kab/kota: Gunung

  • Waspada! Begini Kondisi Terkini Gunung Ruang di Sitaro

    Waspada! Begini Kondisi Terkini Gunung Ruang di Sitaro

    Liputan6.com, Sitaro – Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, kembali menunjukkan aktivitasnya setelah gempa hebat pada April 2024 silam. Pihak Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan laporan perkembangan gunung setinggi 725 mdpl tersebut.

    “Badan Geologi merekam sebanyak 11 kali gempa vulkanik dalam Gunung Ruang,” ungkap Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN pada, Jumat (28/2/2025).

    Dia memaparkan, pemunculan gempa vulkanik dalam merupakan indikasi adanya suplai magma atau migrasi magma dari kedalaman dalam ke kedalaman dangkal/permukaan.

    Selain gempa vulkanik dalam, pada periode tersebut juga terekam sebanyak 27 kali gempa embusan, satu kali gempa vulkanik dangkal, tiga kali gempa tektonik lokal.

    “Terekam juga sebanyak 81 kali gempa tektonik jauh, gempa terasa satu kali dengan skala II MMI serta satu kali gempa getaran banjir dengan amplitudo 55 milimeter dengan lama gempa 2640 detik,” papar dia.

    Pasca-erupsi besar 17 April dan 30 April 2024, sampai saat ini asap kawah masih teramati, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.

    Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis – sedang dan tinggi sekitar 50 – 100 meter dari puncak.

    “Berdasarkan hasil evaluasi, pada umumnya kegempaan vulkanik Gunung Ruang cenderung rendah, lebih didominasi oleh gempa tektonik, diperkirakan pengaruh dari subduksi Sulut dan subduksi ganda di Laut Maluku,” ujarnya.

    Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang, tekanan lemah dan kecenderungan tinggi pada kisaran 100-400 meter di atas puncak kawah.

    Dia mengatakan, aktivitas Gunung Ruang masih belum kembali ke normal, meski jumlah kegempaan sudah jauh menurun dibandingkan dengan bulan April-Mei 2024, dengan jumlah gempa vulkanik pada kisaran 1-3 per hari.

    “Potensi bahaya saat ini berupa erupsi yang menghasilkan lontaran material pijar dan paparan abu vulkanik yang bergantung pada arah dan kecepatan angin,” katanya.

    Selain potensi bahaya erupsi, warga juga diminta mewaspadai lahar bila hujan deras turun di sekitar Gunung Ruang.

    Muhammad Wafid mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, aktivitas vulkanik Gunung Ruang kategori Level II atau Waspada.

    “Kami berharap warga mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan, di antaranya masyarakat di sekitar Gunung Ruang dan pengunjung/wisatawan agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius dua kilometer dari pusat kawah aktif,” ujarnya.

    Masyarakat juga diimbau selalu menggunakan masker untuk menghindari paparan abu vulkanik yang dapat mengganggu sistem pernapasan.

     

    Jenazah Nelayan Dievakuasi dari Perairan Nusakambangan Cilacap

  • KPK Bongkar Modus Dugaan Kredit Fiktif LPEI, Negara Rugi Hampir Rp1 Triliun

    KPK Bongkar Modus Dugaan Kredit Fiktif LPEI, Negara Rugi Hampir Rp1 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap sejumlah modus perbuatan melawan hukum yang dilakukan pada kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas kredit fiktif (fraud) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) kepada PT Petro Energy (PE).

    KPk saat ini telah menetapkan lima orang sebagai tersangka di satu kasus tersebut.

    Plh. Direktur Penyidikan KPK Budi Sokmo menjelaskan salah satu modus yang ditemukan penyidik adalah persetujuan pemberian kredit oleh direksi LPEI kepada PT PE, kendati current ratio perusahaan berada di bawah 1. 

    Sebagaimana diketahui, current ratio di bawah 1 menunjukkan bahwa utang lancar suatu perusahaan lebih besar daripada aset lancar yang dimiliki. Dengan demikian, perusahaan seharusnya tidak pantas mendapatkan kredit karena keuangan perusahaan yang tidak sehat. 

    “Para direksi dari LPEI ini mengetahui bahwa current ratio PT PE ini di bawah 1 atau tepatnya 0,86. Sehingga hal ini menyebabkan laba perusahaan yaitu PT PE sebagai sumber penambahan aset lancar tidak bertambah,” ujar Budi pada konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (3/3/2025). 

    Meski demikian, LPEI tetap menyalurkan kredit ekspor kepada PT PE. Padahal, lanjutnya, pendapatan perusahaan sudah lebih kecil daripada tanggungan yang harus ditanggung kepada LPEI. 

    Sejak Oktober 2015, PT PE menerima tiga kali fasilitas pembiayaan dari LPEI. Pemberian kredit tahap pertama sekitar Rp297 miliar. 

    Kemudian, pemberian kedua dan ketiga atau top up masing-masing kurang lebih Rp400 miliar pada 2016, dan Rp200 miliar pada 2017. Kredit tahap kedua dan ketiga tetap diberikan usai kredit tahap pertama diketahui tidak lancar alias macet.

    “Jadi kreditnya sebesar kurang lebih US$60 juta atau kalau [dirupiahkan] kurang lebih Rp900 miliar,” terang Budi.

    Di sisi lain, direksi LPEI saat itu diduga tidak melakukan inspeksi terhadap jaminan atau agunan yang diberikan PT PE saat mengajukan kredit. Sejalan dengan hal itu, PT PE diduga turut membuat kontrak-kontrak palsu dalam mengajukan kredit ke LPEI. 

    “Karena memang di awal sebelum dilaksanakan proses pemberian kredit antara direksi PT PE yang tadi telah dijadikan tersangka dua orang tersebut terjadi pertemuan, dan mereka bersepakat bahwa untuk proses pemberian kredit itu akan dipermudah yaitu sebesar pada saat itu janjinya sebesar kurang lebih Rp1 triliun,” ungkap Budi. 

    Selain dugaan pemalsuan kontrak hingga pembiaran dari pihak LPEI, KPK menduga PT PE memalsukan sejumlah purchase order serta invoice tagihan ketika mencairkan kredit. 

    Budi menyebut dugaan itu terkonfirmasi dari keterangan saksi, bukti dokumen hingga elektronik yang didapatkan penyidik, serta percakapan handphone. 

    “Semuanya ter-record bahwa itu semua invoice maupun purchase order yang dibuat oleh PT PE untuk mencairkan kredit itu adalah palsu ataupun fiktif,” kata Budi. 

    Modus lain yang diduga dilakukan dalam fraud tersebut, yaitu pengakuan PT PE bahwa usaha yang dijalankannya adalah untuk bisnis bahan bakar solar. Padahal, terang Budi, nyatanya perusahaan itu melakukan side-streaming atau kredit yang digunakan justru untuk investasi ke usaha lain. 

    “Dan ini sebenarnya sudah diketahui oleh para direksi LPEI, namun dikarenakan dari awal mereka sudah bersepakat hal tersebut tidak pernah diindahkan,” terangnya. 

    Atas hal tersebut, KPK berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menghitung potensi kerugian keuangan negara dan menemukan potensi kerugian keuangan negara sebesar US$60 juta atau setara dengan sekitar Rp900 miliar.

    “Atas pemberian fasilitas kredit oleh LPEI khusus kepada PT PE ini, diduga telah mengakibatkan kerugian negara sebesar US$60 juta,” jelas Budi. 

    Pada kasus tersebut, KPK pun menetapkan lima orang tersangka. Berdasarkan informasi yang dihimpun, lima orang tersangka itu meliputi di antaranya Direktur Pelaksana LPEI I Dwi Wahyudi (DW) dan Direktur Pelaksana IV Arif Setiawan (AS). 

    Kemudian, tiga orang dari PT Petro Energy adalah pemilik perusahaan, yakni Jimmy Masrin (JM), Direktur Utama Newin Nugroho (NN) serta Direktur Keuangan Susy Mira Dewi Sugiarta (SMD). 

    Kasus dugaan fraud senilai sekitar Rp900 miliar itu pun hanya lapisan atas gunung es. KPK menyebut tengah mengusut dugaan fraud kredit LPEI pada 10 debitur lain. 

    Dengan demikian, ada total 11 debitur LPEI yang diusut dengan potensi kerugian keuangan negara sebesar Rp11,7 triliun. 

    “Total kredit yang diberikan dan jadi potensi kerugaian negara kurang lebih Rp11,7 triliun. Jadi untuk bulan Maret ini KPK telah menetapkan lima orang tersangka, sedangkan 10 debitur lainnya masih penyidikan,” pungkas Budi. 

    Sebelumnya, KPK telah mengumumkan penyidikan terhadap perkara LPEI pada awal 2024 lalu. Namun, saat itu penyidikan dilakukan belum dengan menetapkan tersangka. 

  • 2 Pendaki Senior Tewas, Pendakian Puncak Carstensz Ditutup Sementara untuk Evaluasi Keselamatan – Halaman all

    2 Pendaki Senior Tewas, Pendakian Puncak Carstensz Ditutup Sementara untuk Evaluasi Keselamatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Aktivitas pendakian di Gunung Carstensz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, dihentikan sementara setelah tragedi yang menewaskan dua pendaki wanita bernama Lilie Wijayanti Poegiono (59) dan Elsa Laksono (59).

    Lilie dan Elsa meninggal dunia akibat mengalami hipotermia atau Acute Mountain Sickness (AMS) saat perjalanan turun dari pendakian di puncak tertinggi di Indonesia, Carstensz Pyramid, pada Sabtu (1/3/2025).

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengatakan bahwa penghentian sementara aktivitas pendakian di Puncak Carstensz dilakukan untuk mendukung proses evakuasi yang sebelumnya dilakukan oleh tim.

    “Untuk pendakian sementara dihentikan guna proses evakuasi yang sebelumnya dilakukan oleh tim,” kata Billyandha, dilansir dari Tribun-Papua.com.

    Langkah ini diambil sebagai bentuk penghormatan dan evaluasi keselamatan pendakian di Gunung Carstensz guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

    Tragedi ini menjadi pengingat akan bahaya pendakian di gunung-gunung tinggi seperti Puncak Carstensz, terutama saat kondisi cuaca ekstrem.

    Sebelumnya, jasad Elsa berhasil dievakuasi pada Minggu (2/3/2025). Sementara itu, karena terkendala cuaca, jenazah Lilie Wijayanti Poegiono baru dievakuasi Senin (3/3/2025) pagi tadi.

    Jasad kedua korban pun telah dipulangkan ke kampung halaman hari ini setelah sempat disemayamkan di RSUD Mimika.

    Elsa beralamat di Jalan K.H. Abdulah Safei, No 8, RT. 005 RW. 001, Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

    Sementara itu, Lilie beralamat di Jalan Moch Ramdhan Nomor 63C, RT 002, RW 001 Cigereleng Regol Bandung, Jawa Barat (Jabar).

    PENDAKI GUNUNG CARTENZ – Dunia pendakian Indonesia berduka. Dua sosok pendaki senior, Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, telah berpulang setelah menyelesaikan misi Seven Summit mereka di Puncak Gunung Cartenz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua tengah. (Instagram)

    Lilie dan Elsa bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP saat masih di kota kelahiran mereka, Malang, Jawa Timur (Jatim).

    Suami Lilie, Frigard H (68), mengungkapkan bahwa mendaki Puncak Carstensz merupakan cita-cita istrinya yang belum tercapai.  

    “Dia memang sebelumnya sempat meminta izin ke saya. Izinnya sudah lama, sebetulnya, karena memang naik ke Puncak Carstensz merupakan cita-citanya yang belum tercapai. Akhirnya, saya perbolehkan,” ujar Frigard saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Regol, Kota Bandung, Minggu (2/3/2025), dilansir dari TribunJabar.id.

    Frigard mengatakan bahwa Lilie berangkat atau pamit untuk pergi mendaki pada Minggu (23/2/2025). Lilie pun berangkat dari rumahnya sejak Sabtu (22/2/2025).

    Frigard mengatakan bahwa mendaki memang sudah menjadi hobi sang istri sejak SMA. Terlebih, saat pergi ke Carstensz itu bersama teman-teman sekolahnya yang memiliki hobi mendaki.

    Nahas, Lilie dikabarkan tewas bersama sahabatnya, Elsa, saat mendaki di Puncak Carstensz.

    Lilie meninggalkan suami dan dua anak lelaki.

    Berdasarkan informasi yang diterima, tragedi di Puncak Carstensz yang menewaskan Lilie dan Elsa ini terjadi pada Sabtu (1/3/2025) sekitar pukul 22.30 WIT.

    Lilie dan Elsa diketahui melakukan pendakian bersama dengan tiga pendaki WNI lainnya yang dikabarkan selamat, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.

    Saat itu cuaca sangat buruk yang mana turun hujan salju, hujan deras, dan angin kencang, sehingga para pendaki tersebut mengalami hipotermia.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Pendakian Puncak Cartenz Pyramid Papua Dihentikan Sementara Pasca-tewasnya Dua Pendaki Wanita

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela) (TribunJabar.id/Muhamad Nandri Prilatama)

  • Tragedi Dua Pendaki Wanita Meninggal di Puncak Cartenz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    Tragedi Dua Pendaki Wanita Meninggal di Puncak Cartenz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, kehilangan nyawa mereka di Puncak Gunung Carstensz, Papua Tengah, akibat penyakit gunung akut atau Acute Mountain Sickness (AMS). 

    Kejadian ini mengingatkan kita akan bahaya yang mengintai para pendaki di ketinggian ekstrem. 

    Lilie dan Elsa meninggal saat perjalanan turun dari Puncak Cartenz di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang dikenal sebagai salah satu gunung tertinggi di Indonesia dan memiliki salju abadi.

    AMS: Penyakit Mematikan di Ketinggian

    Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kondisi yang sering menyerang pendaki di ketinggian lebih dari 3.000 meter.

    Pada ketinggian ini, tekanan udara dan kadar oksigen berkurang secara signifikan, memaksa tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi yang lebih ekstrem.

    Bagi tubuh yang tidak terbiasa, proses adaptasi ini membutuhkan waktu, dan inilah yang dapat memicu AMS.

    Gejalanya AMS berupa sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan gangguan tidur.

    Gejala ini biasanya muncul pada hari pertama atau beberapa jam setelah mencapai ketinggian tertentu, dan dalam banyak kasus, bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu hingga tiga hari, setelah tubuh mulai beradaptasi.

    Namun, tanpa penanganan yang tepat, AMS bisa berkembang menjadi lebih serius, bahkan mematikan.

    Bagaimana Mengurangi Risiko AMS?

    Untuk mengurangi risiko AMS, penting bagi pendaki untuk memodifikasi laju pendakian mereka.

    Proses aklimatisasi yang baik adalah kunci utama.

    Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari AMS:

    Laju Pendakian yang Tepat: Pendakian tidak boleh lebih dari 500 meter per hari pada ketinggian di atas 2.500 meter. Ini memberikan tubuh waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan kadar oksigen yang lebih rendah.’
    Aklimatisasi yang Cukup: Sebelum melanjutkan perjalanan ke ketinggian yang lebih tinggi, pastikan untuk beristirahat dan beraklimatisasi setidaknya satu hari pada ketinggian sekitar 2.500 meter.
    Hindari Aktivitas Berat: Selama 48 jam pertama di ketinggian, hindari olahraga atau konsumsi alkohol, yang dapat memperburuk gejala AMS.
    Berhenti Jika Gejala Muncul: Jika AMS mulai terasa, hentikan pendakian dan beri tubuh waktu untuk beristirahat dan beradaptasi sebelum melanjutkan perjalanan.

    Tragedi Puncak Gunung Cartenz

    EVAKUASI – Proses evakuasi pendaki dari Puncak Gunung Cartenz Pyramid Timika, Papua Tengah Minggu (2/3/2025). Dikabarkan dalam rombongan pendaki ada penyanyi Fiersa Besari. (Tribunpapua.com/ Istimewa)

    Perjalanan Lilie dan Elsa ke puncak Carstensz seharusnya menjadi petualangan yang tak terlupakan. Namun, di tengah perjalanan turun, kedua sahabat ini mengalami hipotermia saat menghadapi kondisi cuaca yang sangat buruk—hujan salju, hujan deras, dan angin kencang.

    Meskipun telah mendapatkan pertolongan, nyawa mereka tidak dapat diselamatkan.

    Jenazah Lilie dievakuasi terlebih dahulu pada Minggu (2/3/2025), disusul Elsa pada Senin (3/3/2025). Keduanya akhirnya dipulangkan ke Jakarta setelah proses evakuasi selesai.

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengonfirmasi bahwa pesawat yang membawa jenazah mereka lepas landas pada pukul 10.45 WIT.

    Keduanya adalah sahabat yang telah saling mengenal sejak SMA di Malang, Jawa Timur, dan bersama-sama berbagi kecintaan terhadap dunia pendakian.

    Dalam perjalanan ini, mereka ditemani oleh tiga pendaki lainnya—Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni—yang semuanya selamat meskipun turut mengalami hipotermia.

    Pentingnya Persiapan dan Pengetahuan

    Tragedi ini mengingatkan kita akan pentingnya persiapan yang matang dan pengetahuan yang cukup sebelum melakukan pendakian di gunung-gunung tinggi.

    AMS adalah ancaman nyata yang bisa mengintai siapa saja yang tidak mempersiapkan diri dengan baik.

    Kejadian ini juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh, mematuhi aturan pendakian yang aman, dan memperhatikan setiap perubahan kondisi fisik yang mungkin terjadi selama pendakian.

    Diharapkan peristiwa tragis ini menjadi pelajaran berharga bagi para pendaki untuk lebih berhati-hati dan memprioritaskan keselamatan di atas segalanya.

  • Pasta Gigi Penyelamat Nyawa Pendaki Tersesat 10 Hari di Gunung, 50 Orang Sudah Dilaporkan Hilang

    Pasta Gigi Penyelamat Nyawa Pendaki Tersesat 10 Hari di Gunung, 50 Orang Sudah Dilaporkan Hilang

    TRIBUNJATIM.COM – Sebuah pasta gigi menjadi alat penyelamat utama bagi seorang pendaki remaja yang hilang selama 10 hari di gunung.

    Pendaki remaja dilaporkan selamat setelah beberapa lama berada di pegunungan.

    Mengalami buta arah dan tersesat, pendaki remaja tersebut bisa bertahan tanpa makanan.

    Kondisi pendaki remaja tersebut saat ditemukan ternyata diselamatkan oleh pasta gigi.

    Bagaimana sebenarnya kinerja pasta gigi hingga bisa menyelamatkan pendaki tersebut?

    Seorang pendaki remaja, Sun Liang (18), berhasil diselamatkan setelah bertahan selama sepuluh hari di pegunungan bersalju di barat laut China tanpa makanan.

    Ia mengandalkan air sungai, salju yang mencair, dan bahkan memakan pasta gigi demi bertahan hidup.

    Seperti dikutip TribunJatim.com dari Independent via Kompas.com, Senin (3/3/2025), Sun memulai pendakiannya pada 8 Februari 2025 di jalur Ao-Tai, bagian dari Pegunungan Qinling di Provinsi Shaanxi, China barat laut.

    Dua hari kemudian, setelah mencapai ketinggian 2.500 meter, ia kehilangan kontak dengan keluarganya akibat kehabisan daya ponsel.

    Terjebak dalam cuaca ekstrem, Sun berusaha mencari jalan keluar dengan mengikuti aliran sungai.

    Namun, medan yang sulit membuatnya jatuh berkali-kali hingga menyebabkan lengan kanannya patah.

    Untuk bertahan dari suhu dingin yang menusuk, ia berlindung di balik batu besar dan menggunakan daun kering sebagai alas tidur.

    Setelah sepuluh hari terisolasi di gunung, harapan datang ketika ia mencium bau asap dari api tim penyelamat.

    Sun segera berteriak meminta pertolongan hingga akhirnya ditemukan dan dievakuasi.

    ILUSTRASI PEGUNUNGAN – Potret wilayah pegunungan di lereng Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang (tribunjatim.com/Erwin Wicaksono)

    Jalur Ao-Tai sepanjang 170 km yang membentang di Pegunungan Taibai dengan ketinggian rata-rata 3.000 meter dikenal sebagai salah satu jalur pendakian paling berbahaya di China.

    Dalam dua dekade terakhir, lebih dari 50 pendaki dilaporkan hilang atau tewas di jalur ini.

    Pemerintah China telah menutup Ao-Tai bagi wisatawan sejak 2018, tetapi sejumlah pendaki tetap nekat mencoba jalur tersebut.

    Sun menjadi orang pertama yang berhasil diselamatkan setelah tersesat di Ao-Tai.

    “Saya tidak tahu kalau Ao-Tai dilarang. Saya ke sini hanya untuk menantang diri sendiri,” ujarnya setelah diselamatkan.

    “Setelah kejadian ini, saya sangat ketakutan. Ao-Tai benar-benar tidak cocok untuk pendakian karena cuacanya sangat ekstrem dan tidak ada pemandangan indah.”

    “Saya ingin mengingatkan semua orang agar tidak mencoba jalur ini karena nyawa jauh lebih berharga,” tambahnya.

    Proses penyelamatan Sun melibatkan lebih dari 30 orang dan diperkirakan menghabiskan biaya sekitar 80.000 yuan (Rp 181 juta), yang sepenuhnya ditanggung oleh keluarganya. 

    Di Indonesia sendiri tengah viral kisah dua pendaki perempuan yang meninggal dunia karena mengalami hipotermia di pegunungan Carstenz.

    Kepastian tentang kabar duka ini diunggah oleh pihak PT Tropis Cartenz Jaya, selaku operator dalam akun Instagram mereka, Minggu (2/3/2025).

    Disebutkan, kedua wanita pendaki itu tewas dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz Pyramid menuju Base Camp Lembah Kuning.

    PT Tropis Cartenz Jaya mengenali mereka sebagai klien dari agen operator Indonesian Expeditions, yang telah berhasil mencapai puncak setinggi 4.884 mdpl pada Jumat (28/2/2025). 

    Hingga berita ini ditayangkan, Kompas.com masih berupaya mendapatkan keterangan resmi mengenai peristiwa ini, dari otoritas terkait.

    Informasi tak resmi yang diterima Kompas.com menyebutkan, Lilie dan Elsa pada saat perjalanan turun dari Puncak Cartenz mengalami hypotermia.

    Ada pula tiga pendaki lain yang selamat dan terjebak, lalu terpaksa bermalam di area dekat puncak hingga tim rescue datang.

    Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh guide dan rekan-rekannya di basecamp yang sempat naik membantu proses evakuasi.

    Lilie Wijayanti Poegiono adalah perempuan kelahiran Malang, 2 Oktober 1965, dan berdomisili di Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Bandung Jawa Barat.

    Sedangkan Elsa Laksono adalah perempuan, kelahiran Malang, 24 Juli 1965, yang beralamat di Tebet Timur, Jakarta Selatan.

    Selain itu, dalam informasi yang beredar juga disebutkan tiga nama pendaki yang selamat, yakni Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni. Ketiganya disebut mengalami hypotermia akibat cuaca buruk.

    Hingga akhirnya menurut informasi, cuaca buruk yang meliputi hujan salju, hujan deras, dan angin kencang menjadi penyebab utama insiden itu.

    PENDAKI MENINGGAL DUNIA – Dua orang pendaki puncak Carstensz, Papua, meninggal dunia. Salah satunya adalah Lilie Wijayati, seorang desainer asal Bandung, Jawa Barat. Kedu pendaki ini diketahui merupakan rombongan artis Fiersa Besari. (Dok Tribun Palu dan Tribun Papua)

    Sementara itu, tiga pendaki lainnya, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni, berhasil selamat meskipun mengalami Hipotermia.

    Tiga pendaki yang selamat terjebak dan terpaksa bermalam di area dekat puncak hingga besoknya tim rescue datang.

    2 Pendaki meninggal dunia adalah Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono), kedua korban dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh guide dan rekan-rekan di Basecamp yang langsung kembali naik untuk membantu proses evakuasi.

    Proses evakuasi dilakukan oleh pemandu dan rekan-rekan di basecamp yang langsung naik ke lokasi untuk membantu.

    Kelimanya tergabung dalam rombongan pendaki berjumlah 20 orang.

    Rombongan itu terdiri dari lima pemandu, tujuh WNI dan enam WNA dan dua pendaki Taman Nasional Lorentz.

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Apple Dijegal, Trump Langsung Turun Gunung Lakukan Ini

    Apple Dijegal, Trump Langsung Turun Gunung Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Donald Trump turun gunung merespons pemerintah Inggris yang meminta Apple menyerahkan akses data beberapa pengguna. Trump menyebut upaya Inggris mirip dengan yang dilakukan China.

    “Meminta akses data pengguna Apple adalah sesuatu yang biasa terdengar [datang] dari China,” kata Trump dalam wawancara dengan The Spectator, dikutip dari Reuters, Senin (3/3/2025).

    Trump mengatakan pihaknya telah mengatakan kepada Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer bahwa mereka tak bisa meminta akses data pengguna.

    Keduanya bertemu di Gedung Putih pada Kamis (27/2) pekan lalu. Mereka turut mendiskusikan soal Ukraina dan negosiasi bilateral untuk kesepakatan dagang.

    Saat diminta konfirmasi, juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, “kami memiliki hubungan intelijen yang dekat dengan AS, dan kami menjaga kemitraan ini dengan serius”.

    Namun, juru bicara itu tak mengomentari secara spesifik terkait kasus data pengguna Apple. Raksasa Cupertino juga tidak merespons permintaan komentar Reuters.

    Pada pekan lalu, Apple menyetop fitur enkripsi canggih untuk data cloud di Inggris. Hal ini dikatakan merespons permintaan pemerintah untuk mengakses data pengguna.

    Dalam surat tertanggal 25 Februari 2025, dua otoritas hukum AS mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apakah pemerintah Inggris telah melanggar aturan CLOUD. Aturan itu melarang pemerintah Inggris meminta akses data ke warga AS, begitu juga sebaliknya.

    (fab/fab)

  • Akhir Tragis Lilie dan Elsa, 2 Sahabat yang Tewas Akibat Hipotermia saat Daki Puncak Carstensz – Halaman all

    Akhir Tragis Lilie dan Elsa, 2 Sahabat yang Tewas Akibat Hipotermia saat Daki Puncak Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tragedi menimpa dua wanita pendaki, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, di Gunung Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

    Dua wanita bersahabat itu meninggal dunia akibat mengalami hipotermia atau Acute Mountain Sickness (AMS) saat perjalanan turun dari pendakian di puncak tertinggi di Indonesia, Carstensz Pyramid, pada Sabtu (1/3/2025).

    Sebagai informasi, Elsa berasal dari Malang, Jawa Timur (Jatim) lahir pada 24 Juli 1965, dan beralamat di Jalan KH Abdulah Safei, No 8, RT. 005 RW. 001, Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

    Sementara itu, Lilie juga lahir di Malang pada, 2 Oktober 1965 dan kini beralamat Jalan Moch Ramdhan Nomor 63C, RT 002, RW 001 Cigereleng Regol Bandung, Jawa Barat (Jabar).

    Lilie dan Elsa bersahabat sejak duduk di bangku SMP saat masih di Malang.

    Suami Lilie, Frigard H (68), mengatakan, mendaki Puncak Carstensz merupakan cita-cita istrinya yang belum tercapai.  

    “Dia memang sebelumnya sempat meminta izin ke saya. Izinnya sudah lama, sebetulnya, karena memang naik ke Puncak Carstensz merupakan cita-citanya yang belum tercapai. Akhirnya, saya perbolehkan,” kata Frigard saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Regol, Kota Bandung, Minggu (2/3/2025), dilansir TribunJabar.id.

    Lilie mempersiapkan diri sejak tahun lalu dengan latihan pendakian di Citatah, Bandung Barat. Bahkan, saat itu Frigard sendirilah yang mengantar Lilie berlatih.

    Menurut Frigard, Lilie sudah memiliki kemampuan dan perlengkapan yang memadai untuk pendakian tersebut.

    Frigard menyebutkan, Lilie berangkat atau pamit untuk pergi mendaki pada Minggu (23/2/2025). Lilie pun berangkat dari rumahnya sejak Sabtu (22/2/2025).

    “Saya lihatnya latihannya oke dan peralatannya juga sudah oke, hingga kemampuannya cukup. Akhirnya, ya, saya katakan, silakan (mengizinkan),” sebut Frigard.

    Frigard mengatakan, mendaki memang sudah menjadi hobi sang istri sejak SMA. Terlebih, saat pergi ke Carstensz itu bersama teman-teman sekolahnya yang memiliki hobi hiking.

    Namun nahas, Lilie dikabarkan tewas bersama sahabatnya, Elsa saat mendaki di Puncak Carstensz.

    Lilie meninggalkan suami dan dua anak lelaki.

    Jasad Lilie dan Elsa kabarnya telah dipulangkan ke kampung halaman mereka masing-masing pada Senin (3/3/2025). 

    Proses pemulangan ini dilakukan setelah kedua jenazah dua pendaki wanita itu berhasil dievakuasi dari Puncak Carstensz.

    Jasad Elsa dievakuasi pada Minggu (2/3/2025). Sedangkan, jasad Lilie Wijayanti Poegiono baru dievakuasi Senin pagi tadi.

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengatakan dua jenazah telah dipulangkan ke kampung halaman setelah disemayamkan di RSUD Mimika.

    “Benar pesawat sudah terbang tadi pukul 10.45 WIT ke Jakarta,” ujar Hildario, Senin, dilansir Tribun-Papua.com.

    Berdasarkan informasi yang diterima, tragedi ini terjadi pada Sabtu (1/3/2025) sekitar pukul 22.30 WIT.

    Lilie dan Elsa melakukan pendakian bersama dengan tiga pendaki WNI lainnya yang dikabarkan selamat, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.

    Saat itu cuaca sangat buruk yang mana turun hujan salju, hujan deras, dan angin kencang, sehingga para pendaki tersebut mengalami hipotermia.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Tragedi Puncak Cartenz, Jenazah Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono Dipulangkan dari Timika ke Jakarta

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela) (TribunJabar.id/Muhamad Nandri Prilatama)

  • Sosok Elsa Laksono Sahabat Lilie, Pendaki Wanita Meninggal di Gunung Cartenz, Tinggal di Klinik Gigi

    Sosok Elsa Laksono Sahabat Lilie, Pendaki Wanita Meninggal di Gunung Cartenz, Tinggal di Klinik Gigi

    TRIBUNJATIM.COM – Berikut ini sosok Elsa Laksono, pendaki wanita yang meninggal di Gunung Cartenz.

    Mendiang Elsa Laksono ternyata memiliki klinik gigi di Jakarta.

    Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal saat melakukan pendakian di Gunung Cartenz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (1/3/2025).

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau hipotermia saat turun dari puncak.

    Jenazah Elsa dievakuasi pada Minggu (2/3/2025), sedangkan Lilie dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Jenazah keduanya telah tiba di Jakarta setelah diterbangkan dari Timika menggunakan Lion Air.

    Kedua korban merupakan lulusan SMA Katolik Santo Albertus Malang (SMA Dempo) tahun 1984.

    Persahabatan keduanya berlanjut dengan bergabung ke Komunitas Pendaki Lansia Kura-Kura Gunung (KKG).

    Elsa Laksono tinggal di sebuah ruko di Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

    Ruko tersebut dijadikan klinik gigi dengan nama Radiant Dental Care.

    Salah satu karyawan, Yanto, menjelaskan Elsa dan suaminya, drg. Andi Mulia Halim sehari-hari tidur di ruko.

    “Ini klinik. Rumah Ibu (Elsa) di sini. Tempat kerjanya di sini,” bebernya, Senin.

    Para karyawan menutup klinik dan bersiap menyambut kedatangan jenazah Elsa Laksono.

    Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignasius Benny Ady Prabowo, menjelaskan kedua korban termasuk bagian tim pendakian yang terdiri dari 10 orang.

    Mereka terbang dari Bandara Timika menuju Yellow Valley menggunakan helikopter milik PT Komala Indonesia pada Rabu (26/2/2025) pukul 07.00 WIT.

    Para pendaki mulai menyeberangi jembatan Tyrollean pada Jumat (28/2/2025).

    EVAKUASI JENAZAH – Jenazah Lilie Wijayanti Poegiono, perempuan pendaki puncak Gunung Cartenz Pyramid akhirnya dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Senin (3/3/2025) dan foto peti jenazah korban pendaki Puncak Gunung Cartenz Pyramid bernama, Elsa Laksono di RSUD Mimika, Minggu (2/3/2025). (Tribun Papua/Istimewa/Marsel)

    Seluruh pendaki dapat mencapai puncak dan mulai mengalami gejala hipotermia saat turun.

    Pendaki bernama Nurhuda tiba di basecamp sendirian untuk meminta bantuan ada rekannya yang terkena hipotermia.

    Guide bernama Yustinus Sondegau langsung melakukan upaya bantuan sambil membawa sleeping bag, fly sheet, air panas, dan radio.

    “Nahasnya, pendaki Octries menginformasikan ke pendaki Deshir bahwa dua orang ibu-ibu (Lilie dan Elsa) yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia,” lanjutnya.

    Kedua jenazah sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika untuk dimandikan. 

    Kini, jenazah kedua sahabat itu telah diterbangkan ke Jakarta pada Senin (3/3/2025) sekitar pukul 10.45 WIT. 

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, menerangkan jenazah telah tiba di Jakarta.

    “Benar, kedua jenazah, baik Lilie dan Elsa, telah diterbangkan ke Jakarta. Usai dimandikan dan disemayamkan sebentar, lalu dikirimkan menggunakan pesawat Lion Air tujuan Jakarta,” tukasnya.

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

  • Sosok Elsa Laksono, Pendaki Wanita yang Meninggal di Gunung Cartenz, Punya Klinik Gigi di Jakarta – Halaman all

    Sosok Elsa Laksono, Pendaki Wanita yang Meninggal di Gunung Cartenz, Punya Klinik Gigi di Jakarta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal saat melakukan pendakian di Gunung Cartenz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (1/3/2025).

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau hipotermia saat turun dari puncak.

    Jenazah Elsa dievakuasi pada Minggu (2/3/2025), sedangkan Lilie dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Jenazah keduanya telah tiba di Jakarta setelah diterbangkan dari Timika menggunakan Lion Air.

    Kedua korban merupakan lulusan SMA Katolik Santo Albertus Malang (SMA Dempo) tahun 1984.

    Persahabatan keduanya berlanjut dengan bergabung ke Komunitas Pendaki Lansia Kura-Kura Gunung (KKG). 

    Elsa Laksono tinggal di sebuah ruko di Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

    Ruko tersebut dijadikan klinik gigi dengan nama Radiant Dental Care.

    Salah satu karyawan, Yanto, menjelaskan Elsa dan suaminya, drg. Andi Mulia Halim sehari-hari tidur di ruko.

    “Ini klinik. Rumah Ibu (Elsa) di sini. Tempat kerjanya di sini,” bebernya, Senin.

    Para karyawan menutup klinik dan bersiap menyambut kedatangan jenazah Elsa Laksono.

    Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignasius Benny Ady Prabowo, menjelaskan kedua korban termasuk bagian tim pendakian yang terdiri dari 10 orang.

    Mereka terbang dari Bandara Timika menuju Yellow Valley menggunakan helikopter milik PT Komala Indonesia pada Rabu (26/2/2025) pukul 07.00 WIT.

    Para pendaki mulai menyeberangi jembatan Tyrollean pada Jumat (28/2/2025).

    Seluruh pendaki dapat mencapai puncak dan mulai mengalami gejala hipotermia saat turun.

    Pendaki bernama Nurhuda tiba di basecamp sendirian untuk meminta bantuan ada rekannya yang terkena hipotermia.

    Guide bernama Yustinus Sondegau langsung melakukan upaya bantuan sambil membawa sleeping bag, fly sheet, air panas, dan radio.

    “Nahasnya, pendaki Octries menginformasikan ke pendaki Deshir bahwa dua orang ibu-ibu (Lilie dan Elsa) yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia,” lanjutnya.

    Kedua jenazah sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika untuk dimandikan. 

    Kini, jenazah kedua sahabat itu telah diterbangkan ke Jakarta pada Senin (3/3/2025) sekitar pukul 10.45 WIT. 

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, menerangkan jenazah telah tiba di Jakarta.

    “Benar, kedua jenazah, baik Lilie dan Elsa, telah diterbangkan ke Jakarta. Usai dimandikan dan disemayamkan sebentar, lalu dikirimkan menggunakan pesawat Lion Air tujuan Jakarta,” tukasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunPapua.com dengan judul BREAKING NEWS: Jenazah Pendaki Puncak Cartenz Pyramid Papua, Lilie Wijayanti Dievakuasi ke Timika

    (Tribunnews.com/Mohay/Ibriza) (TribunPapua.com/Marselinus Labu Lela) (Kompas.com/Robertus Yewen)

  • Mengenal Puncak Carstensz, Apa yang Istimewa dari Gunung Ini?

    Mengenal Puncak Carstensz, Apa yang Istimewa dari Gunung Ini?

    Jakarta, Beritasatu.com – Puncak Carstensz atau Puncak Jaya merupakan gunung tertinggi di Indonesia yang terletak di Pegunungan Jayawijaya, Papua. Dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut, gunung ini menjadi bagian dari Seven Summits Indonesia atau puncak-puncak gunung tertinggi yang mewakili tujuh pulau besar dan wilayah kepulauan di Indonesia.

    Puncak Carstensz juga dikenal karena memiliki keistimewaan yang membuatnya berbeda dari gunung-gunung Indonesia lainnya.

    Sejarah Puncak Carstensz

    Puncak Carstensz pertama kali ditemukan pada 1623 oleh seorang penjelajah asal Belanda, Jan Carstensz. Ia melaporkan adanya puncak bersalju di wilayah tropis, tetapi laporan ini sempat diragukan. Pada saat Papua bergabung dengan Indonesia pada 1963, nama puncak ini sempat berganti menjadi Puncak Soekarno, sebelum akhirnya dikenal sebagai Puncak Jaya.

    Meskipun demikian, di kalangan pendaki, nama Carstensz masih sering digunakan. Dalam bahasa lokal, Puncak Carstensz dikenal dengan nama Nemangkawi Ninggok. Nama ini berasal dari bahasa suku Amungme, penduduk asli di sekitar gunung tersebut.

    Nemangkawi adalah nama yang sudah digunakan jauh sebelum bangsa Eropa datang dan Ninggok berarti Puncak Anak Panah Berwarna Putih. Nama ini diberikan karena puncak gunung yang tertutup salju dari kejauhan terlihat seperti anak panah berwarna putih.

    Bagian dari Warisan Dunia

    Puncak Carstensz terletak di dalam kawasan Taman Nasional Lorentz, yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 1999. Taman Nasional Lorentz didirikan pada 1997, dan merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara dengan luas 2.505.600 ha5.

    World Wide Fund for Nature (WWF) menetapkan Taman Nasional Lorentz sebagai kawasan konservasi terluas dan terlengkap di Asia Pasifik. Keberadaan pegunungan kars juga memiliki nilai ilmiah yang tinggi karena struktur batuan kapur yang unik. Status Puncak Carstensz sebagai Seven Summits Indonesia menjadikannya tujuan utama bagi pendaki dari dalam maupun luar negeri.

    Keistimewaan Puncak Carstensz

    Salah satu daya tarik utama Puncak Carstensz adalah keberadaan salju abadi di puncaknya. Sebagai salah satu dari lima pegunungan kars di dunia yang berada di garis khatulistiwa dan memiliki salju, Puncak Carstensz menawarkan pemandangan yang memukau. Selain Puncak Jaya, tempat lain yang memiliki fenomena serupa adalah Sierra Nevada di Andes, Gunung Kenya, Gunung Kilimanjaro, dan Ruwenzori di Afrika.

    Namun, fenomena alam yang langka ini terancam akibat perubahan iklim. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengamati salju abadi di Puncak Carstensz terus menipis dari tahun ke tahun. Dalam rentang waktu 2016-2022, laju penipisan es mencapai sekitar 2,5 meter per tahun. Adapun luas tutupan es pada 2022 adalah sekitar 0,23 kilometer persegi dan terus mengalami pencairan.