Mojokerto (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto bersama Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menggelar Konsultasi Publik Revisi Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan. Acara ini menjadi forum penting untuk menyesuaikan kebijakan pelindungan dan pengembangan kawasan bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut.
Acara yang digelar di Pendopo Graha Maja Tama (GMT), Pemkab Mojokerto ini dihadiri Direktur Warisan Budaya Kementerian Kebudayaan RI I Made Dharma Suteja, perwakilan Kementerian ATR/BPN, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, serta Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dari Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang.
Dalam paparannya, I Made Dharma Suteja menjelaskan bahwa revisi sistem zonasi diperlukan karena adanya temuan arkeologis baru dan perubahan kondisi di sejumlah situs. “Dengan adanya temuan baru di Situs Klinterejo dan situs lainnya, serta hilangnya beberapa temuan di Situs Grogol, maka perlu penyesuaian sistem zonasi agar pelindungan cagar budaya tetap berjalan seiring dengan pengembangan ekonomi masyarakat,” terangnya.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memberi perhatian besar terhadap pelestarian warisan budaya. Menurutnya, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, akademisi, dan masyarakat adalah kunci keberlanjutan Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan.
Sementara itu, Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra menekankan pentingnya menjaga Trowulan sebagai simbol kejayaan peradaban Majapahit yang menjadi identitas bangsa. “Trowulan bukan sekadar situs arkeologi, tetapi jejak peradaban besar Majapahit yang harus dijaga, dilestarikan, dan diwariskan kepada generasi penerus,” katanya.
Menurut Gus Barra (sapaan akrab, red) ini, revisi zonasi Trowulan bukan hanya soal tata ruang, melainkan bagian dari upaya bersama untuk menyeimbangkan pelindungan budaya dan pembangunan daerah. Pemkab Mojokerto juga menegaskan komitmennya untuk menjadikan Trowulan sebagai pusat pembelajaran sejarah dan wisata budaya unggulan.
“Kami ingin proses ini partisipatif, melibatkan semua pihak agar hasilnya komprehensif dan membawa manfaat bagi masyarakat. Kita ingin Trowulan tidak hanya dikenang, tetapi dihidupkan sebagai pusat penelitian, pendidikan, dan pariwisata sejarah kelas dunia,” tambahnya.
Kegiatan konsultasi publik ini ditutup dengan diskusi terbuka antara pemerintah, para ahli, dan masyarakat guna merumuskan rekomendasi revisi zonasi yang berkelanjutan bagi Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan. [tin/aje]









/data/photo/2025/10/20/68f63848d2368.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)