Awal Mula Mbok Yem Buka Warung di Puncak Gunung Lawu, Tolong Pendaki Kehabisan Bekal
Tim Redaksi
MAGETAN, KOMPAS.com
– Siapa sangka, Wakiyem (82) atau dikenal dengan
Mbok Yem
membuka warung di puncak
Gunung Lawu
berawal dari ketidaksengajaan.
Inspirasi untuk mendirikan warung di ketinggian itu berawal ketika Mbok Yem menolong para
pendaki
yang melaksanakan ritual dan kehabisan bekal sekitar tahun 1980-an.
Warung itu akhirnya bertahan hingga saat ini dan menjadi jujukan para pendaki hingga melegenda di puncak
Gunung Lawu
.
Cerita tersebut disampaikan Mbok Yem saat
Kompas.com
berkunjung ke rumahnya pada hari Jumat, 5 Juni 2020, saat ia memiliki hajatan menikahkan cucunya.
“Awalnya tidak tahu ada yang memanggil-manggil saat kita membuat api unggun. Ternyata ada pendaki yang melakukan ritual kehabisan bekal,” ujarnya kala itu.
Mbok Yem mengaku sempat dikira bukan bangsa manusia oleh pendaki ritual yang kehabisan bekal karena di tahun 1980-an jarang sekali perempuan mendaki.
“Awalnya ditanya apakah saya orang, ya saya jawab orang. Dikiranya saya bangsa lelembut,” katanya.
Sejak saat itu, Mbok Yem mengaku diminta berjualan oleh salah satu petugas pemangku kawasan hutan Gunung Lawu.
“Ya, diminta untuk jualan di Gunung Lawu,” ujar Mbok Yem.
Syaiful Gimbal, cucu Mbok Yem, mengaku sempat merasakan betapa beratnya pekerjaan Mbok Yem saat masih mencari tumbuhan jamu herbal di Hutan Gunung Lawu sebelum membuka warung di dekat
puncak Gunung Lawu
.
Dia mengaku saat masih kelas 5 sempat menyusul Mbok Yem dan sempat bermalam di tengah hutan Gunung Lawu.
“Kalau bermalam di Gunung Lawu dulu, Mbok Yem tidurnya gali sisi bukit, gali tanah seperti di dalam galian biar hangat. Kalau di luar dingin sekali. Saya pernah ikut sekali saat kelas 5 SD,” kenangnya.
Awalnya membuka warung adalah ketika ada pendaki yang membutuhkan makanan karena tak membawa bekal.
“Ya, awalnya itu kan ada pendaki yang butuh makanan karena tidak membawa bekal. Kemudian Mbok Yem akhirnya mencoba berjualan dari bekal yang dia bawa untuk mencari jamu,” imbuhnya.
Saelan, salah satu anak Mbok Yem, mengaku untuk memasok bahan makanan seperti beras, minyak goreng, dan sejumlah kebutuhan warung, ia bisa mengantar 3 kali naik turun Gunung Lawu setiap minggu.
“Minimal itu bawa 35 kilogram beban, ya beras, minyak, semua kebutuhan untuk warung. Awalnya itu minimal 3 kali mengirim,” ucapnya.
Saelan mengaku butuh waktu 5 hingga 6 jam untuk mengantarkan sembako untuk jualan ibunya.
Di awal jualan, Mbok Yem kondisi jalur pendakian ke
Puncak Gunung Lawu
tidak semudah saat ini.
“Dulu jalan setapak ya licin kalau hujan. Barang yang dibawa beratnya minimal 35 kilogram sampai 40 kilogram. Kalau tidak hujan ya 5 jam sampai puncak, kalau hujan bisa sampai 6 jam,” imbuhnya.
Di awal tahun 2019, Mbok Yem mengaku mendapat bantuan panel tenaga surya dari pendaki Jakarta untuk penerangan dan membantu pendaki yang membutuhkan cas HP.
Saat itu, pendaki tersebut memberikan panel surya, 3 buah aki untuk menampung listrik, dan 4 buah bola lampu.
“Yang bantu pendaki dari Jakarta membawakan itu listrik matahari sama 3 buah aki dan 4 lampu,” cerita Mbok Yem kala itu.
Dengan memiliki panel surya, jika malam hari Mbok Yem tak lagi mengalami kegelapan atau mengandalkan lampu minyak.
Mbok Yem juga memahami kebutuhan para pendaki untuk mengecas HP yang mereka bawa.
“Boleh cas HP tapi saya batasi sampai jam 4 sore, kalau siang mau bisa ngisi akinya, kalau malam untuk penerangan kita sendiri,” ucap Mbok Yem.
Mbok Yem mengaku mengutip biaya cas Rp 5.000 setiap HP untuk biaya perawatan peralatan panel surya miliknya.
”
Yo tak tarik limangewu sak HP
(Ditarik Rp 5.000 per HP). Lha kok enak betul kalau tidak ditarik.
Ngunu kuwi yo enek sing ora mbayar
(Meski begitu masih ada yang tidak bayar),” katanya sambil tertawa.
Meski sulit membawa bahan makanan untuk jualan di warungnya, Mbok Yem tidak mematok harga mahal untuk menu nasi pecel andalannya.
Satu porsi nasi pecel dia jual Rp 13.000, sementara nasi soto atau rawon dijual dengan harga Rp 15.000.
Untuk minuman seperti kopi, teh, dan minuman lainnya, rata-rata dijual dengan harga Rp 5.000.
Tak terasa lebih dari 35 tahun Mbok Yem telah membuka warung di Puncak Gunung Lawu.
Sudah ribuan pendaki yang merasa tertolong dengan keberadaan warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu.
Setelah pulang dari perawatan di RSU Aisyiyah Ponorogo karena sakit pneumonia, rencananya Mbok Yem akan istirahat berjualan dan akan menunggu cucunya.
Sayangnya, keinginan Mbok Yem belum kesampaian.
Mbok Yem meninggal pada Rabu siang sekitar pukul 13:30 WIB.
“Kalau ditotal dari mencari jamu sampai buka warung ya 40 tahun lebih. Rencananya memang mau istirahat mau nunggu cucunya kalau sudah pulih. Kalau soal warung mau dibicarakan nanti karena kita fokus bagaimana Mbok Yem sembuh dulu,” ucap Syaiful Gimbal.
Legenda Gunung Lawu Wakiyem (82) atau lebih dikenal Mbok Yem, meninggal dunia Rabu siang sekitar pukul 13:30 WIB di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur.
Mbok Yem sempat dirawat di RSU Aisyiyah selama lebih dari 2 minggu karena menderita pneumonia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Gunung
-
/data/photo/2025/03/09/67cd7808ae4f8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10 Awal Mula Mbok Yem Buka Warung di Puncak Gunung Lawu, Tolong Pendaki Kehabisan Bekal Surabaya
-

Polda Sumut Kini Tangani Kasus Dugaan Anggota DPRD Sumut Cekik Pramugari Wings Air, Ini Alasannya – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN- Polda Sumut (Sumatra Utara) kini menangani kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan anggota DPRD Sumut Megawati Zebua terhadap pramugari Wings Air bernama Lidya Cristine (28).
Kasus tersebut sebelumnya dilaporkan ke Polres Nias.
Kasi Humas Polres Nias, Aipda Motivasi Gea mengatakan laporan tersebut dilimpahkan setelah Polres Nias melakukan gelar perkara bersama Polda Sumut pada Senin 21 April 2025.
“Untuk proses penanganan perkaranya telah kita limpahkan ke Polda Sumut terhitung sejak Selasa 22 April 2025,” kata Motivasi Gea, Rabu (23/4/2025).
Beberapa pertimbangan Polisi kenapa penanganan dialihkan ke Polda Sumut karena korban kesehariannya lebih banyak di Kota Medan.
Begitu juga dengan saksi, maupun Megawati Zebua sebagai terduga pelaku penganiayaan.
Hal ini akan jauh lebih mempermudah penyelidikan, dibandingkan di Polres Nias.
“Termasuk terlapor juga merupakan Anggota DPRD Sumut dan juga terlapor ini berdomisili di kota Medan,” kata dia.
Masih penyelidikan
Laporan pramugari Wings Air bernama Lidya Cristine masih tahap penyelidikan, belum ditingkatkan ke penyidikan.
Polisi sudah memeriksa lima orang saksi yaitu yang mengetahui dugaan penganiayaan diantaranya korban, pramugari lain, pilot, dan petugas di bandara Gunung Sitoli.
Beberapa langkah yang kami lakukan ialah cek TKP, juga memeriksa 5 orang saksi, ada pilot dan lainnya.”
Sebelumnya, beredar video viral anggota DPRD Sumut Megawati Zebua ribut dengan seorang pramugari di dalam pesawat. Ia diduga mencekik pramugari.
Corporate Communications Strategic Wings Air, Danang Mandala Prihantoro melalui keterangannya, Rabu (16/4/2025) menyampaikan klarifikasi penanganan pelanggan Wings Air yang akan mengikuti penerbangan No IW1267 pada 13 April 2025 rute Gunung Sitoli-KNIA.
Berdasar catatan dan pelaporan di lapangan, pelanggan tersebut MZ membawa koper yang telah berlabel bagasi ke kabin.
“Sesuai Standard Operasional Prosedur dan pengaman awak kabin/pramugari maka mengarahkan bagasi diletakkan ke bagian kargo belakang yang akan dibantu petugas darat,” katanya.
“Dalam pendekatan komunikasi yang persuasif justru pelanggan MZ menunjukan sikap tidak kooperatif. Tidak ikuti instruksi awak kabin, berusaha melepas label bagasi, serta melakukan tindak kontak fisik terhadap pramugari,” ujarnya
Dari insiden ini kemudian dilaporkan kepada pilot dan petugas layanan darat untuk proses dan layanan lebih lanjut.
“Saat ini Wings Air sedang menempuh langkah-langkah hukum sebagai komitmen untuk melindungi awak pesawat yang bertugas, serta menciptkan penerbangan yang aman serta profesional,” tegasnya.
Wings Air menegaskan keselamatan dan kenyamanan awak pesawat dan seluruh pelanggan adalah prioritas utama.
Untuk itu Wings Air mengimbau seluruh pelanggan mengikuti ketentuan berlaku selama penerbangan.
Anggota DPRD Sumut Megawati Zebua pun membeberkan kronologi kejadian versinya soal cekcok antara dirinya dengan pramugari Wings Air yang viral di sosial media.
Ia membantah koper yang viral di video itu adalah miliknya dan kejadian viral bukan permasalahan bagasi miliknya yang jadi permasalahan.
“Saat itu saya hanya mau membantu bapak tua yang tidak ingin bagasinya eh barang atau tasnya di bagasikan. karena dia (bapak tua) akan transit ke Padang,” tuturnya.
Menurutnya, saat itu bapak tua yang dimaksud enggan memasukkan tasnya di bagasi karena menunggu ambil tas di bagasi cukup lama.
“Menunggu bagasi itu satu jam bisa lah dia gak kedapatan pesawat, karena hangus tiketnya makanya saya niat membantu bapak tua itu, tapi pramugari sangat bertahan sekali dengan alasan tas sudah dilabel tidak bisa diletakkan di kabin,” tuturnya.
Mega pun berkali kali membantah soal tasnya yang tidak ingin dibagasikan.
“Bukan, tas saya sudah dibagasikan. Itu tas bapak tua, saya hanya membantu,” jelasnya.
Di sisi lain, soal tudingan ia yang memaksa kopernya untuk ditempatkan di kabin, menurut Megawati juga keliru.Pasalnya, kata dia, kopernya memang sedianya sudah dilabeli untuk bagasi. Namun, sebelum menaiki pesawat, kopernya ternyata tak diizinkan masuk ke bagasi.
Untuk itu, Megawati beranggapan bahwa kopernya bisa dibawa ke atas pesawat dan memasuki kabin.
“Tapi karena tak diizinkan saya berpikir ini bisa masuk kabin tapi dihalangi pramugari yang mengatakan ‘Bu, tas ibu sudah dilabel jadi diletakkan di sini (cargo). Biarlah dek saya masukkan ke kabin kan sudah nyampe di atas,” jelas dia.
Atas kejadian cekcok itu Megawati diturunkan dari pesawat.
“Tapi saya tak diizinkan (untuk mengajak diskusi di pesawat), saya dimintakan dan ditarik ke bawah untuk turun dari pesawat itu,” jelasnya.
Mega mengatakan saat itu, ia berangkat dari Bandara Gunung Sitoli menuju Medan. Karena ada tugas dan urusan keluarga
“Tapi karena saya diturunkan, jadi saya berangkat lagi keesokan harinya dan membeli tiket baru,” jelasnya.
Penulis: Fredy Santoso
-

Digerebek Berduaan di Mobil, Pj Kades dan Bu Bidan Belum Disanksi Pemkab Kuansing, Ini Alasannya – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Pj Kepala Desa (Kades), RU dan Bu Bidan Desa, HS, belum disanksi setelah keduanya digerebek berduaan di dalam mobil.
Keduanya digerebek warga tengah berada di dalam mobil yang terparkir di masjid Desa Kota Gunung, Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, Jumat (11/4/2025).
Kendati demikian, keduanya sudah disidang oleh Pj Sekda Kuansing dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) masing-masing pada Senin (14/4/2025).
Pj Sekda Kuansing, Fahdiansyah mengungkap alasan mengapa belum ada sanksi untuk keduanya.
“Kami masih harus kaji benar-benar seperti apa kronologinya untuk menetapkan keputusan, katanya, Minggu (20/4/2025).
Fahdiansyah mengatakan, pihaknya tak ingin mengambil keputusan sebelum kasus tersebut terang benderang.
Pihaknya ingin mendengarkan keterangan dari berbagai pihak untuk memutuskan sanksi bagi keduanya.
Ditambah lagi, status Pj Kades dan Bu Bidan yang sudah berkeluarga masing-masing. Hal ini juga menjadi pertimbangan dalam pemberian sanksi.
“Baik RU dan HS kan punya keluarga, punya anak. Jangan sampai keputusan itu nantinya membuat keluarga mereka teraniaya.”
“Kita juga harus mengedepankan praduga tak bersalah,” ungkap Fahdiansyah.
Dijelaskan Fahdiansyah, RU dan HS membantah telah melakukan tindak asusila saat digerebek warga di mobil.
Namun, keduanya mengakui berduaan di dalam mobil pada hari itu.
“Prosesnya tetap kita lanjutkan dengan keputusan berupa sanksi,” sambungnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kuansing, Trian Zulhadi mengatakan, Bu Bidan menyesal telah berduaan dengan RU di dalam mobil.
Namun, HS membantah telah berbuat tak senonoh dengan Pj Kades tersebut.
“Keduanya membantah, namun hal itu tetap melanggar etika karena sudah membuat heboh warga,” tandasnya.
Sementara itu, meski belum disanksi oleh pihak Pemerintah Kabupaten Kuansing, Pj Kades dan Bu Bidan telah disanksi adat.
Setelah digerebek, keduanya dibawa ke Kantor Desa Gunung.
Oleh tokoh adat dalam sidang adat, keduanya pun dijatuhi sanksi adat sebesar Rp20 juta.
Trian menjelaskan, meski keduanya telah diberi sanksi adat, namun tidak akan menghapus sanksi dari Pemkan Kuansing.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) Erdiansyah mengatakan, telah mencopot RU dari jabatannya sebagai Pj Kades Pebaun Hilir.
“Begitu dapat intruksi dari Pak Bupati, saya langsung telepon Camat Kuantan Mudik untuk siapkan penggantinya. Sementara ini kita tunjuk Sekdes sebagai Pj Kades,” jelasnya.
Lebih lanjut, Erdiansyah menjelaskan, saat penggerebekan terjadi, mobil RU sudah berada di halaman masjid sejak setelah salat Jumat.
Ketika itu, warga curiga karena melihat mobil tersebut bergoyang-goyang.
“Warga curiga karena mobil itu bergoyang-goyang. Setelah diintip ternyata ada pria dan wanita di dalam mobil sedang berbuat tak senonoh,” jelasnya.
Saat penggerebekan, RU dan HS masih berpakaian lengkap.
Keduanya pun panik saat tahu telah dikepung warga. Bahkan, kaca jendela mobil RU digedor warga.
Oleh warga keduanya lantas dibawa ke Kantor Desa Gunung.
“Suami HS dan keluarga RU saat itu pun dipanggil,” ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul Viral Mobil Bergoyang di Kuansing, Pemkab Tak Mau Buru-buru Tetapkan Sanksi Pj Kades dan Bidan Desa
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunPekanbaru.com/Guruh Budi Wibowo)
-

Jalur Pendakian di Gede Pangrango Dibuka Lagi Usai Ditutup 3 Pekan
Jakarta –
Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Gede Pangrango kembali membuka jalur pendakian setelah ditutup sejak 3 April lalu. Jalur pendakian sempat ditutup lantaran ada peningkatan gempa vulkanik Gunung Gede.
“Buat yang hobi muncak mulai tanggal 22 April 2025 wisata pendakian di TNGGP sudah kembali dibuka ya,” tulis akun Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Gede Pangrango dalam akun Instagram resmi, dilihat, Kamis (24/4/2025).
Sebelumnya, kegiatan pendakian ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ditutup sementara. Penutupan berlangsung sejak 3-21 April.
Penutupan tersebut berdasarkan surat edaran Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang diunggah dalam akun media sosial @bbtn_gn_gedepangrango.
“Penutupan kembali kegiatan pendakian di TN Gunung Gede Pangrango. Tanggal 03 April sampai dengan 07 April 2025 dan/atau sampai informasi lebih lanjut hasil pemantauan dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” tulis keterangan akun tersebut dikutip, Rabu (2/4).
Dalam postingan tersebut, turut dilampirkan siaran pers dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Penutupan dilakukan lantaran adanya peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dari gunung yang memiliki ketinggian 2.958 MDPL tersebut.
(fca/fca)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Respons James Riady soal Kerugian Konsumen Meikarta Rp26,85 Miliar
Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait (Ara) meminta manajemen Lippo Group untuk segera menyelesaikan tuntutan ganti rugi yang diadukan konsumen Meikarta dalam kurun 3 bulan ke depan atau selambat-lambatnya Juli 2025.
Ara menjelaskan, aduan tersebut ditampung lewat layanan Bantuan Edukasi dan Asistensi Ramah untuk Pengaduan Konsumen Perumahan (BENAR-PKP).
Dalam laporan yang disampaikan, hingga saat ini Kementerian PKP telah menampung sebanyak 102 aduan dengan nilai kerugian mencapai Rp26,85 miliar. Sejalan dengan hal itu, Ara meminta agar manajemen Lippo Group dapat menindaklanjuti aduan 102 konsumen Meikarta paling lambat Juli 2025.
“Boleh gak saya minta waktunya 3 bulan cukup? Berarti 23 Juli 2025,” tanya Ara kepada CEO Lippo Group James Riady di Kantor Kementerian PKP di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Menanggapi hal itu, CEO Lippo Group, James Riady memastikan penyelesaian ganti rugi sebesar Rp26,85 miliar dapat rampung sebelum Juli. Pasalnya, tambah James, pada dasarnya PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) memiliki likuiditas yang cukup untuk merampungkan proyek Meikarta.
“Saya usul jangan berlarut sampai Juni-Juli, ya jadi tolong kalau bisa jangan berlarut. Lebih cepat lebih baik, jadi kuncinya adalah dokumen [konsumen] lengkap,” ujarnya.
Pada saat yang sama, James juga melayangkan rasa keberatan usai Menteri PKP menyebut bakal turun gunung membayarkan cicilan para konsumen menggunakan uang pribadinya. James berpandangan, upaya itu hanya akan menimbulkan spekulasi bahwa proyek Meikarta kekurangan likuiditas.
“Saya izin kalau Bapak sampai keluarkan uang, itu kan berarti [seolah-olah] Meikarta-nya kasihan, seperti yang tidak bisa survive,” ucap James.
Pada saat yang sama, James juga meyakinkan Menteri PKP terkait dengan kesanggupan Lippo Karawaci merampungkan proyek tersebut.
Pasalnya, dia mengaku hingga saat ini pembangunan terus berlanjut. Bahkan, Lippo Group memastikan telah menyalurkan 16.000 unit apartemen kepada konsumen.
“Saya juga tanya apakah mereka [LPKR] memiliki keuangan untuk menyelesaikan semua, karena mereka tidak ada satu sen pun utang. Jadi, mungkin ini juga memberikan satu background, saya juga sudah tanya kepada LPKR sampai sekarang yang sudah dibangun sudah diserahkan yang terkait dengan Meikarta hampir 16.000-an [unit],” pungkasnya.
-

Sosok Ikonik Gunung Lawu, Mbok Yem Meninggal, Dimakamkan di Magetan
Magetan (beritajatim.com) – Sosok ikonik Gunung Lawu. Mbok Yem, atau yang memiliki nama asli Wakiyem, sosok legendaris yang dikenal sebagai pemilik warung tertinggi di Hargo Dumilah, Jalur Pendakian Gunung Lawu, meninggal dunia pada Selasa (23/4/2025) siang di usia 81 tahun. Mbok Yem menghembuskan napas terakhir di kediamannya yang berada di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.
Mbok Yem dikenal sebagai figur ikonik bagi para pendaki Gunung Lawu. Setiap pendaki yang tiba di puncak hampir pasti mengenal warung kecilnya yang menjadi tempat istirahat dan penghangat suasana di tengah dinginnya ketinggian gunung. Sosoknya yang bersahaja dan ramah menjadikannya ibu bagi banyak pendaki dari berbagai daerah.
“Kondisi Mbok Yem sudah drop tidak mau makan minum sudah tiga hari. Hanya minum susu sedikit. Rencananya Jumat (25/4/2025) Mbok Yem harus kontrol kedua,” kata Saiful Bachri, cucu Mbok Yem.
Menurut Saiful, sebelum meninggal dunia, Mbok Yem masih menunjukkan sedikit semangat hidup. “Kemarin (Selasa) masih minta mandi, lalu tidur sampai meninggal ini,” ungkapnya.
Kepala Dusun Dagung, Sugeng Sucipto, mengonfirmasi bahwa Mbok Yem wafat sekitar pukul 14.00 WIB. Ia menyebutkan bahwa kondisi kesehatan Mbok Yem sudah cukup parah akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Sebelumnya, almarhumah sempat menjalani perawatan intensif di RS Siti Aisyiyah Ponorogo selama 19 hari. Menjelang Lebaran, beliau dipulangkan untuk dirawat di rumah.
“Kondisinya di rumah sebenarnya sudah membaik, namun akhir-akhir ini kondisinya melemah kemudian pukul 14.00 ini Mbok Yem menghembuskan nafas yang terakhir,” katanya.
Sugeng menambahkan, “Kondisinya sudah sangat lemah sekali. Hampir satu bulan Mbok Yem dirawat di rumah dan akhirnya meninggal dunia.”
Tak hanya dikenal di kalangan pendaki, Mbok Yem juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat sekitar. Ia digambarkan sebagai pribadi yang dermawan dan suka menolong tetangga meskipun lebih sering tinggal di Gunung Lawu dan hanya turun ke rumah setahun sekali saat Lebaran.
“Mbok Yem dimakamkan pada Kamis malam, karena masih menunggu anaknya tiba. Dimakamkan satu lokasi dengan suaminya (Kamsir) di lingkungan setempat yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya,” pungkasnya.
Kepergian Mbok Yem meninggalkan kesedihan mendalam, tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga komunitas pendaki dan masyarakat sekitar yang mengenalnya sebagai sosok penuh kasih dan keteguhan hidup di tengah alam pegunungan. [fiq/kun]
-

Sosok Sugeng ASN Dinkes Temanggung Hilang saat Mendaki Gunung Merbabu, HP Sempat Terdeteksi
Sosok Sugeng ASN Dinkes Temanggung Hilang saat Mendaki Gunung Merbabu, HP Sempat Terdeteksi
TRIBUNJATENG.COM- Sugeng Parwoto (50) pria asal Temanggung, Jawa Tengah dinyatakan hilang ketika mendaki Gunung Merbabu sejak Jumat (18/4/2025).
Kepala Sub Bagian (Kasubag) Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Nurpana Sulaksosno membenarkan adanya kabar pendaki hilang tersebut.
Nurpana mengatakan bahwa Sugeng mendaki bukan di jalur resmi.
“Pendaki atas nama Sugeng Parwoto mendaki lewat Timboa bagian timur yang bukan jalur resmi,” kata Nurpana saat dikonfirmasi, Senin (21/4/2025), dikutip dari Tribun Solo.
Nurpana menyebut, Sugeng Parwoto melakukan pendakian Gunung Merbabu pada Jumat (21/4/2025) melalui jalur ilegal Blok Timboa, Dusun Margomulyo, Desa Ngadirojo, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali,
Jawa Tengah.
“Kami menerima laporan pendaki hilang pada Minggu (20/4/2025),” terang Nurpana.
Lebih lanjut, Nurpana mengatakan, ponsel milik Sugeng sempat terdeteksi berada di antara pos 2 dan 3 jalur pendakian Gunung Merbabu pada Senin pukul 12.10 WIB, tepatnya berjarak 200 meter dari jalur.
“Pukul 12.50, enam orang dari base camp Timboa berangkat untuk melakukan penyisiran di area tersebut,” jelas dia.
Setelah 4 jam penyisiran, tim gabungan menemukan barang-barang Sugeng di pos 5 jalur pendakian Gunung Merbabu via Timboa.
Barang-barang milik korban yang ditemukan di antaranya berupa sepatu dan jas hujan.
Namun sayangnya, pencarian terpaksa dihentikan sementara lantaran cuaca berkabut.
Nurpana mengatakan, pencarian dilakukan dengan penyisiran pada tiga titik.
Regu 1 yang berjumlah 4 orang melakukan penyisiran ke arah Gumuk Kethu, Regu 2 terdiri dari 12 orang berangkat menuju Kedung Wewe arah simpang pos 1, dan Regu 3 berjumlah 15 orang melakukan penyisiran menuju pos 3 jalur lama.
“Namun hari ini hasilnya nihil, survivor belum ditemukan,” jelasnya.
Sugeng Parwoto adalah warga Karajan RT 4 RW 4 Tlogorejo, Temanggung.
Sugeng merupakan salah satu aparatur sipil negara (ASN) di Pemkab Temanggung.
Ia bertugas di Dinas Kesehatan (Dinkes) Temanggung.
Pejabat dan sejumlah pegawai Dinkes Temanggung pun mendatangi posko pencarian di Basecamp Timboa.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Temanggung, Saninto Budi Setyawan juga terlihat berada di posko pencarian.
Sugeng ternyata asisten apoteker.
Ia telah 25 tahun bertugas di Dinkes Temanggung.
(*)


