kab/kota: Gunung

  • Wisatawan Melonjak Warnai Libur Panjang Waisak di TWA Kawah Ijen

    Wisatawan Melonjak Warnai Libur Panjang Waisak di TWA Kawah Ijen

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen mengalami lonjakan signifikan jumlah pengunjung selama libur panjang Hari Raya Waisak 2025.

    Kepala TWA Kawah Ijen, Sigit Haribowo, mengungkapkan bahwa peningkatan mulai terlihat sejak Minggu (11/5/2025), di mana jumlah wisatawan melonjak hingga dua kali lipat dari hari biasa.

    Dengan rincian, jumlah pengunjung pada Sabtu (10/5/2025) mencapai 744 pengunjung. Di antaranya, wisatawan mancanegara berjumlah 215, sedangkan domestik 529 pengunjung.
    Disusul pada hari Minggu (11/5/2025) pengunjung Ijen di dominasi wisatawan domestik yang mencapai 1867 orang, sedangkan mancanegara mencapai 206 orang.

    Pada momen libur hari Senin (12/5/3025) pengunjung domestik masih mendominasi mencapai 1362 orang, sedangkan dari mancanegara 202 orang.

    Sedangkan pada hari terakhir libur panjang Selasa (13/3/2025) diakui pengunjung mulai sedikit landai. Yakni pengunjung domestik mencapai 414 orang, sedangkan mancanegara 113 orang.

    “Kunjungan meningkat drastis, terutama dari wisatawan domestik. Namun, jumlah wisatawan mancanegara juga cukup tinggi,” ujar Sigit, Senin (12/5/2025).

    Meski jumlah pengunjung membludak, Sigit menegaskan bahwa para wisatawan tetap mematuhi aturan yang berlaku, salah satunya adalah kewajiban membawa surat keterangan sehat untuk mendaki Kawah Ijen.

    Menurutnya, guna mengantisipasi wisatawan yang belum memiliki surat tersebut, pihak pengelola bersama Puskesmas Sempol, Bondowoso, menyiagakan pos pelayanan kesehatan di area pendakian selama musim libur panjang.

    “Di area sekitar Paltuding sudah kami sediakan pos kesehatan. Tentu kami tidak ingin mempersulit pengunjung,” kata dia.

    Pihaknya mengaku, meski tidak ada pengawasan khusus, selama masa high season, pengamanan jalur pendakian juga turut ditingkatkan dengan melibatkan personel Polsek Licin dan pelaku wisata setempat.

    “Tidak ada pengawasan yang khusus sekali. Normal saja tapi ada peningkatan karena pengunjung juga banyak. Selama musim libur keamanan berjalan kondusif dan wisatawan tetap tertib sesuai SOP,” tambah Sigit.

    Salah satu wisatawan asal Malang, Nur Azizah Amini, menambahkan tetap semangat mendaki meskipun sempat terjadi kemacetan di jalur menuju gunung.

    “Kemacetan tidak jadi masalah besar karena waktu naik pukul 02.15 dini hari masih cukup ada pergerakan. Karena saya sangat ingin melihat keindahan api biru yang terkenal itu jadi selalu termotivasi untuk cepat sampai ,” pungkasnya. [tar/ian]

  • Gunung Semeru Berkali-kali Erupsi, Luncurkan Abu Vulkanis Setinggi 700 Meter Hari Ini

    Gunung Semeru Berkali-kali Erupsi, Luncurkan Abu Vulkanis Setinggi 700 Meter Hari Ini

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masih sering dilaporkan mengalami erupsi. Terbaru, erupsi yang membentuk kolom abu setinggi 700 meter kembali dimuntahkan dari kawah Jonggring Saloko, Selasa (13/5/2025).

    Pos Pantau Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang melaporkan, erupsi terjadi pada pukul 17.44 WIB. Erupsi itu membentuk kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Selasa, 13 Mei 2025 pukul 17.44 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 700 meter di atas puncak,” papar Petugas PPGA Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulisnya.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Yudhi Cahyono menjelaskan, aktivitas vulkanik Gunung Semeru berupa erupsi masih tergolong fluktuatif.

    Akibatnya, aktivitas masyarakat masih harus dibatasi di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga sejauh delapan kilometer dari pusat erupsi.

    Selain itu, masyarakat juga direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan.

    “Inikan aktivitas vulkanis masih fluktuatif, jadi ada batas yang harus dijaga agar tidak terlanda dampak erupsi yang berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak,” terangnya, Selasa (13/5/2025).

    Meski status aktivitas Gunung Semeru masih berada di level II (waspada), masyarakat masih direkomendasikan untuk membatasi jarak aktivitas dengan menjauhi daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu di Gunung Semeru saat cuaca buruk.

    Pembatasan jarak bertujuan untuk mengantisipasi dan mewaspadai potensi munculnya awan panas dan guguran lava. Selain itu dikhawatirkan juga bisa berdampak terlanda banjir lahar Gunung Semeru yang muncul saat cuaca buruk.

    “Intinya tetap harus waspada terhadap potensi bencana dari Gunung Semeru seperti awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru,” ungkap Yudhi Cahyono. (has/ian)

  • Banjir Lahar Gunung Semeru Isolasi Warga Dusun Sumberlangsep Lumajang

    Banjir Lahar Gunung Semeru Isolasi Warga Dusun Sumberlangsep Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Banjir lahar dingin Gunung Semeru kembali menerjang aliran Sungai Regoyo di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (13/5/2025) sore. Fenomena ini terjadi akibat tingginya curah hujan yang mengguyur kawasan sekitar gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa tersebut.

    Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas banjir lahar ini melalui seismograf dengan amplitudo maksimal mencapai 36 milimeter pada pukul 14.00 WIB. Akibatnya, akses menuju Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, kembali terputus dan membuat warga yang tinggal di wilayah itu terisolir.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Yudhi Cahyono, menyebutkan sebanyak 130 kepala keluarga (KK) terdampak langsung oleh kondisi ini. Ia mengungkapkan bahwa banjir lahar yang menerjang kali ini memiliki intensitas cukup besar.

    “Ini memang banjirnya cukup besar, biasanya memang kawasan Dusun Sumberlangsep hampir selalu terisolir kalau banjir laharnya datang,” terangnya ketika dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025) sore.

    Saat ini, BPBD Lumajang bersama tim gabungan tengah melakukan asesmen di dua titik lokasi terdampak. Selain Dusun Sumberlangsep, asesmen juga dilakukan di blok Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, yang diduga mengalami kerusakan tanggul akibat terjangan banjir.

    “Untuk dampak masih dilakukan asesmen di dua titik, di Dusun Sumberlangsep karena sering terisolir. Sedangkan satu titik lagi ini ada di kampung renteng Desa Sumberwuluh karena ada tanggul yang rusak. Ini kita pastikan dulu apa ada dampaknya,” tambahnya.

    BPBD mengimbau seluruh warga yang beraktivitas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang dilalui lahar Gunung Semeru untuk waspada dan sementara waktu menghentikan seluruh aktivitas, terutama saat hujan masih berlangsung.

    “Harus terus waspada, jadi warga yang beraktivitas di sekitar laharan baik penambang atau yang tinggal di sekitar daerah aliran untuk mencari tempat aman terlebih dahulu,” ungkapnya.

    Meningkatnya potensi bencana akibat banjir lahar dingin menjadi pengingat penting bagi warga dan otoritas setempat untuk terus memperkuat mitigasi bencana. Terlebih, wilayah Lumajang merupakan salah satu kawasan yang paling rentan terhadap dampak aktivitas vulkanik Gunung Semeru. [has/suf]

  • Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat 90 Hari Akibat Tanggul Penahan Lahar Semeru Rusak

    Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat 90 Hari Akibat Tanggul Penahan Lahar Semeru Rusak

    Lumajang (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, resmi menetapkan status tanggap darurat bencana menyusul rusaknya tanggul penahan banjir lahar Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Penetapan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 100.3.3.2/195/KEP/427.12/2025.

    Masa tanggap darurat bencana ditetapkan berlaku selama 90 hari, terhitung sejak 11 Mei hingga 8 Agustus 2025. Langkah ini diambil untuk mempercepat penanganan darurat, khususnya pada infrastruktur penahan lahar di wilayah aliran Sungai Rejali yang saat ini mengalami kerusakan parah.

    “Telah ditetapkan status tanggap darurat bencana selama 90 hari sejak tanggal 11 Mei sampai dengan 8 Agustus 2025,” kata Bupati Lumajang Indah Amperawati dalam keterangan tertulis yang diterima pada Selasa (13/5/2025).

    Tanggul yang dimaksud mengalami kerusakan hingga sepanjang 500 meter. Kerusakan ini memicu kekhawatiran serius di kalangan warga, terutama mereka yang tinggal di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh.

    Sekretaris Desa Sumberwuluh, Samsul Arifin, mengungkapkan bahwa tanggul tersebut merupakan penahan utama banjir lahar dari Gunung Semeru. Jika tanggul sampai jebol, maka ancaman bencana terhadap warga akan sangat besar.

    “Ini kalau tanggul sampai jebol ada 246 jiwa warga di Dusun Kebondeli Selatan yang bisa terdampak terjangan banjir lahar. Jadi ini harus segera dilakukan antisipasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

    Dusun Kebondeli Selatan dihuni oleh 82 kepala keluarga atau sekitar 246 jiwa. Warga di wilayah ini berada dalam posisi rawan karena secara geografis dekat dengan jalur aliran lahar Gunung Semeru.

    Kondisi ini menuntut adanya langkah cepat dan terkoordinasi antara pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat setempat untuk melakukan antisipasi sebelum potensi bencana benar-benar terjadi.

    Penetapan masa tanggap darurat bencana memberikan kewenangan kepada Pemkab Lumajang untuk memobilisasi sumber daya, logistik, serta personel guna mempercepat perbaikan tanggul dan evakuasi jika situasi memburuk.

    Warga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna memastikan keselamatan bersama. [has/suf]

  • Bupati Situbondo Tetapkan Baluran Jadi Kecamatan agar Tak Identik Banyuwangi

    Bupati Situbondo Tetapkan Baluran Jadi Kecamatan agar Tak Identik Banyuwangi

    Situbondo (beritajatim.com) – Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo menetapkan kawasan Baluran menjadi kecamatan di Kabupaten Situbondo. Jawa Timur, agar kawasan itu tidak identik dengan Kabupaten Banyuwangi. Situbondo dan Banyuwangi memang berbatasan.

    “Ini strategi pengembangan kepariwisataan,” kata Rio kepada Beritajatim.com, Selasa (13/5/2025).

    Nama Baluran diambil dari nama gunung di sana dan termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Banyuputih. Di sini terletak kawasan taman nasional yang dikenal julukan “Africa van Java” atau “Little Africa in Java”.

    Dengan luas 25 ribu hektare, Taman Nasional Baluran memliki bentang alam mirip savana Afrika yang dihuni berbagai jenis flora dan fauna, seperti rusa dan banteng.

    Rencana penetapan Baluran menjadi kecamatan in merupakan respons dari keluhan dari masyarakat pelaku wisata Situbondo. Selama ini Baluran identik dengan Kabupaten Banyuwangi, karena setiap paket promo wisata Banyuwangi senantiasa menawarkan Baluran sebagai salah satu destinasi.

    Rio sempat menyampaikan rencana penetapan Baluran sebagai kecamatan di sebuah forum literasi. “Saya menyampaikan niatan agar nama Baluran biar tidak terlalu sering dipakai oleh tetangga,” katanya.

    Rencananya itu sempat memunculkan reaksi sentimen dari warganet Banyuwango. Rio diserang di media sosial. Namun dia justru bersyukur dengan munculnya reaksi tersebut.

    “Dari situ akhirnya publik tahu, bahwa Baluran adalah Situbondo. Selama ini kan jarang ada yang mau menyebutkan itu wilayah Situbondo. Bahkan kita bisa cek paket-paket wisata menyebutkan itu Baluran, Banyuwangi,” kata Rio.

    “Bahkan sekelas menteri saja, Pak Muhaimin (Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar) baru ngeh kalau Baluran itu wilayah Situbondo,” kata Rio.

    Rio sebenarnya tidak mempermasalahkan masyarakat Banyuwangi memanfaatkan Baluran untuk jasa pariwisata selama ini. “Tidak masalah. Cuma kan perlu juga mereka memikirkan branding Situbondo. Jangan semuanya Banyuwangi,” katanya.

    Namun Rio juga menantang kesiapan pelaku pariwisata Situbondo untuk memaksimalkan potensi Baluran. “Ini pertarungan kompetisi jasa wisata. Arenanya sudah mau saya buat nih. Sekarang kemauan dari (pelaku wisata) Situbondo ada tidak? Jangan cuma mengeluh, jangan cuma komplain,” katanya.

    Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini tengah menggoda dan membangkitkan kebanggaan generasi muda Situbondo terhadap daerah mereka sendiri.

    “Kita harus akui Situbondo itu skala ekonominya kecil. Tapi apakah opportunity dan kondisi itu membuat kita menjadi lemah, lalu mengatakan: ‘enggak usahlah sudah kalah’? Tidak. Saya tidak mau begitu. Kita mau kejar. Infrastrukturnya mau kita perbaiki,” kata Rio.

    Bupati Rio mengaku kebijakannya itu didukung Taman Nasional Baluran. “Literasi kepariwisataan kita buka. Akhirnya muncul banyak gagasan. Saya sudah menyiapkan anggaran untuk perbaikan,” katanya. [wir]

  • Gunung Klotok Darurat Sampah, Anak SD Ini Manfaatkan Hari Libur untuk Tanam Pohon Turunnya Memulung

    Gunung Klotok Darurat Sampah, Anak SD Ini Manfaatkan Hari Libur untuk Tanam Pohon Turunnya Memulung

    Kediri (beritajatim.com) – Tidak seperti anak seusianya, M Haidar Habibullah (12) justru memanfaatkan hari libur untuk mendaki gunung, menanam pohon, hingga memulung sampah yang ada di atas Gunung Klotok Kediri, Senin (12/5/2025) kemarin.

    Biasanya, anak seusia Haidar memanfaatkan hari libur untuk bermain atau bersantai di rumah saja, tapi siswa kelas 6 SD Mambaul Hisan itu justru memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

    “Mending naik gunung, asyik sambil tanam pohon. Tapi banyak sampah plastik yang kata guruku terurainya lama, bisa merusak hutan,” katanya saat ditanya mengapa memilih mendaki gunung dan memulung sampah.

    Dia bersama beberapa orang yang tergabung dalam Yayasan Langkah Bumi Indonesia, sebagai kelompok masyarakat yang konsen pada lingkungan, memanfaatkan hari libur pada tanggal 12 Mei 2025 untuk menanam pohon di atas Gunung Klotok Kediri.

    Sekelompok pemuda menanam pohon trembesi di Gunung Klotok Kediri. [Isnan/Beritajatim.com]Kegiatan menanam pohon ini bukan pertama kalinya, tapi sudah sering mereka lakukan. Kali ini mereka menanam sebanyak 250 pohon trembesi yang disebar ke berbagai titik di atas gunung tersebut.

    Namun melihat banyaknya sampah yang tercecer di Gunung Klotok, mereka tergerak untuk memulungnya, meskipun sampah-sampah tersebut bukan milik mereka. Mereka berhasil mengumpulkan sekantong plastik besar sampah plastik yang tercecer di atas gunung.

    “Tadi sudah nanam pohon banyak banget, sekarang sambil pulang kita mengambili sampah. Biar gunungnya bersih,” katanya.

    Suasana Gunung Klotok saat liburan terpantau ramai pendaki yang naik ke atas gunung, baik yang bermalam di puncak maupun yang hanya tektok saja.

    Namun ramainya pengunjung dan pendaki ini justru membuat Gunung Klotok darurat sampah. Berdasarkan pantauan Beritajatim.com di lokasi, banyak sampah-sampah plastik yang ditinggalkan para pendaki.

    Utamanya sampah botol plastik bekas minuman, styrofoam bekas makanan, plastik kresek, hingga kemasan sachet camilan yang banyak berserakan di puncak dan sepanjang jalur pendakian.

    Ketua Yayasan Langkah Bumi Indonesia Yusron Khoirul Anam menyayangkan kondisi tersebut. Para pendaki yang harusnya menjadi penjaga lingkungan, malah menyumbang kerusakan Gunung Klotok.

    “Tolong kepada para pendaki untuk tidak meninggalkan sampah sekecil apa pun di atas gunung. Kalau tidak bisa, mending tidak usah naik gunung,” katanya.

    Tak hanya itu, berbagai sampah plastik tersebut juga berserakan mengotori di bawah gunung. Meskipun, sebetulnya sudah tertempel tulisan larangan untuk membuang sampah di lokasi itu. [ian/aje]

  • Rombongan Pendaki Gunung Lawu Asal Karanganyar Diblacklist, Ini Pelanggarannya

    Rombongan Pendaki Gunung Lawu Asal Karanganyar Diblacklist, Ini Pelanggarannya

    Magetan (beritajatim.com) — Salah satu penyelenggara open trip dan ketua rombongan pendakian tektok ke Gunung Lawu via Cemoro Sewu resmi diblacklist dari seluruh jalur pendakian di kawasan selingkar Lawu. Keputusan ini diambil oleh Paguyuban Giri Lawu (PGL), organisasi relawan yang bertugas di jalur pendakian Gunung Lawu, setelah rombongan tersebut terbukti melanggar prosedur pendakian.

    Ketua PGL, Miko Wicaksono, menyampaikan bahwa rombongan asal Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu mendaki tanpa mengantongi Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi). Mereka juga tidak melakukan registrasi di pos masuk resmi Cemoro Sewu.

    “Ketua rombongan ada 13 orang, ada lima yang masuk tanpa registrasi resmi. Parahnya, saat mendaki ada yang mengalami masalah. Biasanya karena capek atau karena kondisi kurang fit. Akhirnya justru membuat petugas kewalahan, menyulitkan para tim rescue gunung,” ujar Miko pada Selasa (13/5/2025).

    Pendakian tektok merupakan aktivitas pendakian pulang-pergi yang dijalankan dalam satu hari tanpa menginap. Aktivitas ini dipilih karena alasan efisiensi waktu, terutama bagi para pendaki yang memiliki keterbatasan waktu.

    Dari total 82 orang yang tergabung dalam pendakian tektok tersebut, sembilan orang dilaporkan mengalami kendala fisik selama perjalanan. Kondisi ini menyulitkan proses penanganan oleh tim relawan dan dinilai sebagai akibat dari kurangnya persiapan sebelum pendakian.

    Miko menekankan pentingnya profesionalisme penyelenggara open trip, serta ketaatan terhadap prosedur keselamatan. Menurutnya, pendakian gunung bukan aktivitas yang bisa dilakukan sembarangan, mengingat risiko tinggi terhadap keselamatan peserta.

    “Terlebih kami menekankan agar siapapun yang hendak melakukan pendakian dengan keperluan apapun (ritual atau rekreasi) tetap melakukan registrasi dan melalui jalur yang resmi. Karena jika mendaki tanpa ada registrasi ini sama saja tidak ada izin. Kami petugas akan kesulitan memantau. Kami mohon pengertiannya dari para pendaki,” pungkasnya. [fiq/beq]

  • Libur Panjang Waisak, Ribuan Wisatawan Serbu Destinasi Wisata Banyuwangi

    Libur Panjang Waisak, Ribuan Wisatawan Serbu Destinasi Wisata Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Momen libur panjang Waisak yang berlangsung sejak Sabtu hingga Selasa (13/5/2025) menjadi berkah bagi sektor pariwisata Banyuwangi. Ribuan wisatawan dari berbagai daerah memadati berbagai destinasi wisata di kabupaten paling timur Pulau Jawa ini. Sejumlah hotel dan homestay bahkan dilaporkan penuh selama empat hari masa liburan.

    “Alhamdulillah libur panjang Waisak menjadi berkah bagi Banyuwangi. Kami monitor sebagian besar destinasi wisata kebanjiran pengunjung,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Senin (12/5/2025).

    Bupati Ipuk mengungkapkan, peningkatan jumlah wisatawan terjadi di hampir seluruh destinasi unggulan dan wisata buatan yang dikelola pemerintah maupun swasta. Ia menambahkan bahwa banyak penginapan dan hotel yang mengalami keterisian penuh.

    “Selain destinasi wisata, kami juga menerima laporan bahwa hotel-hotel juga kebanjiran tamu. Banyak yang full booking. Kami terus meminta para pelaku dan pengelola wisata untuk memberikan pelayanan yang terbaik,” lanjutnya.

    Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman, menyebutkan Pulau Bedil di perairan Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran sebagai salah satu destinasi baru yang mencuri perhatian selama libur panjang ini. Pulau Bedil menawarkan pesona alam bahari yang memukau dengan panorama pulau-pulau kecil yang mengelilinginya.

    “Berbagai aktivitas bisa dilakukan, mulai dari berenang di area laguna yang relatif tenang, snorkeling mengintip biota bawah air, hingga sekadar bersantai menikmati pemandangan langsung ke arah Samudera Hindia yang indah,” terang Taufik.

    Tak hanya Pulau Bedil, sejumlah destinasi lain juga mencatat lonjakan pengunjung yang signifikan. Hutan de Djawatan di Kecamatan Cluring, misalnya, mencatat 3.600 pengunjung hanya pada hari Minggu, angka yang naik lebih dari tiga kali lipat dari hari biasa.

    Sementara Pantai Pulau Merah dan Pantai Grand Watudodol masing-masing dikunjungi lebih dari 2.000 wisatawan. Taman Wisata Alam Gunung Ijen juga mencatat kunjungan sekitar 1.800 orang. Pantai Mustika menerima sekitar 1.100 pengunjung, dan Pantai Cacalan dikunjungi lebih dari 1.600 wisatawan.

    “Itu adalah sebagian dari destinasi yang sistem pengunjungnya terintegrasi ke kami. Destinasi-destinasi lainnya, dari pantauan kami, juga mengalami peningkatan kunjungan yang signifikan,” tambah Taufik.

    Ia memperkirakan lonjakan kunjungan wisatawan akan terus berlangsung hingga akhir masa libur panjang. “Kemungkinan hingga hari Selasa pengunjung akan ramai,” ujarnya.

    Meningkatnya kunjungan wisata juga tercermin dari tingkat okupansi hotel dan homestay yang mencapai seratus persen. Hilman Thonthowi, Asisten Marcomm Manager Aston Banyuwangi, menyatakan bahwa seluruh kamar di hotel tempatnya bekerja sudah dipesan sejak Jumat. “Untuk kamar banyak yang full. Rata-rata dari luar kota. Mulai berdatangan hari Jumat,” pungkas Hilman.

    Fenomena ini menjadi indikasi positif kebangkitan pariwisata Banyuwangi pascapandemi serta menunjukkan tingginya minat wisatawan terhadap destinasi-destinasi alam dan budaya yang ditawarkan daerah ini. [alr/suf]

  • Gunung Semeru Erupsi, Abu Vulkanik Membumbung 1Km ke Langit Lumajang

    Gunung Semeru Erupsi, Abu Vulkanik Membumbung 1Km ke Langit Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Malam itu, langit di atas Kabupaten Lumajang kembali diselimuti debu vulkanik.

    Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, meletus pada Senin malam, 12 Mei 2025 pukul 21.52 WIB, memuntahkan kolom abu setinggi 1.000 meter dari puncaknya.

    Erupsi ini bukan hanya sekadar fenomena alam—bagi warga di lereng gunung, dentuman itu adalah alarm waspada.

    Di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Gufron Alwi mencatat aktivitas tersebut dengan cermat. Ia menyampaikan bahwa letusan terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi 116 detik.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada pukul 21.52 WIB, dengan tinggi kolom letusan teramati mencapai 1.000 meter. Kolom abu berwarna putih hingga kelabu condong ke arah barat daya,” ujar Gufron dalam keterangan tertulis.

    Meski tidak menimbulkan korban maupun kerusakan, otoritas tetap mengingatkan warga untuk siaga. Kepala Bidang Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, menegaskan bahwa aktivitas masyarakat masih dibatasi hingga 13 kilometer di sepanjang Besuk Kobokan, terutama pada sektor tenggara.

    “Pembatasan ini bukan tanpa alasan. Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 500 meter dari sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berisiko terlanda awan panas dan aliran lahar,” jelasnya.

    Hingga kini, status Gunung Semeru masih berada di level II atau waspada, yang berarti potensi bahaya tetap ada, terutama saat cuaca buruk. Awan panas guguran, guguran lava pijar, hingga banjir lahar menjadi ancaman nyata di kawasan hulu sungai yang berhulu di puncak Semeru.

    “Kita harus tetap waspada terhadap potensi guguran material dan lahar, terutama saat hujan deras mengguyur kawasan puncak,” tutur Yudhi lagi.

    Dengan kondisi ini, pihak berwenang terus mengimbau masyarakat untuk mematuhi rekomendasi dan tidak beraktivitas di zona bahaya. Gunung Semeru, meski menawan, kembali menunjukkan bahwa ia adalah kekuatan alam yang tak bisa diprediksi sepenuhnya. (ted)

  • Tiga Bocah Hanyut Saat Mandi di Sungai Andong Ngawi, Satu Masih Hilang

    Tiga Bocah Hanyut Saat Mandi di Sungai Andong Ngawi, Satu Masih Hilang

    Magetan (beritajatim.com) – Tiga orang anak dilaporkan hanyut saat mandi di Dam Sungai Andong setelah diterjang banjir bandang kiriman dari lereng Gunung Lawu di Desa Teguhan, Paron, Ngawi, pada Senin, (12/5/2025), sekitar pukul 14.30 WIB. Ketiganya adalah Rifky Nur Hidayat (14), Asyraf Khairul Azam (13), dan Dimas Subuh Pamungkas (11), yang seluruhnya merupakan warga setempat.

    Dua korban, Dimas Subuh Pamungkas dan Asyraf Khairul Azam, berhasil selamat setelah sempat terseret arus sejauh sekitar 300 meter. Keduanya sempat berteriak minta tolong sebelum akhirnya ditolong oleh warga sekitar.

    Dimas, pelajar kelas 4 SD Negeri Teguhan, berhasil diselamatkan langsung oleh kakeknya, Simun (65), sementara Asyraf, pelajar kelas 6 di sekolah yang sama, berhasil keluar dari arus setelah mendapat arahan dari warga yang menolong.

    “Saya mendengar teriakan anak minta tolong. Saya datang, berhasil selamatkan cucu saya dan rekannya berhasil keluar sungai setelah diarahkan warga. Sementara satu korban lainnya hilang hingga sekarang. Banjir datang kiriman dari pegunungan,” ujar Simun, kakek Dimas.

    Korban yang hingga kini masih dinyatakan hilang adalah Rifky Nur Hidayat, pelajar kelas 7 SMP di Paron, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sarwono (44) dan Siti Kholifah (38), warga Desa Teguhan.

    “Awalnya ketiganya mandi, terus diterjang banjir yang datang tiba-tiba lalu hanyut. Dua selamat, satu hilang. Banjir air dari pegunungan,” ungkap Supriyono, Kepala Desa Teguhan.

    Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD, dan relawan segera melakukan pencarian terhadap Rifky. Polisi juga meminta keterangan dari dua bocah yang selamat untuk mendalami kronologi kejadian. Hingga menjelang petang, Rifky belum juga ditemukan dan pencarian masih terus dilakukan. [fiq/suf]