pendaki ini mulai menunjukkan gejala AMS sejak Jumat (28/2/2025), saat berada di area bawah Puncak Cartenz Tembagapura.

    Untuk korban selamat telah berhasil dievakuasi ke Timika.

    Elsa Laksono 

    Elsa Laksono merupakan seorang pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur,  yang lahir pada 24 Juli 1965.

    Elsa menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat gejala AMS yang dideritanya.

    Jenazahnya kini disemayamkan di RSUD Kabupaten Mimika.

    Lilie Wijayati

    Perempuan asal Bandung, Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia.

    Dia merupakan warga Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT 002 RW 001, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

    Jenazahnya masih berada di area Gunung Cartenz Pyramid dan direncanakan akan dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Rencananya, jenazah kedua korban akan diterbangkan ke Jakarta pada Senin besok menggunakan pesawat Lion Air.

  • Profil Lilie Wijayati, Mamak Pendaki yang Meninggal Dunia di Puncak Carstensz Papua – Page 3

    Profil Lilie Wijayati, Mamak Pendaki yang Meninggal Dunia di Puncak Carstensz Papua – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pendaki Lilie Wijayati Poegiono meninggal dunia di Puncak Jaya atau Carstensz, Papua. Lilie Wijayati meninggal dunia diduga kuat disebabkan oleh gejala Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Siapakah sebenarnya sosok Lilie Wijayati Poegiono? Melihat akun sosial media Instagram miliknya @mamakpendaki, Lilie memang memiliki hobi naik gunung.

    Lilie Wijayati merupakan kelahiran Malang 2 Oktober 1965, sehingga saat ini berumur 59 tahun. Lilie diketahui beralamat di Jalan Mochamad Romadhan, Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar).

    Lilie sendiri aktif dalam akun Instagram @mamakpendaki dan kerap mengunggah kegiatannya naik gunung. Tampak Instagram miliknya, Lilie merupakan seorang perancang busana yang cukup ternama.

    Beberapa gunung yang belakangan pernah didaki Lilie adalah Gunung Merbabu, Gunung Manglayang, Gunung Slamet, Gunung Burangrang, dan Gunung Kelud. Lilie juga terlihat beberapa kali melakukan panjat tebing.

    Sebelum mendaki Puncak Jaya atau Carstensz, Lilie sempat mengunggah video momen persiapannya memilih pakaian yaang akan dipakai untuk mendaki.

    “H-4 menuju Atap Indonesia, Carstensz Pyramid.

    Setelah berbulan-bulan berlatih fisik dan mental, salah satu hal penting yang harus dipersiapkan adalah gear. Kali ini, aku berkunjung ke Columbia Gandaria City Jakarta untuk memilih perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan ekspedisi.

    Mengingat ekspedisi kali ini agak berat, gunung dengan curah hujan tertinggi dan salju, maka aku sangat berhati-hati dalam memilih gear, berdiskusi, dan inilah pilihanku:

    – Lapisan Pertama: Baselayer Omni-Heat Infinity, untuk menghangatkan dan menjaga suhu tubuh.- Lapisan Kedua: Titanium Arctic Crest Sherpa Fleece.- Lapisan Tambahan: Jika perlu, aku akan menambah Titanium Arctic Crest Down Jacket.- Lapisan Terluar: Outdry Extreme Jacket, jaket waterproof yang tahan terhadap curah hujan tinggi.

    Untuk celana, pilihanku pada Hazy Trail Rain Pant.Dan untuk sepatu, aku mantap memilih Facet 75 Mid-Outdry dalam warna burgundy yang sedang tren di 2025.

    Terima kasih kepada @columbiasportswear.id yang telah mendukung Mamak dalam ekspedisi ke Carstensz Pyramid. Semoga dengan persiapan dan gear yang tepat, ekspedisi ini berjalan lancar dan sukses!

    Menurut aku sih pilihanku dah bener dan keren. Menurut kalian bagaimana?

    #ekspedisi #gear #mamakpendaki #pendakiindonesia #columbia,” tulis Lilie dikutip Liputan6.co

     

    Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto bagikan sebuah video yang menampilkan para Kepala Daerah mendaki puncak Gunung Tidar.

  • Kasus Langka, Otak Pria Ini Berubah Menjadi Kaca Gegara Letusan Gunung

    Kasus Langka, Otak Pria Ini Berubah Menjadi Kaca Gegara Letusan Gunung

    Jakarta

    Sebuah kasus langka organ manusia berubah menjadi kaca telah teridentifikasi lewat penemuan tengkorak pria yang meninggal saat letusan Gunung Vesuvius pada 79 Masehi.

    Tengkorak pria itu awalnya ditemukan pada 2020. Para peneliti menemukan adanya benjolan aneh mirip obsidian yang tidak dapat diidentifikasi saat itu. Namun, penelitian terbaru mengonfirmasi bahwa benjolan tersebut merupakan otak yang terawetkan dengan sempurna dalam bentuk kaca.

    “Karakterisasi kimia dan fisik komprehensif kami terhadap bahan yang diambil dari tengkorak tubuh manusia yang terkubur di Herculaneum akibat letusan Gunung Vesuvius tahun 79 Masehi menunjukkan bukti kuat bahwa ini adalah sisa-sisa otak manusia, yang terdiri dari kaca organik yang terbentuk pada suhu tinggi, sebuah proses pengawetan yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya untuk jaringan manusia atau hewan, baik otak maupun jenis lainnya,” tulis para penulit studi dikutip dari IFL Science, Minggu (2/3/2025).

    Herculaneum adalah kota Romawi kuno yang hancur total akibat letusan Gunung Vesuvius. Banyak penduduknya terkubur dalam selimut abu selama hampir dua milenium.

    Diendapkan oleh aliran piroklastik yang amat panas, material vulkanik ini kemungkinan mendingin dengan sangat lambat, sehingga membuat vitrifikasi (proses pembentukan kaca) menjadi mustahil. Kaca hanya dapat terbentuk ketika cairan mendingin dengan sangat cepat untuk menghindari kristalisasi saat membeku.

    Prinsip inilah yang menjadi dasar kriopreservasi, yaitu proses mengawetkan tubuh atau organ dengan cara didinginkan menggunakan nitrogen cair, sehingga mengubahnya menjadi kaca. Saat dicairkan, komponen yang mengalami vitrifikasi ini kembali ke keadaan semula.

    Namun, di alam, kondisi yang dibutuhkan untuk membuat bahan organik menjadi kaca dan mengawetkannya tidak terjadi. Itulah sebabnya kasus seperti ini belum pernah terlihat sebelumnya. Karenanya, para peneliti terkejut saat menemukan bahan kaca seperti “obsidian hitam dan berkilau” di dalam tengkorak mayat di Herculaneum.

    Hasil pemindaian menunjukkan material seperti kaca itu mengandung jaringan kompleks neuron, akson, dan struktur saraf lain yang terpelihara dengan sangat baik. Selama serangkaian percobaan termal, peneliti berhasil memverifikasi zat tersebut sebagai kaca alami. Hal ini menunjukkan letusan Gunung Vesuvius menghasilkan kondisi yang diperlukan untuk membuat otak korban berubah menjadi kaca.

    Penulis studi menyimpulkan letusan gunung tersebut dimulai dengan awan abu panas yang langsung membunuh semua orang. Dengan suhu yang mencapai lebih dari 510 derajat Celcius, semburan mematikan ini akan lenyap dengan sangat cepat, menyebabkan suhu langsung kembali ke titik awal sebelum gelombang aliran piroklastik dimulai.

    “Otak kemudian berubah menjadi kaca selama pendinginan cepat pada suhu transisi kaca mendekati 510 derajat Celcius. Kemudian, sesuai dengan keterangan saksi dan stratigrafi endapan, Herculaneum secara bertahap terkubur oleh endapan aliran piroklastik tebal, tetapi pada suhu yang lebih rendah, sehingga keberadaan unik otak yang mengalami vitrifikasi dapat dipertahankan hingga saat ini,” tulis para peneliti.

    (ath/kna)