kab/kota: Gunung

  • Korsel Diguyur Hujan Paling Deras dalam 120 Tahun, 3 Orang Tewas

    Korsel Diguyur Hujan Paling Deras dalam 120 Tahun, 3 Orang Tewas

    Jakarta

    Setidaknya tiga orang tewas dan lebih dari 1.000 orang dievakuasi pada hari Kamis (17/7) setelah Korea Selatan (Korsel) diguyur hujan deras. Salah satu wilayah bahkan dilanda curah hujan tertinggi dalam 120 tahun.

    Korea Selatan biasanya mengalami musim hujan pada bulan Juli, tetapi tiga wilayah di Provinsi Chungcheong Selatan minggu ini mengalami curah hujan per jam terderas yang pernah tercatat, menurut data cuaca resmi.

    Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (17/7/2025), tiga orang tewas pada hari Kamis (17/7), kata Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan, semuanya di Provinsi Chuncheong Selatan.

    “Hingga pukul 16.00 waktu setempat, setidaknya tiga orang tewas hari ini akibat hujan deras,” kata seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih dari 1.000 orang telah dievakuasi.

    Polisi mengatakan bahwa satu orang ditemukan tewas di dalam kendaraan yang terendam. Seorang pria lanjut usia tewas setelah terseret arus banjir di dekat sungai, dan seorang pria lanjut usia lainnya ditemukan tewas di sebuah apartemen bawah tanah yang terendam banjir.

    Wilayah Seosan bagian barat dilanda curah hujan dengan puncak 114,9 milimeter (4,5 inci) per jam, “tingkat curah hujan yang biasanya hanya terlihat sekali dalam 100 tahun”, ujar seorang pejabat badan meteorologi. Dia menambahkan bahwa ini merupakan tingkat curah hujan tertinggi sejak pencatatan lengkap dimulai pada tahun 1904.

    Hujan deras tersebut disebabkan oleh “aliran udara hangat dan lembap di sepanjang tepi Pegunungan Pasifik Utara, yang memicu ketidakstabilan atmosfer yang kuat”, tambah pejabat tersebut.

    Lihat juga Video: Kala Gunung Gede Pangrango Diguyur Hujan Es

    Siaran pers Korea Selatan menayangkan video banjir parah di Seosan, dengan air menggenangi pasar dan kompleks apartemen, serta merendam mobil-mobil yang diparkir.

    Badan Meteorologi Nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hampir 440 mm (sekitar 17,3 inci) hujan telah turun di Seosan hingga pukul 10.30 pagi pada hari Kamis, setara dengan 35 persen dari rata-rata curah hujan tahunan di wilayah tersebut.

    “Airnya terlalu dalam dan begitu banyak lumpur yang terdorong masuk sehingga saya sudah bekerja selama sekitar lima jam untuk menguras semuanya,” kata Kim Min-seo, seorang pekerja restoran berusia 50 tahun, sambil menggosok lantai yang berlumpur.

    “Saya masih belum selesai,” tambahnya.

    Lihat juga Video: Kala Gunung Gede Pangrango Diguyur Hujan Es

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gibran Minta Ormas Mitra Polri Deteksi Hal Mencurigakan di Wilayah Masing-masing

    Gibran Minta Ormas Mitra Polri Deteksi Hal Mencurigakan di Wilayah Masing-masing

    Bisnis.com, Jakarta — Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka minta Senkom Mitra Polri untuk melakukan deteksi awal terhadap gangguan keamanan di setiap daerah.

    Senkom Mitra Polri merupakan salah satu organisasi masyarakat sadar kamtibmas yang didirikan anggota Mitra Kamtibmas Mabes Polri pada 1 Januari 2004 di Jakarta. Organisasi masyarakat ini dibentuk untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan bersifat nasional.

    Sebagai Mitra Polri, Senkom harus selalu berkoordinasi dan memberikan informasi kepada aparat berwajib baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun TNI/Polri terhadap adanya gangguan kamtibmas, stabilitas nasional dan bencana alam.

    Gibran berharap Senkom Mitra Polri dapat mendeteksi semua gangguan kamtibmas atau hal mencurigakan di setiap wilayahnya masing-masing dan melaporkan hal itu ke aparat Kepolisian maupun TNI.

    “Jadi tolong ini Senkom Mitra Polri benar-benar dibuat aktif, jadi deteksi awal itu kan harus aktif. Jika ada bibit-bibit masalah ya tolong diselesaikan. Kemudian jika ada yang mencurigakan tolong dilaporkan,” tuturnya di sela-sela acara Peresmian Kantor Pusat Mitra Senkom Polri Jakarta Timur, Kamis (17/7).

    Gibran mengatakan bahwa peran Senkom Mitra Polri juga sangat penting. Wapres juga mengungkapkan bahwa dirinya beberapa kali menemui anggota Senkom Mitra Polri ketika beberapa kali terjadi bencana alam.

    “Jadi saya kira peran Senkom penting sekali di sini. Waktu gempa bumi Sukabumi, banjir Bekasi, waktu gunung meletus di NTT ada Senkom,” katanya.

    Gibran menyarankan Senkom Mitra Polri agar lebih banyak merekrut anak muda. Pasalnya, menurut Gibran peran pemuda sangat penting untuk menjaga Kamtibmas sekaligus menolong korban bencana alam.

    “Saya kira yang muda-muda ini nanti juga bisa diterjunkan langsung ke lapangan ya,” ujarnya.

  • Gunung Semeru Erupsi Dua Kali, Letusan Capai Ketinggian 1.000 Meter

    Gunung Semeru Erupsi Dua Kali, Letusan Capai Ketinggian 1.000 Meter

    Liputan6.com, Lumajang Gunung Semeru yang mempunyai ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) kembali erupsi sebanyak dua kali, pada Kamis Pagi (17/7/2025). Tinggi letusan kali ini mencapai 1.000 meter atau 1 kilometer dari atas puncak. Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Mukdas Sofian, Erupsi pertama terjadi pada Kamis pukul 04.30 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak.

    Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah barat. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 170 detik. “Gunung Semeru kembali erupsi pukul 07.42 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1000 meter di atas puncak atau 4.676 meter di atas permukaan laut,”ujarnya Kamis (17/7/2025).

    Kata dia, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 158 detik. Aktivitas Gunung Semeru masih didominasi gempa letusan pada periode pengamatan Rabu (16/7/2025) selama 24 jam tercatat sebanyak 32 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm, kemudian 4 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-6 mm.

    Delapan kali gempa embusan dengan amplitudo 4-8 mm, satu kali harmonik dengan amplitudo 15 mm, 22 kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 5-12 mm, dan tiga kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 5-15 mm. Mukdas menjelaskan bahwa Gunung Semeru masih berstatus Waspada atau Level II, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).

  • Gunung Gede Keluar Asap Putih, 5 Alat Ini Langsung Dipasang
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        17 Juli 2025

    Gunung Gede Keluar Asap Putih, 5 Alat Ini Langsung Dipasang Bandung 17 Juli 2025

    Gunung Gede Keluar Asap Putih, 5 Alat Ini Langsung Dipasang
    Tim Redaksi
    CIANJUR, KOMPAS.com
    – Salah satu kawah
    Gunung Gede
    kembali mengeluarkan asap putih. Namun, pihak pengelola menyatakan kondisi tersebut merupakan
    aktivitas vulkanik
    yang masih tergolong normal.
    “Meski tergolong normal, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (
    PVMBG
    ) tetap mengimbau masyarakat, pengunjung, dan pendaki untuk tidak mendekati, menuruni, atau bermalam di area kawah dalam radius 600 meter demi keselamatan,” ujar Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Agus Deni, dalam keterangan tertulis, dikutip Kompas.com, Kamis (17/7/2025).
    Deni menjelaskan, asap putih tersebut berasal dari Kawah Wadon, salah satu dari tiga kawah aktif di Gunung Gede, selain Kawah Lanang dan Kawah Ratu.
    Sebagai bagian dari mitigasi dan pemantauan rutin, TNGGP bekerja sama dengan PVMBG Kementerian ESDM telah memasang lima perangkat pemantauan aktivitas vulkanik di Gunung Gede.
    “Alat tersebut antara lain seismometer untuk mendeteksi gempa vulkanik, GPS untuk memantau perubahan morfologi gunung, dan tiltmeter untuk mengukur deformasi atau perubahan bentuk gunung,” kata Deni.
    Ia menambahkan, pemantauan juga dilakukan dengan alat infrasound untuk merekam suara aktivitas vulkanik seperti erupsi, serta radio mikrotik untuk mengirimkan data ke pos pemantauan dan pusat PVMBG.
    Berdasarkan data dari lima alat tersebut, status aktivitas Gunung Gede hingga saat ini masih berada pada Level I atau normal.
    “Informasi ini juga dapat diakses secara publik melalui laman resmi PVMBG,” tambahnya.
    Deni mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap informasi yang belum terverifikasi, serta selalu merujuk pada sumber resmi untuk mendapatkan informasi terkait kondisi dan aktivitas Gunung Gede.
    “Gunung Gede adalah kawasan konservasi yang kaya akan potensi alam dan keanekaragaman hayati. Karenanya, diperlukan sikap bijak dalam menyikapi setiap informasi yang berkaitan dengan kawasan ini,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gunung Sewu Diakui Dunia, tapi Warganya Masih Bertanya-tanya ‘Apa Itu Geopark?’

    Gunung Sewu Diakui Dunia, tapi Warganya Masih Bertanya-tanya ‘Apa Itu Geopark?’

    Liputan6.com, Gunungkidul –  Di balik perbukitan karst dan goa-goa purba yang membentang di selatan Gunungkidul, tersimpan tanggung jawab besar yang tak hanya bersifat lokal, tapi juga mendunia. Gunung Sewu, kawasan karst yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp), kembali menjadi sorotan dalam Forum Pengelola Gunung Sewu UGGp.

    Forum ini menjadi titik temu penting lintas kabupaten dan provinsi mulai Kabupaten Gunungkidul – Yogyakarta, Wonogiri – Jawa tengah , Pacitan – Jawa Timur ini untuk menilai capaian, mengurai tantangan, serta menyusun strategi menjaga keberlanjutan kawasan yang telah mendapat pengakuan dunia sejak 2015.

    Dalam Revalidasi kedua oleh UNESCO tahun 2023 lalu, kawasan Gunung Sewu berhasil mempertahankan status “green card”, tandanya bahwa pengelolaan geopark masih berada di jalur yang benar. Namun, seperti diungkapkan Kepala Bappeda Gunungkidul, Arif Aldian, prestasi ini sekaligus membawa sejumlah pekerjaan rumah.

    “Keberhasilan ini kabar baik, tetapi baru awal dari perjalanan menuju revalidasi 2027. Kita perlu komitmen nyata dari semua pihak,” ujar Arif.

    UNESCO memberikan sejumlah rekomendasi yang wajib ditindaklanjuti. Mulai dari memasukkan kawasan maritim ke dalam wilayah geopark, peningkatan fasilitas informasi multibahasa, pelatihan pemandu wisata profesional, hingga penyusunan program pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan agenda global.

    “Tak kalah penting, peningkatan kolaborasi dengan jejaring geopark regional Asia Pasifik dan dunia, serta membangun kemitraan berbasis kualitas,” ulasnya.

    Gunungkidul, sebagai wilayah yang menjadi jantung kawasan karst Gunung Sewu, tak tinggal diam. Dalam satu tahun terakhir, berbagai inisiatif dijalankan. Edukasi ke sekolah-sekolah lewat program Geopark Goes to School, pelatihan pemandu lokal, hingga peningkatan fasilitas informasi di berbagai geosite seperti Goa Jomblang, Goa Pindul, dan Pantai Siung terus digencarkan.

    Promosi tak hanya berskala lokal. Tapi juga di panggung internasional, mulai dari Indonesia Geopark Fair hingga Asia Pacific Geopark Network Conference. Ke depan, pembangunan pusat informasi Gunung Sewu, sertifikasi geoguide, integrasi materi geopark dalam kurikulum sekolah, dan pengembangan UMKM berbasis geoproduk menjadi fokus utama.

  • Ada Hari Raya Karo, Jalur Pendakian Gunung Semeru Ditutup Pada 17-26 Agustus

    Ada Hari Raya Karo, Jalur Pendakian Gunung Semeru Ditutup Pada 17-26 Agustus

    Jakarta

    Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup sementara waktu jalur pendakian Gunung Semeru. Penutupan untuk menghormati perayaan Hari Raya Karo.

    Dilansir detikJatim, berdasarkan Surat Pengumuman Nomor PG.11/T.8/TU/HMS.01.08/B/07/2025 yang dikeluarkan Balai Besar TNBTS, penutupan jalur pendakian Gunung Semeru mulai 17 Agustus-26 Agustus 2025 atau selama 10 hari.

    “Aktivitas jalur pendakian di Gunung Semeru ditutup secara total mulai Minggu (17/8) sampai pada Selasa (26/8). Aktivitas pendakian kembali dibuka pada 27 Agustus 2025,” ujar Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha kepada wartawan, Kamis (17/7/2025).

    Surat pengumuman penutupan jalur pendakian Gunung Semeru dari Balai Besar TNBTS itu sekaligus menindaklanjuti surat dari Kepala Desa Ranupani Nomor 400.10.2/150/427.92.12/2025 tentang Permohonan Izin Penutupan Jalur Pendakian Semeru Sementara, yang diterbitkan pada Kamis (10/7/2025).

    Rudijanta menyampaikan, aktivitas pendakian terakhir dilaksanakan pada Sabtu (16/8/2025). Pendaki diwajibkan turun pada Minggu (17/8/2025).

    “Dan pendaki wajib turun ke Ranupani pada Minggu (17/8), paling lambat pukul 16.00 WIB,” tegasnya.

    (rdp/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Bisnis.com, JAKARTA – BRIN melakukan riset paleotsunami, yaitu studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Riset ini memungkinkan tim bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi bahkan ribuan tahun lalu.

    Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan sejak 2006 hingga 2024, tim mencatat adanya lapisan endapan tsunami purba, salah satunya diperkirakan berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun yang lalu. Endapan tersebut tersebar di wilayah selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, Kulon Progo, hingga Pacitan.

    Berikut fakta-fakta temuan bekas tsunami di Indonesia

    Periset Bidang Sedimentologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Purna Sulastya Putra mengatakan.

    Temuan endapan tsunami dengan umur yang sama di berbagai lokasi sepanjang selatan Jawa mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut sangat besar (tsunami raksasa), kemungkinan merupakan akibat dari gempa megathrust bermagnitudo 9 atau lebih, seperti yang terjadi pada tsunami Aceh 2004.

    Untuk melengkapi temuan tersebut, pada Mei 2025, BRIN melanjutkan kegiatan survei di wilayah selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, dengan fokus pencarian jejak tsunami yang lebih muda usianya, karena secara hipotesis perulangan gempa besar dengan magnitudo >9.0 di selatan Jawa adalah sekitar 675 tahun sekali.

    “Metode yang digunakan adalah pemboran tangan, trenching atau pembuatan kolam paritan, dan pemetaan LiDAR,” jelas Purna.

    “Ekspedisi kami kali ini difokuskan untuk mencari jejak paleotsunami yang usianya lebih muda dari sekitar 1.800 tahun yang lalu, agar kami bisa merekonstruksi berapa kali tsunami raksasa akibat gempa megathrust bermagnitudo lebih dari 9 pernah terjadi di selatan Jawa,” ujar Purna.

    Hasil trenching di kawasan Kulon Progo membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga lapisan pasir yang diduga kuat sebagai endapan tsunami purba. Lapisan tersebut mengandung foraminifera laut dan memiliki struktur khas akibat hempasan gelombang besar.

    Purna menerangkan bahwa salah satu lapisan yang ditemukan diduga berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun lalu. Ia juga menambahkan bahwa terdapat lapisan-lapisan lain yang usianya lebih muda, yang mengindikasikan bahwa tsunami besar kemungkinan telah terjadi berulang kali di wilayah tersebut.

    Saat ini, proses analisis terhadap sampel-sampel sedimen tersebut masih berlangsung.  Sampel dengan analisis radiocarbon dating sedang dikirim ke laboratorium luar negeri untuk mengetahui waktu kejadian tsunami purba.

    “Temuan paleotsunami ini bukan sekadar catatan akademik. Data tersebut sangat penting untuk menyusun zonasi wilayah rawan bencana, menjadi pertimbangan tata ruang dan pembangunan wilayah pesisir, serta meningkatkan kesadaran publik termasuk simulasi evakuasi tsunami (tsunami drill), khususnya di kawasan wisata Pantai,” tegas Purna. 

    Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

    Sebagai negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa.

    Namun, catatan sejarah mengenai peristiwa tsunami di wilayah ini masih sangat terbatas. 

  • Gumpalan Misterius di Perut Bumi Bisa Picu Letusan Gunung Berapi Mematikan

    Gumpalan Misterius di Perut Bumi Bisa Picu Letusan Gunung Berapi Mematikan

    Gumpalan Misterius di Perut Bumi Bisa Picu Letusan Gunung Berapi Mematikan

    0 komentar

    BAGIKAN  

    Tautan telah disalin

  • Video: Waspada Mabuk Ketinggian yang Bisa Terjadi Saat Mendaki Gunung

    Video: Waspada Mabuk Ketinggian yang Bisa Terjadi Saat Mendaki Gunung

    Video: Waspada Mabuk Ketinggian yang Bisa Terjadi Saat Mendaki Gunung

  • Jalur pendakian Gunung Semeru ditutup sementara hormati Hari Raya Karo

    Jalur pendakian Gunung Semeru ditutup sementara hormati Hari Raya Karo

    Malang, Jawa Timur (ANTARA) – Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup sementara jalur kegiatan pendakian di Gunung Semeru selama 10 hari mulai tanggal 17 hingga 26 Agustus 2025 guna menghormati perayaan kepercayaan warga Suku Tengger, Hari Raya Karo.

    “Aktivitas jalur pendakian di Gunung Semeru ditutup secara total mulai Minggu (17/8) sampai pada Selasa (26/8). Aktivitas pendakian kembali dibuka pada 27 Agustus 2025,” kata Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.

    Keputusan soal penutupan jalur pendakian Gunung Semeru itu juga telah resmi diumumkan oleh Balai Besar TNBTS melalui Surat Pengumuman Nomor PG.11/T.8/TU/HMS.01.08/B/07/2025 yang diterbitkan pada hari ini.

    Surat pengumuman dari Balai Besar TNBTS itu sekaligus menindaklanjuti surat dari Kepala Desa Ranupani Nomor 400.10.2/150/427.92.12/2025 tentang Permohonan Izin Penutupan Jalur Pendakian Semeru Sementara, yang diterbitkan pada Kamis (10/7).

    Rudi menyampaikan bahwa aktivitas pendakian terakhir dilaksanakan pada Sabtu (16/8).

    “Dan pendaki wajib turun ke Ranupani pada Minggu (17/8), paling lambat pukul 16.00 WIB,” ucapnya.

    Oleh karena itu, masyarakat diharapkan mematuhi aturan yang telah dibuat ini, sebagai bentuk toleransi terhadap adat masyarakat Tengger.

    “Mari bersama-sama menjaga dan menghormati budaya dengan mengikuti aturan yang ada,” ucap dia.

    Selain itu, melalui surat pengumuman dari Balai Besar TNBTS, meski jalur pendakian Gunung Semeru ditutup tetapi aktivitas kunjungan wisata dan berkemah di Ranu Regulo masih tetap dibuka.

    Pewarta: Ananto Pradana
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.