kab/kota: Gunung

  • Apa Itu Acute Mountain Sickness? Dialami 2 Pendaki Carstensz yang Meninggal

    Apa Itu Acute Mountain Sickness? Dialami 2 Pendaki Carstensz yang Meninggal

    Jakarta

    Pendaki gunung perempuan Lilie Wijayanti dan rekannya, Elsa Laksono meninggal dunia di Puncak Carstensz, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, diduga karena mengalami kedinginan atau hipotermia.

    “Dua pendaki lokal yang meninggal dunia dikarenakan hipotermia di Taman Nasional Cartenz,” kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo dalam keterangannya, Minggu (3/2/2025).

    “Kejadian tragis ini diduga kuat diakibatkan oleh Acute Mountain Sickness (AMS). Sebuah kondisi yang seringkali menghantui para pendaki di ketinggian ekstrem,” sambungnya.

    Acute Mountain Sickness (AMS) merupakan kondisi yang dapat menyerang pendaki gunung, pejalan kaki, pemain ski, atau pelancong di ketinggian, biasanya di alami jika berada di atas 2.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Puncak Cartenz termasuk puncak pegunungan tinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl)

    Dikutip dari laman CDC, dataran tinggi membuat bisa membuat pendaki terpapar udara dingin, kelembapan rendah, peningkatan radiasi ultraviolet, dan penurunan tekanan udara, yang semuanya dapat menyebabkan masalah kesehatan. Namun, kekhawatiran terbesar adalah hipoksia, akibat penurunan tekanan parsial oksigen (PO2).

    Acute Mountain Sickness (AMS) termasuk dalam kategori Altitude Illness Syndromes atau sindrom penyakit ketinggian dengan beberapa jenis lainnya meliputi high-altitude cerebral edema (HACE), dan high-altitude pulmonary edema (HAPE).

    Beberapa gejala yang bisa dialami pendaki akibat AMS ini di antaranya anoreksia, pusing, kelelahan, mual, atau, kadang-kadang, muntah. Gejala biasanya timbul 2-12 jam setelah kedatangan awal di dataran tinggi atau setelah pendakian ke dataran tinggi, dan sering kali selama atau setelah malam pertama.

    Laman EMC Healthcare menuliskan sebagian besar kasus AMS bersifat ringan. Gejala membaik dengan cepat saat pendaki mampu menuruni gunung ke ketinggian yang lebih rendah. Kasus yang parah dapat mengakibatkan kematian karena masalah paru-paru (edema paru) atau pembengkakan otak (edema serebral).

    Pendaki, terlebih dengan kondisi medis yang mendasarinya bahkan jika terkontrol dengan baik, harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum melakukan perjalanan tersebut.

    (kna/up)

  • Penemuan Harta Karun di Jalur Sutra

    Penemuan Harta Karun di Jalur Sutra

    Jakarta

    Setelah menemukan koleksi artefak Jalur Sutra langka yang sangat berharga, sebuah keluarga di Himalaya membuka museum yang didedikasikan untuk salah satu pedagang terakhir di rute legendaris tersebut.

    Muzzamil Hussain masih di bangku SD ketika bom jatuh di taman bermain di luar kelasnya di Kargil, sebuah kota pegunungan di provinsi Ladakh, India.

    Saat perang Kargil antara Pakistan dan India pecah pada 1999 di sekitarnya, Hussain dan keluarga melarikan diri ke selatan, tepatnya ke Lembah Suru yang terpencil.

    Setelah India mengeklaim kemenangan perang di akhir tahun itu, keluarga-keluarga yang sebelumnya melarikan diri kembali ke rumah masing-masing.

    Satu hari, sembari terbaring di tempat tidur, kakek Hussain meminta keluarganya mengunjungi sebuah bangunan tua yang dahulu dibangun kakek buyut Hussain di dekat pasar Kargil. Ia ingin memastikan properti itu selamat dari perang.

    Paman-paman Hussain datang ke sana. Mereka membongkar gerendel tua berkarat di depan, masuk melalui pintu kayu yang penuh dengan ukiran tangan, dan mendapati peti-peti kayu yang dicap dengan nama-nama kota di seluruh dunia.

    Mereka mengeluarkan barang-barang dari peti itu dan meletakkannya di lantai berdebu.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Mereka menemukan harta karun yang telantar; koleksi artefak Jalur Sutra terbaik yang dimiliki sebuah keluarga di India.

    Tak pelak, apa yang terjadi 25 tahun lalu itu mengubah jalan hidup Hussain dan keluarganya.

    Jalur Sutra adalah salah satu rute perdagangan darat terbesar di dunia, dengan jaringan jalan sepanjang 6.400 kilometer yang menghubungkan Asia Timur dengan Eropa.

    Zoji La, jalur di Pegunungan Himalaya yang menghubungkan wilayah Kashmir dan Ladakh di India, merupakan bagian dari Jalur Sutra yang dianggap sebagai salah satu lintasan paling berbahaya di dunia.

    Saat mengunjungi Zoji La belum lama ini, tangan saya mulai berkeringat saat mobil 4×4 yang saya naiki berdecit melalui lereng gunung.

    Saya melirik ke luar jendela dengan gugup ke puncak gletser yang telah sejajar mata, dan dasar lembah lebih dari 1.000 meter di bawahnya. Seberapa dekat pun hidung saya menempel di jendela, saya tidak dapat melihat tepi jalannya; hanya ada udara dan ruang hampa yang luas untuk jatuh.

    Di kursi penumpang depan, Hussain sibuk mengirim pesan singkat untuk mengurus bisnisnya. Ia dan keluarganya kini menjalankan banyak usaha, termasuk dua hotel, dua museum, sebuah LSM konservasi, dan sebuah layanan pemandu wisata.

    Perjalanan melalui Zoji La ini adalah hal rutin baginya, sesuatu yang telah keluarganya lakukan selama berabad-abad.

    Saya pertama bertemu Hussain pada 2023 saat mencari macan tutul salju di Ladakh timur. Sambil menyeruput chai Kashmirteh susu berwarna merah muda khas Kashmirdi tengah hujan salju di ketinggian 4.265 meter, ia bercerita tentang hubungannya yang luar biasa dengan Jalur Sutra.

    Kilas baliknya dimulai dengan perang, lalu dilanjutkan dengan ketertarikan akan harta karun yang terkubur, dan diakhiri dengan rekonsiliasi.

    Sebagai arkeolog yang terpikat dengan sejarah pegunungan, saya perlu belajar lebih banyak.

    Maka, dua tahun berselang, saya menemukan diri di Zoji La mengikuti jejak para pedagang Jalur Sutra yang, seperti kami, berharap dapat mencapai pusat perdagangan bersejarah Kargil sebelum malam tiba.

    Wilayah pegunungan Ladakh terletak di sudut paling barat Pegunungan Himalaya di antara perbatasan India, Pakistan, dan China yang sarat sengketa.

    Di sana, lanskap didominasi puncak-puncak yang menjulang tinggi, lembah-lembah glasial yang curam, dan dataran tinggi nan luas. Ladang jelai tampak menutupi dataran banjir yang berpasir, sementara bunga apel dan aprikot putih menghiasi tepian Sungai Indus.

    Dan, di punggung bukit, macan tutul salju dan beruang cokelat Himalaya bergerak bagai hantu kala mencari mangsa.

    Karena terletak di persimpangan antara perdagangan dan penaklukan, wilayah Ladakh modern menjadi rumah bagi perpaduan budaya termasuk yang dibawa komunitas buddhis Tibet, muslim, dan sejumlah suku berbeda.

    Jalur Sutra, tentunya, dinamai berdasarkan sutra China yang diimpor kelompok elite Romawi selama abad ke-1 Masehi. Meski begitu, sistem perdagangan darat lintas-benua telah terjadi jauh sebelumnya.

    Jalur Sutra berperan penting dalam penyebaran ide, agama, komoditas, dan mata uang di peradaban dunia kuno. Itu semua bertahan hingga 1453, saat Kekaisaran Ottoman memboikot perdagangan dengan China.

    Setelahnya, sebagian rute dalam jaringan Jalur Sutra tetap bertahan, termasuk di Ladakh, hingga abad ke-20.

    Beberapa hari setelah penyeberangan menegangkan kami di Zoji La, Hussain dan saya duduk di sebuah kafe kecil di Kargil sembari memakan dal (bubur kacang) dan menyeruput masala chai (teh susu dengan campuran rempah).

    Saat panggilan salat bergema di sekitar pegunungan Zanskar dan asap kayu mengepul dari toko roti dekat kami, Hussain menjelaskan mengapa keluarganya memutuskan untuk melindungi dan membagi harta kakek buyut mereka.

    BBC

    Jalur Sutra di Kargil

    Cara terbaik untuk mendalami sejarah Jalur Sutra di Kargil adalah datang ke sana dan berkendara sepanjang rute kuno itu dari kota Leh atau Srinagar.

    Di Kargil, ratusan artefak di Museum Munshi Aziz Bhat memberikan sejarah terperinci tentang masa lalu rute legendaris tersebut.

    Tepat di luar kota, terdapat patung-patung batu Buddha beraliran Gandharasinkretisme antara seni Yunani kuno dan paham Buddhayang menunjukkan hubungan masa lalu wilayah itu dengan Asia Tengah dan Mediterania.

    Untuk pengalaman yang mendalam, biro perjalanan Roots Ladakh menawarkan ekspedisi Jalur Sutra selama 10 hari dari Srinagar ke Leh melalui Zoji La dan Kargil.

    BBC

    Mulanya, keluarga Hussain tidak yakin harus berbuat apa setelah menemukan artefak Jalur Sutra itu.

    Pada 2002, antropolog dari Florida Atlantic University, Jacqueline Fewkes dan Nasir Khan, mendengar rumor soal koleksi keluarga Hussain dan pergi menemui mereka. Menyadari pentingnya artefak tersebut, keluarga Hussain didorong untuk melestarikan benda-benda tersebut untuk generasi mendatang.

    Setuju, keluarga Hussain membuka Museum Munshi Aziz Bhat di Kargil, dan dua paman Hussain didapuk sebagai direktur dan kurator.

    Di museum itu, para pengunjung dapat menjelajahi ratusan artefak Jalur Sutra mulai dari busur tanduk domba Ladakh abad ke-18 hingga pipa air tembaga China abad ke-19.

    Bagi Fewkes, anekdot personal dan hubungan keluarga dengan koleksi tersebutlah yang membuat museum ini unik dan penting.

    “Museum Munshi Aziz Bhat tidak harus, dan tidak seharusnya, menjadi seperti British Museum atau Smithsonian karena museum ini menawarkan perspektifnya sendiri yang sangat berharga bagi khalayak lokal dan global,” kata Fewkes kepada saya.

    “Kisah-kisah [di sini] difokuskan pada identitas, yang penting bagi para keturunan keluarga.”

    “Sejarah keluarga dan sejarah lokal memberikan pemahaman alternatif tentang masa lalu dibandingkan narasi nasional atau internasional yang bisa Anda lihat di museum yang lebih besar di India atau di luar negeri.”

    Sementara pamannya menjalankan operasi harian museum, Hussain fokus pada penelitian dan usaha penelusuran kembali sejarah keluarganya.

    Ini diharapkan bakal jadi warisan penting yang dapat menarik pengunjung dan membantu komunitas setempat berdamai dengan masa lalu mereka yang sulit.

    “Saya pikir sangat penting bagi setiap orang untuk mencoba melestarikan sejarah keluarga mereka sendiri,” tambah paman Hussain, Ajaz Munshi.

    “Di era modernisasi, kita sering kali menjauh dari akar kita, dan kita harus berusaha menjaga warisan kita tetap utuh.”

    Lahir di Leh pada 1866, kakek buyut Hussain, Munshi Aziz Bhat, pergi ke Kargil setelah menyelesaikan sekolahnya di Skardu (sekarang Pakistan).

    Saat itu, Kargil dikenal sebagai hub penting yang terletak di Jalur Perjanjian, salah satu cabang Jalur Sutra kuno yang menghubungkan China dengan Asia Tengah melalui Kashmir.

    “Kargil selalu terhubung dengan banyak bagian dunia,” kata Hussain kepada saya.

    “Namanya secara harfiah berarti ‘tempat singgah [di antara kerajaan-kerajaan]’.”

    Setelah sukses sebagai akuntan, Bhat pindah ke Kargil. Di sana, ia memulai sebuah pos perdagangan kecil yang pada 1920 telah sukses berkembang menjadi tujuh toko, sebuah penginapan bagi para pelancong, dan sebuah kandang besar.

    Para pedagang yang menempuh perjalanan bulanan dari tempat-tempat seperti Lhasa atau Yarkand biasanya menempatkan unta, kuda, atau yak mereka di kandang itu.

    Pada puncak kejayaannya, hub yang dikelola Bhat kerap menampung para pedagang dan barang-barang yang berseliweran di antara Asia Tengah, daratan India, China, Eropa, dan Amerika.

    “Saya tertarik untuk mencari tahu soal betapa globalnya wilayah ini di masa itu,” kata Hussain.

    “Wilayah ini benar-benar kosmopolitan saat itu.”

    Namun, bisnis Bhat tidak bertahan lama. Pada 1948, perbatasan antara India dan Pakistan ditutup setelah keduanya berdiri sebagai negara merdeka. Imbasnya, semua perdagangan jarak jauh yang masuk dan keluar dari Kargil juga terhenti.

    Bhat lantas pensiun sebagai salah satu pedagang terakhir yang beroperasi di ruas Jalur Sutra, dan meninggal pada akhir tahun tersebut.

    “Saat kakek buyut saya menutup bangunan itu, ruang-ruangnya terkunci selama hampir setengah abad,” kata Hussain.

    Keesokan harinya, saat mendaki di punggung bukit di atas Lembah Mushkoh, Hussain dan saya melewati bebatuan dan karung pasir yang tersisa dari perang Kargil.

    Setelah perang berakhir, orang India masih melihat daerah iniyang terletak hanya beberapa kilometer dari perbatasan de facto dengan Pakistansebagai daerah yang lekat dengan perang dan berbahaya.

    “Di Kargil dan tempat-tempat lainnya yang juga terdampak perang, menurut saya ada krisis identitas dan kurangnya kebanggaan,” jelas Hussain.

    “Saya kira pariwisata adalah alat yang hebat untuk membantu [mengatasi isu ini] karena ketika orang-orang dari luar datang ke komunitas Anda dan menghargai warisan, sejarah, dan budaya Anda, itu dapat membantu mengembalikan kebanggaan Anda.”

    Hussain dan saudaranya Tafazzul meluncurkan Roots Ladakh pada 2013, sebuah biro perjalanan yang berfokus pada warisan alam dan budaya Kargil.

    Sebagian besar orang yang mengunjungi Ladakh biasanya tinggal dekat kota Leh agar bisa sekalian mengunjungi biara-biara Buddha dan mencari macan tutul salju.

    Namun, ke depannya, Hussain berharap dapat perlahan mengundang lebih banyak orang ke rumahnya.

    “Visi kami adalah mengubah anggapan yang terbentuk sebelumnya tentang wilayah kami sebagai zona perang melalui sudut pandang warisan,” jelasnya, sambil mengamati jejak macan tutul salju di lumpur.

    “Saya banyak mengenang para leluhur saya dan orang-orang menarik yang pasti pernah mereka temui. Kargil saat ini adalah lokasi transit, sama seperti di masa lalu, dan saya merasa seperti meneruskan warisan itu dengan menjamu para pelancong dan tamu.”

    Mengikuti Jalur Sutra kuno, Hussain dan saya menyusuri Lembah Suru menuju kerajaan Buddha Zanskar yang terisolasi.

    Saat berbelok di sudut, saya melihat tiga perempuan tua berjalan di bawah lidah gletser besar, sambil membawa tumpukan jerami di punggung mereka. Mereka tengah mempersiapkan diri menghadapi musim dingin sambil mengobrol dan berjalan kaki menuju rumah mereka, yang berjarak beberapa kilometer dari sana.

    Hussain menawarkan tumpangan kepada mereka. Saat para perempuan itu naik, salah satunya bertanya kabar apa yang Hussain dapatkan dari dunia luar.

    Seperti yang dilakukan kakek buyutnya dahulu, Hussain menoleh ke arah tamu-tamunya yang lelah, yang datang dari kultur berbeda, dan mulai menyampaikan kisah-kisah tentang politik, perdagangan, dan negeri-negeri nan jauh.

    Anda dapat membaca artikel ini dalam versi bahasa Inggris dengan judul The ancient discovery that put a Silk Road city back on the map pada laman BBC Travel.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Fiersa Besari: Sangat Terkejut dan Berduka

    Fiersa Besari: Sangat Terkejut dan Berduka

    JABAR EKSPRES – Musisi sekaligus pendaki Fiersa Besari akhirnya memberikan kabar terbaru terkait situasi pendakian Carstensz Pyramid (Puncak Jaya) lewat unggahan di media sosial pada Senin, 3 Maret 2025. Fiersa menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dalam memberi kabar, yang disebabkan oleh kondisi syok dan berduka akibat tragedi yang menimpa rekan-rekannya.

    “Saya mohon maaf baru bisa memberikan informasi mengenai situasi di Carstensz Pyramid. Kami yang berada di basecamp Lembah Kuning (Yellow Valley/YV) sangat terkejut dan berduka atas kejadian yang telah terjadi,” tulis Fiersa.

    Fiersa menjelaskan bahwa ia dan rekannya, Furky Syahroni, baru tiba kembali di Mimika, Papua Tengah pada 3 Maret 2025 setelah tertahan di Lembah Kuning karena cuaca buruk. Cuaca yang tidak mendukung menyebabkan gangguan pada lalu lintas helikopter, satu-satunya akses menuju Lembah Kuning.

    BACA JUGA: Pendaki Asal Imapala Uhamka Ditemukan Meninggal Dunia di Gunung Joglo Bogor

    “Saat ini, kami baru sampai di Timika, Papua Tengah, pada 3 Maret 2025, setelah terhambat di YV karena cuaca buruk yang mempengaruhi lalu lintas helikopter. Alhamdulillah, kondisi kami stabil,” tambahnya.

    Sebelumnya, dilaporkan bahwa dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia dalam insiden pendakian di Carstensz Pyramid. Fiersa dan pendaki lainnya berhasil dievakuasi dengan selamat.

    Pendakian ini adalah bagian dari ekspedisi “Atap Negeri” Fiersa Besari untuk menaklukkan 33 puncak gunung di Indonesia.

    Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) sebelumnya memastikan bahwa 13 pendaki, termasuk Fiersa dan tiga warga negara asing (WNA), selamat.

    “Fiersa bersama tiga WNA asal Turki dan Rusia selamat,” ujar Kepala Kantor SAR Timika, I Wayan Suyatna, yang dikonfirmasi pada Minggu malam. Fiersa Besari, musisi asal Bandung, juga aktif dalam kegiatan alam terbuka dan termasuk dalam tim pendaki yang meminta bantuan evakuasi pada Minggu dini hari.

    Para pendaki meminta pertolongan karena diduga ada anggota tim yang mengalami gejala AMS (Acute Mountain Sickness) saat perjalanan turun setelah mencapai puncak, tepat sebelum melintasi jembatan tali (tyrolean).

    BACA JUGA: Seorang Pendaki Tersesat di Gunung Joglo Bogor, SAR Gabungan Lakukan Pencarian

  • Evakuasi Jenazah Lilie Wijayanti, Pendaki Carstensz Gunakan Helikopter, Sempat Terhambat Cuaca – Halaman all

    Evakuasi Jenazah Lilie Wijayanti, Pendaki Carstensz Gunakan Helikopter, Sempat Terhambat Cuaca – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jenazah Lilie Wijayanti Poegiono berhasil dievakuasi dari Puncak Carstensz Pyramid, Papua Tengah, Senin (3/3/2025).

    Sebelumnya, proses evakuasi jenazah Lilie sempat mengalami kendala cuaca dan medan sulit. 

    Evakuasi pun dilakukan menggunakan Helikopter Komala Indonesia AS 350 B3/PK-KIE.

    Dikutip dari Tribun-Papua.com, evakuasi jenazah Lilie berlangsung pukul 05:40 WIT-06:53 WIT dan mendarat di Helipad Bandara Mozes Kilangin Timika.

    Kemudian, jenazah disemayamkan sementara di RSUD Mimika, sebelum diterbangkan ke Bandung, Jawa Barat.

    Pada Minggu (2/2/2025), ia belum dievakuasi dari Puncak Carstensz Pyramid lantaran cuaca yang buruk. 

    Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Mimika, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), Bily Hildiarto Budiman, mengonfirmasi hal tersebut. 

    “Kondisi cuaca yang kurang bagus, sehingga belum dilakukan evakuasi terhadap jenazah Lilie yang masih berada di basecamp,” katanya, Minggu.

    Bily menyatakan, pihaknya harus menunda proses evakuasi terhadap jenazah Lilie karena kondisi cuaca kurang bagus di Mimika. 

    Faktor tersebut, menjadi alasan mengapa proses evakuasi akan dilakukan pada Senin, hari ini.

    Sementara itu, jenazah Elsa Laksono telah dievakuasi ke RSUD Mimika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Minggu.

    Elsa adalah rekan Lilie, dan sahabat sejak sekolah SMA di Malang, Jawa Timur.

    Setibanya di RSUD Mimika, jenazah langsung ditempatkan di ruang jenazah

    Keduanya, diduga  terindikasi terkena gejala Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian.

    Diketahui, dua pendaki Puncak Gunung Cartenz Pyramid dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (1/3/2025). 

    Dua pendaki perempuan bernama Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia saat perjalanan turun dari Puncak Carstenz Pyramid.

    Sementara dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS, namun kondisinya stabil. Keduanya sudah dievakuasi ke Timika.

    Lilie dan Elsa melakukan pendakian bersama tiga pendaki WNI lainnya, yakni Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.

    Pada Sabtu (1/3/2025), sekitar pukul 22.30 WIT, terdapat informasi dari penanggung jawab terkait insiden tersebut.

    15 Pendaki yang Naik ke Puncak Carstensz, Termasuk Lilie dan Elsa

    Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, termasuk dalam rombongan 15 orang yang terdiri dari 10 pendaki dan 5 pemandu. 

    Namun, Lilie dan Elsa meninggal dunia pada Sabtu (1/3/2025).

    Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mimika, I Wayan Suyatna, mengonfirmasi hal tersebut.

    “Mereka yang melakukan pendakian ada 15 orang terdiri dari 10 orang pendaki dan 5 orang guide.

    Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia dalam pendakian tersebut,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (3/3/2025), dilansir Kompas.com.

    Daftar nama rombongan tersebut, yakni:

    – Pendaki

    Fiersa Besari 
    Indira Alaika 
    Furki Rahmi Syahroni 
    Elsa Laksono 
    Lilie Wijayanti Poegiono 
    Saroni 
    Ludy Hadiyanto 
    WNA Turki 
    WNA Turki 
    WNA Rusia 

    – Pemandu 

    Nurhuda 
    Alvin Perdana 
    Arlen Kolinug 
    Jeni Dainga 
    Ruslan

    Dari 15 orang yang terlibat tersebut, 4 orang telah dievakuasi dalam keadaan selamat ke Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

    “Empat orang pendaki yang telah dievakuasi dan saat ini ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Timika atas nama Indira Alaika, Saroni, Elsa Laksono, dan Ruslan (guide),” ungkap Wayan.

    Lebih lanjut, Wayan menjelaskan, Indira, Saroni, dan Ruslan dalam keadaan selamat, sedangkan Elsa dinyatakan meninggal dunia.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul BREAKING NEWS: Jenazah Pendaki Puncak Cartenz Pyramid Papua, Lilie Wijayanti Dievakuasi ke Timika

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Marselinus Labu Lela, Kompas.com)

  • Polisi lalu lintas Polda Metro Jaya bagikan takjil selama Ramadan

    Polisi lalu lintas Polda Metro Jaya bagikan takjil selama Ramadan

    Polantas Polda Metro Jaya membagikan takjil gratis untuk supir angkot. ANTARA/HO-dokumentasi pribadi.

    Polisi lalu lintas Polda Metro Jaya bagikan takjil selama Ramadan
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Minggu, 02 Maret 2025 – 20:15 WIB

    Elshinta.com – Jajaran Polisi Lalu Lintas (Polantas) Polda Metro Jaya membagikan takjil kepada masyarakat untuk berbuka puasa selama bulan suci Ramadan 1446 Hijriah.

    Kegiatan Polantas Berbagi tersebut sudah di mulai sejak, Sabtu (1/3) atau pada hari pertama puasa Ramadan.

    “Hari pertama dilaksanakan oleh jajaran Subdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, dengan langsung menyasar kepada masyarakat yang membutuhkan. Hari berikutnya dan seterusnya akan dilaksanakan oleh Subdit Lalu Lintas lainnya dan Satuan Lalu Lintas Kewilayahan secara bergantian,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombespol Latif Usman di Jakarta, Minggu.

    Adapun bentuk kegiatan itu seperti pembagian takjil sebanyak 1.650 kotak, nasi boks sebanyak 350 kotak dan juga penganan (snack) sebanyak 100 kotak.

    Latif mengatakan takjil tersebut dibagikan kepada para pengendara sepeda motor, anak-anak panti asuhan, tukang becak, pemulung, dan masyarakat lainnya.

    Lokasi aksi sosial itu tersebar di beberapa titik mencapai 15 lokasi. Di antaranya di daerah DKI Jakarta seperti Pasar Pesanggrahan Jakarta Selatan, Mushola Al Mukmin Cakung Jakarta Timur, Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, dan di daerah sepanjang Jalan Daan Mogot Jakarta Barat.

    Adapun lokasi-lokasi di luar Jakarta seperti di Jalan Perintis Kemerdekaan Tangerang, Jalan Raden Fatah Ciledug, Jalan Civic Center BSD, Jalan RE Martadinata Ciputat, Jalan. Ir. H. Juanda Bekasi, Jalan Industri Cikarang, Jalan Merdeka Raya Depok, depan Samsat Jakarta Timur, dan depan Samsat Cinere.

    “Bagi Polantas kegiatan tersebut sebagai wujud rasa syukur bisa turut hadir di tengah masyarakat. Dan sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan iman dan takwa selama bulan suci Ramadan. Tidak hanya satu hari ini saja, kegiatan aksi sosial tersebut akan dilaksanakan setiap hari selama bulan Ramadan, semoga bermanfaat untuk masyarakat” kata Latif.

    Sumber : Antara

  • Proses Evakuasi Jenazah 2 Pendaki Carstensz, Elsa dan Lilie, Selanjutnya Diterbangkan ke Jakarta – Halaman all

    Proses Evakuasi Jenazah 2 Pendaki Carstensz, Elsa dan Lilie, Selanjutnya Diterbangkan ke Jakarta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Proses evakuasi jenazah dua pendaki Puncak Carstensz Pyramid, Papua Tengah, yakni Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono, sempat mengalami kendala cuaca dan medan sulit. 

    Evakuasi terhadap dua jenazah yang meninggal saat mendaki ini, harus dilakukan menggunakan helikopter.

    Sebelumnya, dua pendaki tersebut, terindikasi terkena gejala Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian hingga meninggal dunia.

    Jenazah Lilie Wijayanti dikabarkan masih berada di lokasi kejadian dan rencananya dievakuasi pada Senin, 3 Maret 2025.

    Mengingat medan yang sulit, evakuasi dilakukan menggunakan helikopter.

    Dikutip dari Kompas.com, jenazah pendaki Lilie Wilayanti Poegiono belum dievakuasi dari Puncak Carstensz Pyramid lantaran cuaca yang buruk. 

    Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Mimika, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bily Hildiarto Budiman, mengonfirmasi hal tersebut. 

    “Kondisi cuaca yang kurang bagus, sehingga belum dilakukan evakuasi terhadap jenazah Lilie yang masih berada di basecamp,” katanya, Minggu.

    Bily menyatakan, pihaknya harus menunda proses evakuasi terhadap jenazah Lilie karena kondisi cuaca kurang bagus di Mimika. 

    Oleh karena itu, proses evakuasi akan dilakukan pada Senin, hari ini.

    “Rencana tadi mau dievakuasi, tetapi cuaca kurang bagus, sehingga ditunda besok (hari ini) dilakukan evakuasi. Jenazahnya sudah di basecamp, tinggal dilakukan evakuasi ke Mimika,” ungkapnya. 

    Analis Basarnas, Joshua Banjarnahor, juga mengatakan bahwa cuaca buruk membuat proses evakuasi tidak bisa dilakukan menggunakan helikopter. 

    “Besok (hari ini) evakuasi akan dilanjutkan kembali,” katanya.

    Sementara itu, jenazah Elsa Laksono telah dievakuasi ke RSUD Mimika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Minggu.

    Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah menggunakan helikopter, lantaran medan yang sulit dijangkau.

    Setibanya di RSUD Mimika, jenazah ditempatkan di ruang jenazah.

    Dikutip dari Tribun-Papua.com, Kapolres Mimika, AKBP Bily Hildiarto Budiman, mengonfirmasi satu jenazah berhasil dievakuasi pada Minggu.

    “Mereka meninggal karena hipotermia atau AMS. Satu jenazah sudah dievakuasi hari ini (Minggu),” ungkapnya.

    Nantinya, setelah semua jenazah dievakuasi, keduanya akan diterbangkan ke Jakarta untuk proses selanjutnya.

    Keluarga akan Jemput Jenazah di Jakarta

    Frigard H (68), suami Lilie Wijayanti Poegiono, mengatakan dirinya berencana menjemput jenazah istrinya ketika sudah tiba di Jakarta. 

    Sebelumnya, Frigard mengaku, menerima kabar kejadian yang menimpa sang istri pada 1 Maret 2025.

    “Ya, rencananya nanti kami akan jemput jika memang sudah di Jakarta. Tapi, informasi terkini baru turun ke basecamp.”

    “Dan rencananya penerbangan ke Jakarta itu besok (Senin),” kata Frigard saat ditemui di rumahnya, Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/3/2025), dilansir TribunJabar.id.

    Lebih lanjut, Frigard menyebut, kedua anaknya yang berada di Jepang dan Singapura telah diberitahu mengenai kejadian tersebut.

    “Saya hanya bisa mendoakan sekarang. Semoga selamat evakuasinya, karena kalau selamat dalam hal hidup sebagai manusia sudah enggak, walau tak menutup kemungkinan kuasa Tuhan,” ucapnya. 

    Diketahui, dua pendaki Puncak Gunung Cartenz Pyramid dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (1/3/2025). 

    Dua pendaki perempuan bernama Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono, meninggal dunia pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstenz Pyramid.

    Sementara dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS, namun kondisinya stabil. Keduanya sudah dievakuasi ke Timika.

    Lilie dan Elsa melakukan pendakian bersama tiga pendaki WNI lainnya, yakni Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.

    Pada Sabtu (1/3/2025), sekitar pukul 22.30 WIT, terdapat informasi dari penanggung jawab terkait insiden tersebut.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Evakuasi Jenazah Pendaki Puncak Pyramid Cartenz: Satu Tiba di RSUD Mimika, 1 Lagi Menunggu Giliran dan TribunJabar.id dengan judul Pendaki Bandung Meninggal Saat Daki Puncak Carstensz Pyramid, Suami Ungkap Alasan Mengizinkan

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela, TribunJabar.id/Muhamad Nandri Prilatama)

  • Sahabat Hingga Akhir Hayat, Detik-detik Proses Evakuasi Jenazah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati – Halaman all

    Sahabat Hingga Akhir Hayat, Detik-detik Proses Evakuasi Jenazah Elsa Laksono dan Lilie Wijayati – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dunia pendakian kehilangan dua figur veteran, Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, yang meninggal dunia setelah mengalami gejala Acute Mountain Sickness (AMS) saat mendaki Puncak Carstensz di Papua, Sabtu (1/3/2025). 

    Kejadian ini menjadi sorotan dunia pendakian, mengingat kedua korban memiliki ikatan persahabatan yang kuat dan telah lama aktif dalam dunia pendakian.

    Lilie dan Elsa, yang bersekolah di Malang, Jawa Timur, sejak SMP, dikenal luas sebagai pendaki berpengalaman.

     

    Mereka memulai perjalanan pendakian mereka di SMAK St. Albertus Malang (Dempo), dan sejak itu, keduanya menjadikan pendakian gunung sebagai salah satu kecintaan mereka. 

    Meskipun setelah SMA mereka sempat terpisah karena fokus pada pendidikan dan pekerjaan masing-masing, persahabatan mereka tetap terjaga.

    Mereka akhirnya kembali berkomunikasi melalui media sosial dan memutuskan untuk melaksanakan pendakian bersama, yang berujung pada tragedi ini.

    Pada 28 Februari 2025, saat berada di area bawah Puncak Carstensz, kedua wanita tersebut mulai menunjukkan gejala AMS, yang merupakan penyakit ketinggian yang umum dialami pendaki di ketinggian ekstrem.

    Meskipun dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, juga menunjukkan gejala yang sama, kondisi mereka tetap stabil, dan mereka berhasil dievakuasi ke Timika.

    Namun, Lilie dan Elsa tidak bisa bertahan.

    Elsa Laksono, yang berasal dari Malang dan lahir pada 24 Juli 1965, meninggal dunia saat dalam perjalanan turun dari puncak. 

    Kedua korban dikenal sebagai ‘Ratu Pendaki’ di kalangan komunitas pendaki, yang selalu menginspirasi pendaki lainnya untuk menjelajahi puncak-puncak gunung dengan tekad dan semangat yang tinggi.

    Diduga akibat Hipotermia dan Cuaca Buruk

    Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman mengungkapkan kronologi evakuasi dua pendaki yang meninggal dunia di Puncak Carstensz, Papua, pada Sabtu (1/3/2025).

    Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, bersama dengan rombongan yang terdiri dari 15 orang, terjebak dalam kondisi cuaca ekstrem yang menyebabkan hipotermia, dan akhirnya meninggal dalam perjalanan turun dari puncak.

    Kronologi peristiwa dimulai pada 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT, ketika Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal setelah dievakuasi oleh guide dan rekan-rekannya di Basecamp yang kembali naik untuk membantu proses evakuasi.

    Akibat cuaca buruk, ketiganya, termasuk Elsa dan Lilie, mengalami hipotermia yang mempengaruhi kondisi fisik mereka.

    Proses Evakuasi

    Pada Minggu (2/3/2025), upaya evakuasi dimulai dengan kedatangan helikopter Komala Indonesia AS 350 B3/PK-KIE di Helipad Bandara Mozes Kilangin Timika pada pukul 06.10 WIT.

    Helikopter tersebut kemudian bergerak menuju Yellow Valley Tembagapura, dan pada pukul 07.49 WIT, empat orang berhasil dievakuasi, termasuk jenazah Elsa Laksono.

    Tim yang Terkena Gejala AMS

    Selain Elsa dan Lilie, dua pendaki lainnya, Indira Alaika dan Saroni, mengalami gejala Acute Mountain Sickness (AMS) pada 28 Februari 2025.

    Namun, kondisi mereka stabil dan berhasil dievakuasi menggunakan helikopter yang sama. Setelah berhasil dievakuasi, Indira dan Saroni dibawa menuju Timika untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    Lanjutkan Proses Evakuasi

    Proses evakuasi dilanjutkan pada pukul 09.23 WIT dengan kedatangan helikopter lainnya yang membawa tim internasional, termasuk Benjamin Mason Jones dari AS, Catherine Leblanc dari Kanada, dan William Edward Hartman dari AS.

    Mereka selamat dan juga menjadi bagian dari rombongan yang dievakuasi. 

    Penerbangan Jenazah ke Jakarta

    Jenazah Elsa Laksono akan diterbangkan ke Jakarta pada hari ini, bersama dengan jenazah Lilie Wijayati Poegiono, menggunakan pesawat Lion Air.

    Polisi dan tim evakuasi terus bekerja keras untuk memastikan semua proses berjalan lancar demi menghormati dua pendaki yang telah mengabdikan diri dalam dunia pendakian.

    Kapolres Billyandha mengungkapkan bahwa meskipun tragedi ini meninggalkan duka mendalam, upaya evakuasi yang cepat dan terkoordinasi diharapkan dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi keluarga korban.

  • Seputar Komunitas Druze yang Dibela Mati-matian Israel di Suriah: Duduki Posisi Tinggi di IDF – Halaman all

    Seputar Komunitas Druze yang Dibela Mati-matian Israel di Suriah: Duduki Posisi Tinggi di IDF – Halaman all

    Seputar Komunitas Druze yang Dibela Mati-matian Israel di Suriah: Duduki Posisi Tinggi di IDF

    TRIBUNNEWS.COM – Israel bersiap membuka front perang baru di Suriah.

    Dalil mereka kali ini, selain untuk membentuk selubung keamanan di wilayah perbatasan, juga untuk melindungi komunitas Druze dari ancaman militer pasukan keamanan pemerintahan baru Suriah.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Keamanannya, Israel Katz, bahkan menginstruksikan pasukan pendudukan Israel (IDF) untuk melindungi komunitas Druze ini menyusul terjadinya operasi keamanan pasukan pemerintah Suriah di Jaramana, kota di pinggiran selatan ibu kota Suriah, Damaskus.

    Perintah Netanyahu ke IDF adalah agar militer Israel bersiap “mempertahankan” Jaramana dari pasukan pemerintahan baru Suriah, meski berisiko menimbulkan front baru bagi Israel.

    Lalu siapa komunitas Druze yang dibela mati-matian oleh Israel?

    Seperti sejumlah kelompok etnis lain di Timur Tengah, seperti suku Kurdi, suku Druze tinggal di beberapa negara yang berbeda, dipisahkan oleh batas-batas yang ditetapkan setelah pecahnya Kekaisaran Ottoman pada awal tahun 1920-an.

    Namun tidak seperti suku Kurdi, yang sebagian besar beragama Islam, suku Druze adalah kelompok agama dan etnis yang unik.

    Tradisi mereka sudah ada sejak abad ke-11 dan menggabungkan unsur-unsur Islam, Hinduisme, dan bahkan filsafat Yunani klasik.

    Saat ini, lebih dari 1 juta anggota komunitas ini tinggal terutama di Suriah dan Lebanon dan, dalam jumlah yang lebih sedikit, di Israel dan Yordania.

    Di Israel, Druze adalah komunitas yang erat dan aktif dalam kehidupan publik, menurut studi terbaru Pew Research Center tentang Israel. Mereka merupakan sekitar 2 persen dari populasi negara tersebut dan sebagian besar tinggal di wilayah utara Galilea, Karmel, dan Dataran Tinggi Golan.

    Al Jazeera melansir, suku Druze adalah kelompok minoritas etnoreligius yang sebagian besar mengidentifikasi diri sebagai orang Arab dan berbahasa Arab.

    Agama Druze tumbuh dari Islam Syiah Ismailiyah pada abad ke-11 tetapi telah berkembang hingga mencakup aspek-aspek agama lain, termasuk Hinduisme, serta filsafat kuno. 

    Kepercayaan ini meyakini reinkarnasi sekaligus mengakui tokoh-tokoh tradisional dalam Islam, Kristen, dan Yahudi. 

    Kelompok minoritas tersebut sebagian besar tetap terpisah dari masyarakat sekitar, tidak ada kegiatan proselitisme, dan pernikahan di luar agama tidak dianjurkan.

    KOMUNITAS DRUZE ISRAEL – Tangkap layar Middle East Eye, Minggu (2/3/2025) menunjukkan komunitas Druze di Israel melakukan demonstrasi. Israel menyatakan akan melindungi komunitas ini yang berada di dataran tinggi Golan di bagian Suriah yang diduduki Israel dari ancaman militer pasukan pemerintahan baru Suriah, pimpinan Ahmad Al-Sharaa,

    Di Mana Mereka Tinggal?

    Komunitas ini tersebar di Suriah, Lebanon, Yordania, Israel, dan Dataran Tinggi Golan – wilayah Suriah yang diduduki Israel.

    Hubungan antara Druze di berbagai negara terus terjalin erat.

    Israel merebut sebagian besar Dataran Tinggi Golan dalam Perang Arab-Israel tahun 1967 dan kemudian mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1981 meskipun mendapat kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional.

    Hanya Amerika Serikat yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan, yang secara strategis penting karena berbatasan dengan dataran Israel utara dan Suriah barat daya.

    Setelah pendudukan dimulai, banyak warga Suriah dipaksa keluar dari Golan, dan Israel membangun pemukiman ilegal di sana.

    Sekitar 20.000 warga Druze tinggal di sana saat ini.

    Dalam serangan kelompok Hizbullah Lebanon ke Majdal Shams, kota pusat Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada akhir Juli 2024 silam, Israel secara cepat mengatakan bahwa para pemuda yang terbunuh dalam serangan tersebut adalah warga Israel, tetapi banyak orang Druze di Dataran Tinggi Golan tidak memiliki kewarganegaraan Israel.

    Diperkirakan 150.000 orang Druze di Israel memiliki kewarganegaraan.

    Mereka sebagian besar mengidentifikasi diri dengan Israel dan direkrut menjadi militer Israel dengan istilah “perjanjian darah” yang sering digunakan untuk menggambarkan hubungan antara orang Druze Israel dan orang Yahudi Israel.

    Sebagai bagian dari ini, banyak orang Druze telah berjuang untuk Israel dalam perang-perangnya melawan negara-negara tetangga Arab dan Palestina.

    Diperkirakan satu juta orang Druze tinggal di Lebanon dan Suriah.

    Mereka tinggal di sekitar Gunung Lebanon di Lebanon utara  dan di desa-desa serta kota-kota di Suriah selatan sekitar Sweida dan Jabal al-Druze, yang berarti “Gunung Druze” dalam bahasa Arab.

    KOMUNITAS DRUZE – Foto yang diambil dari The Times of Israel tanggal 28 Februari 2025 memperlihatkan Kota Hurfeish di Israel yang ditinggali oleh banyak komunitas Druze. Israel mempertimbangkan untuk menerima warga Suriah dari komunitas Druze untuk bekerja di Israel. (The Times of Israel)

    Apa Peran Komunitas Druze dalam Politik dan Budaya di Wilayah Tersebut?

    Druze memainkan peran penting dalam membangun negara Suriah dan Lebanon modern.

    Di Lebanon, kaum Druze memberikan pengaruh yang signifikan melalui Partai Sosialis Progresif , partai Druze utama di negara itu.

    Di Suriah, kaum Druze merupakan pendukung awal Partai Baath Sosialis Arab yang berkuasa. Tak heran, saat ini mereka diburu oleh rezim pemerintahan baru Suriah yang memerangi Bashar Al-Assad sebelum terguling. 

    Pada tahun 1963, perwira militer Druze bergabung dalam kudeta yang membawa partai tersebut berkuasa untuk pertama kalinya.

    Makram Rabah, asisten profesor sejarah dan arkeologi di Universitas Amerika di Beirut yang telah banyak menulis tentang Druze, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka adalah “salah satu komunitas pendiri Lebanon, Suriah, Yordania, dan Palestina modern” dengan sejarah panjang di wilayah tersebut.

    Rabah menggambarkan peran awal mereka sebagai pejuang perbatasan: “Seiring berjalannya waktu, mereka mengemban banyak tanggung jawab politik dan militer atas nama Khilafah Muslim”, katanya, mengacu pada peran yang dimainkan oleh Druze di Kekaisaran Abbasiyah, yang berdiri dari tahun 750 hingga 1258.

    “Jadi semua ini menjadikan mereka … salah satu suku yang bertahan hidup di Levant,” kata Rabah.

    Sebagai informasi, Levant atau Syam merupakan wilayah Mediterania Timur, atau wilayah besar di Asia Barat yang dibatasi oleh Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di selatan, Laut Mediterania di barat, dan Pegunungan Zagros di timur. Levant meliputi wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina.

    Punya Posisi Mentereng di IDF

    Di Israel, beberapa anggota minoritas duduk di Knesset.

    Banyak warga Druze juga telah mencapai posisi tinggi di militer Israel (IDF).

    Meskipun komunitas tersebut telah mengabdi kepada Israel, kaum Druze termasuk di antara para pengkritik paling keras undang-undang negara-bangsa tahun 2018.

    Puluhan ribu orang Druze berunjuk rasa di Tel Aviv untuk mengecam undang-undang yang mendefinisikan Israel sebagai ” negara bangsa ” bagi orang-orang Yahudi, dengan alasan bahwa undang-undang tersebut telah menurunkan status komunitas mereka ke status warga negara kelas dua.

    Operasi Keamanan Pasukan Suriah di Jaramana

    Saat ini, pasukan pemerintah Suriah pimpinan Ahmed al-Sharaa (dikenal juga dengan nama Muhammad al-Julani) tengah melancarkan operasi keamanan di Jaramana untuk melacak orang-orang yang dicari menyusul pembunuhan seorang anggota Departemen Keamanan Umum di Kementerian Dalam Negeri Suriah.  

    Al Mayadeen melansir, perburuan oleh pasukan Pemerintahan Baru Suriah ini terjadi menyusul meletusnya bentrokan antara pasukan Keamanan Umum Suriah (rezim pemerintahan baru Suriah) dan kelompok bersenjata di Jaramana, di pedesaan Damaskus, pada Sabtu pagi.

    Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan, bentrokan tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan 10 orang terluka.  

    Israel Berniat Buka Front Baru

    Komentator urusan Arab di Channel 12 Israel , Ohad Hamo, mengemukakan kalau ancaman baru-baru ini dari Netanyahu menunjukkan indikasi kalau Israel berniat membuka front perang baru di Suriah.

    Terlebih, ancaman Israel soal Jaramana ini datang setelah Netanyahu sebelumnya agar pasukan pemerintah baru menghindari memasuki Suriah selatan, menunjukkan “kemungkinan membuka front tambahan,” yang berpotensi menarik Israel ke dalam konflik baru dengan negara Arab, khususnya Suriah.

    Hamou menyatakan, ” Ketegangan antara Komunitas Druze dan otoritas pusat di Damaskus telah meningkat, khususnya pada Sabtu malam di Jaramana, di mana pasukan al-Joulani berusaha menguasai kota Druze.”

    Media Israel melaporkan kalau Netanyahu dan Katz menginstruksikan tentara Israel untuk “bersiap mempertahankan desa Druze Jaramana, di pinggiran Damaskus, yang saat ini sedang diserang oleh pasukan rezim Suriah.”

    Pernyataan itu juga menambahkan, “Kami berkomitmen kepada saudara-saudara Druze kami di Israel untuk melakukan segala hal yang kami mampu untuk mencegah terjadinya bahaya terhadap saudara-saudara Druze mereka di Suriah, dan kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan mereka.”

    Netanyahu Mau Gambarkan ‘Israel Sebagai Negara Adikuasa’ dibandingkan Suriah yang Baru

    Mengomentari pernyataan Netanyahu dan Katz, Yanon Yateh, koresponden urusan militer untuk saluran News 24 Israel, mengatakan, ” Netanyahu dan Katz mengumumkan bahwa mereka akan melindungi Druze , dengan menyatakan kalau mereka telah memberikan instruksi kepada tentara IDF untuk bertindak, mungkin melalui serangan peringatan, terhadap rezim baru di Suriah jika Druze diserang.”

    Ia menilai bahwa “ini adalah perkembangan yang sangat penting”, karena “Israel ingin menunjukkan di sini bahwa ini adalah langkah menuju negara adikuasa yang kontras dengan Suriah baru yang sedang berkembang.” 

    Potensi Perang IDF dengan Pasukan Al-Sharaa

    Sementara itu, Amir Bar Shalom, komentator urusan militer untuk Radio Angkatan Darat Israel , menyatakan kalau pernyataan Netanyahu “menunjukkan kalau kita sedang membahas kendali atas wilayah strategis. Kita masih dalam tahap awal tanpa ada gesekan dengan pasukan al-Joulani, tetapi gesekan semacam itu bisa saja terjadi.”

    Ia menjelaskan sikap baru Netanyahu terhadap Suriah dengan mengatakan: “Israel telah berkomitmen untuk bertindak secara militer jika Druze dirugikan, yang berarti Israel sedang mempersiapkan operasi militer di tanah Suriah ,”.

    Analis itu menambahkan bahwa “Netanyahu dapat melakukan ini tanpa mendeklarasikannya secara resmi.”

    Pada hari Sabtu, Jaramana menyaksikan operasi keamanan “untuk mencari orang-orang yang dicari” menyusul terbunuhnya seorang anggota Dinas Keamanan Umum di Kementerian Dalam Negeri Suriah.

     

    (oln/aja/almydn/*)

     

     

     

     
     
     

  • Proses Evakuasi Jenazah 2 Pendaki Carstensz, Elsa dan Lilie, Selanjutnya Diterbangkan ke Jakarta – Halaman all

    Kisah Fiersa Besari dan Para Pendaki Selamat, Perjuangan di Tengah Tragedi Carstensz Papua – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Musisi Fiersa Besari dan sejumlah pendaki lainnya selamat dalam Insiden tragedi di puncak Carstensz, Papua

    Dalam informasi yang dihimpun Tribunnews.com, tercatat sejumlah pendaki lainnya yang selamat, termasuk Fiersa Besari, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, Saroni, Lody Hidayanto, dan Furki Rahmi Syahroni.

    Sementara itu, dua pendaki wanita atas nama Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono meninggal dunia pada Sabtu (1/3/2025).

    Informasi itu disampaikan Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Mimika, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bily Hildiarto Budiman.

    “Iya benar, dia (Fiersa Besari, -red) ikut dalam rombongan saat mendaki. Sudah dievakuasi dan sekarang mereka ada di hotel,” kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (2/3/2025) malam.

    Sementara itu, penghubung dari Fiersa Besari, yaitu Rizky Ubaidillah, juga membenarkan Fiersa Besari berada dalam kondisi selamat.

    “Untuk Fiersa, InsyaAllah baik,” ujar Rizky melalui pesan singkatnya, Minggu (2/3/2025).

    Perjuangan di Tengah Tragedi Carstensz

    Aparat kepolisian telah meminta keterangan korban selamat dan mendapatkan kronologi kejadian yang dialami para pendaki.

    Berdasarkan pengakuan dari para pendaki, akhirnya terungkap bagaimana perjalanan mendaki gunung dimulai hingga akhirnya terjadi insiden.

    “Para pendaki awalnya terbang dari Bandara Timika menuju Yellow Valley,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignasius Benny Ady Prabowo dalam keterangannya pada Minggu (2/3/2025).

    Mereka terbang menggunakan helikopter milik PT Komala Indonesia jenis AS 350 B3 (PK-KIE) pada Rabu, 26 Februari 2025, sekitar pukul 07.00 WIT sampai pukul 09.50 WIT.

    Pada Jumat, 28 Februari 2025, para pendaki melakukan penyeberangan di jembatan tyrolean.

    Menurut laporan dari pendaki Octries Ruslan dan Abdullah yang berhasil turun, seluruh anggota tim berhasil mencapai puncak Cartenz.

    Namun, tragedi terjadi saat proses turun, di mana beberapa pendaki mulai mengalami gejala hipotermia.

    Indira Alaika dan Saroni dilaporkan terkena hipotermia di area teras besar, sementara tim tamu dan pemandu terjebak di area sebelum Tyrollean.

    Salah satu pendaki, Nurhuda, tiba di basecamp dalam kondisi hipotermia.

    Ia segera meminta bantuan karena radio komunikasi tim tidak berfungsi. 

    Mendengar laporan tersebut, pemandu Yustinus Sondegau langsung bergerak membawa perlengkapan darurat seperti sleeping bag, fly sheet, air panas, dan radio.

    Pemandu internasional, Dawa Gyalje Sherpa, juga turun tangan untuk membantu proses evakuasi.

    “Dengan cepat, 1 orang guide internasional, Dawa Gyalje Sherpa, naik untuk melakukan pertolongan hingga bertemu salah satu dari ibu-ibu pendaki,” ujar Benny.

    Pendaki Poxy melaporkan bahwa Dawa sempat menghubungi basecamp dan berusaha menangani Lilie dan Elsa yang mengalami hipotermia di Teras Dua.

    Sayangnya, upaya penyelamatan tidak berhasil.

    Benny, dalam keterangan resmi pada Minggu (2/3/2025), menyatakan bahwa kedua pendaki tersebut telah meninggal dunia.

    “Naasnya, pendaki Octries menginformasikan ke pendaki Deshir bahwa dua orang ibu-ibu (Lilie dan Elsa, -red) yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia,” ujarnya.

    Sementara itu, pendaki Huda sempat mencoba naik kembali ke Teras Dua untuk membantu Egi dan tim lainnya di Summit Ridge.

    Namun, karena kondisi fisiknya yang lemah, ia memutuskan untuk kembali ke basecamp.

    Dari seluruh tim pendakian, dua orang, yaitu Lilie dan Elsa, meninggal dunia.

    Pendaki lainnya, termasuk Fiersa Besari, berhasil selamat dan kembali dengan selamat.

    (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNLAMPUNG/KOMPAS.COM)

  • Instagram Fiersa Besari Diserbu Netizen seusai Insiden Pendakian Puncak Cartenz Papua

    Instagram Fiersa Besari Diserbu Netizen seusai Insiden Pendakian Puncak Cartenz Papua

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar duka datang dari pendakian Puncak Cartenz di Papua, yang mengguncang dunia hiburan Tanah Air lantaran Fiersa Besari ikut ke dalamnya. Dua pendaki dalam rombongan tersebut dilaporkan meninggal dunia. Kabar ini membuat heboh, dan akun Instagram Fiersa pun ramai dibanjiri pesan dari netizen yang khawatir akan keselamatannya.

    “Bang, lo aman? Dengar berita simpang siur yang meresahkan,” tulis salah satu netizen di kolom komentar unggahan terakhir Fiersa Besari.

    “Bang, are you okay? Kasih kabar kami, bang,” tambah netizen lainnya.

    Sebagian netizen pun menyampaikan harapan agar insiden tersebut tidak membuat Fiersa Besari berhenti mendaki gunung dan tetap melanjutkan misinya untuk mencintai alam.

    “Turut berduka, Bung. Semoga kejadian ini tidak membuat bung Fiersa berhenti mendaki gunung lagi. Toss jauh,” tulis pengikut Fiersa Besari lainnya.

    Sementara itu, dal akun media sosial @terokalana, Muhammad Misbahudin, sahabat Fiersa membagikan kronologi lengkap tentang musibah yang terjadi dalam pendakian Puncak Cartenz Papua tersebut. 

    Dalam unggahan itu, ia mengungkapkan rasa terima kasih atas perhatian dan kekhawatiran yang diterima, serta membagikan informasi yang jelas untuk menghindari berita yang simpang siur.

    “Kawan-kawan, terima kasih atas perhatian dan kekhawatirannya. Saya juga merasakan kekhawatiran yang sama sejak kemarin siang setelah mendapat telepon dari rekan yang memiliki kontak di lapangan. Untuk menghindari berita yang simpang siur, izinkan saya membagikan kronologi resmi (A1) yang diperoleh langsung dari tim di lapangan. Dengan adanya kronologi ini, kami berharap semua mendapatkan pemahaman yang benar tentang apa yang terjadi. Semoga tim yang masih di lapangan selalu sehat, kuat, dan lancar,” tuturnya.

    Diberitakan sebelumnya, Fiersa Besari bersama sembilan pendaki dan lima pemandu memulai pendakian ke Puncak Cartenz di Papua pada 28 Februari 2025. Namun, akibat cuaca ekstrem yang sangat buruk, dua pendaki, yaitu Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti dilaporkan meninggal dunia akibat mengalami hipotermia, salah satu bentuk penyakit gunung akut (AMS).