kab/kota: Gunung

  • Disuruh Jalan 15 Jam hingga Minum Spiritus

    Disuruh Jalan 15 Jam hingga Minum Spiritus

    GELORA.CO –  Pendidikan dan latihan dasar (diksar) yang dilakukan Unit Kegiatan Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (Mahepel) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila), berujung maut.

    Satu di antara peserta, yakni Pratama Wijaya Kusuma, meninggal dunia setelah mendapat berbagai siksaan dari seniornya.

    Saat diksar, peserta disuruh jalan kaki 15 jam dan hanya diberi waktu istirahat 5 menit.

    Menolak justru dapat hukuman, lelah malah disangka pura-pura lemah.

    Korban yang fisiknya paling lemah, justru mendapat siksaan paling banyak dari seniornya.

    Berikut rangkuman fakta kematian Pratama Wijaya, yang berujung aksi demonstrasi mahasiswa Unila:

    Mahasiswa Demo Rektorat

    Insiden meninggalnya Pratama membuat ratusan mahasiswa FEB Unila menggelar aksi unjuk rasa di depan Rektorat Unila pada Rabu (28/5/2025).

    Dikutip dari Tribun Lampung, aksi ini menjadi wujud solidaritas atas meninggalnya Pratama.

    Koordinator aksi, Zidan, menuturkan dugaan penyiksaan tersebut terjadi saat kegiatan diksar yang digelar pada 10-14 November 2024 lalu di Gunung Betung, Kabupaten Pesawaran.

    Nahas, Pratama pun dinyatakan meninggal dunia pada 28 April 2025 lalu.

    “Almarhum Pratama sejak mengikuti kegiatan sampai dengan bulan puasa tidak berdaya, hingga akhirnya 28 April 2025 beliau wafat,” kata Zidan. 

    Zidan menuturkan Pratama diduga disiksa dengan cara ditendang di bagian perut hingga dada.

    Akibatnya, korban disebut mengalami pecah gendang setelah diduga disiksa oleh seniornya itu. 

    Bahkan, Pratama disebut disiksa dengan cara disuruh meminum spiritus.

    Disuruh Jalan 15 Jam, Diberi Istirahat cuma 5 Menit

    Rekan Pratama yang turut ikut dalam diksar tersebut, Muhammad Arnando Al Faaris, juga mengaku mengalami penyiksaan serupa.

    Faaris menuturkan selain dirinya dan Pratama, ada empat rekannya yang turut disiksa oleh senior saat mengikuti diksar.

    Dia mengungkapkan awal mula siksaan diperolehnya ketika pada 11 November 2024  disuruh untuk membawa tas dengan beban berat.

    “Kami dikumpulkan di Desa Talang Mulya, HP dan dompet dikumpulkan. Mulai kegiatan harus menyelesaikan dengan datang berenam dan pulang berenam,” kata Faaris pada Kamis (29/5/2025).

    Faaris menuturkan selanjutnya peserta diksar disuruh melakukan perjalanan selama 15 jam dengan istirahat minim.

    Akibatnya, rekan Faaris sampai tidak kuat lagi berjalan dan sempat meminta kepada seniornya untuk beristirahat.

    Namun, bukannya menyanggupi permintaan rekan Faris, senior tersebut justru menyuruh agar perjalanan tetap dilanjutkan dengan memberi tongkat.

    “Tidak bisa pulang duluan atau istrahat panjang, istirahat hanya saja 5-30 menit. Jadi dalam perjalanan, teman saya kakinya sudah tidak kuat lagi karena membawa tas gunung yang berat.”

    “Bukannya beban dikurangi tapi malah kasih tongkat untuk berjalan,” kata Faaris.

    Faaris mengatakan dirinya dan rekannya akan disuruh push up sebanyak 25 kali jika tidak melanjutkan perjalanan.

    Dia menyebut fisik Pratama adalah yang paling lemah dibanding rekan lainnya.

    Hal tersebut dibuktikan dengan kaki Pratama yang terluka saat akan melepaskan sepatu.

    Lalu, punggung Pratama juga berwarna merah diduga akibat membawa tas dengan beban terlalu berat.

    “Kami juga harus bangun tenda dengan kayu ranting, kalau tidak hafal yel-yel akan dihukum push up lagi,” tambahnya. 

    Akibat fisiknya yang lemah, Pratama disebut oleh Faaris paling banyak disiksa oleh para seniornya.

    “Panitia diksar bilang jangan berpura-pura lemah dan Pratama paling lemah yang paling banyak dapat penyiksaan,” tutur Faaris. 

    Kini, Faaris mengaku sudah keluar dari FEB Unila dan tengah mencoba mencari tempat kuliah lain.

    Di sisi lain, dia berharap penyiksaan semacam ini tidak terjadi lagi  meski dirinya sudah tidak menempuh pendidikan di Unila.

    Selain itu, dia juga mendesak agar UKM Mahepel di Unila dibekukan pasca insiden ini.

    “Karena masalah ini pengkaderan menggantikan kekerasan fisik dan seharusnya tidak ada lagi. Tetapi alumni selalu ikut, diharapkan Mahepel dibekukan,” tuturnya.

    Dekan FEB Unila Ngaku Ada Kelalaian

    Dekan FEB Unila, Nairobi, mengakui adanya kelalaian saat diksar sehingga membuat adanya mahasiswa yang tewas.

    “Panitia dan pengurus menyadari terjadinya kelalaian pelaksanaan tersebut, dan memohon maaf kepada pihak yang dirugikan, saya terima mereka pada 12 Desember 2024,” katanya.

    Menurutnya, Dekanat pada 12 Desember 2024 melakukan sidang terhadap ketua dan pengurus Mahepel didampingi pembina Mahepel dari unsur alumni. Pihak Mahepel telah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. 

    Nairobi mengatakan para pengurus Mahepel telah meminta izin kepada Dekanat pada 14-17 November 2024 bahwa Mahepel melakukan diksar terhadap rekrutmen anggota baru sebanyak 6 orang. 

    “Kami Dekanat mendapatkan laporan bahwa dalam Diksar salah seorang mahasiswa bernama MAF mengalami masalah pendengaran, juga isu pelatihan melampaui kewajaran terhadap fisik peserta,” kata Nairobi. 

    Nairobi menambahkan, panitia Diksar berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut dan maka mereka siap dibekukan organisasi, dan dibuat dalam surat pernyataan. 

    “Kami dekanat memberikan hukuman Mahepel untuk membersihkan embung rusunawa,” kata Nairobi. 

  • Inti Bumi Bocor! Cadangan Emas Tersembunyi Meluap ke Permukaan

    Inti Bumi Bocor! Cadangan Emas Tersembunyi Meluap ke Permukaan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Inti Bumi dikabarkan bocor dan membuat sejumlah material naik ke bagian atasnya, mantel, termasuk cadangan emas yang berada di dalamnya.

    Sebagian emas di Bumi disebut memang berada di bagian inti, bersama dengan unsur lainnya seperti platinum. Namun sebagian kecilnya bocor ke permukaan.

    Studi ini mengonfirmasi kecurigaan sejumlah ahli geologi sebelumnya. Yakni inti Bumi kemungkinan kehilangan material ke dalam mantel.

    “Sekitar 40 tahun lalu, orang pertama kali mengungkapkan teori mungkin inti Bumi kehilangan sejumlah material dalam mantel, namun sinyalnya yang didapatkan ambigu,” kata penulis utama, Nils Messling, dikutip dari CNN Internasional, Sabtu (31/5/2025).

    “Menurut pendapat saya sekarang, kami punya bukti pertama soal sebagian inti Bumi benar-benar berada di mantel,” jelas ahli geokimia Universitas Gottingen Jerman menambahkan.

    Jika fenomena kebocoran terus terjadi, bukan tidak mungkin semua material itu akan berpindah hingga ke kerak Bumi. Bahkan kemungkinan bisa membuat pulau samudera seperti di Hawaii.

    Penelitian ini menggunakan sejumlah sampel batuan vulkanik Hawaii dari Smithsonian Institution. Sampel berasal dari kapal selam, gunung api laut dalam.

    Dari sampel kemudian diekstrak dalam kelompok platina, yang berisi platina, rhodium, paladium, iridium, dan rutenium. Material terakhirlah uang menjadi fokus ilmuwan, yakni sebuah logam abu-abu keperakan yang sama langkanya dengan emas.

    Rutenium terdapat di inti Bumi, bersama dengan emas dan platinum. Messling menjelaskan Bumi terbuat dari meteorit yang bertabrakan dan meteorit mengandung rutenium.

    Para peneliti menentukan apakah rutenium yang diekstraksi berasal dari inti dan bukan dari mantel. Mereka melakukan pengamatan isotop spesifik.

    “Ini metode yang cukup baru dan sulit. Kami berhasil mengukur rutenium di bebatuan hampir tidak mengandung rutenium. Dari setengah kilo bebatuan jumlahnya kurangnya dari miligram, jarum di tumpukan jerami dengan ukuran planet! Ini menarik, setidaknya untuk ahli geokimia. Ini adalah proses panjang namun sangat menarik,” kata Messling.

     

    (luc/luc)

  • Pemprov Jabar Minta Status Darurat Bencana Longsor di Cirebon Segera Ditetapkan

    Pemprov Jabar Minta Status Darurat Bencana Longsor di Cirebon Segera Ditetapkan

    Bisnis.com, CIREBON – Pemerintah Kabupaten Cirebon mendapat tekanan agar segera menetapkan status darurat menyusul bencana longsor yang menimpa Gunung Kuda di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.

    Penetapan status ini dianggap penting agar penanganan bencana di Cirebon dapat dilakukan dengan cepat dan terkoordinasi. 

    Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman mengaku pihaknya sudah mengajukan permintaan resmi kepada Pemkab Cirebon untuk menetapkan status tanggap darurat selama satu minggu.

    Tujuan dari langkah ini adalah mempercepat proses evakuasi warga yang terdampak sekaligus mengantisipasi potensi risiko lanjutan. 

    “Permintaan tersebut juga telah dibahas dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingat pentingnya menjaga keselamatan dan kelangsungan hidup masyarakat yang terkena dampak,” kata Herman di lokasi Gunung Kuda, Sabtu (31/5/2025).

    Sementara itu, Wakil Bupati Cirebon Agus Kurniawan Budiman mengatakan pihaknya akan segera menerbitkan surat keputusan penetapan status darurat. Selain itu, posko bencana akan didirikan sebagai pusat koordinasi dan distribusi bantuan.

    Agus memastikan penanganan yang cepat dan tepat akan dilakukan agar tidak ada korban tambahan maupun longsor susulan.

    Saat ini, Pemkab Cirebon bersama BPBD, TNI, Polri, dan relawan tengah melakukan peninjauan lapangan serta pembersihan material longsor. Penetapan status tanggap darurat diharapkan mempercepat pengiriman bantuan serta mendukung proses pemulihan pasca bencana.

    Peristiwa longsor besar yang terjadi Jumat pagi pada 30 Mei 2025 menelan 14 korban jiwa. Insiden terjadi sekitar pukul 10.23 WIB saat para pekerja sedang melakukan aktivitas di lokasi tambang batu andesit. 

    Sebuah tebing batu setinggi lebih dari 15 meter tiba-tiba runtuh dan menimbun sebagian area kerja. 

    Salah satu pekerja yang selamat, Maman (43), menceritakan bahwa suara retakan tanah terdengar beberapa detik sebelum tebing longsor, dan meskipun ada peringatan, tidak semua berhasil menyelamatkan diri.

    Gunung Kuda sudah dikenal sebagai daerah rawan longsor akibat aktivitas penambangan. Sebelumnya, pada Februari 2025, longsor juga pernah terjadi di tempat yang sama, tetapi beruntung tidak menimbulkan korban karena aktivitas penambangan sedang dihentikan sementara. 

    Para ahli geologi dan lingkungan telah lama memperingatkan risiko di kawasan ini, namun belum ada tindakan tegas dari pengelola tambang. 

    Meskipun menjadi sumber penghasilan utama bagi banyak warga sekitar, aktivitas penambangan batu andesit dianggap terlalu berisiko bagi keselamatan dan kelestarian lingkungan setempat.

  • Update Longsor Tambang di Cirebon: 14 Meninggal Dunia dan 4 Terluka
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Mei 2025

    Update Longsor Tambang di Cirebon: 14 Meninggal Dunia dan 4 Terluka Regional 31 Mei 2025

    Update Longsor Tambang di Cirebon: 14 Meninggal Dunia dan 4 Terluka
    Tim Redaksi
     
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Sebanyak 14 orang ditemukan meninggal dunia dan 4 lainnya mengalami luka-luka dalam insiden longsor di
    tambang Galian C
    Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten
    Cirebon
    , Jawa Barat.
    “Info terakhir korban ditemukan sebanyak 18 orang dengan keterangan 14 MD dan 4 luka-luka,” kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, Sabtu (31/5/2025).
    Polda Jabar menerjunkan 50 personel dari Tim SAR Kompi 1 Batalyon C Pelopor Satbrimob Polda Jabar dalam operasi pencarian dan evakuasi.
    Pencarian sebelumnya sempat dihentikan pada Jumat (30/5/2025) malam karena minimnya penerangan dan risiko keselamatan. Pagi ini, operasi SAR kembali dilanjutkan.
    Berdasarkan informasi terakhir, masih ada 4 orang yang belum ditemukan.
    Badan Geologi menyebut lokasi tambang Galian C Gunung Kuda berada di zona kerentanan gerakan tanah tinggi, dengan probabilitas kejadian longsor lebih dari 50 persen berdasarkan peta geologi nasional.
    “Zona kerentanan gerakan tanah tinggi merupakan wilayah yang sering mengalami kejadian gerakan tanah,” kata Kepala Badan Geologi, M. Wafid.
    Ia menambahkan bahwa gerakan tanah di kawasan tersebut masih aktif, terutama akibat curah hujan tinggi dan kemiringan lereng yang curam.
    “Pada umumnya kisaran kemiringan lereng dari terjal (17 s.d. 36 derajat) sampai curam (> 36 derajat), tergantung pada kondisi geologi setempat dan lereng yang dibentuk oleh bahan timbunan,” jelasnya.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar 14 Korban Tewas Akibat Longsor di Tambang Gunung Kuda Cirebon

    Daftar 14 Korban Tewas Akibat Longsor di Tambang Gunung Kuda Cirebon

    Bisnis.com, CIREBON – Jumlah korban meninggal dunia akibat bencana tanah longsor yang terjadi di area tambang batu Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dilaporkan bertambah menjadi 14 orang. 

    Angka tersebut didapat berdasarkan data terbaru hingga Sabtu (31/5/2025) pukul 05.00 WIB. Selain korban meninggal, terdapat enam orang lainnya yang mengalami luka-luka dan telah dievakuasi ke sejumlah rumah sakit di wilayah Cirebon.

    Insiden longsor yang terjadi di kawasan tambang tersebut memicu respons cepat dari tim SAR gabungan yang segera dikerahkan ke lokasi untuk melakukan upaya penyelamatan dan evakuasi. 

    Proses pencarian korban dilakukan dengan bantuan dua alat berat serta pelibatan berbagai unsur relawan dan petugas gabungan dari instansi terkait.

    Enam korban selamat saat ini tengah mendapatkan perawatan intensif di tiga rumah sakit berbeda. 

    RS Arjawinangun Cirebon merawat dua korban, yakni Efan Herdiansyah asal Pabedilan dan Safitri asal Kertajati, Majalengka. Dua korban lainnya, Aji dan Kurnoto, dirawat di RS Mitra Plumbon. 

    Sementara RS Sumber Hurip menangani Reni dan Abdurohim, keduanya berasal dari wilayah Kertajati dan Bantarjati, Majalengka.

    Sementara itu, jenazah korban yang ditemukan dengan kondisi meninggal dunia telah dievakuasi ke rumah sakit terdekat untuk proses identifikasi dan penanganan lebih lanjut. Dari total 14 korban meninggal, 13 di antaranya telah teridentifikasi di RS Arjawinangun dan satu korban lainnya tercatat di RS Sumber Hurip.

    Sebanyak 13 orang dilaporkan meninggal dunia di RS Arjawinangun Korban berasal dari berbagai daerah, antara lain Sukandra Bin Hadi (51) dari Desa Girinata, Dukupuntang; Andri Bin Surasa (41) dari Kelurahan Padabenghar, Kuningan; Sukadi Bin Sana (48) dari Kecamatan Astanajapura; Sanuri Bin Basar (47) dari Desa Semplo, Palimanan; dan Dendi Irawan (45) dari Kampung Sukasri, Cimenyan/Bobos, Dukupuntang. 

    Korban lainnya yakni Sarwa Bin Sukira (36) dari Blok Pontas Kenanga, Sumber; Rusjaya Bin Rusdi (48) dari Blok Beran Barat, Beberan, Palimanan; Suparta Bin Supa (42) dari Desa Kepuh, Palimanan; Rio Ahmadi Bin Wahyudin (28) dari Desa Cikalahang, Dukupuntang; Ikad Budiargo Bin Arsia (47) dari Desa Budur, Ciwaringin; serta Jamaludin (49) dan Wastoni (25) dari Blok Lurah, Krangkeng, Indramayu. 

    Satu korban lain atas nama Toni, juga berasal dari Desa Kepuh, Palimanan. Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus melakukan penyelidikan terkait penyebab kejadian yang menewaskan para korban tersebut.

    Satu korban lainnya, Rion Firmansyah (28), asal Gunung Santri, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Palimanan, terdata meninggal dunia dan dibawa ke RS Sumber Hurip.

    Proses evakuasi dan pencarian terhadap kemungkinan korban lainnya masih akan dilanjutkan pada hari berikutnya, setelah pada malam ini operasi SAR dihentikan sementara karena keterbatasan cahaya dan risiko keselamatan tim.

    Pihak berwenang terus berkoordinasi untuk pendataan dan penanganan lebih lanjut bagi para korban, serta memastikan keluarga korban mendapatkan informasi dan pendampingan yang dibutuhkan. Masyarakat sekitar diimbau tetap waspada dan menjauhi lokasi bencana untuk menghindari risiko lanjutan.

    Bencana longsor di Tambang Batu Gunung Kuda ini kembali menjadi peringatan serius mengenai pentingnya pengawasan aktivitas tambang serta mitigasi bencana di wilayah rawan longsor.

  • Penampakan Tambang Batu yang Dedi Mulyadi Minta Tutup Selamanya

    Penampakan Tambang Batu yang Dedi Mulyadi Minta Tutup Selamanya

    Foto Bisnis

    Rafida Fauzia – detikFinance

    Sabtu, 31 Mei 2025 08:00 WIB

    Jakarta – Tambang batu alam di Gunung Kuda, Cirebon, longsor dan menelan korban jiwa. Pemerintah Provinsi Jawa Barat memutuskan menutup tambang itu secara permanen.

  • Menelusuri Pesona Wisata Alam Tersembunyi di Kuningan Jawa Barat

    Menelusuri Pesona Wisata Alam Tersembunyi di Kuningan Jawa Barat

    Para pengunjung dapat bermain air di kolam alami yang terbentuk di bawah air terjun, atau sekadar duduk di atas batu sambil menikmati gemericik air dan semilir angin pegunungan.

    Bagi pecinta fotografi alam, tempat ini menjadi spot yang sangat menarik karena permainan cahaya matahari yang menembus dedaunan bisa menciptakan suasana mistis yang indah. Beberapa warung kecil dan area parkir juga tersedia sehingga tidak perlu khawatir soal logistik dasar.

    Tidak jauh dari sana, terdapat juga Telaga Remis, sebuah danau alami berair jernih yang dikelilingi oleh hutan pinus dan pepohonan tropis. Telaga ini dinamakan Remis karena dulunya di danau ini ditemukan banyak remis atau sejenis kerang kecil air tawar.

    Airnya yang tenang menciptakan suasana reflektif yang sangat cocok bagi mereka yang ingin merenung atau bermeditasi dalam kesunyian. Lokasi ini sangat ramah keluarga karena terdapat jalur-jalur pejalan kaki yang rapi, gazebo untuk bersantai, serta perahu-perahu kecil yang dapat disewa untuk mengelilingi danau.

    Keindahan Telaga Remis begitu menenangkan, apalagi saat pagi hari ketika kabut tipis masih menggantung di permukaan air, dan suara-suara alam mendominasi ruang pendengaran.

    Di tempat ini, waktu seolah melambat dan kehidupan menjadi lebih sederhana, lebih bermakna. Tidak heran jika banyak orang memilih telaga ini untuk lokasi prewedding ataupun sekadar healing dari stres kehidupan modern.

    Selanjutnya adalah Situ Wulukut, yang mulai dikenal sebagai destinasi wisata alam baru di Kuningan. Terletak di desa Kertayuga, Kecamatan Nusaherang, danau ini menawarkan pemandangan perbukitan hijau yang mengelilingi air tenang seperti cermin.

    Situ Wulukut menyuguhkan ketenangan yang sempurna dengan udara segar dan latar suara alam yang damai. Tidak seperti tempat wisata yang sudah lebih dahulu populer, Situ Wulukut masih tergolong sepi dan alami, cocok bagi mereka yang mencari keheningan dan keaslian alam.

    Aktivitas seperti piknik, memancing, atau sekadar duduk di tepi danau sambil menyeruput kopi bisa menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan di sini. Pemerintah setempat bersama masyarakat desa juga mulai membangun infrastruktur ringan seperti dermaga kecil dan spot foto dari bambu untuk menarik lebih banyak wisatawan tanpa menghilangkan sentuhan alaminya.

    Tak kalah menarik adalah Cibuntu, desa wisata yang pernah dinobatkan sebagai salah satu desa terbaik di Indonesia. Cibuntu bukan hanya menawarkan pemandangan alam yang luar biasa seperti air terjun kecil, sungai jernih, dan perbukitan yang hijau, tetapi juga kekayaan budaya serta kearifan lokal masyarakatnya.

    Desa ini berhasil menggabungkan potensi wisata alam dan budaya secara harmonis. Pengunjung bisa menginap di homestay yang dikelola warga, mengikuti kegiatan membajak sawah, membuat kerajinan tangan, hingga menjelajahi jalur trekking ke situs-situs purbakala di sekitarnya.

    Cibuntu menjadi contoh nyata bagaimana pariwisata bisa tumbuh tanpa mengorbankan budaya dan kelestarian alam. Selain itu, keramahan penduduknya menjadi nilai tambah yang membuat siapa pun merasa diterima seperti keluarga sendiri.

    Jika Anda mencari ketenangan, petualangan, dan keindahan yang masih murni, Kuningan adalah destinasi yang sangat layak untuk dijelajahi. Potensi wisata alamnya begitu besar namun tetap terjaga, dan setiap sudutnya menyimpan cerita serta suasana yang mengajak kita kembali berdamai dengan alam.

    Dari puncak gunung hingga danau yang tenang, dari gemuruh air terjun hingga keheningan desa adat, semuanya berpadu menciptakan pengalaman wisata yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memperkaya jiwa. Jangan ragu untuk memasukkan Kuningan dalam daftar perjalanan Anda berikutnya, dan biarkan pesonanya menyapa Anda dalam cara yang paling tulus dan alami.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

     

  • Longsor di Gunung Kuda Cirebon: 14 Orang Tewas-8 Hilang

    Longsor di Gunung Kuda Cirebon: 14 Orang Tewas-8 Hilang

    Jakarta

    Puluhan penambang di area pertambangan Gunung Kuda, Cipanas, Cirebon, Jawa Barat tertimbun longsor. Sebanyak 14 orang dilaporkan tewas, sementara delapan orang masih dalam pencarian.

    “Kami semua dari Pemprov Jabar, Pemkab Cirebon, hingga unsur Forkopimda Kabupaten Cirebon menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Hingga saat ini, 14 korban telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dan ada sekitar 8 orang lainnya yang masih belum ditemukan. Pencarian akan dilanjutkan besok,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, di lokasi kejadian, dilansir detikJabar, Sabtu (31/5/2025).

    Longsor terjadi Jumat (30/5/2025) pukul 09.30 WIB. Status tanggap darurat bencana telah resmi ditetapkan dan dikonsultasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

    Selain korban jiwa, ada juga korban luka empat orang. Keempatnya telah menjalani pengobatan.

    Proses evakuasi dihentikan sementara karena keterbatasan pencahayaan. Masyarakat diimbau untuk terus waspada serta tidak mendekati area longsor hingga situasi dinyatakan benar-benar aman.

    Baca selengkapnya di sini.

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ritual dan Makna Spiritual Tiwul dalam Budaya Jawa

    Ritual dan Makna Spiritual Tiwul dalam Budaya Jawa

    Liputan6.com, Yogyakarta – Tiwul, olahan singkong kukus yang menjadi makanan pokok masyarakat Jawa di masa lalu adalah makanan pengganti nasi. Dalam tradisi Jawa, makanan sederhana ini memegang peran sebagai bagian dari sajen dan syukuran.

    Mengutip dari berbagai sumber, tiwul terbuat dari gaplek (singkong kering) yang ditumbuk halus hingga menjadi tepung kasar. Makanan ini dikenal sebagai pengganti beras saat paceklik atau krisis pangan, terutama di daerah Gunung Kidul, Wonogiri, dan Pacitan.

    Proses pembuatannya sederhana, dengan tepung gaplek dikukus dengan sedikit air hingga matang. Meski kini beras telah menjadi makanan pokok utama, tiwul tetap bertahan sebagai warisan kuliner yang dihidangkan dalam acara-acara tertentu.

    Makanan tradisional ini sering dijadikan bagian dari sajen dalam berbagai ritual seperti selamatan, syukuran, atau upacara pertanian. Masyarakat Jawa meyakini bahwa tiwul melambangkan ketulusan dan kepasrahan kepada alam, sehingga kehadirannya dalam upacara merti desa menjadi wujud terima kasih kepada Tuhan atas hasil bumi yang diperoleh.

    Dalam ritual wiwitan yang dilakukan sebelum panen padi, tiwul dihidangkan sebagai pengingat agar manusia senantiasa bersyukur dalam segala kondisi. Tradisi penyajian tiwul juga masih bertahan dalam acara kenduri, terutama di daerah pedesaan.

    Kini, tiwul telah bertransformasi menjadi jajanan pasar yang digemari berbagai kalangan, berkat kreativitas dalam pengolahannya. Salah satu varian yang populer adalah tiwul gula kelapa.

    Tiwul ini dicampur dengan gula merah dan parutan kelapa yang memberikan cita rasa manis dan gurih yang khas. Ada pula tiwul goreng, yang diolah dengan tambahan tepung kemudian digoreng hingga renyah, menciptakan tekstur baru yang lebih modern.

     

  • Aktivitas Tambang di Gunung Kuda Dihentikan Usai Longsor Tewaskan 14 Orang

    Aktivitas Tambang di Gunung Kuda Dihentikan Usai Longsor Tewaskan 14 Orang

    Jakarta

    Pemerintah Provinsi Jawa Barat menghentikan sementara seluruh aktivitas pertambangan di kawasan Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon. Penghentian dilakukan usai longsor terjadi di kawasan tersebut hingga menewaskan 14 orang.

    “Kami sudah menerbitkan surat penghentian sementara untuk tiga yayasan yang mengelola kegiatan eksploitasi tambang di Gunung Kuda, serta satu yayasan lainnya yang tengah melakukan eksplorasi. Semua kegiatan pertambangan di area ini dihentikan sementara,” kata Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, saat meninjau lokasi dilansir detikJabar, Jumat (30/5/2025).

    Penghentian aktivitas tersebut dilakukan sebagai bagian dari respons darurat menyusul bencana dan sedang dirumuskan dalam bentuk berita acara dan keputusan resmi Gubernur Jawa Barat. Herman menegaskan bahwa keselamatan warga adalah prioritas utama.

    “Arahan Pak Gubernur jelas ‘Salus Populi Suprema Lex Esto’, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Jadi keputusan penghentian ini semata-mata untuk melindungi masyarakat,” tambahnya.

    Pemprov Jawa Barat juga menetapkan status tanggap darurat bencana di wilayah Gunung Kuda selama sepekan. Surat keputusan tanggap darurat tersebut sedang dalam proses penandatanganan oleh Bupati Cirebon.

    “Mulai hari ini status tanggap darurat berlaku. Ini untuk memaksimalkan penanganan bencana dan koordinasi antarinstansi,” ujar Herman.

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini